PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler termasuk
didalammya Congestive Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat yang
tinggi, menurut data WHO pada tahun 2007 dilaporkan bahwa gagal jantung
mempengaruhi
pertambahan usia dan mengenai pasien dengan usia lebih dari 65 tahun, dan
sekitar 6-10% lebih banyak mengenai laki-laki dari pada wanita. Pada tahun 2030
WHO memprediksi peningkatan penderita gagal jantung mencapai 23 juta jiwa di
dunia. Gagal jantung juga menjadi masalah khas utama pada beberapa negara
industri maju dan Negara berkembang seperti Indonesia.
Menurut Kompas (2010), sekitar 4,3 juta penduduk Indonesia mengalami
gagal jantung, dan 500.000 kasus baru gagal jantung telah di diagnosis tiap
tahunnya. Harapan hidup penderita gagal jantung lebih buruk dibandingkan
dengan kanker apapun kecuali kanker paru-paru dan kanker ovarium karena
sampai 75% penderita gagal jantung meninggal dalam kurun waktu 5 tahun sejak
diagnosis. Sedangkan menurut profil kesehatan Indonesia pada tahun 2005 gagal
jantung merupakan urutan ke 5 penyebab kematian terbanyak di rumah sakit
seluruh Indonesia. Perubahan gaya hidup, kadar kolesterol yang tinggi, perokok
aktif dan kurangnya kesadaran berolahraga menjadi faktor pemicu munculnya
penyakit gagal jantung.
Sedangkan data yang diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit Dr.
Moewardi di Surakarta, diperoleh data prevalensi penderita CHF pada
bulanJanuari sampai bulan November 2012 sebanyak 142 pasien.
Mengingat begitu banyak permasalahan yang muncul pada pasien CHF,
maka penulis tertarik untuk mengambil judul Asuhan Keperawatan Pada Tn.J
Dengan Congestive Heart Failure (CHF) di Ruang Intensive Cardio Vascular Care
Unit (ICVCU) Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu :
1) Agar mahasiswa mampu menjelaskan pengertian CHF
BAB II
KONSEP MEDIK
A. Definisi
Gagal jantung disebut juga CHF (Congestive Heart Failure) atau Decomp
Cordis. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimanajantung sebagai
pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan
(Price, S. A. 2002).
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik berupa kelainanfungsi
jantung sehingga tidak mampu memompa darah untuk memenuhikebutuhan
4. Derajat IV : timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan atau istirahat
ditandai dengan oliguria, sianosis, dan diaphoresis.
C. Etiologi
a. Secara Umum
1) Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan ototjantung,
disebabkan karena menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang
mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup
ateroslerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau
inflamasi.
2) Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan
asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
3) Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut dapat dianggap sebagai
mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas
jantung. Tetapi untuk alasan yang tidak jelas, hipertrofil otot jantung
tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan akibatnya akan terjadi
gagal jantung.
4) Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
5) Faktor sistemik, terdapat sejumlah besar faktor yang berperandalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju
metabolisme, hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan curah
jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau
anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen kejantung. Asidosis dan
abnormalitas elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung
(Brunner dan Suddart, 2000).
b. Faktor Resiko
1) Faktor resiko yang tidak dapat dirubah:
a) Usia
lemak, dan olah raga teratur dapat menurunkan berat badan secara
bertahap dan aman. Diskusikan dengan dokter untuk menurunkan
berat badan secara aman.
e) Kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas fisik juga berdampak tidak baik bagikesehatan.
Olahragalah secara teratur untuk mencegah penyakit jantung
(Brunner dan Suddarth, 2000).
D. Patofisiologi
Kelainan fungi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis
koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).
Infark miokard biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik
atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan
pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut
(hipertrofimiokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi
otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi
gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabu tjantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah.Gagal
ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri
murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curahventrikel berpasangan,
maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi
jaringan.
a. Gagal Jantung Kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri
tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam
sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringanparu. Dispneu dapat
terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas.
Mudah lelah dapat terjadi akibat curah jantung yang kurang menghambat jaringan
dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme, juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk
bernapas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk.
b. Gagal Jantung Kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visceradan
jaringan
perifer.
