KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1.
Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
2.1.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Letak geografis Kota Kotamobagu terletak pada posisi 124 015 9,56 1240 21
1,93 Bujur Timur dan 00 41 16,29 - 00 46 14,8 Lintang Utara, dengan batas-batas
sebagai berikut:
-Sebelah Utara dengan Kecamatan Passi Timur dan Kecamatan Barat
-Sebelah Timur dengan Kecamatan Modayag
-Sebelah Selatan dengan Kecamatan Lolayan
-Sebelah Barat dengan Kecamatan Passi Barat
Terletak pada jarak 180 km di selatan Ibu Kota Provinsi (Kota Manado). Kota
Kotamobagu secara Administratif terbagi dalam 4 Kecamatan dan 33
Desa/Kelurahan yang memiliki luas wilayah keseluruhan 68,06 km2 (Berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2007 Tentang Pembentukan
Kota Kotamobagu Di Provinsi Sulawesi Utara).
Secara geografis letak Kota Kotamobagu dikelilingi oleh kabupaten-kabupaten hasil
pemekaran yaitu; Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Kabupaten Bolaang
Mongondow (induk), Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara. Awalnya Kota Kotamobagu sebelum dimekarkan sudah
menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Bolaang Mongondow Induk. Dalam konteks
regional, Kota Kotamobagu merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang
didukung oleh produk jasa khususnya diwilayah Bolaang Mongondow Raya dan
umumnya pada kawasan propinsi Sulawesi Utara. Dengan demikian Kota
Kotamobagu harus menyiapkan dirinya menjadi kota jasa dan pusat pertumbuhan
ekonomi yang siap melayani kebutuhan - kebutuhan, event-event nasional/
Internasional yang akan dan bisa diselenggarakan di Kota Kotamobagu. Pelayanan
yang ekstra bagi pemenuhan kebutuhan warga juga menjadi tuntutan utama karena
semakin berkembang dan beragamnya kebutuhan seluruh warga terhadap barang
dan jasa. Implikasi dari semua ini adalah meningkatnya kebutuhan pengadaan
sarana transportasi masyarakat Kota, timbulnya kemacetan, meningkatnya jumlah
pedagang kaki lima, rusaknya tata kota, semakin menurunnya kualitas kebersihan
kota sebagai akibat dari kelebihan penduduk dan segala aktivitasnya yang melebihi
daya dukung lingkungan.
Kota Kotamobagu berbatasan langsung dengan Kabupaten Bolaang Mongondow
(Bolmong) dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), serta berdekatan
dengan Kabupaten Minahasa Selatan. Jarak antara Kotamobagu dengan Manado
183,72 Km (melalui Inobonto) dan 207,26 Km (melalui Modoinding). Kota
Kotamobagu merupakan pusat kegiatan ekonomi terkemuka di bagian barat dan
selatan Sulawesi Utara.
12
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Gambar 2.1.
Geostrategis Kota Kotamobagu di Provinsi Sulawesi Utara
Kota Kotamobagu
Kota Kotamobagu
Kab. Bolaang Mongondow Utara
2.1.1.2. Topografi
Topografi bergunung-gunung dan berbukit-bukit. Bukit Tudu in bakid yang terletak di
desa pontodon serta bukit disekitar Gogagoman yang menjadi lokasi kuburan
bogani, merupakan dua bukit yang sangat di kenal memiliki nilai sejarah yang
berhubungan dengan kultur Bolaang Mongondow.
Kota Kotamobagu memiliki ketinggian yang bervariasi, Desa yang tertinggi adalah
Desa Moyag Todulan dengan ketinggian 650 M diatas permukaan laut (dpl), diikuti
Desa Moyag Tampoan dengan Ketinggian 635 M diatas permukaan laut (dpl).
Gambar 2.2.
Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Laut (DPL)
Menurut Kecamatan di Kota Kotamobagu.
13
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
2.1.1.3. Geologi
Secara geologi regional daerah kajian merupakan bagian dari kawasan Indonesia
Timur, yang secara geologi memiliki karakteristik yang lebih kompleks dan rumit bila
dibandingkankan dengan kawasan Indonesia Barat. Kondisi Ini dikarenakan
kawasan timur Indonesia merupakan tempat pertemuan dari lempeng-lempeng
litosfera.
Sulawesi terletak pada pertemuan Lempeng besar Eurasia, Lempeng Pasik, serta
sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi
tektoniknya sangat kompleks. Kumpulan batuan dari busur kepulauan, batuan
bancuh, oolit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama proses
penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya (Van Leeuwen, 1994).
Berdasarkan keadaan litotektonik, Sulawesi dibagi tiga mandala, yaitu: Mandala
barat sebagai jalur magmatik yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda;
Mandala tengah berupa batuan malihan yang ditumpangi batuan bancuh sebagai
bagian dari blok Australia; dan Mandala timur berupa oolit yang merupakan
segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur TriasMiosen (Gambar 2.2.).
Van Leeuwen (1994) menyebutkan bahwa mandala barat sebagai busur magmatik
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bagian utara dan barat. Bagian utara
memanjang dari Buol sampai sekitar Manado, dan bagian barat dari Buol sampai
sekitar Makassar. Batuan bagian utara bersifat riodasitik sampai andesitik, terbentuk
pada Miosen-Resen dengan batuan dasar basaltik yang terbentuk pada EosenOligosen. Busur magmatik bagian barat mempunyai batuan penyusun lebih bersifat
kontinen yang terdiri atas batuan gunung api hingga sedimen berumur MesozoikumKuarter dan batuan malihan berumur Kapur. Batuan tersebut diterobos granitoid
bersusunan terutama granodioritik sampai granitik yang berupa batolit, stok, dan
retas.
Dilihat dari kondisi geologisnya maka formasi batuan yang terdapat di Kota
Kotamobagu dan sekitarnya terdiri atas batuan vulkanik dengan komposisi terdiri
dari breksi, tuff dan lava bersusunan andesit, dasit dan rhyolit. Tuff umumnya
bersifat dasitan, agak kompak dan berlapis buruk pada beberapa tempat. Tebal
satuan formasi ini diperkirakan lebih dari 1.000 m sedangkan umurnya berdasarkan
kandungan fosil dalam sisipan batu gamping adalah Miosen bawah-Miosen akhir. Di
bagian atas dari batuan volkanik Bilungala terdapat Batuan Volkanik Pinogu (TQpv)
yang lebih muda umurnya, yang terdiri dari tuff, tuff lapili, breksi dan lava. Satuan ini
umumnya termampatkan lemah sampai sedang. Umur formasi batuan ini
diperkirakan Pliosen-Plistosen (John dan Bird, 1973).
Secara geologis pula, di Kota Kotamobagu terdapat tiga (3) busur utama yang telah
dapat dipetakan, yaitu sebagai berikut: i) Early EoceneMiddleEocene;
dikarakterisktikan oleh lapisan tebal yang didominasi oleh vulkanik basalt dengan
komposisi tholeiitic dan berasosiasi dengan sedimen laut dalam (Trail et al.,1972;
van Leeuwen and Muharjo, 2005); ii) Miocene; diwakili oleh calk alkaline vulkanic
yang diterobos oleh batuan intrusi comagmaticgranitoid. Batuan intrusive tersebut
menjari dengan batuan sedimen laut dangkal. iii) Pliocene recent, terdiri dari sub
aerial vulkanik dengan komposisi andesit dan dasit and high level intrusive (Carlile
at al.,1996; Kavalieris et al., 1992; Person and Caira, 1999). Peristiwa geologi yang
terjadi meliputi dua (2) peristiwa magmatic: i) miocene dikarakteristikan dengan
intrusive diorite di dalam lava andesit dan batuan sedimen ii) Plio Pleistocene
14
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
15
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
1.
Wilayah Potensi Air Tanah Tinggi, dijumpai pada sistem akuifer dengan aliran air
tanahnya melalui ruang antar butir, yang terdiri dari pasir, lumpur, dan kerikil.
Kedudukan muka air tanah dangkal berkisar antara 0,20 - 1,30 m bmt setempat;
2.
Wilayah Potensi Air Tanah Sedang, dijumpai pada sistem akuifer dengan aliran
air tanahnya melalui ruang antar butir, celahan, rekahan, dan saluran yang terdapat
pada lapisan pasir, lumpur, kerikil, batu pasir, tufa, aglomerat, lahar, lava, dan batu
gamping;
3.
Wilayah Potensi Air Tanah Rendah, dijumpai pada sistem akuifer dengan aliran
air tanah melalui celahan, rekahan, dan ruang antar butir yang terdapat pada batuan
hasil gunungapi berupa batu pasir, tufa, aglomerat, lahar, lava, dan breksi. Terdapat
pula pada batu pasir, greuwake, serpih, dan rijang. Banyak dijumpai pula mata air
dengan debit 0,1-4 l/dtk, kedudukan muka air tanah dangkal lebih dari 5 m bmt
setempat;
4.
Wilayah Potensi Air Tanah Langka atau Tidak Berarti, menempati daerah
punggungan dan puncak bukit/gunung. Setempat-setempat dijumpai mata air
dengan debit kecil, kurang dari 1 l/dtk dan rembesan-rembesan. Kedudukan muka
air tanahnya bervariasi dengan kedalaman 9 m bmt setempat.
Berdasarkan kenampakan geologi, sistem akuifer, kuantitas, dan kualitas air
tanahnya serta kemudahan dalam cara pengambilan air tanah, di Cekungan
Kotamobagu dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) zona prospek pengembangan
air tanah, yaitu: Zona pengembangan air tanah yang diprioritaskan dari sumur gali,
mata air yang berdebit besar, dan sumur bor.
2.1.1.4. Hidrologi
Terdapat sejumlah aliran sungai yang melintasi Kota Kotamobagu diantaranya yang
terbesar adalah Ongkag Mongondow yang bermuara di Inobonto yang bergabung
dengan Ongkag Dumoga. Sungai-sungai lain adalah Sungai Kotobangon,sungai
Gogagoman,sungai Moayat (Irigasi Moayat di Desa Poyowa Besar) dan beberapa
sungai kecil lainnya. Oleh karena itu memiliki sumber daya air yang melimpah,untuk
kebutuhan air baku,kolam dan berbagai usaha lainnya. Pada umumnya aliran
sungai tersebut dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat Kota Kotamobagu sebagai
sarana MCK dan usaha perikanan serta sumber air baku bagi PDAM. Keberadaan
air tanah di Kota Kotamobagu kualitasnya terbilang cukup baik. Namun demikian
tingkat pelapukan batuan yang ada di wilayah Kota Kotamobagu terjadi cukup tinggi
yang diikuti dengan laju perubahan penutupan lahan oleh pembangunan
menyebabkan kapasitas infiltrasi air hujan menjadi sangat rendah yang berakibat
pada tingginya run off, hal ini merupakan salah satu penyebab menurunnya muka
air tanah di musim kemarau. Berikut daftar nama sungai dirinci menurut kecamatan
yang ada di wilayah Kota Kotamobagu.
Iklim di Kota Kotamobagu memilik curah hujan yang cukup tinggi sepanjang tahun.
Curah hujan tertinggi terjadi pada Desember-Januari, dan terendah pada bulan
Agustus-September. Suhu udara berada di kisaran 18 C 28C. Sebagian besar
wilayah digunakan untuk kegiatan pertanian, diikuti pemukiman, perkantoran, dan
perdagangan. Suhu udara rata-rata adalah 25,2C. Suhu udara maksimal rata-rata
tercatat 30,4C dan suhu udara minimum rata-rata 22,C. Kelembaban udara
tercatat 73,4%. Kendati demikian suhu atau temperatur Kota Kotamobagu juga
dipengaruhi oleh ketinggian tempat di atas permukaan laut.
16
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel 2.1.
