Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain
meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat
pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta
adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
I.2 Tujuan

Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan tinjauan pustaka ini, diharapkan mahasiswa mampu
memahami,

menjelaskan,

serta

mengaplikasikan

definisi,

epidemiologi,

patomekanisme berdasarkan etiologi dan factor resiko, gejala atau gambaran


klinis, pemeriksaan untuk diagnosis serta untuk mencari factor resiko,
pemeriksaan penunjang, terapi, komplikasi, dan prognosis dari penyakit
Hipertensi.

Tujuan Khusus
Setelah mempelajari tinjauan pustaka ini, diharapkan mahasiswa mampu :
a.
Memahami dan menjelaskan epidemiologi hipertensi
b.
Memahami dan menjelaskan definisi hipertensi
c.
Memahami dan menjelaskan epidemiologi hipertensi
d.
Memahami dan menjelaskan patomekanisme berdasarkan etiologi dan factor
e.
f.

resiko hipertensi
Memahami dan menjelaskan gejala hipertensi
Memahami dan menjelaskan pemeriksaan untuk diagnosis dan mencari

g.
h.
i.
j.

factor resiko hipertensi


Memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk hipertensi
Memahami dan menjelaskan terapi untuk hipertensi
Memahami dan menjelaskan komplikasi hipertensi
Memahami dan menjelaskan prognosis hipertensi
STATUS PASIEN

I.1

Identitas
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Pekerjaan

: Ny. S
: 48 tahun
: Perempuan
: Penjaga warung
1

Alamat
: Cilandak timur
Hari/Tanggal Masuk : Senin, 15 Maret 2010
Jam
: 10.00 WIB
I.2

Anamnesis

Autoanamnesa kepada pasien tanggal 15 Maret 2010, 10.00 WIB.


Keluhan utama:
Pusing sejak 4 hari

Riwayat penyakit sekarang:


Pusing sejak 4 hari. Yang dirasakan adalah sakit kepala. Sakit kepala dirasakan dibagian tengkuk
kepala. Sakit kepala dirasakan setiap saat, bukan karena pindah tempat ke tempat yang lebih
gelap ataupun pindah posisi dari jongkok berdiri. Keluhan demam, mual, muntah, maag,
gangguan BAB dan BAK disangkal.

Riwayat penyakit dahulu


Pasien memiliki riwayat hipertensi sebelumnya.

Riwayat keluarga
Disangkal

Riwayat psikososial
Terkadang pasien suka mengkonsumsi makanan ikan asin. Selain itu, pasien suka mengkonsumsi
bayam, kacang panjang, dan kangkung. Pasien tidak merokok dan jarang olahraga.
Pasien tinggal serumah dengan suami dan anaknya. Keduanya adalah perokok.

Riwayat pengobatan
Saat pusing, pasien mengkonsumsi obat merek Paramex. Sembuh hanya sesaat, kemudian pusing
kembali.

Riwayat alergi
Disangkal

I.3

Pemeriksaan Fisik Umum

Keadaan umum

: pasien tampak sakit ringan


: compos mentis

Tanda vital
Nadi

: 102 x/menit
2

Suhu

: 36,5 C

Nafas

: 20 x/menit

Tekanan darah : 150/100 mmHg


TB

: 160 cm

BB

: 58 kg

IMT

: 22,66 (normal)

Kepala
Mata

: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung

: deviasi (-), secret (-), udem (-)

Telinga

: normotia, simetris, sekret (-), serumen (-)

Mulut

: bibir basah, gigi geligi (baik)

Faring

: tidak hiperemis

Leher
Tiroid

: Tidak dilakukan

Trakea

: Tidak dilakukan

Kelenjar limfe

: Tidak dilakukan

Thorax
Inspeksi

: Pengembangan dinding dada simetris

Palpasi

: Vokal fremitus tidak dilakukan

Perkusi

: Tidak dilakukan

Auskultasi

: Bunyi nafas normal, wheezing (-), stridor (-)