Hal
mampumengosongkan
ini
terjadi
volume
karena
darah
sisi
dengan
kanan
adekuat
jantung
tidak
sehingga
tidak
Manifestasi
klinis
yang
tampak
dapat
meliputi
edema
relaksasi pada
klien.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektro kardiogram (EKG)
Hipertropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia, disritmia,
takikardi, fibrilasi trial.
b. Uji stress
Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk menentukan
kemungkinan iskemia atau infark yang terjadi sebelumnya
c. Ekokardiografi
10
11
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Anamnesa
a) Identitas
b) Riwayat penyakit sekarang
c) Riwayat penyakit keluarga
d) Pola fungsi kesehatan
- Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
- Pola tidur dan istirahat
- Pola aktivitas
- Pola hubungan dan pern
- Pola sensorik dan kognitif
- Pola penanggulangan stres
- Pola tata nilai dan kepercayaan
2) Pemeriksaan
a) Pemeriksaan fisik
- Status kesehatan umum
- Intequmen
- Kepala dan leher
- Torax dan paru
- Abdomen
- Kaji adanya tanda-tanda anemia, pucat, lemah, sesak nafas,
hipoksia, nyeri tulang dan dada, menurunny aktivitas, anoreksi
apistaksis berulang.
b) Pengkajian psikososial
-Anak: perkembangan psikososial, kemampuan beradaptasi dengan
penyakit, mekanisqzme koping yang digunakan.
-Keluarga: respon emosional keluarga, koping yang digunakan
keluarga, penyesuaian keluarga terhadap stres.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031)
12
13
C. Intervensi Keperawatan
Dx Keperawatan
Ketidakefektifan
NOC
bersihan 1. Respiratory
jalan napas
Domain: 11
Kelas: 2 (00031)
Definisi:
Ketidakmampuan
untuk membersihkan sekresi
atau
obtruksi
dari
pernafasan
mempertahankan
saluran
untuk
kebersihan
jalan nafas.
Batasan Karakteristik:
1. Tidak ada batuk
2. Suara nafas tambahan
3. Perubahan frekuensi nafas
4. Perubahan irama nafas
5. Sianosis
6. Kesulitan berbicara atau
mengeluarkan suara
7. Penurunan bunyi
NIC
Rasional
status: Airway Suction
1. Pastikan kebutuhan oral/
ventilation
1. kebutuhan
oral
pasien
2. Respiratory
status:
tracheal suctioning
terpenuhi
2. Auskultasi suara nafas
airway patency
2. indikasi
dasar
gangguan
sebelum
dan
sesudah
Kriteria Hasil:
saluran pernafasan
suctioning
3. meningkatkan
pengetahuan
1. Mendemonstrasikan
3. Informasikan pada klien
dan mencegah terjadinya
batuk efektif dan suara
dan
keluarga
tentang
kekambuhan
nafas yang bersih, tidak
suctioning
4. mengurangi rasa sakit saat
ada sianosis dan dyspneu 4. Minta klien nafas dalam
memasukkan kateter suction
(mampu mengeluarkan
sebeblum suction dilakukan
5. Berikan
O2
dengan
sputum, mampu bernafas
5. meningkatkan perfusi
menggunakan nasal untuk
dengan mudah, tidak ada
memfasilitasi
susksion
pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas
nasotrakeal
yang paten (klien tidak
suara
nafas
8. Dispnea
9. Sputum dalam jumlah yang
frekuensi
dalam
14
lebihan
10. Batuk yang tidak efektif
11. Orthopnea
12. Gelisah
13. Mata terbuka lebar
Faktor yang berhubungan:
1. Lingkungan:
a. Perokok pasif
b. Mengisap asap
c. Merokok
2. Obtruksi jalan nafas
a. Spasme jalan nafas
b. Mokus dalam jumlah
berlebihan
c. Eksudat dalam
buatan
f. Sekresi
jalan
ada
normal,
suara
tidak
nafas
abnormal)
dari nasotrakeal
3. Mampu mengidentifikasi 8. Monitor status
dan
mencegah
factor
pasien
9. Ajarkan
berikan
pasien
bradikardi,
sekresi
g. Sekresi dalam bronki
3. Fisiologis
a. Jalan nafas alergi
dan
apabila
menunjukkan
8. mengetahui
oksigen klien
9. meningkatkan
tentang
kebutuhan
pengetahuann
cara
suksion
10. mempertahankan
melakukan
kebutuhan
O2
peningkatan
nafas
bertahan/sisa
suksion
oksigen
mengurangi
oksigen
keluarga
suksion
10. Hentikan
untuk
jalan nafas.
