Anda di halaman 1dari 2

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen menggunakan

fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert. KLT merupakan salah satu jenis
kromatografi analitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan
menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah. KLT termasuk dalam kategori
kromatografi planar, selain kromatografi kertas. Kromatografi juga merupakan analisis cepat
yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.

Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan yang di dasarkan pada pemisahan daya
adsorbsi suatu adsorben terhadap suatu senyawa, baik pengotornya maupun hasil isolasinya.
Sebelumnya dilakukan percobaan tarhadap kromatografi lapis tipis sebagai pencari kondisi
eluen. Misalnya apsolsi yang cocok dengan pelarut yang baik sehingga antara pengotor dan hasil
isolasinya terpisah secara sempurna.
Alat yang diinginkan adalah kolom gelas yang diisi dengan zat padat aktif seperti alumino dan
selika gel sebagai fase diam. Zat yang dimasukan lewat puncak kolom akan mengalir kedalam
zat penyerap. Zat diserap dari larutan secara sempurna oleh zat penyerapan berupa pita sempit
pada ujung kolom dengan kecepatan yang berbeda, sehingga terjadi pemisahan dalam kolom.
Hasil pemisahan ini disebut kromatogram.

Kromatografi vakum cair (KVC) merupakan kromatografi yang dilakukan untuk memisahkan
golongan senyawa metabolit sekunder secara kasar dengan menggunakan silika gel sebagai
adsorben dan berbagai perbandingan pelarut n-heksana : etil asetat : metanol (elusi gradien) dan
menggunakan pompa vakum untuk memudahkan penarikan eluen. Sampel yang digunakan
adalah ekstrak kulit batang nangka yang terlebih dahulu telah dilakukan penarikan ekstraknya
dengan menggunakan alat soklet. Adapun cara kerja kromatografi cair vakum yaitu kolom
kromatografi dikemas kering dengan penjerap silika gel KL 254 dalam keadaan vakum agar
diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Vakum dihentikan, pelarut yang kepolarannya rendah
(n-heksana) dituangkan ke permukaan penjerap lalu divakumkan lagi. Kolom dipisah sampai
kering dan sekarang siap dipakai. Sampel dilarutkan dalam pelarut yang cocok, dimasukkan
langsung pada bagian atas kolom dan dihisap perlahan-lahan ke dalam kemasan dengan
mengvakumkannya. Kolom, dielusi dengan campuran pelarut yang cocok, mulai dengan pelarut
yang kepolarannya rendah (n-heksana) lalu kepolaran ditingkatkan perlahan-lahan dengan cara
elusi gradien antara n-heksana:etil asetat:metanol, kolom dihisap sampai kering pada setiap
pengumpulan fraksi.
MATERI DAN METODE
Bahan

Biji pepaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji pepaya yang berwarna putih yang
diambil di daerah Kupang-NTT. Bahan kimia yang digunakan seperti metanol (teknis dan p.a),
kloroform p.a, n-heksana (p.a dan teknis), asam sulfat pekat, asam asetat anhidrat, kalium
bromida (KBr), silika gel GF254, silika gel 60, etilasetat p.a, eter p.a, etanol (p.a dan teknis), dan
akuades.
Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah berbagai alat gelas, seperangkat alat kromatografi (KLT dan
kolom), lampu ulta violet 254 nm dan 366 nm, spektrofotometer ultra violet -tampak, serta
spektrofotometer inframerah.
Cara Kerja
Biji pepaya yang berwarna putih dicelupkan ke dalam etanol panas kemudian dikeringkan dan
dihaluskan. Sebanyak 500 g serbuk kering biji pepaya diekstraksi dengan cara maserasi
menggunakan pelarut n-heksana. Ekstrak yang didapat diuapkan dengan rotary vacuum
evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental n-heksana. Ekstrak kental tersebut diuji fitokimia
dengan pereaksi Liebermann-Burchard untuk menentukan ada tidaknya triterpenoid. Ekstrak
kental positif triterpenoid dipisahkan dengan kromatografi kolom. Sebelum dilakukan pemisahan
dengan kromatografi kolom, terlebih dahulu dilakukan pemilihan eluen dengan teknik KLT.
Hasil pemisahan kromatografi kolom (silika gel 60, n-heksana : eter : etilasetat : etanol (2:3:3:2))
yang sama digabungkan dan dikelompokkan menjadi kelompok fraksi. Masing-masing
kelompok fraksi tersebut diuji untuk triterpenoid. Fraksi yang positif mengandung triterpenoid
dengan noda tunggal dilanjutkan dengan uji kemurnian secara KLT dengan beberapa campuran
eluen. Bila tetap menghasilkan satu noda maka fraksi tersebut dapat dikatakan sebagai isolat
relatif murni secara KLT. Isolat relatif murni ini kemudian dianalisis dengan Spektrofotometer
Ultra violettampak dan Inframerah.

Anda mungkin juga menyukai