Sungai yang Melintas Menurut Kecamatan di Kota Kotamobagu
Kecamatan
Nama Sungai
Kotamobagu Utara
Bilalang
Toko/Dayanan
Kotobangon
Yantaton
Kopek
Bonodon
Yoyak
Motoboy Besar
Mongkonai
13.200
10.300
10.500
13.000
15.000
13.000
13.000
13.500
20.000
Kotamobagu Selatan
Kotamobagu Timur
Kotamobagu Barat
Iklim merupakan salah satu faktor determinan yang sangat menentukan tingkat
kesesuaian lahan, produktivitas, jenis, dan mutu produk. Setiap jenis tanaman
memerlukan unsur iklim dengan kisaran tertentu dalam setiap fase
pertumbuhannya. Pada keadaan tertentu fluktuasi unsur iklim yang ekstrim menjadi
faktor pembatas terutama pada fase kritis yang pengaruhnya sangat besar terhadap
penurunan hasil tanaman. Namun di sisi lain keragaman dan dinamika iklim dapat
bermanfaat bagi pengembangan sistem dan usaha agribisnis, terutama dalam
kaitannya dengan jenis dan mutu hasil serta periode panen. Kota Kotamobagu
memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Sebagai bagian
dari wilayah Provinsi Sulawesi Utara maka secara umum Kota Kotamobagu juga
beriklim tropis yang dipengaruhi oleh angin muson. Pada bulan November samapai
bulan April bertiup angin barat yang menurunkan hujan. Sebaliknya angin tenggara
yang bertiup dari bulan Mei sampai Oktober mendatangkan mendatangkan musim
kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari (165,0 mm) dan terendah
jatuh pada bulan Mei. Rata-rata curah hujan yang terjadi antara 2.000-2.400 mm per
tahun dengan jumlah hari hujan 90 - 120 hari.
Wilayah hasil pemekaran baru, Kota Kotamobagu belum memiliki catatan curah
hujan pada setiap wilayah kecamatannya. Dalam buku Kota Kotamobagu dalam
angka, data curah hujan tidak tercantum dan belum tersajikan karena ketidak adaan
data akibat tidak adanya stasiun pencatat hujan. Kondisi ini perlu diperbaiki dengan
membangun stasiun pencatat hujan di setiap wilayah kecamatan yang ada di Kota
Kotamobagu. Mengingat pentingnya data curah hujan dalam pengembangan
berbagai sektor pembangunan maka disarankan untuk dapat segera merealisasikan
pembangunan stasiun pencatat hujan tersebut.
2.1.1.5. Penggunaan Lahan.
Tutupan lahan saat ini (present landuse) merupakan cerminan tingkat penggunaan
lahan dan penerapan teknologi masyarakat setempat saat ini. Berdasarkan analisis
cita World view komposit warna sesungguhnya liputan bulan Oktober 2010, daerah
penelitian dapat dikelompokan menjadi 7 (tujuh) satuan tutupan lahan, yaitu: sawah
(sw), tegalan (tg), ruang terbuka hijau (rth), permukiman (pm), hutan (ht), badan air
(ba), dan kebun/perkebunan (kb).
17
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel 2.2.
Klasifikasi Tutupan Lahan Kota Kotamobagu
Jenis Penutup Lahan
Luas (Ha)
Fungsi Lindung
1136.56
Industri
10
Kebun/Perkebunan
1201.62
Permukiman
1216.02
Ruang Terbuka Hijau
1744
Sawah
1322.01
Jasa, Perdagangan dan Perkantoran
176.25
Jumlah
6806.06
Sumber: Ranperda RTRW Kota Kotamobagu 2014
Persen Luas
16.70
0.15
17.66
17.66
25.62
19.42
2.595
100 %
a. Sawah (sw)
Satuan tutupan lahan ini meliputi sawah irigasi. Persawahan di daerah kajian berada
pada dataran aluvial, pada musim kemarau lahan sawah di wilayah ini masih dapat
ditanami padi sawah karena masih mendapat pasokan air yang memadai. Sawah
irigasi ini, dapat ditanam padi dua kali setahun dan bahkan dapat tiga kali setahun.
Melihat perkembangan Kota
Kotamobagu, perlu dipikirkan upaya untuk
mempertahankan areal persawahan di wilayah ini untuk tetap menjaga
kemampuannya berswasembada pangan. Jika melihat laju pertumbuhan
permukiman bukan tidak mungkin akan terjadi konversi lahan yang cukup besar dari
pemanfaatan lahan sebagai sawah menjadi lahan terbangun.
b. Tegalan (tg)
Satuan tutupan lahan ini termasuk di dalamnya ladang yang terdapat pada lerenglereng perbukitan dan daerah dataran. Di beberapa tempat, penduduk membuka
perladangan pada lereng-lereng bukit tanpa usaha konservasi, sehingga
mempercepat kerusakan lahan. Secara umum tutupan lahan berupa tegalan
merupakan pemanfaatan lahan peralihan yang digunakan untuk pertanian lahan
kering dengan komoditas pertanian berupa tanaman semusim. Berdasarkan citra
satelit, sebagian satuan tutupan lahan berupa tegalan merupakan areal semak atau
lahan yang belum dimanfaatkan atau merupakan lahan yang telah selesai
dimanfaatkan/panen.
c. Ruang Terbuka Hijau (rth)
Ruang terbuka hijau merupakan satuan tutupan lahan yang pemanfaatannya
diarahkan untuk keseimbangan ekosistem kota, umumnya bentuk
dari
pemanfaatan ruang terbuka hijau yang ada di Kota Kotamobagu adalah berupa
lapangan terbuka, jalur hijau dan taman kota. Pemanfaatan ruang lainnya yang
dapat digolongkan sebagai ruang terbuka hijau adalah hutan kota.
d. Permukiman (pm)
Satuan tutupan lahan permukiman merupakan wilayah terbangun yang ada di Kota
Kotamobagu. Satuan tutupan lahan ini umumnya mengikuti pola jalan yang ada di
Kota Kotamobagu. Pola pemanfaatan ruang permukiman umumnya berselang
seling atau bercampur dengan areal pertanian yang ada. Kepadatan areal
permukiman umumnya berfariasi dengan tingkat kepadatan sedang hingga jarang.
Kepadatan permukiman paling tinggi berada pada jalur-jalur jalan utama. Pesatnya
18
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tutupan lahan berupa badan air umumnya merupakan areal rendah yang terisi oleh
air dan bersifat permanen sepanjang waktu. Sebagai contoh bentu-bentuk tutupan
lahan berupa badan air adalah; sungai, embung, situ, danau, rawa, kolam dan
tambak yang keberadaan dan suplai airnya relatif selalu tetap.
g. Kebun/Perkebunan (kb)
Keberadaan kebun ataupun perkebunan di wilayah Kota Kotamobagu dipahami
karena kota ini memiliki potensi di sektor pertanian. Keberadaan kebun campuran
maupun perkebunan yang membudidayakan satu atau lebih jenis tanaman produktif
sangat banyak terdapat disini. Jenis tanaman yang umumnya dapat dijumpai di
wilayah Kota Kotamobagu diantaranya adalah: tanaman kelapa, tanaman buah
seperti rambutan, nanas dan komoditas tanaman tahunan lainnya.
Kebun atau perkebunan di wilayah ini diusahakan secara perorangan dan
tradisional. Laju pertumbuhan perkebunan nampaknya cukup pesat jika melihat
banyaknya areal kebun atau perkebunan yang dapat diamati pada citra satelit yang
digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini. Perlu perencanaan yang matang terkait
dengan pengembangan sektor perkebunan pada waktu mendatang.
19
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel 2.3.
Distribusi Tutupan Lahan Kota Kotamobagu
Kecamatan
Luas (Ha)
Kotamobagu Utara
Fungsi Lindung
Industri
Kebun/Perkebunan
Permukiman
Ruang Terbuka Hijau
Sawah
Jasa,
Perdagangan
Perkantoran
Fungsi Lindung
Industri
Kebun/Perkebunan
Permukiman
Ruang Terbuka Hijau
229.33
0.00
214.04
235.68
422.00
28.70
Kotamobagu Selatan
dan
12.58
339.50
10.00
215.98
70.91
411.10
Sawah
Jasa,
Perdagangan
dan
Perkantoran
Kotamobagu Barat
Fungsi Lindung
Industri
Kebun/Perkebunan
Permukiman
Ruang Terbuka Hijau
Sawah
Jasa,
Perdagangan
dan
Perkantoran
Kotamobagu Timur
Fungsi Lindung
Industri
Kebun/Perkebunan
Permukiman
Ruang Terbuka Hijau
Sawah
Jasa,
Perdagangan
dan
Perkantoran
Sumber: Ranperda RTRW Kota Kotamobagu 2014
2.1.2.
Luas (Ha)
707.16
3.11
44.65
0.00
78.44
295.07
498.25
58.03
131.61
522.90
0.00
693.16
616.26
412.13
527.12
29.21
20
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Kota Kotamobagu yang berdasarkan letaknya memiliki lokasi yang strategis. Kota
Kotamobagu terletak pada simpul jalur perdagangan, jasa dan transportasi
regional Bolaang Mongondow Raya, dimana daerah Kawasan Bolaang Mongondow
Raya tersebut sedang berkembang, terutama Kota Kotamobagu yang menjadi
kawasan andalan bagi daerah sekitarnya. Kondisi ini memungkinkan Kota
Kotamobagu memiliki keuntungan sebagai berilan
Kota Kotamobagu akan berperan sebagai kota transit bagi para pelaku perjalanan
antara Kotabunan, Molibagu, Lolak dan Boroko. Dengan demikian akan mendorong
perkembangan sektor perdagangan dan jasa terutama dalam distribusi produk dan
potensi lokal.
21
2.1.3.
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Kota
Kotamobagu
terletak
di
22
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1. Kotamobagu Selatan
15.775
14.902
30.677
2. Kotamobagu Timur
14.339
13.732
28.071
3. Kotamobagu Barat
20.639
20.077
40.716
4. Kotamobagu Utara
Kota Kotamobagu
8.299
59.052
8.170
56.881
16.469
115.933
23
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel 2.5
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 s.d 2011
atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kota Kotamobagu
No
Sektor
2008
(Rp)
Pertanian
37.924,76
Pertambanga
n&
penggalian
14.418,32
Industri
pengolahan
8.681,36
Listrik,gas &
air bersih
2.069,60
Bangunan
67.682,70
Perdagangan,
hotel &
restoran
60.402,67
Pengangkutan
& komunikasi
32.759,96
Keuangan,
sewa, & jasa
Perusahaan
64.009,05
Jasa-jasa
120.268,08
PDRB
408.216,50
2009
%
9,29
3,53
2,13
0,51
16,58
14,80
8,03
15,68
(Rp)
37.783,27
14.810,50
8.876,69
2.124,47
74.769,07
67.191,34
33.970,33
66.338,39
29,46
134.510,1
7
100,00
440.374,2
3
2010
%
8,58
3,36
2,02
0,48
16,98
15,26
7,71
15,06
(Rp)
38.558,61
15.285,92
9.092,39
2.190,20
82.717,03
73.724,64
35.263,03
69.047,86
30,54
147.181,1
5
100,00
473.060,8
3
2011
%
8,15
3,23
1,92
0,46
17,49
15,58
7,45
14,60
(Rp)
39.262,41
15.804,59
9.540,81
2.285,11
91.532,33
82.243,77
37.383,51
72.703,16
31,11
155.632,8
7
100,00
506.388,5
6
2012
%
7,75
3,12
1,88
0,45
18,08
16,24
7,38
14,36
30,73
100,00
(Rp)
40.414,05
16.457,37
9.932,42
2.387,34
103.359,06
87.871,95
41.101,66
77.504,70
166.592,36
545.620,91
24
7,41
3,02
1,82
0,44
18,94
16,10
7,53
14,20
30,53
100,00
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel 2.6
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008. s.d 2012
atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000 Kota Kotamobagu
No
Sektor
2008
2009
2010
2011
2012*
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
67.557,45
9,12
75.917,47
8,84
84.168,70
8,47
92.954,71
8,26
98.468,85
7,8
2,86
23.631,63
Pertanian
Pertambangan
& penggalian
Industri
pengolahan
13.887,88
1,88
15.271,78
1,78
16.513,02
1,66
17.613,31
1,57
18.817,87
1,49
2.865,98
0,39
3.002,40
0,35
3.172,41
0,32
3.417,68
0,3
3.699,98
0,29
Konstruksi
92.536,98
14,83
126.772,8
8
14,76
15
175.865,89
15,64
207.065,01
16,39
Perdagangan,
hotel&restoran
101.036,20
13,65
119.785,46
13,94
14,25
162.617,43
14,46
178.248,80
14,11
Pengangkutan &
komunikasi
35.833,74
4,84
37.739,17
4,39
40.953,07
4,12
45.683,08
4,06
51.125,56
4,05
Keuangan,sewa,
& jasa
Perusahaan
100.489,85
13,57
111.342,64
12,96
126.617,2
6
12,73
140.888,85
12,53
160.597,90
12,72
Jasa-jasa
287.692,61
38,86
40,71
457.275,87
40,66
514.453,49
40,73
PDRB
740.368,22
100
100
1.124.717,23
100
1.262.983,24
100
21.207,91
345.605,7
1
859.069,1
3
2,75
40,23
100
27.182,95
149.074,7
4
141.626,5
2
404.500,7
4
993.809,4
1
2,74
28.400,41
2,53
30.505,78
Tabel 2.6 menunjukkan kontribusi sektor dalam PDRB menurut harga berlaku.