jalan
alveoli
d. Materi asing dalam jalan
nafas
e. Adanya
rentang
1. Mendapatkan
untuk
keadekuatan
ventilasi
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
2. meningkatkan pengembangan
paru
15
b. Asma
c. Penyakit paru obtruksif
kronik
d. Hiperplasi
bronkial
e. Infeksi
f. Disfungsi
neuromuskular
dinding
buatan
3. membantu klien memenuhi
4. Lakukan fisioterapi dada
kebutuhan O2
jika perlu
5. Keluarkan sekret dengan
4. .membantu
mengeluarkan
batuk atau suction
6. Auskultasi suara nafas,
secret
5. memperlancar saluran jalan
catat
adanya
suara
nafas
tambahan
6. indikasi
dasar
adanya
7.
Lakukan suction pada
gangguan saluran pernafasan
mayo
8. Berikan bronkodilator bila
perlu
dapat
memvasodilatasi
9. Berikan
pelembab
udara
pernafasan
saluran
sehingga
jalan
keseimbangan
11.Monitor respirasi dan status
16
10. membantu
mengencerkan
O2.
secret
11. mengetahui
kebutuhan
o2
pasien
Ketidakefektifan pola napas 1. Respiratory
status:
Domain: 4
Ventilation
Kelas:4 (00032)
2. Respiratory
status:
Definisi: Inspirasi dan/ atau
Airway patency
ekspirasi yang tidak memberi
Kriteria Hasil:
ventilasi
Batasan karakterisktik:
1. Mendemonstrasikan
1. Perubahan
kedalaman
batuk efektif dan suara
pernapasan
napas yang bersih, tidak
2. Perubahan ekskursi dada
3. Mengambil posisi tiga detik
ada sianosis dan dyspneu
4. Bradipneu
(mampu mengeluarkan
5. Penurunan
tekanan
sputum, mampu bernafas
ekspirasi
6. Penurunan
ventilasi
dengan mudah, tidak ada
semenit
pursed lips)
7. Penurunan kapasitas vital
2. Menunjukkan
jalan
8. Dipneu
napas yang paten (klien
9. Peningkatan
diameter
tidak merasa tercekik,
Airway Management
1. Buka jalan nafas, gunkan
teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
2. Posisikan pasien
untuk
1. mendapatkan
keadekuatan
ventilasi
2. meningkatkan pengembangan
paru
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi
pasien
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
4. Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
5. Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
6. Auskultasi suara
catat
adanya
tambahan
7. Lakukan suction
nafas,
suara
secret
5. memperlancar saluran jalan
nafas
6. indikasi
dasar
adanya
pada
7. indikasi
17
mengeluarkan
dasar
adanya
anterior-posterior
10. Pernapasan cuping hidung
11. Ortopneu
12. Fase ekspirasi memenjang
13. Pernapasan bibir
14. Takipneu
15. Penggunaan otot aksesorius
untuk bernapas
Faktor yang berhubungan:
1. Ansietas
2. Posisi tubuh
3. Deformitas tulang
4. Deformitas dinding dada
5. Keletihan
6. Hiperventilasi
7. Sindrom hiperventilasi
8. Gangguan muskuloskeletal
9. Kerusakan neurologis
10. Imaturitas neuromuskular
11. Obesitas
12. Nyeri
13. Keletihan otot pernapasan
cedera
14. Medula spinalis
normal,
suara
dalam
tidak
nafas
abnormal)
3. Tanda-tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan
mayo
gangguan saluran pernafasan
8. Berikan brokondilator bila 8. meningkatkan pertukaran gas
perlu
9. Berikan pelembab udara
kassa basah NaCl Lembab
10. Atur intake untuk cairan
9.