Abdomen
Inspeksi

: Suppel, distensi abdomen (-), asites (-)

Auskultasi

: Bising Usus (+)

Palpasi

: Tidak ada nyeri tekan, CVA (-)

Perkusi

: Timpani

Ekstremitas :
Akral hangat, edema (-), bekas luka (-)
Tonus otot

PEMERIKSAAN PENUNJANG

EKG

DIAGNOSIS
1. Diagnosis : Hipertensi
PENATALAKSANAAN

Beta blocker

Captopril

: 1-2 dd 25-50 mg

Diuretik

Hidroclorothiazide

: 1 dd 12,5 mg

BAB II
TEORI
II.1 Definisi
Hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri.
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Menurut
The Seventh of The Joint national Committee on Prevention, detection, Wvaluation, and
4

Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi
menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan derajat 2.
Klasifikasi Tekanan darah menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan
TDS (mmHg)
Darah
Normal
< 120
Prehipertensi
120 139
Hipertensi derajat 1 140 159
Hipertensi derajat 2 160

TDD (mmHg)
dan
atau
atau
atau

< 80
80 90
90 99
100

Pasien dengan prehipertensi berisiko mengalami peningkatan tekanan darah menjadi hipertensi;
mereka yang tekanan darahnya berkisar antara 130 139/80 89 mmHg dalam sepanjang
hidupnya akan memiliki dua kali risiko menjadi hipertensi dan mengalami penyakit
kardiovaskular daripada yang tekanan darahnya lebih rendah.
Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik >140 mmHg merupakan
factor resiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskular daripada tekanan darah
diastolic.

Risiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg, meningkat

dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg


Risiko penyakit kardiovaskular bersifat kontinyu, konsisten, dan independen dari factor
resiko lainnya

II.2 Epidemiologi
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia lanjut, maka
jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah, dimana baik
hipertensi sistolok maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolic sering timbul pada lebih
dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang
dahulu terus meningkat, dalam decade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola kurva
mendatar), dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien
hipertensi.
Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari negara-negara yang
sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES)
5

menunjukkan bahwa dari tahun ke 1999 2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah
sekitar 29 31%, yang berarti terdapat 58 65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi
peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun 1988 1991. Hipertensi esensial sendiri
merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi.
II.3 Patomekanisme berdasarkan Etiologi (Penyebab)
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1.

Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui

penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).


2.

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya

penyakit lain.
a. Hipertensi Primer / Esensial (90%)
adalah peningkatan curah jantung (volume sekuncup x frekuensi denyut jantung) dan
peningkatan resistensi perifer total (TPR).
II.4 Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

Sakit kepala

Kelelahan

Mual

Muntah
6

Sesak nafas

Gelisah

Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung
dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan
penanganan segera.

II.5 Pemeriksaan untuk Diagnosis


Pemeriksaan Dasar
Pengukuran tekanan darah yang sesuai standar dilakukan tidak hanya sekali, bila perlu dapat
pada lebih sekali kunjungan.
Syarat standar pengukuran tekanan darah :

Diukur setelah pasien duduk dan istirahat beberapa menit di ruangan yang tenang
Cuff standar yaitu dengan balon 12 13 cm lebar dan panjang 35 cm, orang

gemuk atau anak perlu alat yang sesuai dan dipasang setinggi jantung
Tekanan sistolik = suara fase I dan tekanan diastolic = fase V
Pengukuran pertama haarus pada kedua sisi lengan untuk menghindarkan

kelainan pembuluh darah perifer


Harus diukur juga tekanan darah sewaktu berdiri pada manula, pasien DM, atau
keadaan yang sering timbul hipotensi ortostatik

