68. D
69. A
Hipoglikemi dibagi 2 : GDS < 60 pada DM tanpa gejala, GDS < 80 disertai keluhan lemah,
keringat dingin
70. DM tipe 1
23.
Ginjal hipertensi
31. e.
Gejala
klinis
nefrolitiasis
1. Tidak ada
gejala atau
tanda
2. Nyeri
pinggang,
sisi, atau
sudut
kostoverte
bral
3. Hematuria
makrosko
pik atau
mikroskop
ik
4. Pielonefrit
is dan/atau
sistitis
5. Pernah
mengeluar
kan baru
kecil
ketika
kencing
6. Nyeri
tekan
kostoverte
bral
7. Batu
tampak
pada
pemeriksa
an
pencitraan
8. Gangguan
faal ginjal.
pielonefritis
Gejala
biasanya
timbul secara
tiba-tiba
berupa
demam,
menggigil,
nyeri
di
punggung
bagian bawah,
mual
dan
muntah.
Beberapa
penderita
menunjukkan
gejala infeksi
saluran kemih
bagian bawah,
yaitu sering
berkemih dan
nyeri ketika
berkemih.
Bisa terjadi
pembesaran
salah satu atau
kedua ginjal.
Kadang otot
perut
berkontraksi
kuat.
Bisa terjadi
kolik renalis,
dimana
penderita
merasakan
nyeri
hebat
yang
disebabkan
oleh
kejang
urolitiasis
Tanda
dan
a.
gejala
penyakit batu
saluran
kemih
ditentukan
oleh
letaknya,
besarnya dan
morfologinyab.
.
Tanda
umum yaitu
hematuria,
baik
hematuria c.
makroskopik
atau
mikroskopik.d.
Selain
itu,
bila disertai
infeksi
saluran
kemih dapat
juga
ditemukan
kelainan
endapan urin
bahkan
mungkin
demam atau
tanda
sistemik lain
ureterolitiasis
Menyebabka
n gelombang
Nyeri yang
luar biasa,
akut, dan
kolik yang
menyebar ke
paha dan
genitalia.
Rasa ingin
berkemih
namun hanya
sedikit urine
yang keluar
Hematuri
akibat aksi
abrasi batu.
Biasanya
batu bisa
keluar secara
spontan
dengan
diameter batu
0,5-1 cm.
cystitis
Infeksi
kandung
kemih
biasanya
menyebabkan
desakan untuk
berkemih dan
rasa terbakar
atau
nyeri
selama
berkemih.
Nyeri biasanya
dirasakan
diatas tulang
kemaluan dan
sering
juga
dirasakan
di
punggung
sebelah
bawah.
Gejala lainnya
adalah nokturi
a (sering
berkemih
di
malam hari).
Air
kemih
tampak
berawan dan
mengandung
darah.
Kadang infeksi
kandung
kemih
tidak
menimbulkan
gejala
dan
diketahui pada
ureter.
Kejang bisa
terjadi karena
adanya iritasi
akibat infeksi
atau
karena
lewatnya
batu ginjal.
diagnosi Anamnesis,
s
pemeriksaan
fisik,
penunjang
(radiologi,
USG,
laboratorium
)
Urinalisis,
bakteri urin,
USG
&
rontgen
saat
pemeriksaan
air
kemih
(urinalisis untu
k alasan lain.)
Sistitis tanpa
gejala terutama
sering terjadi
pada
usia
lanjut,
yang
bisa
menderita inko
ntinensia
uri sebagai
akibatnya.
Pemeriksaan
sedimen urin,
cat
gram,
pungsi
suprapubik,
rontgen, USG
32. b
Hemodialisa dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan :
a) Kelainan fungsi otak ( ensefalopati uremik )
b) Perikarditis ( peradangan kantong jantung )
c) Asidosis ( peningkatan keasaman darah ) yang tidak memberikan responterhadap
pengobatan lainnya.
d) Gagal jantung
e) Hiperkalemia ( kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah )
33. c
Diagnosis : glomerulonefritis akut (GNA)
34. a
35. d
sindroma nefrotik
http://www.infokedokteran.com/referat-kedokteran/referat-kedokteran-patofisiologisindroma-nefrotik.html
36. e
37. b
Pada pasien 60 tahun atau lebih yang tidak memiliki diabetes atau penyakit ginjal
kronik, maka target terapi tekanan darah sekarang <150/90 mHg.
2. Pada pasien 18-59 tahun tanpa kormobiditas mayor, dan pada pasien 60 tahun atau
lebih yang memiliki diabetes, penyakit ginjal kronik, atau keduanya, maka target
terapi tekanan darah yang baru adalah <140/90 mmHg.
3. Terapi lini pertama dan selanjutnya sekarang harus dibatasi menjadi empat golongan
obat: diuretik-tipe thiazide, calcium channel blocker(CCB), ACE Inhibitor, dan ARB.
4. Alternatif lini kedua dan ketiga termasuk dosis yang lebih tinggi atau kombinasi dari
diuretik-tipe thiazide, calcium channel blocker, ACE Inhibitor, dan ARB.
5. Beberapa obat sekarang didesain sebagai alternatif lini selanjutnya yaitu: betablockers, alphablockers, alpha1/beta-blockers (mis. carvedilo), vasodilating betablockers (mis. nebivolol), central alpha2/-adrenergic agonists (mis. clonidine), direct
vasodilators (mis. hydralazine), loop diuretics (mis. furosemide), aldosterone
antagoinsts (mis. spironolactone), dan peripherally acting adrenergic
antagonists (mis. reserpine).
6. Saat memulai terapi, pasien keturunan Afrika tanpa penyakit ginjal kronik harus
menggunakan CCB dan thiazide daripada ACE Inhibitor.
7. Penggunaan ACE Inhibitor dan ARB direkomendasikan pada seluruh pasien dengan
penyakit ginjal kronik tanpa melihat latar belakang etnis, baik sebagai terapi lini
pertama atau sebagai tambahan pada terapi lini pertama.
8. ACE Inhibitor dan ARB tidak boleh digunakan pada pasien yang sama secara
bersamaan.
9. CCB dan diuretik tipe thiazide harus digunakan daripada ACE Inhibitor dan ARB
pada pasien lebih dari 75 tahun dengan fungsi penurunan fungsi ginjal karena adanya
risiko hiperkalemia, peningkatan kreatinin, dan penurunan fungsi ginjal yang lebih
parah.
38. c
39. e
40. a