Tampak bahwa peran sektor jasa-jasa yang terbesar mencapai 40,73 persen diikuti
sektor bangunan/konstruksi sebesar 16,39 persen di tahun 2012. Peranan sektor
sekunder sudah lebih dominan ini berarti Kota Kotamobagu sudah berkembang
menuju kota yang dominan peran perekonomian daerah sama dengan kota-kota
lainnya yang ada di Provinsi Sulawesi Utara.
Dilihat dari tren jumlah PDRB baik harga konstan maupun harga berlaku terus
meningkat selang 5 tahun terakhir (2008 -2012). Ini menunjukkan bahwa cenderung
terjadi peningkatan aktivitas ekonomi di Kota Kotamobagu. Namun peran masingmasing sektor mempengaruhi kebijakan terutama prioritas kebijakan pemerintah
daerah.
Tabel 2.7 menunjukkan bahwa peran sektor pertanian selang 5 tahun terakhir
cenderung menurun baik untuk PDRB harga berlaku maupun harga konstan. Dari
9,12 persen di Tahun 2008 menjadi 7,8 persen di Tahun 2012 untuk harga berlaku,
dan untuk harga konstan dari 9,29 persen menjadi 7,41 persen di tahun 2012.
Sektor pertambangan dan penggalian, industrin pengolahan, listrik, gas dan air
bersih, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan juga
cenderung turun. Sebaliknya sektor bangunan/konstruksi dan perdagangan, hotel
dan restoran cenderung meningkat.
25
2,42
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel 2.7
Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 s.d 2012
Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kota Kotamobagu
2008
NO
Sektor
2009
2010
2011
2012
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
Pertanian
9,12
9,29
8,84
8,58
8,47
8,15
8,26
7,75
7,8
Pertambangan &
Penggalian
2,86
3,53
2,75
3,36
2,74
3,23
2,53
3,13
2,42
Industri
Pengolahan
1,88
2,13
1,78
2,02
1,66
1,93
1,57
1,88
1,49
0,39
0,51
0,35
0,48
0,32
0,46
0,30
0,45
0,29
Konstruksi
14,83
16,58
14,76
16,98
15,00
17,49
15,64
18,08
16,39
Perdagangan,
Hotel &
Restoran
13,65
14,80
13,94
15,26
14,25
15,58
14,46
16,24
14,11
Pengangkutan &
Komunikasi
4,84
8,03
4,39
7,72
4,12
7,45
4,06
7,38
4,05
Keuangan,
sewa, & Js.
Perusahaan
13,57
15,68
12,96
15,06
12,74
14,60
12,52
14,36
12,72
Jasa-jasa
38,86
29,46
40,23
30,54
40,70
31,11
40,66
30,73
40,73
PDRB
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
7,41
3,02
1,82
0,44
18,94
16,10
7,53
14,20
30,53
100,00
Sektor yang paling rendah pertumbuhannya adalah sektor Pertanian sebesar 2,93
persen. Ini menunjukkan bahwa peran sektor primer sudah bergeser Bila
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara sebesar 7,86
persen maka pertumbuhan ekonomi Kota Kotamobagu berada dibawah
pertumbuhan Sulawesi Utara.
Tabel 2.8
Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb)
dan Harga Konstan (Hk) Tahun Tahun 2012 Kota Kotamobagu
Pertumbuhan Ekonomi
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Sektor
Hb
%
7,8
2,42
1,49
0,29
16,39
14,11
4,05
12,72
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik,Gas, & Air bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keuangan, sewa, & Jasa Perusahaan
26
Hk
%
2,93
4,13
4,10
4,47
12,92
6,84
7,27
6,60
Jasa-jasa
PDRB
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Kotamobagu 2013
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
40,73
7,04
7,55
2.2.1.2.
Laju Inflasi
Inflasi yang diukur untuk mewakili Sulawesi Utara yang dipublikasikan diambil dari
pengukuran Kota Manado.
27
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Grafik 2.2.
Perkembangan Inflasi Nasional dan Sulawesi Utara 2005-2012 (%)
Tabel memperlihatkan bahwa inflasi nasional dan Sulawesi Utara, juga ditenggarai
Kota Kotamobagu saling berkorelasi. Dari 2005 sampai dengan 2012 baik nasional
maupun Sulawesi Utara walaupun fluktuatif namun memiliki kecenderungan
menurun. Pada tahun 2011 inflasi Sulawesi Utara bahkan pernah mencapai
dibawah satu persen, tepatnya hanya 0,96 %. Pada tahun 2012 nanti naik lagi pada
kisaran 5,23 %.
Grafik 2.3.
Perkembangan Inflasi di Kota Kotamobagu Selang 2007-2012
28
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
gelombang tingkat inflasi maka untuk Kota Kotamobagu dalam prediksi ke depan
secara optimis dapat berada pada kisaran 5 %.
2.2.1.3.
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita adalah jumlah PDRB dibagi
dengan jumlah penduduk tengah tahun, menggambarkan rata-rata PDRB yang
disumbangkan oleh tiap-tiap penduduk. PDRB perkapita Kota Kotamobagu Atas
Dasar Harga Berlaku (ADHB) tahun 2012 sebesar 11.608.942 rupiah, sedangkan
nilai PDRB perkapita Atas Dasar Harga Konstan tercatat sebesar 5.005.983 rupiah.
Nilai PDRB perkapita baik PDRB perkapita ADHB maupun PDRB perkapita ADHK
setiap tahunya menunjukkan kenaikan, ini artinya setiap tahunnya secara rata-rata
tingkat kemakmuran masyarakat di Kotamobagu menunjukkan trend yang positif.
Tabel 2.9.
PDRB Perkapita Tahun 2008 s.d 2012 Kota Kotamobagu
Uraian
Nilai PDRB
(Juta Rp)
Jumlah Penduduk
(jiwa)
PDRB perkapita
(Rp/jiwa)
2008
2009
2010
2011
2012
740.368,22
859.069,13
993.809,40
1.124.717,22
99.522
101.574
107.456
108.672
7.132.741
8.096.873
9.248 524
10.349.650
11.608.942
11,608,942.00
10,349,650.51
10,000,000.00
8,000,000.00
9,248,524.09
8,096,873.17
7,132,741.01
6,000,000.00
4,000,000.00
2,000,000.00
0.00
2008
2009
2010
2011
2012
2.2.1.4.
29
Su
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Pemerataan Ideal
Dari grafik dibawah ini,menunjukkan indeks gini Kota Kotamobagu Tahun 2012 =
0,37 maka ketimpangan pendapatan penduduk Kota Kotamobagu Tahun 2012
tergolong ketimpangan sedang karena angka indeks gini terletak antara 0,36
sampai dengan 0,49.
Kurva Lorenz menggambarkan distribusi komulatif pendapatan nasional dikalangan
lapisan lapisan penduduk, secara kumulatif pula. Kurva Lorenz yang semakin
dekat ke diagonal ( semakin lurus) menyiratkan distribusi pendapatan nasional yang
semakin merata. Sebaliknya, jika kurva Lorenz semakin jauh dari diagonal (semakin
lengkung), maka ia mencerminkan keadaan yang semakin buruk, distribusi
pendapatan nasional semakin timpang atau tidak merata.
Tabel 2.10
Rata-Rata Interval Penghitungan Gini Ratio
Kota Kotamobagu Tahun 2012
30
JUMLAH
PENDUDU
K
GOLONGAN
PENGELUARAN
< 100.000
100.000 - 149.999
RATA-RATA
PENGELUARAN
(Rp/Kap/Bln)
% KUM.
PENDUDUK
(Xk)
0,0000
284,91
142.897,62
0,0025
150.000 - 199.999
545,14
172.684,39
200.000 - 299.999
21.452,92
300.000 - 499.999
JUMLAH
PENGELURAN
0,0000
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
% KUMULATIF
PENGELUARAN (Yk)
Xk - Xk-1
Yk + Yk-1
(Xk - Yk-1)*
(Yk + Yk-1)
0,0000
0,0000
0,0000
40.712.960,91
0,000476
0,0025
0,000476
0,0000
0,0074
94.137.168,36
0,001577
0,0049
0,002053
0,0000
261.192,66
0,1984
5.603.345.239,57
0,067089
0,1910
0,068666
0,0131
30.586,60
392.114,96
0,4707
11.993.463.435,54
0,207313
0,2723
0,274402
0,0747
500.000 - 749.999
19.660,62
621.518,24
0,6457
12.219.433.939,71
0,350179
0,1750
0,557492
0,0976
750.000 - 999.999
16.467,53
843.666,35
0,7923
13.893.100.928,62
0,512613
0,1466
0,862791
0,1265
1.000.000+
23.325,56
1.787.166,36
1,0000
41.686.656.160,16
1,000000
0,2077
1,512613
0,3141
JUMLAH
112.323,28
85.530.849.832,87
0,6260
INDEKS GINI
Ketimpangan Regional
0,0000
31
0,37
2.2.1.6.
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Kemiskinan
2009
2010
2011
2012
9.000
8600
8.116
7.242
6.600
Tingkat Kemiskinan(P0)
7,60
7,16
7,57
6,64
5,85
1,33
1,38
0,91
1,15
0,85
0,31
0,37
0,16
0,32
0,17
Indikator Kemiskinan
221.882
229.699
237.791
32
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
7,57
6,64
5,85
33
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
1. Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat
kelahiran.
2. Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa
(bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar, menengah , atas gross
enrollment ratio (bobot satu per tiga).
3. Standard kehidupan yang layak diukur dengan logaritma natural dari Produk
Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita
dalam Paritasi Daya Beli (Purchasing Power Parity).
Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang menempatkan
manusia (penduduk) sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan
pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan atas sumber daya (pendapatan untuk
mencapai hidup layak), peningkatan derajat kesehatan (usia hidup panjang dan
sehat) dan meningkatkan pendidikan (kemampuan baca tulis dan keterampilan
untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat dan kegiatan ekonomi).
Semakin baik IPM menggambarkan tingkat kesejahteraan yang makin baikpada
daerah tersebut demikian pula sebaliknya semakin rendah IPM berartisemakin
tertinggal pembangunan suatu daerah. Berdasarkan Standar yang digunakan
UNDP, skala IPM berkisar 0-100 dengan jabaran sebagai berikut:
< 50 artinya terbelakang (kesejahteraan rendah)
50-65, artinya kesejahteraan menengah ke bawah
65-80, artinya kesejahteraan menengah ke atas
80 kesejahteraan tinggi
Salah satu data komparatif kota atau wilayah sekitar yang bisa diperoleh dalam
analisis ini adalah perbandingan IPM antara kabupaten/kota di Sulawesi Utara,
sebagaimana disajikan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.12.