II.6 Pemeriksaan Mencari Faktor Resiko


Faktor resiko penting untuk menentukan resiko hipertensi dan stratifikasi terhadap kejadian
komplikasi kardiovaskular, yaitu :
1. Resiko untuk stratifikasi
a. Derajat hipertensi
b. Wanita > 65 tahun
c. Laki-laki > 55 tahun
d. Perokok
e. Kolesterol total > 250 mg% (6,5 mmol/L)
f. Diabetes mellitus
7

g. Riwayat keluarga penyakit kardiovaskular lain


2. Resiko lain yang mempengaruhi prognosis
a. Kolesterol HDL rendah
b. Kolesterol LDL meningkat
c. Mikroalbuminaria pada diabetes mellitus
d. Toleransi glukosa terganggu
e. Obesitas
f. Tidak berolahraga (secondary lifestyle)
g. Fibrinogen meningkat
h. Kelompok resiko tinggi tertentu; sosioekonomi, ras, geografik
3. Kerusakan organ sasaran
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Proteinuria / kreatinin 1,2 2,0 mg%
c. Penyempitan a.retina local / umum
d. Tanda aterosklerosis pada a.karotis, a.iliaka, aorta
4. Tanda klinis kelainan dengan penyakit
a. Penyakit serebrovaskular
Stroke iskemik
Perdarahan serebral
b. Penyakit jantung
Infark miokard
Angina pectoris
Revaskularisasi koroner
Gagal jantung kongestif
c. Retinopati hipertensi lanjut
Perdarahan atau eksudat
Edema papil
d. Penyakit ginjal
Nefropati diabetic
GGK (kreatinin > 2 mg %)
e. Penyakit lain
Diseksi aneurisma
Penyakit arteri (simtomatik)

II.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan rutin harus dilakukan seperti :

Tes darah rutin


Hemoglobin dan hematokrit
Urinalisis terutama untuk deteksi adanya darah, protein, gula
Kimia darah untuk kalium (serum), kreatinin (serum), gula darah puasa, total kolesterol
Elektrokardiogram
8

Ekokardiogram
Radiologi: foto toraks
Sesuai penyakit penyerta
Kolesterol total serum, kolesterol HDL serum, LDL serum, kolesterol trigliserida serum

(puasa)
Asam urat serum
Plasma rennin activity (PRA), aldosteron, katekolamin urin
Ekokardiografi bila diduga KOS (kerusakan organ sasaran), seperti adanya LVH
Ultrasonografi pembuluh darah besar (karotis dan femoral)
Ultrasonografi ginjal bila diduga adanya kelainan ginjal
Pemeriksaaan neurologis untuk mengetahui kerusakan pada otak
Funduskopi untuk mengetahui kerusakan pada mata

II.8 Terapi
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah :

Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi (diabetes, gagal

ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg


Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria

Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap factor resiko atau kondisi penyerta lainnya
seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan hingga mencapai target terapi
masing-masing kondisi.
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi
nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujian menurunkan
tekanan darah dan mengendalikan factor-faktor resiko serta penyakit penyerta lainnya.
Terapi nonfarmakologis terdiri dari :

Menghentikan merokok
Menurunkan berat badan berlebih
Menurunkan konsumsi alcohol berlebih
Latihan fisik
Menurunkan asupan garam
Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak

Jenis jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan JNC 7:
9

Diuretika, terutama jenis Thiazie (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant)
Beta Blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium Anatagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1receptor antagonist / blocker (ARB)

Masing masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam pengobatan
hipertensi, tetapi pemilihan obat antihipertensi juga dipengaruhi beberapa factor, yaitu :

Faktor sosio ekonomi


Profil factor resiko kardiovaskular
Ada tidaknya kerusakan organ target
Ada tidaknya penyakit penyerta
Variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi
Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan pasien untuk penyakit lain
Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam menurunkan
resiko kardiovaskular

