Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan adalah proses dasar manajemen untuk menetukan tujuan dan
lankah-langkah yang harus dilakukan agar tujuan dapat tercapai. Menurut
Abdulrachman, perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan faktafakta dan atau perkiraan yang mendekat (estimate) sebagai persiapan untuk
melaksanakan tindakan-tindakan kemudian didalam suatu perencanaan erat
hubungannya dengan suatu sistem ruang yaitu terkait denga perencanaan dan
tata ruang yang mengarah pada arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan
ruang itu sendiri.
Ruang adalah suatu wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan
ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk
lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan
hidupnya. Interaksi dalam ruang akan mempengaruhi karakteristik ruang itu
sendiri. Semakin banyak aktivitas, maka ruang yang digunakan juga semakin
banyak. Hal ini berimplikasi terhadap pola penggunaan ruang dalam suatu
komunitas. Aktivitas yang mempengaruhi pola keruangan antara lain distribusi
penduduk, perekonomian, pemerintah, lalu lintas, dan berbagai aktivitas lain
yang memanfaatkan ruang dalam skala besar.
Aktivitas yang terkait dengan tata ruang yang mutlak terjadi adalah
perkembangan perumahan. Hal ini dikarenakan keterkaitannya yang sangat
erat

dengan

dinamika

kependudukan

yang

mencakup

pertumbuhan,

persebaran, komposisi penduduk, mobilitas penduduk, dan perkembangan


rumah tangga. Perkembangan perumahan juga mempunyai kemampuan
menentukan

arah

perkembangan

wilayah,

begitu

pula

sebaliknya,

perkembangan wilayah akan berpengaruh pada kebijakan pembangunan


perumahan (Yudohusodo, 1991).
Untuk menjadi sebuah kriteria dalam suatu pembagunan, perlunya upaya
untuk menciptakan atau mengembangkan suatu wilayah menajdi lingkungan
yang nyaman, baik kepentingan ekonomi, sosial budaya. Kota yang selalu
berkembang

baik

secara

alamiah

maupun

proses

perencanaan

dan

perancangan, dihadapkan pada kondisi permasalahan tidak tercapainya kondisi


ideal akan tuntutan kebutuhan tujuan pembagunan tersebut.
Fungsi pembagunan pada bangunan sebagai tempat segala aktivitas
manusia, mulai dari aktivitas perekonomian, kebudayaan, sosial, dan
pendidikan terkait dengan fungsi pemerintah daerah sebagai agent of
development, agent of change, agent of regulation. Dalam fungsinya
tersebut, pemerintah daerah berkepentingan terhadap izin-izin bangunan.
Perizinan bengunan diberlakukan agar tidak terjadi kekacau-balauan dalam
penataan ruang kota, dan merupakan bentuk pengendalian pembangunan
ruang kota.
Pemeberian pengaturan dalam pemberian izin pendirian dan penggunaan
bangunan dilakukan untuk menjamin agar pertumbuhan fisik perkotaan dalam
rangka mendukung pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, tidak
menimbulkan kerusakan penataan kota tersebut. oleh karena itu, maka setiap
akan membangun harus mengurus dulu Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah perizinan yang diberikan oleh
Pemerintah Kota kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru,
mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung
sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis.
Seperti halnya yang terjadi di Kota Malang, Jawa Timur. Maraknya
pembangunan yang dilakukan secara terus menerus-menerus membuat
permasalahan yang munucul di Kota Malang mengenai kebijakan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Malang terkait pemberian izin berdirinya
bangunan contohnya bangunan apartemen yang menimbulkan banyak
permasalahan, baik permasalahan huku,, permasalahan lingkungan dan
permasalhan sosial. Sesuai permasalahan mengenai IMB di Kota Malang
pembagunan yang terjadi disana berdiri di lokasi yang terletak di
tepi/sempadan Sungai Brantas menjadikan pertanyaan oleh banyak kalangan.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Malang, lokasi
berdirinya apartemen yang dibagun diwilayah kecamatan Lowokwaru tersebut
tidak sesuai aturan tata ruang. Tidak hanya pada kasus pembagunan apartemen