IPM Kota Kotamobagu dan Kabupaten/Kota Pembanding
di Sulawesi Utara Tahun 2008-2012
Kab/Kota
72,11
72,52
72,99
73,47
73,83
Kab. Minahasa
74,86
75,28
75,74
76,12
76,69
74,67
75,21
75,58
76,07
76,42
74,34
74,83
75,3
75,76
76,14
73,79
74,18
74,68
75,10
75,46
75,33
75,57
76,08
76,54
76,91
71,84
72,27
72,63
73,08
73,48
Minahasa Tenggara
71,87
72,31
72,71
72,70
73,42
72,58
72,86
73,3
73,09
74,06
69,65
70,03
70,63
70,87
71,63
71,49
71,85
72,27
72,97
73,82
Kota Manado
77,28
77,79
78,02
78,57
78,92
Kota Bitung
74,61
75,00
75,52
75,96
76,30
34
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Kota Tomohon
75,65
76,09
76,39
76,92
77,40
Kota Kotamobagu
74,46
75,03
75,53
76,03
76,68
Sulawesi Utara
75,16
75,68
76,09
76,54
76,95
Dengan nilai IPM sebesar 76,68 di tahun 2012., maka Kota Kotamobagu termasuk
dalam klasifikasi kesejahteraan menengah ke atas. Hal ini menunjukkan bahwa
pembangunan yang telah dilaksanakan cukup berhasil dalam meningkatkan kualitas
hidup yang lebih baik, diukur dari indikator kesejahteraan rakyat yang meliputi (i)
indikator kesehatan, (ii) indikator pendidikan, serta (iii) daya beli masyarakat yang
meningkat.
Grafik 2.8.
Perkembangan IPM Kota Kotamobagu Tahun 2008-2013
Dan Trend Hingga 2018.
35
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
81
80
R = 0.99
79
78
77
76
75
74
73
72
71
Dengan menggunakan data hasil survei BPS Kota Kotamobagu yang nilai IPM
sebesar 76,68 di Tahun 2012, maka pada tahun 2018 IPM Kota Kotamobagu
diperkirakan sudah bisa mencapai 80, atau termasuk batas bawah wilayah yang
berpenduduk umumnya makmur.
Grafik. 2.9.
IPM Kota Kotamobagu dan Kabupaten/Kota Pembanding
di Sulawesi Utara Tahun 2008-2012
80
78
76
74
Indeks Pembangunan
Manus ia (IPM) 2008
72
70
68
66
Indeks Pembangunan
Manus ia (IPM) 2010
64
Dengan melihat data diatas, nampak bahwa IPM Kota Kotamobagu, masih jauh
lebih baik ketimbang beberapa wilayah atau kota / kabupaten pembandingnya
dalam wilayah Sulawesi Utara, diantaranya seperti Kota Bitung, Kabupaten
Sangihe, Kabupaten seluruh Bolaang Mongondow Raya, dan Kabupaten lainnya.
Tabel. 2.13.
Peringkat IPM Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara
36
Kab/Kota
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
2009
2010
2011
2012
11
11
10
11
Kab. Minahasa
13
13
12
13
Minahasa Tenggara
12
12
14
14
10
10
11
10
15
15
15
15
14
14
13
12
Kota Manado
Kota Bitung
Kota Tomohon
Kota Kotamobagu
Sementara itu jika kita bandingkan dengan Provinsi Sulawesi Utara, rata-rata IPM
Kota Kotamobagu memang berada dibawah rata-rata IPM Sulawesi Utara yang
nilainya antara 75-76. Kondisi ini merefleksikan bahwa pertumbuhan IPM Kota
Kotamobagu masih di bawah pertumbuhan IPM Provinsi Sulawesi Utara.
Sejak Tahun 2009, Kota Kotamobagu mengalami perkembangan peringkat IPM.
Pada tahun 2009 berada di peringkat ke 7 dari 15 Kabupaten/Kota di Sulawesi
Utara. Kemudian tahun 2010 naik menjadi peringkat 6 sampai tahun 2011. Tahun
2012 peringkat IPM Kota Kotamobagu menjadi peringkat ke-5.
IPM terdiri dari 3 indeks yaitu indeks Kesehatan, Indeks Pendidikan dan Indeks
Kemampuan daya beli, masing-masing dapat digambarkan dari indikator berikut :
1. Angka Usia Harapan Hidup (Indeks Kesehatan)
Angka Usia Harapan Hidup adalah ukuran tingkat kesejahteraan masyarakat yang
mendiami suatu wilayah yang dilihat dari peluang umur panjang dan sehat. Sering
digunakan untuk menggambarkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat.
Peningkatan kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh kualitas pelayanan
kesehatan. Capaian usia harapan hidup di tahun 2012 sebesar 72.12 tahun. Usia
harapan hidup di Kota Kotamobagu secara umum lebih rendah dari usia harapan
hidup di Sulawesi Utara yang mencapai 72,44 tahun di tahun 2012. Namun
demikian dari tahun ke tahun usia harapan hidup menujukkan perbaikan.
Pada tahun 2012 Kota Kotamobagu untuk indeks harapan hidup berada di peringkat
8 dari sluruh Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara. Ini menandakan masih sangat
diperlukan perhatian dari pemerintah khususnya dibidang kesehatan agar indeks
harapan hidup dapat lebih ditingkatkan.
Tabel 2.14.
Indeks Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara Tahun 2009-2012
Kab / Kota
2009
2010
2011
2012
71.38
71.58
71.7
71.83
Kab. Minahasa
72.33
72.47
72.54
72.62
37
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
72.75
73.01
72.75
72.75
71.59
71.89
71.59
71.59
72.09
72.28
72.09
72.09
72.40
72.60
72.40
72.40
69.68
69.91
69.68
69.68
Minahasa Tenggara
69.90
70.03
69.90
69.90
68.46
68.62
68.46
68.46
71.25
71.29
71.25
71.25
71.28
71.35
71.28
71.28
Kota Manado
72.50
72.64
72.50
72.50
Kota Bitung
70.35
70.50
70.35
70.35
Kota Tomohon
72.39
72.62
72.39
72.39
Kota Kotamobagu
71.58
71.80
71.58
71.58
Sulawesi Utara
72.12
72.22
72.33
72.44
2. Indeks Pendidikan
Indeks pendidikan terdiri dari dua indikator yaitu Tingkat Melek huruf dan lama
sekolah. Angka melek huruf sering digunakan untuk menggambarkan kualitas SDM.
Peningkatan wawasan pengetahuan masyarakat sangat dipengaruhi oleh
kemampuan membaca dan menulis.
Tabel 2.15.
Tingkat Melek Huruf Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara Tahun 2012
2012
Peringkat
Manado
Kabupaten / Kota
99.93
Kota Tomohon
99.87
Minahasa Selatan
99.81
38
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
99.78
Minahasa Utara
99.78
Minahasa
99.74
Kota Kotamobagu
99.66
Kepualuan Talaud
99.58
99.57
Minahasa Tenggara
99.52
10
Kota Bitung
99.42
11
99.05
12
98.75
13
98.43
14
Bolaang Mongondow
98.32
15
Sulawesi Utara
99.46
Capaian angka melek huruf di tahun 2012 sebesar 99,66 persen. Peringkat Angka
melek huruf Kota Kotamobagu di peringkat 7, jika dibandingkan dengan rata-rata
seluruh Sulawesi Utara, angka ini lebih besar dari Sulawesi Utara.
Tabel 2.16.
Rata - Rata Lama Sekolah Kabupaten / Kota di Sulawesi Utara Tahun 2011
Kabupaten / Kota
2012
Peringkat
Bolaang Mongondow
7.44
12
Minahasa
9.54
Kep.Sangihe Talaud
7.74
11
Kepulauan Talaud
8.80
39
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Minahasa Selatan
8.78
Minahasa Utara
9.40
7.44
13
8.49
Minahasa Tenggara
8.41
10
6.88
15
7.42
14
Manado
10.84
Kota Bitung
9.46
Kota Tomohon
10.16
Kota Kotamobagu
9.53
Sulawesi Utara
9.00
2012
Peringkat
Bolaang Mongondow
625.62
11
Minahasa
632.63
Kep.Sangihe Talaud
643.98
Kepulauan Talaud
635.13
40
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Minahasa Selatan
624.42
12
Minahasa Utara
635.01
632.27
10
635.97
Minahasa Tenggara
619.46
13
603.43
15
619.16
14
Manado
647.46
Kota Bitung
643.34
Kota Tomohon
633.07
Kota Kotamobagu
636.52
Sulawesi Utara
643.20
Capaian Pembangunan
Jumlah grup kesenian per
10.000 penduduk.
Jumlah gedung kesenian
per 10.000 penduduk.
Jumlah klub olahraga per
10.000 penduduk.
Jumlah gedung olahraga
per 10.000 penduduk.
2008
2009
2010
2011
2012
10
10
10
10
1 per
16.000
penduduk
1 per
22.000
penduduk
1 per
35.000
penduduk
1 per
35.000
penduduk
1 per
35.000
penduduk
Tabel 2.19
Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Tahun 2012 menurut kecamatan
Kota Kotamobagu
No
Kecamatan
Kecamatan Kotamobagu
Barat
Jumlah
Jumlah
Jumlah grup
Jumlah klub
gedung
gedung
kesenian per
olahraga per
kesenian per
olahraga per
10.000
10.000
10.000
10.000
penduduk
penduduk
penduduk
penduduk
1 per 22.000
1
4
penduduk
41
2
3
4
Kecamatan Kotamobagu
Selatan
Kecamatan Kotamobagu
Utara
Kecamatan Kotamobagu
Timur
Jumlah
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
10
1 per 35.000
penduduk
1 per 35.000
penduduk
1 per 35.000
penduduk
2009
2010
2011
2012
75.483
77.099
76.660
78.353
Uraian
Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun
yang bisa membaca dan menulis
Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas
75.121
76.706
77.030
78.087
99,52
99,49
99,01
99,66
42
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel 2.21
Angka Melek Huruf Tahun 2012 menurut Kecamatan di Kota Kotamobagu
NO
Kecamatan
3
4
Jumlah
penduduk usia
15 tahun keatas
Angka
melek huruf
11.129
99,56
19.250
19.339
99,57
20.459
20.513
99,76
27.298
27.372
99,75
78.087
78.353
99,66
43
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel 2.22
Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 2008 s.d 2012 Kota Kotamobagu
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Rata-rata Lama
Sekolah
8,85
9,12
9,14
9,53
Indikator rata-rata lama sekolah. Rata-rata Lama Sekolah (Indeks Pendidikan) untuk
Kota Kotamobagu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Secara rangking,
pada komponen IPM yaitu komponen Rata-Rata Lama Sekolah ini, Kota
Kotamobagu berada pada rangking ke-4 pada tahun 2012. Rata-rata Lama sekolah
di Kotamobagu sekitar 9,53 tahun, lebih tinggi dari rata-rata di Sulawesi Utara,
artinya untuk pendidikan dasar di Kotamobagu sudah memenuhi namun untuk
sampai ke pendidikan menengah masih kurang, hal ini disebabkan kurangnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan wajib belajar 12 tahun, serta
belum termanfaatya sistem teknologi informasi berbasis internet.
3. Angka Partisipasi Murni.
Angka partisipasi murni adalah perbandingan penduduk usia antara 7 hingga 18
tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan
jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun.
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang
berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama.
APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan
tertentu. Seperti APK, APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia
sekolah di setiap jenjang pendidikan. Tetapi, jika dibandingkan APK, APM
merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena APM melihat partisipasi
penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar
tersebut.
44
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel 2.23
Angka Partisipasi Murni (APM)
Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Kotamobagu Tahun 2009 s.d 2013
NO
1
Jenjang Pendidikan
2009
2010
2011
2012
2013
SD/MI
1.1.
12.725
11.297
12.873
13.905
12.880
1.2.
14.125
12.275
14.040
15.232
13.944
1.3.
APM SD/MI
90,21
91,95
91,69
91,29
92,37
SMP/MTs
2.1.