Berdasarkan uji klinis, hamper seluruh pedoman penanganan hipertensi menyatakan bahwa
keuntungan pengobatan antihipertensi adalah penurunan tekanan darah itu sendiri, terlepas dari
jenis atau kelas obat antihipertensi yang digunakan. Tetapi terdapat pula buki bukti yang
menyatakan bahwa kelas obat antihipertensi tertentu memiliki kelebihan untuk kelompok pasien
tertentu.
Untuk keperluan pengobatan, ada pengelompokan pasien berdasar yang memerlukan
pertimbangan khusus (Special Consederations), yaitu Kelompok Indikasi yang Memaksa
(Compelling Indications), dan Keadaan Khusus lainnya (Special Situations).
Indikasi yang memaksa meliputi :

Gagal jantung
Pasca infark miokardium
Resiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi
Diabetes
Penyakit ginjal kronis
Pencegahan stroke berulang

Keadaan khusus lainnya meliputi :


10

Populasi minoritas
Obesitas dan sindrom metabolic
Hipertrofi ventrikel kanan
Penyakit arteri perifer
Hipertensi pada usia lanjut
Hipotensi postural
Demensia
Hipertensi pada perempuan
Hipertensi pada anak dan dewasa muda
Hipertensi urgensi dan emergensi

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target tekanan darah
tinggi dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat
antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan
pemberian sekali sehari. Pilihan memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan
kombinasi tergantung tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai
dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah belum mencapai
target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau berpindah ke
antihipertensi lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa dihindarkan dengan dosis
rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan
bisaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang semakin
bertambah.
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah :

CCB dan BB
CCB dan ACEI atau ARB
CCB dan diuretika
AB dan BB
Kadang diperlukan tida atau empat kombinasi obat

Indikasi dan Kontraindikasi (KI) Kelas kelas Utama Obat Antihipertensi menurut ESH
Kelas Obat
Diuretika (Thiazide)

Indikasi
Gagal jantung kongestif, usia

KI Mutlak
Gout

11

KI Tidak Mutlak
Kehamilan

lanjut, isolated systolic


hypertension
Insufisiensi ginjal, gagal

Diuretika (Loop)

jantung kongestif

Diuretika (anti aldosteron)

Gagal jantung kongestif,


pasca infark miokardium
Angina pectoris, pasca infark
miokardium, gagal jantung

-blocker

kongestif, kehamilan,
takiaritmia

Gagal ginjal, hiperkalemia

Asma,
obstruktif

penyakit

paru

menahun,

A-V

block (derajat 2 atau 3)

Penyakit

pembuluh

darah

perifer, intoleransi glukosa,


atlit atau pasien yang aktif
secara fisik

Usia lanjut, isolated systolic


Calcium

Antagonist

(dihydopiridine)

hypertension, angina pectoris,

Takiaritmia,

penyakit pembuluh darah

gagal

jantung

kongestif

perifer, aterosklerosis karotis,


kehamilan

Calcium

Antagonist

(verapamil, diltiazem)

Angina pectoris,
aterosklerosis karotis,
takikardia supraventrikuler

A-V block (derajat 2 atau 3),


gagal jantung kongestif

Gagal jantung kongestif,


disfungsi ventrikel kiri, pasca
Penghambat ACE

infark miokardium, nondiabetic nefropati, nefropati

Kehamilan,

hiperkalemia,

stenosis arteri renalis bilateral

DM tipe 1, proteinuria
Nefropati DM tipe 2,
Angiotensin

II

receptor

antagonist (ATI-blocker)

mikroalbuminaria diabetic,
proteinuria, hipertrofi
ventrikel kiri, batuk karena

Kehamilan,

hiperkalemia,

stenosis arteri renalis bilateral

ACEI
Blocker

Hyperplasia prostat (BPH),


hiperlipidemia

Hipotensi ortostatik

Gagal jantung kongestif

Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 7


Klasifikasi

TDS (mmHg)

TDD (mmHg)