brokidilator
dapat
memvasodilatasi
10. memberikan rasa nyaman
mengoptimalkan
keseimbangan
11. Monitor respirasi
dan
status O2
11. membantu
Oxygen therapy
secret
12. mengetahui
pasien
13. oksigen
mengencerkan
kebutuhan
yang
O2
adekuat
aliran
dengan
oksigen
yang
di
butuhkan
16. Observasi adanya tanda- 17. posisi yang nyaman dapat
18
tanda hipoventilasi
untuk
kecemasan pasien
nafas
mempermudah
pernafasan
19. kecemasan klien menurun
terhadap oksigenasi
18. Vital sign Monitoring
20.peningkatan
merupakan
dan RR
respirasi
tanda
adanya
adanya
fluktasi
tekanan darah
perubahan
organyang
pada
adanya
beberapa
berhubungan
status
kesehatan klien
21. Monitor VS sat pasien
berbaring,
duduk,
atau
22.mengumpulkaan
dan
19
berdiri
menentukan komlikasi
selama,
setelah aktivitas
fenomena umum, nyeri membuat
24. Monitor kualitas dari nadi
cemas, dan terjadi pengeluaran
25. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
26. Monitor suara paru
27. Monitor pola pernapasan
abnormal
28. Monitor suhu, warna dan
kelembapan kulit
29. Monitor sianosis perifer
30. Monitor adanya cudhing
triad (tekanan nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
31. Identifikasi penyebab dri
Gangguan Pertukaran Gas 1. Respiratory status: Gas
20
Domain: 3
Kelas: 4 (00030)
Definisi: kelebihan
exchange
2. Respiratory
eliminasi
pada
membran
alveolar- 1. Mendemonstrasikan
kapiler.
Batasan Karakterikstik
pH darah arteri abnormal
pH arteri abnormal
1. Pernapasan
abnormal 2.
(mis., kecepatan, irama,
kedalaman)
2. Warna kulit
peningkatan
dan
ventilasi
oksigenasi
adekuat
Memlihara
yang
kebersihan
distress
abnormal
pernafasan
(mis.,pucat, kehitaman)
3. Mendemonstrasikan
3. Konfusi
batuk efektif dan suara
4. Sianosis (pada neonatus
nafas yang bersih, tidak
saja)
5. Penurunan
ada sianosis dan dyspneu
6.
7.
8.
9.
atau
ventilaton
defisit oksigenasi dan/atau 3. Vital sign status
karbondioksida
Diaforesis
Dispnea
Sakit kepala saat bangun
Hiperkapnia
(mampu
mengeluarkan
keadekuatan
untuk
2.Meningkatkan
pengembangan
paru
memaksimalkan ventilasi
3.Membantu klien
3. Identifikasi
pasien
kebutuhan O2
perlunya pemasangan alat
memenuhi
21
10. Hipoksemia
11. Hipoksia
12. Iritabilitas
13. Napas cuping hidung
14. Gelisah
15. Samnolen
16. Takikardi
17. Gangguan penglihatan
Faktor-faktor
yang
berhubungan:
1. Perubahan
pursed lips)
4. Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
keseimbangan
secret
10. Monitor respirsi dan status
11.Mengetahui
O2.
pasien
Respiratory Monitoring
1. Monitor
kedalaman,
amati
irama
tambahan,
retraksi
intercostal
3. Monitor
suara
seperti dengkur
4. Monitor
pola
kussmaul,
dada,
saluran pernapasan
otot
dan
nafas,
3.Mengetahuai
adanya
suara
napas tambahan
4.Mengetahui
status
pola
pernapasan
nafas:
takipnea, 5.
6.Mencegah napas pendek
hiperventilasi,
22
otot
supraclavivular
bradipnea,
dan
kesimetrisan,
penggunaan
alveolar-kapiler
2. Ventilasi-perfusi
O2
usaha respirasi
2. Catat pergerakan
membran
kebutuhan
7.Mengetahui
otot
pasien
perkembangan
diafragma
(gerakan
paradoksis)
7. Auskultasi suara
catat
area
nafas,
8.Membantumengeluarkan secret
penurunan/
dengan
mengauskultasi
crakles
paru
tindakan
untuk
mengetahui hasilnya.