5.467
5.911
6.347
6.870
5.696
2.2.
8.500
9.029
10.337
9.977
7,855
2.3.
APM SMP/MTs
64,32
65,47
61,40
68,86
72,51
6.540
5.650
6.234
7.747
SMA/MA/SMK
3.1.
3.2.
11.402
11.748
9.743
11.761
3.3.
APM SMA/MA/SMK
56.91
48,09
63,99
65,87
Untuk jenjang pendidikan SD/MI Angka Partisipasi Murni dari tahun 2009 sampai
dengan 2013 menunjukkan tren meningkat dimana tahun 2013 sebesar 92,37
persen dibandingkan tahun 2009 sebesar 90,21 persen, untuk jenjang pendidikan
SMP/MTs Angka Partisipasi Murni dari tahun 2009 sampai dengan 2013 mengalami
peningkatan dimana tahun 2009 sebesar 64,32 persen dan tahun 2013 sebesar
72,51 persen, dan Angka Partisipasi Murni (APM) jenjang pendidikan SMA/MA/SMK
mengalami peningkatan dimana tahun 2010 sebesar 56,91 persen dan tahun 2013
sebesar 65,87 persen. Dari uraian tersebut diatas, bahwa peningkatan APM di
semua jenjang pendidikan di Kota Kotamobagu menunjukkan seberapa banyak
penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai
dengan usia pada jenjang pendidikannya.
4. Angka Partisipasi Kasar
APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA
dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun atau rasio jumlah siswa,
berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap
jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu.
APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat
pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya
serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.
APK didapat dengan membagi jumlah penduduk yang sedang bersekolah (atau
jumlah siswa), tanpa memperhitungkan umur, pada jenjang pendidikan tertentu
dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan
tersebut.
45
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel 2.24
Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan
Tahun 2010 s.d 2013 Kota Kotamobagu
NO
1
1.1.
1.2.
1.3.
2
2.1.
2.2.
2.3.
3
3.1.
3.2.
3.3.
Jenjang Pendidikan
SD/MI
jumlah siswa yang bersekolah di jenjang
pendidikan SD/MI
jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun
APK SD/MI
SMP/MTs
jumlah siswa yang bersekolah di jenjang
pendidikan SMP/MTs
jumlah penduduk kelompok usia 13-15
tahun
APK SMP/MTs
SMA/MA/SMK
jumlah siswa yang bersekolah di jenjang
pendidikan SMA/MA/SMK
jumlah penduduk kelompok usia 16-18
tahun
APK SMA/MA/SMK
2010
2011
2012
2013
14.696
15723
15.547
14.534
12.275
119,72
14.040
111,99
15.232
102,07
13.944
104,23
7.546
8.497
8.955
7.060
9.029
10.337
9.977
7.855
83,58
82,20
89,76
89,88
8.722
9.372
8.455
6.844
11.402
11.748
9.743
7.747
76,50
79,78
86,78
88,34
46
2011
1.862
2.167
2.334
2012
2.014
2.005
2.381
2013
1.979
2.130
2.519
6.
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
APS merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia
sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama
usia muda. Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan seperti
pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang
mampu ditampung di setiap jenjang sekolah. Sehingga, naiknya persentase jumlah
murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah.
Kenaikan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah penduduk
usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya infrastruktur sekolah serta
peningkatan akses masuk sekolah sehingga partisipasi sekolah seharusnya tidak
berubah atau malah semakin rendah.
Tabel 2.26
Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kota Kotamobagu
Angka Partisipasi
Sekolah
2009
2010
2011
2012
7 - 12
98,11
97,35
99,19
99,46
13 - 15
92,01
93,47
90,11
96,30
16 - 18
58,30
63,89
59,66
68,25
47
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
120
100
80
60
APS (7-12)
APS (13-15)
APS (16-18)
40
20
0
2009
2010
2011
2012
48
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel. 2.27
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah
Tahun 2008 s.d 2011 Kota Kotamobagu
NO
JENJANG PENDIDIKAN
SD/MI
1.1.
1.2.
1.3.
Rasio
2008
2009
74
73
73
74
18.050.
20.135.
20.576.
13.905
41,00
36,26
35,48
53,22
2011
SMP/MTs
2.1.
2.2.
2.3.
Rasio
16
15
15
15
18.050
20.110
20.279
6.858
8,86
7,46
7,40
21,87
SMA, SMK/MA
3.1
3.2
3.3
2010
13
15
17
21
6.763
7.114
8.152
8.514
19,22
19,68
20,85
24,67
Sumber : BPS Kota Kotamobagu & Bappeda Kota Kotamobagu 2013 (diolah)
8. Rasio Guru/murid
Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru berdasarkan tingkat pendidikan per
1.000 jumlah murid berdasarkan tingkat pendidikan.Rasio ini mengindikasikan
ketersediaan tenaga pengajar juga mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru
agar tercapai mutu pengajaran.
Selama kurun waktu tahun 2008-2011 rasio ketersediaan guru di Kota Kotamobagu
mengalami pasang surut untuk tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami penurunan
untuk seluruh jenjang pendidikan, baik SD/MI, SMP/MTs. maupun SMA/MA/SMK
per 1.000 jumlah murid mengalami kenaikan, Namun dari tahun 2009 me tahun
2010 mengalami kenaikan. Pada tahun 2011, perbandingan jumlah guru terhadap
jumlah murid SD/MI di Kota Kotamobagu adalah 1 : 47,61. Hal ini dapat
diinterpretasikan bahwa 1 guru SD/MI melayani (mengajar) 47,61 atau 48 murid SD.
Berikut secara lengkap disajikan data mengenai kondisi ketersediaan guru/murid di
Kota Kotamobagu per jenjang pendidikan selama kurun waktu tahun 2008-2011.
49
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel. 2.28
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar
Tahun 2008 s.d 2011 Kota Kotamobagu
NO
Jenjang
Pendidikan
2008
2009
2010
1
SD/MI
1.1.
Jumlah Guru
621
780
816
1.2.
Jumlah Murid
13.541
13.428
13.712
1.3.
Rasio
45,86
58,09
59,51
2
SMP/MTs
2.1.
Jumlah Guru
320
446
426
2.2.
Jumlah Murid
7.262
6.815
6.923
2.3.
Rasio
44,06
65,44
61,53
3
SMA/SMK/MA
3.1.
Jumlah Guru
250
530
576
3.2.
Jumlah Murid
6.763
7.685
8.152
3.3.
Rasio
36,97
68,97
70,66
Sumber : BPS Kota Kotamobagu & Bappeda Kota Kotamobagu 2013 (diolah).
2011
662
13.905
47,61
336
6.858
48,99
347
8.514
40,76
2.3.1.2. Kesehatan
1. Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB)
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai
bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian
bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam
yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neo-natal
adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan
umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang
diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang
terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan
oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Angka kematian bayi (AKB) menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat
dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan AKB untuk pengembangan
perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain.
Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan
dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neonatal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan ibu hamil,
misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus.
Sedangkan angka kematian Post-Neo Natal dan angka kematian anak serta
kematian balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta
50
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
2009
2010
2011
2012
2013
12
10
11
14
1829
1829
1947
1999
1813
6,7
2,2
5,1
5,5
7,7
993,3
997,8
994,9
994,5
992,3
Kematian bayi berusia di bawah satu tahun meningkat dari 12 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2009 menjadi 14 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2013. Hal
ini berbanding lurus dengan Angka Kematian Bayi kota kotamobagu ditahun 2009
sebesar 6,7 meningkat menjadi 7,7 per 1000 bayi yang dilahir pada tahun 2013, ini
berarti dari seluruh wanita yang ada di Kota Kotamobagu hanya 992,3 yang dapat
terus hidup.
Upaya-upaya untuk menurunkan angka kematian bayi harus terus dilaksanakan
dengan pemantapan program-program imunisasi, pencegahan penyakit menular
terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi dan pemberian
makanan sehat untuk ibu hamil dan anak, termasuk yang program 1000 hari
pertama kelahiran, yang menekankan pada perhatian bayi mulai dalam kandungan
9 bulan 10 hari sampai dengan usia 24 bulan.
2. Angka Usia Harapan Hidup
Usia harapan hidup Kota Kotamobagu tampaknya terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Sebagaimana yang tampak dalam Gambar mengemukakan
bahwa pada tahun 2008 masih pada kisaran 71,08 tahun dan keadaan terus
meningkat sampai 2011 berada pada posisi 72,04 tahun. Indikator ini juga menjadi
salah satu yang penting dalam perhitungan IPM.
Tabel. 2.30
Angka Usia Harapan Hidup Kota Kotamobagu
Hasil Sensus Penduduk
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
71,35
71,58
71,8
71,96
72,12
72,21
Angka Harapan Hidup Kota Kotamobagu selang waktu Tahun 2008 sampai dengan
2013 ,menunjukkan peningkatan dimana Angka Harapan Hidup adalah rata-rata
tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang. Jika daya beli masyarakat
meningkat (status ekonominya meningkat) maka dengan otomatis pula
pengalokasian ke bidang kesehatan akan meningkat yang mengakibatkan
kesehatan seseorang akan bertambah baik karena lebih mampu memenuhi
kebutuhan gizi. Pendidikan yang lebih baik juga akan mempengaruhi pemikiran ke
51
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
bidang kesehatan. Semakin sehat seseorang maka angka harapan hidupnya akan
semakin tinggi
3. Persentase Balita Gizi Buruk
Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk
terhadap jumlah balita. Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat badan
menurut umur. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO.
WHO (1999) mengelompokkan wilayah yaitu kecamatan untuk kabupaten/kota dan
kabupaten/kota untuk provinsi berdasarkan prevalensi gizi kurang ke dalam 4
kelompok dari seluruh jumlah balita, yaitu :
a.
b.
c.
d.
rendah
sedang
tinggi
sangat tinggi
= di bawah 10 %
= 10-19 %
= 20-29 %
= 30 %
Tabel 2.31
Persentase Balita Gizi Buruk Tahun 2009-2013 Kota Kotamobagu
Uraian
2009
2010
2011
2012
2013
10
10
Jumlah Balita
4.101
6.292
6.518
6.658
8.892
0,12
0,10
0,15
0,15
0,05
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun.
Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara
berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan
(standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan
standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang.
Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk.
Dari data tersebut diatas menunjukkan bahwa persentase balita gizi buruk dari
tahun 2009 sampai tahun 2013, menunjukkan penurunan dan menurut Klasifikasi
status gizi dibuat berdasarkan standar WHO presentasi balita gizi buruk Kota
Kotamobagu masuk dalam Klasifikasi Rendah= di bawah 10 %.
4. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi
menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan, asuhan keperawatan secara
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.
Semakin banyak jumlah ketersediaan rumah sakit, akan semakin mudah bagi
masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan.
Jumlah rumah sakit di Kota Kotamobagu pada tahun 2011 sebanyak 5 unit, terdiri
dari rumah sakit daerah sebanyak 1 unit, rumah sakit swasta sebanyakse 3 unit dan
rumah sakit AD sebanyak 1 unit. Cakupan pelayanan rumah sakit terhadap jumlah
penduduk Kota Kotamobagu tahun 2011 mencapai 0,046. Hal ini berarti bahwa
untuk 1.000 jumlah penduduk Kota Kotamobagu pada tahun 2011 dilayani oleh
52
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
rumah sakit sebanyak 0,046. Cakupan pelayanan rumah sakit terhadap jumlah
penduduk Kota Kotamobagu pada tahun 2010 tidak jauh berbeda dengan tahun
2009. Serta belum adanya pelayanan Rumah Sakit yang berbasis IT, serta
dukangan akan alat kesehatan dan tindakan operatif, serta belum tersedianya ruang
kamar operasi sesuai dengan standart. Adapun kapasitas gudang, serta teknologi
penyimpanan obat farmasi yang belum memadai, serta ketersediaan database
kebutuhan jenis obat yang belum akurat. Serta jumlah tenaga farmasi yang masih
kurang. Berikut secara lengkap disajikan data mengenai rasio/ketersediaan rumah
sakit di Kota Kotamobagu selama kurun waktu tahun 2009-2011.