yang terjadi di Kota Malang, masih banyak pelanggran IMB yang terkait pada
suatu pembagunan kota di Kota Malang.
Pada proses perizinan dan penetapan kebijakan terkait pembagunan
terlihat seolah-olah bahwa terdapat transaksi politik dan ekonomi anatara
pihak yaitu pihak pengembang/pengelola bangunan dengan Pemerintahan
Kota Malang yang pada akhirnya dapat menguntungkan kedua belah pihak
dengan melanggar hukum serat menimbulkan dampak ngetaif terhadap
kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan hidup Kota Malang.
Visi dan fungsi penataan ruang Kota Malang di atas tidak akan terlaksana
dengan baik apabila masih banyak terjadi pelanggran-pelanggaran penataan
ruang yang terjadi di Kota Malang. Terlebih lagi pelanggaran penataan ruang
terkait pemberian izi mendirikan bagunan (IMB) yang sangat banyak terjadi di
Kota Malang.
Jadi, setiap subjek huum baik orang maupun badan hukum perdata tidak
diperkenakan atau diberi izin untuk mendirikan bagunan atau menggunakan
tanahnya. Jika dilihat tidak sesuai dengan apa yang telah ditentukan
peruntukannya dalam rencana tata ruang. Namun fakta yang ada di Kota
Malang masih ada orang ataupun badan hukum perdata yang memperoleh izin
mendirikan bagunan (IMB) atau memiliki bagunan, tetapi melanggar perdata
Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Malang.
1.2 Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, Kota Malang sudah mengalami
pembangunan yang pesat sehingga banyak lahan dan ruang yang diincar oleh
orang atau pengembang yang kemudian dikelola oleh pemerintah ataupun
dikelola oleh pihak swasta. Akan tetapi pembangunan/bangunan tersebut
banyak yang tidak sesuai dengan fungsi tata ruang yang ada dan bangunan
tersebut tetap berdiri bahkan memiliki IMB yang salah.
Kegunaan dari Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yaitu untuk menjamin
agar pertumbuhan fisik perkotaan dalam rangka mendukung pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan serta tidak menimbulkan kerusakan penataan kota
tersebut. Selain itu, dengan adanya IMB status kejelasan tanah yang

bersangkutan sudah jelas dan meminimalisir gugatan pihak lain setelah


bangunan berdiri, lingkungan kota memerlukan penataan dengan baik dan
teratur, indah, aman tertib dan nyaman sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Kota, untuk menghindari bahaya secara fisik bagi penggunaan bangunan
dibutuhkan

rencana

pembangunan

yang

matang

dan

memenuhi

standar/normalisasi teknis bangunan yang telah ditetapkan meliputi arsitektur


konstruksi dll serta pemantauan terhadap standar/normalisasi teknis bangunan
melalui izin Penggunaan Bangunan diharapkan hdapat mencegah bahaya yang
mungkin timbul.
Berdasarkan Peraturan Undang-undang No 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung terdapat beberapa pasal yang berisi tentang persyaratan
teknis dan administrasi dari bangunan gedung seperti pasal 7 ayat 1 berisi
tentang

bangunan gedung harus memenuhi

persyaratan

teknis

dan

administratif yang sesuai dengan fungsi bangunan tersebut. Dalam pasal 7


ayat 2 berisi tentang isi dari persyaratan administratif pada pasal 1, yakni
status hak atas tanah, izin mendirikan bangunan dan status kepemilikan
bangunan gedung sedangkan pada pasal 8 ayat 1 berisi tentang syarat
administratif dalam pembangunan gedung yang isinya IMB gedung sesuai
dengan Undang-undang yang berlaku, status hak atas tanah dan atau surat dari
pemegang hak atas tanah tentang status pemanfaatan, status kepemilikan
bangunan dari gedung tersebut. Peraturan-peraturan tentang bangunan sudah
ada namun dalam pelaksanaannya masih tidak sesuai dengan kondisi
lapangan.

1.3 Tujuan dan Sasaran


Tujuan :
1. Mengetahui efisiensi implementasi IMB sebagai instrumen pengendalian
penggunaan lahan
2. Mengetahui peran Badan Pengendali Pertanahan/Penggunaan Lahan
(pemerintah) dalam upaya implementasi instrumen pengendali yang ada
3. Menanam dan menumbuhkan kesadaran mendasar dalam hal penertiban
sesuai prosedur proses pembangunan

Sasaran :
Kerangka Pemikiran

Anda mungkin juga menyukai