Nyeri Akut
1. Pain level
Domain: 12
2. Pain control
Kelas: 1 (00132)
3. Comfort level
Definisi:
Pengalaman
Kriteria Hasil:
1. Mampu
mengontrol
sensori dan emosional yang
nyeri (tahu penyebab
tidak menyenangkan yang
nyeri,
mampu
muncul akibat kerusakan
Pain Management:
1. Lakukan pengkajian nyeri 1.sebagai
secara
dasar
untuk
termasuk
karakterikstik,
durasi,
frekuensi,
23
data
kualitas
dan
hal
kerusakan
sedemikian
(International
rupa
Association
diantisipasi
atau
frekuensi
pernapasan
5. Laporan isyarat
6. Diaforesis
7. Perilaku
distraksi
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
mengurangi
untuk
faktor presipitasi
2. Observasi
nonverbal
nyeri,
mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang
nyaman
terpenuhi
komunikasi
3.membandingkan
tingkat
untuk
menggunakan
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri
mengetahui obat
4.bermanfaat dalam pengewasan
pengalaman nyeri pasien
4. Kaji
kultur
yang keefektifan
obat,
kemajuan
mempengaruhi
intensitas,
frekuensi
rasa
dar
ketidaknyamanan
3. Gunakan
dengan
(skala,
2.kebutuhan
reaksi
dan
tanda
nyeri)
4. Menyatakan
rasa
nyaman
nyeri
setelah
nyeri
5. Evaluasi
respon penyembuhan
5.kekuatan
pasien
dalam
berkurang.
tentang
mencari
dan
dan
menemukan dukungan
istirahat/relaksasi
8. Kontrol lingkungan yang
24
meningkatkan
(mis.,berjalan
mondar-
seperti
pencahayaan
lain,
aktivitas
yang
berulang)
8. Mengekspresikan
perilaku
mis.,gelisah,
10. Pilih
atau
interaksi
orang
dan
dan
9.dengan
mengurangi
farmakologi
faktor
lakukan
nyeri 11.
(farmakologi,
bercahaya,
berpencar
dan
penanganan
ruangan,
kenyamanan pasien
kebisingan
10.membantu
pasien
9. Kurangi faktor presipitasi
istirahat lebih efektif
nyeri
merengek, menangis)
9. Masker wajah mis.,mata
kurang
suhu
non
dan
personal)
13.untuk mengurangi neruuntuk
11. Kaji tipe dan sumer nyeri
mengurangi frekuensi timbulnya
untuk
menentukan
nyeri
intervensi
14.sebagai
acuan
tindakan
12. Ajarkan tentang teknik
keperawatan selanjutnya
non farmakologi
15.mencegah
nyeri
dan
13. Berikan analgetik untuk
meningkatkan penyembuhan
mengurangi nyeri
16.menurunkan
rasa
nyeri
14. Evaluasi
25
lingkungan)
12. Indikasi nyeri yang dapat
diamati
13. Perubahan posisi untuk
kontrol nyeri
15. Tingkatan istirahat
16.Kolaborasikan
dengan
menghindari nyeri
14. Sikap tubuh melindungi
15. Dilatasi pupil
16. Melaporkan nyeri secara
verbal
17. Gangguan tidur
Faktor
nyeri
berhubungan:
1. Agen
yang
17.Monitor
cedera
lokasi,
penerimaan
derajat
nyeri
pemberian obat
2. Cek
instruksi
sebelum 5.
dokter
yang
analgesik
yang
meminimalkan
tidak
di
inginkan
resiko
dari
pemberian analgetik
7.proses mengatasi nyeri lebih
cepat dan efisien
ketika
6.untuk
analgesik
IV,
pemberian
IM
untuk
vital
dan
sign
sesudah
analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
10. Evaluasi
analgesik,
Resiko penurunan perfusi 1. Cardiac
Pump
gejala.