Tabel 2.32.
Jumlah dan Rasio RumahSakit per Satuan Penduduk
Kota Kotamobagu Tahun 2009-2011
No
1
2
Uraian
2009
2010
2011
Jumlah Rumah Sakit Daerah
1
1
1
Jumlah Rumah Sakit Swasta
3
3
3
Jumlah Rumah Sakit
3
AD/AU/AL/POLRI
1
1
1
Jumlah Seluruh Rumah Sakit
5
5
5
Jumlah Penduduk
101.574
107.456
108.672
Rasio
1 : 20.315
1 : 21.491
1 : 21.734
Sumber : BPS Kota Kotamobagu & Bappeda Kota Kotamobagu 2013 (diolah)
Uraian
2009
2010
2011
Jumlah Puskesmas
Jumlah Pustu
TOTAL
14
12
12
101.574
107.456
108.672
0,049
0,046
0,046
0,088
0,065
0,064
1 : 7.255
1 : 8.955
1 : 9.056
3
4
5
Jumlah Penduduk
Rasio Puskesmas persatuan
penduduk
Rasio Pustu persatuan
penduduk
Jumlah Kecamatan
Jumlah Desa/Kelurahan
Rasio Puskesmas per
Kecamatan
33
33
1:1
1:1
1:1
53
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Sumber : BPS Kota Kotamobagu & Bappeda Kota Kotamobagu 2013 (diolah)
Rasio Puskesmas, dan Pustu terhadap jumlah penduduk di Kota Kotamobagu pada
tahun 2011 mencapai 1 : 9.056. Ini artinya bahwa 1 Puskemas/ Pustu harus
melayani jumlah penduduk sebanyak 9.056jiwa. Adapun rasio Puskesmas terhadap
jumlah kecamatan mencapai 1 : 1. Ini artinya bahwa dalam satu kecamatan terdapat
1 unit Puskesmas.
Jumlah penduduk yang harus dilayani Puskesmas/Pustu tahun 2011 lebih banyak
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (2009-2010). Pada tahun 2009 satu
Puskesmas/Pustu harus melayani 7.255 penduduk, dan pada tahun 2010 harus
melayani 8.955 penduduk. Berikut adalah gambaran secara lengkap mengenai rasio
Puskesmas, dan Pustu terhadap jumlah penduduk di Kota Kotamobagu selama
kurun waktu tahun 2009-2011.
2.3.1.3. Pekerjaan Umum
a. Proporsi Panjang Jaringan Jalan Dalam Kondisi Baik
Salah satu penunjang dalam pelaksanaan pembangunan dalam hal kondisi
penunjang transpotasi yaitu jalan yang memadai menjadi salah satu dasar dalam
menunjang kemajuan suatu daerah.
Pada dasarnya pembangunan infrastruktur dasar dalam hal ini jalan di Kota
Kotamobagu sudah dilaksanakan dengan maksimal walaupun belum tersedia
secara maksimal hal ini dapat ditampilkan pada Tabel 2.34 berikut ini:
Tabel 2.34
Panjang Jalan Kota Kotamobagu Tahun 2009 2013 Kota Kotamobagu
No
Kondisi
2010
2011
2012
2013
Kondisi Baik
98,47
113,98
152,23
53,54
96,15
90,50
65,77
23,13
69,74
63,37
53,91
18,96
19,98
16,48
12,43
4,37
284,34
284,34
284,34
100,00
Jika dilihat dari kondisi keadaan jaringan jalan menurut kecamatan berfariasi untuk
Kondisi baik yang terbangun terbesar pada kecamatan Kotamobagu barat yaitu
54,26 % kondisi jalan rusak sedang ringan terbesar pada kecamatan Kotamobagu
selatan 26,19 %, untuk kondisi Rusak sedang terdapat pada kotamobagu selatan
sebesar 26,19 %, sedangkan untuk kondisi Rusak berat terbesar terdapat pada
kecamatan Kotamobagu timur sebesar 5,90 % untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 2.35 berikut ini :
54
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel 2.35
Kondisi Panjang Jalan Kota Kotamobagu menurut Kecamatan Tahun 2013
Kota Kotamobagu
No
Kecamatan
Kondisi Baik
Kondisi
Sedang
Ringan
Kondisi
Rusak
Sedang
Kondisi
Rusak
Berat
54,26
12,73
6,65
0,24
41,28
23,24
11,16
5,90
39,15
26,86
26,19
0,46
17,55
2,94
9,91
5,83
Jumlah
152,23
65,77
53,91
12,43
Uraian
Drainase Kondisi Baik
Drainase Kondisi Rusak
Drainase Kondisi Rusak
Sedang
Drainase Kondisi Rusak
Ringan
Drainase Alamiah
Total Panjang Drainase
Saluran Tertutup/Trotoar
Saluran Terbuka
2009
226.74Km
19.47 Km
34.17 Km
2010
231.03Km
19.17 Km
34.17 Km
2011
235.22Km
18.53 Km
34.17 Km
2012
239.05Km
17.62 Km
34.17 Km
2013
243.69Km
17.09 Km
34.17 Km
100.38Km
100.38Km
100.38Km
100.38Km
100.38Km
183.69Km
564.44Km
23.05 Km
361.28 Km
179.70Km
564.44Km
23.75 Km
365.58Km
176.15Km
564.44Km
24.45 Km
369.76Km
173.23Km
564.44Km
24.52 Km
373.60Km
169.12Km
564.44Km
24.52 Km
378.24Km
Jika berdasarkan kecamatan maka secara rinci informasinya dapat dilihat pada
Tabel 2.37.
55
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel 2.37
Panjang Drainase Berdasarkan Kondisi Menurut Kecamatan
Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Kotamobagu (dalam Km)
N
o
Kecamatan
Kondis
i Baik
Kec. Kotamobagu
Barat
Kec. Kotamobagu
Selatan
Kec. Kotamobagu
Timur
Kec. Kotamobagu
Utara
JUMLAH
2
3
4
Kondisi
Rusak
Sedang
6.49
Kondisi
Rusak
Ringan
22.08
Drainase
Alamiah
85.29
Kondisi
Rusak
berat
3.25
Saluran
Terbuka
32.13
Drainase
Tertutup/
Trotoar
20.84
52.61
3.76
11.96
35.13
40.59
1.23
102.12
58.49
5.98
8.20
24.09
59.19
1.23
102.12
46.30
4.10
7.52
19.07
37.21
1.23
102.12
243.69
17.09
34.17
100.38
169.12
24.52
378.24
71.86
No.
Tahun
Jumlah
Rumah Tangga (KK)
Selanjutnya untuk melihat sumber pasokan air bersih di Kota Kotamobagu, dapat
dilihat secara rinci pada Tabel 2.39.
Tabel 2.39
Jenis Sumber Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih
Berdasarkan Volume Tahun 2010 2012
No.
Tahun
Total
Pemenuhan
Kebutuhan
Air Bersih
1.
2.
3.
2010
2011
2012
1.635.120
1.650.720
1.755.240
Sumur
Sungai
SPT
Kemasan
887.558
525.130
95.314
156.125
91.113
56
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Jumlah pasokan air bersih di dominasi bersumber dari PAM dan sumur yang dimiliki
masyarakat.
Tabel 2.40
Jenis Sumber Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih berdasarkan
Jumlah Rumah Tangga (KK)
Jumlah KK yang mendapat air
Total
Jumlah KK yg
bersih selain dari PD PAM
Rumah
tersambung dg
Tangga
PD PAM
Sumur
Sungai
Mata Air
1.
2010
19.311
10.419
7.745
1.245
1.429
2.
2011
27.512
16.894
7.673
1884
1061
3.
2012
29.524
18.517
8.854
963
420
Sumber Data : Dinas Kesehatan Kotamobagu & PDAM Bolaang Mongondow
No.
Tahun
57
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Gambar 2.5.
Persentase Air Minum yang Disalurkan Menurut Jenis Pelanggan
pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kota Kotamobagu
Persentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel.2.41
Rumah Tangga (RT) yang Menggunakan Air Bersih Berdasarkan Kecamatan
N
o
1.
2.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Kotamobag
u Utara
921 KK
1500 KK
-
Kecamatan
Kotamobag Kotamobag
u Timur
u Selatan
300 KK
1200 KK
2750 KK
350 KK
-
900 KK
-
137 KK
-
848 KK
-
Kotamobagu
Barat
5200 KK
3100 KK
1574 KK
-
Suplai air bersih yang dilakukan oleh PDAM Bolmong sudah tidak seimbang dengan
tingkat permintaan dan kebutuhan warga Kota Kotamobagu. Diketahui bahwa
banyaknya air minum yang disalurkan 4.256.961 m3 dengan total jumlah pelanggan
58
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
15.726 semakin berkurang jika dibandingkan dengan tahun 2008 dengan total yang
disalurkan 5.834.964 m3 dengan total jumlah pelanggan 15.212.Cakupan
pelayanan Instalasi Air Bersih khusus PDAM di Kota Kotamobagu baru melayani
sebagian besar kawasan pusat kota dan sekitarnya, belum mencakup ke wilayahwilayah pedesaan di pinggiran Kota Kotamobagu, berdasarka data yang diberikan
PDAM Bolaang Mongondow dalam laporan jumlah sambungan langganan bulan
April 2012, dari total 10.321 SR (Sambungan Rumah) terdapat 8.984 SR Aktif dan
1.337 SR tidak aktif, dan dari total 136 HU (Hidran Umum) terdapat 90 HU yang
tidak aktif. Suply air dari PDAM ke masyarakat seharusnya lebih ditingkatkan,
mengingat sumber air baku yang ada tidak sulit dengan keberadaan 9 buah sungai
yang mengalir melewati kota dan rata-rata masih memenuhi persyaratan sebagai
sumber air baku.
2.3.1.4. Penataan Ruang
Sarana perumahan dan permukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia, juga memiliki fungsi yang sangat strategis dalam peranannya sebagai
pusat pendidikan keluarga, pesemaian budaya, dan peningkatan kualitas generasi
yang akan datang, serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya
kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang
layak dan bermartabat, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan akan rumahnya.
Dengan demikian upaya menempatkan bidang perumahan dan permukiman
sebagai salah satu sektor prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia yang
seutuhnya adalah sangat strategis.
Kawasan kumuh masil luas serta rasio bangunan ber IMB masih belum maksimal,
sitem transportasi publik yang masih belum memadai.Terkait dengan persoalan
permukiman dimana kaum miskin menanggung konsekwensi terbesar dari
kerusakan lingkungan dengan berbagai alasan seperti :
a. Mata pencaharian sebagian besar kaum miskin terkait langsung dengan mutu
dan produktivitas sumber daya alam seperti air, lahan, hutan dll.
b. Keluarga miskin terkadang memiliki tingkat akses terendah ke jasa dan manfaat
sumber daya yang ada seperti air minum, masalah sanitasih yang sehat, dan
sumber energy lainnya.
c. Terkadang pula bahwa rumah tangga yang berpenghasilan rendah lebih rentan
terhadap bencana alam karena mereka tinggal pada wilayah yang beresiko
tinggi.
d. Kaum miskin pada umumnya memiliki mata pencaharian yang erat kaitannya
dengan keberadaan lahan, hutan, dan lain-lain. Kehilangan hutan atau
kerusakan lingkungan akan memperlemah kaum miskin dalam hal mata
pencaharian terutama bagi kaum petani.
e. Selanjutnya terkait dengan rumah tangga miskin umumnya menjadi isu
lingkungan terkait dengan adanya pemukiman kumu di perkotaan dengan
sistem sanitasi yang tidak layak.