Tekanan darah

12

Perbaikan Pola

Terapi Obat Awal

Terapi Obat awal

Hidup

tanpa Indikasi

dengan Indikasi

Memaksa
Normal

< 120

dan < 80

Dianjurkan

Prehipertensi

120 139

atau 80 89

Ya

Memaksa

Tidak indikasi

Obat-obatan untuk

obat

indikasi yang
memaksa

Hipertensi

140 159

atau 90 99

Ya

derajat 1

Diuretika jenis

Obat-obatan untuk

Thiazide untuk

indikasi yang

sebagian besar

memaksa obat

kasus, dapat

antihipertensi lain

dipertimbangkan

(diuretika, ACEI,

ACEI, ARB, BB,

ARB, BB, CCB)

CCB, atau

sesuai kebutuhan

kombinasi
Hipertensi

160

atau 100

ya

derajat 2

Kombinasi 2 obat
untuk sebagian
besar kasus
umumnya
diuretika jenis
Thiazide dan
ACEI atau ARB
atau BB atau CCB

II.9 Komplikasi

Aterosklerosis
Penyakit jantung koroner
Penyakit arteri perifer atau penyakit oklusi arteri perifer
Aneurisma
Gagal Jantung
Stroke
Edema paru
Gagal ginjal
13

Kebutaan (pecahnya pembuluh darah pada mata)


Sindrom metabolic

II.10 Prognosis
Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat. Terapi dengan
kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan antihipertensi biasanya dapat menjaga tekanan
darah pada tingkat yang tidak akan menyebabkan kerusakan pada jantung atau organ lain. Kunci
untuk menghindari komplikasi serius dari hipertensi adalah untuk mendeteksi dan mengobati
sebelum kerusakan terjadi.

BAB III
PEMBAHASAN
Setelah mempelajari dan menyesuaikan dengan laporan kasus yang ada, kasus ini didiagnosa sebagai
hipertensi derajat 1 sesuai dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang didapat. Adapun hasil
anamnesa dan pemeriksaan fisis yang didapat, yaitu:

Sakit kepala

Riwayat hipertensi sebelumnya

Suka mengkonsumsi ikan asin

Tekanan darah: 150/100mmHg

Nadi: 102 x/menit


14

Namun, hal ini perlu ditunjang oleh beberapa pemeriksaan penunjang untuk mengetahui apakah telah
terjadi kelainan pada jantung:

EKG

Foto polos thorax

Terapi yang diberikan pada pasien ini :

Captopril

: 1-2 dd 25-50 mg

Hidroclorothiazide

: 1 dd 12,5 mg

Kombinasi beta blocker dan diuretik ini diberikan sebagai lini pertama, karena menurut penelitian yang
ada kombinasi obat ini dapat menurunkan tingkat mortalitas pada pasien hipertensi.

BAB IV
PENUTUP
IV.1

KESIMPULAN

Walaupun hipertensi masih banyak terjadi di kalangan masyarakat, namun masih bisa diobati dan
dikendalikan. Hipertensi dapat diobati dengan berbagai jenis obat antihipertensi yang sesuai
dengan keadaan penderita serta dapat dikendalikan melalui pola hidup sehat dan pemeriksaan
tekanan darah secara teratur.
IV.2

SARAN

15

Jangan anggap remeh penyakit hipertensi karena terdapat banyak komplikasi yang bisa
ditimbulkan di kemudian hari. Hipertensi dapat disembuhkan jika pengobatan dimulai sejak awal
munculnya keluhan. Sehingga diharapkan angka kesakitan yang disebabkan oleh penyakit ini
bisa menurun.

DAFTAR PUSTAKA

1
2
3

Sudoyo, Aru W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. ed. IV. Jakarta: FKUI. 2006.
Silvia A. Price, Lorraince M. Wilson. Patofisiologi. Jakarta: EGC. 2003.
Hughes AD, Schachter M. Hipertensi dan pembuluh darah. Br Med Bull 1994;50:356-70.

Br Med Bull 1994; 50:356-70.


Gareth Beevers "Para patofisiologi

FindArticles.com.
Ganiswarna, S. G. (2003). Famakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi FK-UI.

16

hipertensi".

British

Medical

Journal.

Tjay, T. H., & Rahardja, K. (2003). Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efekefek Sampingnya. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

17

Anda mungkin juga menyukai