Cardiac Care
27
efektivitas
tanda
dan
tentang
pemberian analgesic
keefektifan
jaringan jantung
efectiveness
Domain:
2. Circulation status
Kelas:
3. Vital sign status
Definisi: Resiko penurunan
Kriteria Hasil:
sirkulasi jantung (koroner)
1. Tekanan systole dan
Batasan Karakteristik:
1. Pil kontraspsi
diastole dalam rentang
2. Pembedahan jantung
yang diharapkan
3. Tamponade jantung
2. CVP dalam batas normal
4. Spasme arteri koroner
3. Nadi perifer kuat dan
5. Kurang
pengetahuan
simetris
tentang faktor risiko yang
4. Tidak ada udem perifer
dapat
diubah
dan asites
(mis.,merokok, gaya hidup 5. Denyut jantung, AGD,
monoton, obesitas)
6. Diabetes mellitus
7. Peningkatan protein
reaktif
8. Riwayat
penyakit
1. Evaluasi
tidak ada
nyeri 1.untuk
mengetahui
intensitas
disritmia
jantung
3.untuk mengetahui adanya tanda
3. Catat adanya tanda dan
dan gejala penurunan cardiac
gejala penurunan cardiac
output
output
4.mengetahui gambaran atau
4. Monitor
status
status dari kardiovaskuler klien
kardiovaskuler
5.tanda-tanda dyspneu, ortopneu
5. Monitor status pernafasan
dll
yang menandakan gagal
jantung
6. Monitor abdomen sebagai
normal
6. Bunyi jantung abnormal
tidak ada
7. Nyeri dada tidak ada
8. Kelelahan yang ekstrim
adanya
indicator
penurunan 7.untuk
perfusi
7. Monitor balance cairan
8. Monitor
adanya
mengetahui
beberapa
28
menghindari kelelahan
berlebihan
11. Monitor toleransi aktivitas
pasien
13.untuk
12. Monitor adanya dyspneu, oksigen
fatigue,
takipneu,
ortopneu
13. Anjurkan
menurunkan stress
dalam
kadar
darah
dan
.2.untuk
Fluid Management
1. Timbang popok/pembalut cairan
jika diperlukan
2. Pertahankan
meningkatkan
mengetahui
balance
keluar,apabilah
klien
akurat
mengalami kesulitan dalam BAK
3. Pasang urin kateter jika 4.sebagai salah satu pemeriksaan
diperlukan
29
kelebihan cairan
4. Monitor
status
(kelembapan
mukosa,
hidrasi
membran
nadi
adekuat,
jika diperlukan.
5. Monitor hasil lab yang 6.memastikan tanda-tanda vital
sesuai
dengan
cairan
(BUN,
Hmt,
osmolalitas urin)
6. Monitor
status
hemodinamik
CVP,
edema,
distensi
vena
leher,
asites)
30
cairan
merangsang
9. Monitor
sebelum
berat
dan
dialisi
10. Kaji lokasi
dan
edema
11. Monitor
13.untuk
masukan
makanan/cairan
hitung
luas
intake
dan
kalori
harian
12. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian terapi
cairan sesuai program
13. Monitor status nutrisi,
berikan cairan\kolaborasi
pemberian diuretik sesuai
program
14. Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
15. Dorong masukan oral
16. Berikan
penggantian
nesogatrik sesuai output
17. Dorong keluarga untuk
31
menentukan
kolaborasi selanjudnya
tindakan
keadaan
hiponatrermi
dilusi
cairan
berlebih
muncul memburuk
22. Atur
kemungkinan
transfusi
23. Persiapan untuk transfusi
Fluid Monitoring
1. Tentukan riwayat jumlah
dan tipe intake cairan dan
eliminasi
2. Tentukan
kemungkinan
32
seimbangan
cairan
(hipertermia,
terapi
jantung,
disfungsi
hati, dll)
3. Monitor berat badan
13.menpercepat
4. Monitor
serum
dan
penyembuhan
elektrolit urine
5. Monitor
serum
dan
proses
osmilalitas urine
6. Monitor BP,HR, dan RR
7. Monitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan
irama jantung
8. Monitor
parameter
1.perubahan tanda-tanda vital
hemodinamik infasif
9. Catat secara akutar intake mengindikasikan
adanya
dan output
10. Monitor
rinchi,
eodem
yang
dapat
perlu
dan
catat
respons pasien
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
34
2. Catat
adanya
fluktasi
tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi
kedua
TD
pada
lengan
dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum,
selama,
dan
setelah aktivitas.