Selanjutnya kondisi yang terjadi di Kota Kotamobagu tidak seperti apa yang dialami
di Kota-Kota kecil lainnya. Masyarakat Kotamobagu dengan mayoritas hidup dari
pertanian, dimana pola hidupnya justru lebih menjamin, persediaan lahan
pertaniaan masih cukup dengan tingkat kesuburan tanahnya yang tinggi, belum
ternodai dengan adanya berbagai macam penyemprotan pestisida mapun sistem
pemupukan oleh karena rata-rata jenis tanahnya mengandung unsure hara yang
59
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
tinggi. Selanjutnya dari aspek permukiman rata-rata tidak ada masalah, persiapan
lahan bahkan ruang terbuka hijau di masing-masing halaman bangunan rumahnya
menjadi salah satu budaya mereka dari pendahulunya atau sudah menjadi turun
temurun bagaimana mrenjaga kondisi lahan yang ada.
Tabel 2.42
Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga
di Kota Kotamobagu
Tahun
Penduduk (orang)
Rumah Tangga
1990
53 970
2000
60 547
15 816
2010
107 459
26 014
Sumber : Kotamobagu Dalam Angka 2012
Rata-rata Anggota
Rumah Tangga
3.83
4.13
2010
185,97
34,80
220,77
2011
211,53
68,33
4,320
284,180
60
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
tanah dan lainnya. Panjang jalan di Kota Kotamobagu tahun 2011 tercatat sekitar
284,180 Km dengan kondisi mulai baik, sedang, rusak hingga rusak berat. Jenis
permukaan berupa aspal merupakan jenis permukaan jalan terbesar di Kota
Kotamobagu, yaitu mencapai 211,53 Km. Pengguna jalan terdiri atas kendaraan
beroda 2 sebanyak 2.976 unit, kendaraan roda 3 sebanyak 2.034 unit dan
kendaraan roda 4 sebanyak 1.057 unit.
Tabel. 2.44
Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan
NO
Uraian
2009
1.
Panjang Jalan
283,47
2.
Jumlah Kendaraan
3.
Rasio
Sumber : Kota Kotamobagu Dalam Angka 2012
2010
266,77
15.830
0,017
2011
326,53
21636
0,015
Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan dihitung untuk mengetahui tingkat
ketersediaan sarana jalan dapat memberi akses tiap kendaraan. Rasio panjang
jalan per jumlah kendaraan adalah perbandingan panjang jalan terhadap jumlah
kendaraan.
Tabel 2.45
Jumlah Orang/Barang yang Melalui Terminal per Tahun
Tahun 2008 s.d 2012 Kota Kotamobagu
N
O
2008
Uraian
2009
2010
2011
2012
Oran
g
Brng
Oran
g
Brng
Oran
g
Brng
Oran
g
Brng
Oran
g
Brng
1.
Dermaga
2.
Bandara
3.
Terminal
5.880
5.420 4.840
4.660
5.080 4.940
5.300
Jumlah
5.880
5.420 4.840
4.660
5.080 4.940
5.300
61
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Timbulan sampah sangat terkait dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk di suatu
daerah. Jumlah penduduk Kota Kotamobagu pada akhir tahun 2011 adalah 107.459
jiwa. Apabila dihitung timbulan sampah berdasarkan criteria kecil sesuai SNI 193964-1994 yaitu :
Kota besar : 2 2,5 L/o/h atau 0,4 0,5 kg/o/h
Kota sedang/kecil : 1,5 2 L/o/h atau 0,3 0,4
Dengan demikian timbulan sampah Kota Kotamobagu hanya berada pada kisaran
antara 161.19 s/d 214.92 M3 perhari. Selanjutnya data dari Dinas Tata Kota
Kotamobagu tahun 2012 tercatat timbulan sampah adalah : 381.32 m3/hari.
Timbulan sampah ini sangat tinggi sebagai kategori kota kecil, sehingga dari pihak
Dinas Tata Kota perlu melakukan perhitungan ulang tentan timbulan sampah yang
sebenar.
Tabel 2.46
Timbulan dan Komposisi Sampah
Volume (m3) / hari
No.
Komponen sampah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sampah basah
Kertas
Plastik
Kayu
Logam
Kaca/gelas
Karet/kulit
Kain
Lain-lain
Jumlah
2010
2011
2012
193.4
17.6
10.3
10.8
5.6
6.7
4.46
7.9
65.6
195
31.13
19.95
22.8
6.5
6.86
8.06
8.85
27.40
228.7
33.9
24.9
26.6
10.2
6.99
10.8
10.7
28.447
321.96
326.60
381.23
Menurut data yang ada pada Dinas Tatakota Kotamobagu bahwa jumlah sampah
yang terangkut ke lokasi TPA adalah sebesar 130 m3/hari, sedangkan total timbulan
sampah sebesar 381,23 m3/hari, maka jumlah sampah yang tidak terangkut habis
di kota adalah sebesar 251,23 m3/hari sehingga hal ini akan terjadi pengotoran kota
atau pencemaran yang diakibatkan oleh timbulah sampah tersebut. Kondisi ini
sebenarnya tidak demikian dimana kondisi Kota Kotamobagu masih berada dalam
batas kewajaran, walaupun sebenarnya beberapa tumpukan-tumpukan sampah
yang ditemukan di Daerah Aliran Sungai yang melalui Kota ini.
Dengan demikian perhitungan volume timbulan sampah yang sebenarnya untuk
Kota Kotamobagu adalah sebagaimana yang dihitung berdasar SNI 19-3964-1994
dengan kategori kecil yaitu sebesar : 161,19 m3/hari. Jumlah yang terangkut ke
lokasi TPA adalah 130 m3/hari, maka volume sampah yang tidak terangkut ke lokasi
TPA + 31,19 m3/hari. Keberhasilan pengangkutan volume timbulan sampah sangat
terkait dengan sarana dan prasarana termasuk personil yang dimiliki oleh Dinas
Tatakota Kotamobagu.
Sistem pengumpulan, penyimpanan dan penampungan sampah yang mayoritas
dilakukan oleh masyarakat adalah ditempatkan pada pewadahan (bak sampah)
yang terbuat dari papan/kayu, sebagian ditempatkan pada viber plastic yang
disiapkan oleh pemda, sebagian juga yang langsung ditempatkan di plastiK. Namun
beberapa komponen masyarakat yang tanpa menyadari langsung membuang
sampahnya ke sungai sehingga hal ini sangat berbahaya. Namun dari hasil
pengamatan dan survey lokasi bahwa sebenarnya pihak Pemda sudah menyiapkan
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
62
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Jenis
Kendaraan
Keterangan
Pengadaan Hibah
Bantuan
Pinjaman
Jumlah
Kendaraan
Seluruhnya
Jumlah
Kendaraan
Yang
Beroperasi
Jumlah
Kendaraan
Yang
Rusak
Motor sampah
12
Dump Truck
Arm Roll
9
1
0
0
1
0
3
2
13
3
11
3
2
0
Dozer
Loader
1
1
0
0
0
0
1
0
2
1
1
1
1
0
Excavator
Truck Tangki Air
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
Sesuai amanat UU No.18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, bahwa singkat
TPA yang dulunya disebut Tempat Pembuangan Akhir maka saat ini diganti
menjadi Tempat Pemrosesan Akhir dimana titik beratnya adalah sudah tidak
dibenarkan lagi yang namanya metode Open Dumping, akan tetapi sudah harus
ada proses pengolahan di lokasi TPA, minimal metode Contrlled Lundfill
Selanjutnya dari hasil peninjauan lokasi TPA ( Tempat Pemrosesan Akhir) sampah
Kota Kotamobagu nampaknya hal ini akan menjadi masalah mengingat kondisi TPA
yang ada dapat dianggap tidak memenuhi syarat, dimana metode yang digunakan
cenderung dengan sistem open dumping. Lokasinya berada di pinggir sungai
besar, sedangkan fasilitas pengolahan lindi / leachet, sudah tidak berfungsi. Lokasi
ini juga terdapat bangunan IPLT yang dekat atau berada disamping TPA dan hal ini
merupakan bangunan yang lama sebelum Pemekaran menjadi Kota Kotamobagu.
Intinya adalah sangat riskan terhadap pencemaran air sungai akibat adanya
rembesan lindi/leachet dari Timbunan sampah ini.
63
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dan faktor pendukung sistem ini adalah :
Memiliki lahan TPA yang layak teknis, ekonomis dan layak lingkungan
Setiap bangunan rumah tangga disediakan pewadahan/bak sampah
Pelayanan disediakan perwadahan yang disesuaikan dengan volume sampah.
Penyediaan gerobak pengangkut sampah guna mengangkut sampah ke TPS
yang dilakukan oleh masyarakat.
Penyediaan Dump Truck untuk mengangkut sampah dari TPS ke TPA yang
dikelolah oleh Pemerintah.
Di Kota Kotamobagu saat ini telah memiliki Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
sampah dengan sistem yang cenderung pada open dumping, luas lahan yang
dimiliki 1 Ha berlokasi dekat sekali dengan sungai, kolam Leacheate cenderung
kurang berfungsi. Untuk menghindari pencemaran lingkungan yang terlalu besar
maka perlu relokasi lahan TPA yang layak atau sesuai kriteria lahan TPA ( Standar
SNI yang berlaku saat ini).
b. Udara
Udara memiliki peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup bagi seluruh
makhluk hidup termasuk manusia yang ada di dunia ini sehingga kualitasnya harus
dijaga. Sebagaimana tersirat dalam peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2009
tentang pengendalian pencemaran udara , maupun yang ada pada Undang-undang
Lingkungan Hidup di Indonesia, bahwa yang dimaksud dengan pencemaran udara
adalah masuknya atau dimasukannya, zat, energi dan/ atau komponen lain kedalam
udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambient turun sampai
ketingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak dapat memenuhi
fungsinya. Sedang kan udara ambient adalah udara bebas di permukaan bumi pada
lapisan troposfir yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makluk
hidup dan unsur-unsur lingkungan hidup lainnya.
Di Kota Kotamobagu yang hanya terdiri dari 4 kecamatan dan 33 Kelurahan dan
desa secara fisik wilayah relatif masih dalam kondisi normal, keberadaan industryindustri yang menghasilkan sumber sumber gas pencemar belum ada, terkecuali
adalah beberapa jenis kendaraan roda 4 dan roda 2, akan tetapi belum padat dan
daya dukung lingkungan kotanya masih sehat. Kondisi Kota Kotamobagu juga di
untungkan dengan sistem vegetasi kota atau ruang terbuka hijau yang masih sangat
menguntungkan.
c. Air baku
Diwilayah Kota Kotamobagu telah mengalir 8 buah Sungai kecil yang bersumber
dari pegunungan/perbukitan bagian Timur dan Selatan yang selanjutnya bermuarak
ke sungai besar yaitu Sungai Ongkag Mongondow. Sungai ini semuanya melintasi
dalam kawasan Kota Kotamobagu, tidak pernah mengalami kekeringan dan pada
saat musim hujan juga tidak pernah menimbulkan bencana banjir besar. Pada saat
musim kemarau rata-rata relatif jernih, pada bagian hulu atas gunung dapat
dialirkan secara grafitasi. Klasifikasi atau kategori / status dari masing-masing
sungai ini adalah termasuk Kelas II ( Kelas B) yaitu dapat dijadikan sebagai sumber
air baku.
64
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
d. Sungai
Sungai merupakan salah satu sumber air baku di Kota Kotamobagu, terdapat 9
sungai yang melintas di daerah ini seperti yang tampak pada tabel berikut ini.
Tampak bahwa Sungai Mongkonai merupaka sungai terpanjang, terlebar dan
terdalam yang melintasi Kecamatan Kotamobagu Barat. Sebaliknya sungai yang
terpendek adalah Sungai Toko/mobaguDayanan yang melintasi Kecamatan
Kotamobagu Utara.