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor adanya pulsus
paradoksus
8. Monitor adanya pulsus
alterans
9. Monitor
jumlah
dan
irama jantung
10. Monitor bunyi jantung
11. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
35
bradikardi,
peningkatan sistolik)
17. Identifikasi penyebab dari
Kelebihan Volume Cairan
1. Electrolit and acid base
Domain: 2
blance
Kelas: 5 (00026)
2. Fluid balance
Definisi: Peningkatan retensi
3. Hydration
cairan isotonik
Kriteria Hasil:
Batasan Karakteristik:
1. Bunyi nafas adventisius
1. Terbebas dari edema,
2. Gangguan elektrolit
efusi, anaskara
3. Anasarka
2. Bunyi nafas bersih, tidak
4. Azotemia
5. Perubahan tekanan darah
ada dyspneu/ortopneu
6. Perubahan status mental
3. Terbebas dari distensi
7. Perubahan pola pernapasan
intake cairan
catatan 2.untuk
mengetahui
balance
dengan
8. Penurunan hematokrit
vena jugularis, reflek
9. Penurunan hemoglobin
hepatojugular (+)
10. Dispnea
4. Memelihara
tekanan
11. Edema
12. Peningkatan tekanan vena
vena sentral, tekanan
sentral
kapiler paru, output
13. Asupan melebihi haluaran
jantung dan vital sign
14. Distensi vena jugulari
15. Oliguria
dalam batas normal
16. Ortopnea
5. Terbebas dari kelelahan,
17. Efusi pleura
kecemasan
atau
18. Refleksi
hepatojugular
kebingungan
positif
6. Menjelaskan indikator
19. Perubahan tekanan arteri
kelebihan cairan
pulmunal
20. Kongesti pulmunal
21. Gelisah
22. Perubahan berat jenis utin
23. Bunyi jantung S3
24. Penambahan berat badan
cairan
yang
berhubungan:
1. Gangguan
mekanisme
osmolalitas urin)
5. Monitor
hemodinamik
status
termasuk
PCWP
6. Monitor vital sign
7. Monitor
indikasi
retensi/kelebihan
(cracles,
CVP,
distensi
vena
asites)
8. Kaji lokasi
dari
kelebihan cairan
masukan
37
objektif
edema,
makanan/cairan
11. Kolaborasi
data
cairan
dan
edema
9. Monitor
(BUN,
dan
10.untuk
menentukan
tindakan
kolaborasi selanjutnya
11.membantu
merangsang
pengeluaran urine bagi klien yang
regulasi
2. Kelebihan asupan cairan
3. Kelebihan asupan natrium
masukan
pada
cairn
keadaan
hiponatrermi
dilusi
13.untuk
kolaborasi selanjudnya
dokter
cairan
jika
muncul
memburuk
Fluid Monitoring
1. Tentukan riwayat jumlah
dan tipe intake cairan dan
eliminasi
2. Tentukan
kemungkinan
cairan
(hipertermia,
terapi
38
menentukan
3.
tindakan
rinchi,
eodem
dari odema.
Activity Therapy
1. Kolaborasikan
39
dengan 1.
Tenaga
Rehabilitasi
Medik
dalam
proses
aktivitas
disertai
atau
yang
ingin
dilakukan.
Batasan Karakteristik:
1. Respon tekanan darah
abnormal
EKG
yang
mencerminkan aritmi
4. Perubahan EKG yang
mencerminkan iskemia
5. Ketidaknyamanan setelah
beraktivitas
6. Dispnea
setelah
beraktivitas
7. Menyatakan merasa letih
8. Menyatakan
merasa
tanpa
peningkatan
aktivitas
sehari-hari
merencanakan
terapi yang tepat
2. Bantu
klien
dalam
proses
terapi
untuk
atau
tanpa
adekuat
8. Sirkulasi status baik
9. Status
respirasi:
gas
dengan
kemampuan
fisik,
bantuan alat
7. Status kardiopulmunari
pertukaran
program 2.memudahkan
mengidentifikasi aktivitas
RR
2. Mampu
terhadap 3.
4.
aktivitas
5.
2. Respon frekuensi jantung
6.
abnormal
terhadap
aktivitas
3. Perubahan
fisik
mendapatkan
dan
ventilasi adekuat.
aktivitas
roda, krek
6. Bantu
seperti
kursi
untuk
mengidentifikasi aktivitas
40
7.untuk
keseimbangan
meningkatkan
pelatihan
ADL
lemah
Faktor yang berhubungan:
1. Tirah
baring
atau
yang disukai
7. Bantu
klien
untuk
imobilisasi
2. Kelemahan umum
3. Ketidakseimbangan
diwaktu luang
10.untuk meningkatkan semangat
8. Bantu
pasien/keluarga
pasien
untuk mengidentifikasi
kekurangan
dalam
beraktivitas
9. Sediakan
penguatan
untuk
menggembangkan
motivasi
diri
dan
penguatan
11. Monitor respon
fisik,
2.
pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi pada
kulit
2. Perfusi jaringan baik
3. Menunjukkan
pemahaman
dalam
cedera berulang
4. Mampu melindungi kulit
dan
untuk
4. Mobilisasi pasien (ubah
kulit
lembab
dan
pertumbuhan
patogenik.
4.meningkatkan
organisme
sirkulasi
dan
oil
pada
mempertahankan
kelembapan
yang
hipotermia
e. Faktor mekanik (mis.,
forces]
f. Medikasi
g. Lembab
h. Imobilitasi fisik
2. Internal:
a. Perubahan status cairan
b. Perubahan pigmentasi
c. Perubahan turgor
d. Faktor perkembangan
e. Kondisi
ketidak
tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar 3.area
7.monitor
dan untuk
mobilisasi pasien
aktivitas
mencegah
mobilitas
terjadinya
dan
perawatan alami
komplikasi
berupa
kerusakan
integritas kulit
8.membantu menjaga kebersihan
8. Memandikan
dengan
42
sabun
pasien
dan
air
diri pasien
seimbangan
nutrisi
(mis.,obesitas, emasiasi
f. Penurunan imunologis
g. Penurunan sirkulasi
h. Kondisi
gangguan
hangat
Insision site care
1. Membersihkan, memantau
dan meningkatkan proses
metabolik
i. Gangguan sensasi
j. Tonjolan tulang
ditutup
dengan
atau
staples,
preparat
(tidak
terbalut)
sesuai program
Dialysis Acces Maintenance
Nutrition Management
1. Kaji adanya alergi makan
2. Kolaborasi
gizi
dengan ahli
untuk
menentukn
yang
zat
besi
dalam
meningkatkan intake Fe
terpenuhi
4. Anjurkan pasien untuk 4.Kebutuhan akan protein dan
meningkatkan rotein dan vitamin C terpenuhi
vitamin C
5. Berikan substansi gula
5.subtansi
gula
dapat
diet
yang
mengandung
serat
untuk
7.Kebutuhan
mencegah konstipasi
terpenuhi
7. Berikan makanan yang
terpilih
44
(sudah
nutrisi
pasien
makanan
12. Penurunan
badan
asupan
kurang
dari
setelah
makan
21. Sariawan rongga mulut
22. Steatorea
23. Kelemahan
otot
pengunyah
24. Kelemahan
dikonsultasikan
ahli gizi)
makanan sendiri
8. Ajarkan pasien bagaimana
9.Mengetahui jumlah kalori yang
membuat catatan makanan
masuk
harian
10.meningkatkan
pengetahuan
9. Monitor jumlah nutrisi
pasien
mengenai
kebutuhan
dan kandungan kalori
10. Berikan informasi tentang nutrisi
11.Informasi
dasar
untuk
kebutuhan nutrisi
perencanaan awal dan validasi
11. Kaji kemampuan pasien
awal
untuk mendapatkan nutrisi
1.Mengetahui status BB pasien
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
2.Membantu
pasien
untuk
1. BB pasien dalam batas
meningkatkan makan
normal
3.Observasi kebutuhan nutrisi
2. Monitor
adanya
penurunan berat
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas
yang
biasa
4.
dilakukan
otot
untuk
5.Cara
4. Monitor
45
interaksi
anak
khusus
untuk
menelan
Faktor-faktor
berhubungan:
1. Faktor biologis
2. Faktor ekonomi
3. Ketidakmampuan
yang
untuk
mengabsorbsi nutrien
4. Ketidak mampuan untuk
mencerna makanan
5. Ketidak
mampuan
menelan makanan
6. Faktor psikologis
status
perkemb
kadar Ht
12. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
13. Monitor
kemerahan,
kekeringan
46
konjungtiva
14. Monitor kalori dan intake 16.
nutrisi
15. Catat
adanya
hiperemik,
edema,
hipertonik
47
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Gagal jantung merupakan suatu keadaan patofisiologik berupa
kelainanfungsi jantung sehingga tidak mampu memompa darah untuk
memenuhikebutuhan metabolisme jaringan dan kemampuannya ada kalau
disertaipeninggian volume diastolik secara abnormal
Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung sudah tidak mampu
memompa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh dan kemampuannya
hanya ada kalau disertai dengan peningkatan tekanan pengisian ventrikel
kiri.
B.
Saran
Kami sadar tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, saran
dan kritik sangat kami harapkan dan kami pun akan mnerima kritik dan
sarannya dengan senang hati untuk perbaikan pada makalah berikutnya.
Daftar Pustaka
48
49