Tabel 2.48
Jumlah sungai berada di dalam wilayah Kabupaten/Kota sekitar
No
1
Nama Sungai
Panjang
(m)
13.200
Lebar
(m)
10,1
Kedalaman
(m)
2
10.300
9,2
Sungai Bilalang /
Kotulidan
Sungai Toko / Dayanan
Sungai Kotobangon
10.500
Sungai Bonodon
13.000
Sungai Yuyak
13.000
7,2
13.500
8,1
1,5
Sungai Yantaton
13.000
1,5
Sungai Kopek
15.000
1,5
Sungai Mongkonai
20.000
15
Ket
Melintasi Kec. Kotamobagu
Barat & Utara
Melintasi Kec. Kotamobagu
Utara
Melintasi Kec. Kotamobagu
Timur
Melintasi Kec. Kotamobagu
Timur
Melintasi Kec. Kotamobagu
Selatan
Melintasi Kec. Kotamobagu
Selatan
Melintasi Kec. Kotamobagu
Selatan
Melintasi Kec. Kotamobagu
Selatan
Melintasi Kec. Kotamobagu
Barat
Dari hasil pengamatan lapangan bahwa disaat musim kemarau secara fisik ke 9
sungai ini rata-rata jernih. Di bagian hulu sungai tersebut rata-rata belum dimasuki
beban air limbah rumah tangga kecuali setelah melewati Kotamobagu. Kualitas dari
masing-masing kualitas air tersebut diketahui setelah melakukan uji Laboratorium
dari masing-masing sampael sungai tersebut.
2.3.1.7. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Pembangunan desa dalam jangka panjang ditujukan untuk memperkuat dasardasar sosial ekonomi pedesaan yang memiliki hubungan fungsional yang kuat
dan mendasar dengan kota-kota dan wilayah di sekitarnya. Pembangunan desa
dan pembangunan sektor yang lain di setiap pedesaan akan mempercepat
pertumbuhan desa menjadi desa swasembada yang memiliki ketahanan di
segala bidang dan dengan demikian dapat mendukung pemantapan ketahanan
nasional. Dalam rangka mencapai tujuan itu pembangunan desa diarahkan
untuk mengembangkan sumber daya manusianya yang merupakan bagian
terbesar penduduk Indonesia, dengan meningkatkan kualitas hidup,
kemampuan, keterampilan dan prakarsanya, dalam memanfaatkan berbagai
potensi desa maupun peluang yang ada untuk berkembang.
Berdasarkan kriteria status, desa/kelurahan diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yakni
desa swadaya (tradisional); desa swakarya (transisional); dan desa swasembada
65
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
66
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel 2.49
Kondisi Tenaga Kerja Tahun 2011 s.d 2012 Di Kota Kotamobagu
No
I.1
I.2
I.3
I.4
I.5
I.6
URAIAN
PENDUDUK dan TENAGA KERJA
a. Penduduk Usia Kerja 15 19 Tahun
b. Angkatan Kerja Usia 15 19 Tahun
c. Penduduk Usia 10 17 tahun
d. Penduduk yang bekerja Usia 10 17 Tahun
e. Tingkat Penganggur terbuka
f. Tingkat setengah Penganggur
g. Angkatan Kerja
h. Penganggur terbuka
i.
Penduduk yang Bekerja < 25 Jam/Minggu
(Setengah Penganggur)
KESEMPATAN KERJA
a. Penduduk yang Bekerja
b. Penduduk yang Bekerja Formal
c. Penduduk yang bekerja Informal
d. Jumlah Pencari Kerja yang ditempatkan
(Laki Laki dan Perempuan)
e. Jumlah Pencari Kerja yang Terdaftar (Laki
Laki dan Perempuan)
PELATIHAN dan KOMPETENSI KERJA
a. Penganggur Terbuka dengan Pendidikan
SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi
b. Jumlah lulusan Pelatihan
HUBUNGAN INDUSTRIAL
a. Jumlah Perusahaan yang memperkerjakan
lebih dari 50 Orang
b. Jumlah Perusahaan yang memiliki peraturan
perusahaan yang disahkan
c. Jumlah perusahaan yang memiliki perjanjian
kerja bersama yang sudah di daftarkan
d. Jumlah perusahaan yang memiliki lembaga
kerja sama (LKS) Bipartit
e. Jumlah Sarikat Pekerja / Sarikat Buruh
f. Jumlah perselisihan hubungan industrial
KONDISI LINGKUNGAN KERJA
a. Jumlah Perusahaan Kecil, menengah dan
besar (sensus ekonomi 2006)
Kecil
Menengah
Besar
b. Jumlah perusahaan yang melapor sesuai
UU No 17 tahun 1981
c. Jumlah Buruh / karyawan yang
perusahaanya
PENGUPAHAN dan KESEJAHTERAAN PEKERJA
a. Besrnya Upah minimum Provinsi (UMP)
b. Jumlah buruh / karyawan yang terdaftar
menjadi anggota jamsostek aktif
c. Jumlah perusahaan yang menjadi anggota
Jamsostek
2011
2012
18.821
16.117
22.011
105
8.521
34.786
79.153
2.590
34.785
18.821
16.117
23.389
116
8.521
34.786
79.153
2.590
38.181
69.875
10.226
14.518
29
69.875
10.226
14.518
77
29
194
2.590
2.590
30 orang
30 orang
10
10
5
-
5
4
139
2
10
139
2
10
249
3167
Rp.1.050.000
Rp. 1.050.000
10
298
12
67
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
2008
2009
2010
2011
Angkatan Kerja
54.215
54.759
47.788
51.833
Penduduk yg bekerja
49.265
49.602
44.166
46.622
0,909
0,906
0,924
0,899
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tahun 2011 sebesar 89,9% dari
angkatan kerja yang ada memperoleh kesempatan kerja sedangkan 10,1%nya
masih mencari kerja atau pengangguran
(1-0,899=0,101). Produktivitas tenaga
kerja sektoral dapat diperoleh jika diketahui jumlah tenaga kerja per sektor dan
PDRB per sektor. Perkembangan jumlah tenaga kerja per sektor dapat dilihat pada
Tabel berikut ini :
Tabel 2.51
68
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
2012
2011
2009
Jumlah
%
2008
Jumlah
%
17.392
35.06
20.207
41.02
5.30
2.210
4.46
1.020
2.07
1.394
3.16
2.242
4.52
1.034
2.10
0.16
124
0.28
116
0.23
54
0.11
2.526
5.42
2.926
6.63
3.145
6.34
3.209
6.51
29.67
13.834
29.67
7.080
16.03
5.933
11.96
8.478
17.21
5.070
10.41
4.852
10.41
3.265
7.39
5.754
11.60
5.142
10.44
1.459
2.99
1.396
2.99
518
1.17
534
1.08
737
1.50
12.543
25.75
12.003
25.75
11.745
26.59
12276
24.75
9384
19.05
48.720
100.00
46.622
100.00
44.166
100.00
49.602
100.00
49.265
100.00
%
17.0
5
2010
Jumlah
%
33.45
14.773
Jumlah
Jumlah
8.309
17.05
7.951
1.380
2.83
1.321
2.83
2.341
2.783
5.71
2.663
5.71
79
0.16
76
2.` 640
5.42
14.457
69
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif
dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin
rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang
produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Rasio ketergantungan adalah perbandingan jumlah penduduk usia <15 tahun dan
>64 tahun terhadap jumlah penduduk usia 15-64 tahun, dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Tabel. 2.52
Rasio Ketergantungan Tahun 2009 s.d 2013 Kota Kotamobagu
No
Uraian
2009
2010
2011
Jumlah
Penduduk
1.
27.616
29.223
29.423
Usia < 15 tahun
Jumlah
Penduduk
2.
3.127
3.634
3.418
usia > 64 tahun
Jumlah
Penduduk
3.
Usia Tidak Produktif
30.743
33.747
32.841
(1) &(2)
Jumlah
Penduduk
4.
84.237
86.157
87.063
Usia 15-64 tahun
Rasio ketergantungan
5.
36,50
39,17
37,72
(3) / (4)
Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara 2013 (Diolah)
2012
2013
29.600
29.167
3.728
4.118
33.328
34.285
93.442
96.600
35,67
35,49
Sebagian besar Penduduk Kota Kotamobagu berusia antara 1564 Tahun. Hal ini
berarti penduduk usia produktif di Kota Kotamobagu sangat potensial sebagai
modal dasar yang besar untuk pembangunan. Rasio beban ketergantungan di Kota
Kotamobagu dari tahun 2009-2013 berturut-turut adalah 36,50, 39,17, 37,72,
35,67, 35,49. Pada tahun 2009 besarnya adalah 36,50 artinya 100 penduduk usia
produktif (15-64) rata-rata menanggung beban 36,50 penduduk usia tidak produktif
(0-14 dan 65 keatas). Secara rata-rata dapat dinyatakan bahwa angka
ketergantungan dari tahun 2009 sampai dengan 2013 menurun sebesar 1,00.
Jika dibandingkan dengan tingkat nasional, rasio ketergantungan di Kota
Kotamobagu memiiki nilai yang relatf lebih kecil, dimana secara nasional pada
tahun 2010 mencapai 51,31%. Kondisi ini membuka jendela kesempatan (windows
of opportunity) bagi Kota Kotamobagu untuk dapat menciptakan perluasan
kesempatan kerja dan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
2.3.1.9. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
a. Persentase Koperasi Aktif
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan.
Koperasi Aktif adalah koperasi yang dalam dua tahun terakhir mengadakan RAT
(Rapat Anggota Tahunan) atau koperasi yang dalam tahun terakhir melakukan
kegiatan usaha.
Berdasarkan data 2013, jumlah koperasi 271 unit , Koperasi yang aktif sebanyak
59 unit,berarti ada 212 unit Koperasi yang tidak aktif. Kondisi semacam ini harus
segera diatasi secara serius. Jika tidak segera diatasi, kondisi ini bisa menjadi
bumerang dan berdampak buruk terhadap perkembangan dan pertumbuhan
70
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Uraian
Jumlah koperasi aktif
2009
2010
2011
2012
2013
69
74
77
137
59
Jumlah koperasi
237
237
237
237
271
Persentase koperasi
3
0,29%
0,31%
0,32%
0,57%
0,21%
aktif
Sumber : Dinas Perindustrian,perdagangan,Koperasi dan Penanaman Modal Tahun 2014
Ini merupakan program prioritas. Tidak lagi kepada jumlah kelembagaannya yang
banyak, tapi bagaimana agar kelembagaan koperasi yang ada harus bisa
memberikan manfaat kepada anggota dan masyarakat.
UU Koperasi yang baru Nomor 17 tahun 2012, fungsi dan tugas koperasi hampir
sama seperti unit usaha swasta yang ada saat ini. Hanya saja, apabila unit usaha
swasta dimiliki satu atau dua orang, koperasi justeru dimiliki banyak orang. Koperasi
diwajibkan membuat perencanaan usaha dan target usaha yang akan dicapai.
Karena itu, orang yang duduk menjadi pengurus koperasi ke depan tak cukup
dengan jujur dan demokratis, tapi juga harus orang yang memiliki interpreneur tinggi
dalam bidang bisnis dan jasa usaha.
Usulan pembentukan sebuah kelembagaan koperasi ke depan tidak lagi semata
atas dasar untuk menerima bantuan kredit atau peralatan dari pemerintah, tetapi
harus atas dasar keinginan yang kuat dari sekelompok masyarakat untuk
membangun sebuah kelembagaan usaha bersama yang kuat yang bisa menopang
hidup orang banyak.
b. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM
Usaha kecil adalah peluang usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.
Sebanyak 87 persen dari sekitar 40 juta atau sekitar 34,8 juta pengusaha mandiri
yang bergelut di usaha mikro dan kecil di tanah air hingga kini belum tersentuh
akses layanan perbankan. Akibatnya, para pengusaha baru ini kesulitan
mengembangkan bisnisnya. Hal tersebut pula yang menjadi permasalahan di Kota
Kotamobagu, dimana akses layanan perbankan, untuk usaha mikro dan kecil belum
tersentuh.
71
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel. 2.54
Jumlah UKM non BPR/LKM Tahun 2009 s.d 2013 Kota Kotamobagu
NO
1
2
3
Uraian
2009
2010
2011
2012
2013
Jumlah seluruh UKM
2894
3044
3100
3123
3245
Jumlah BPR/LKM
106
106
106
107
102
Jumlah UKM non
2788
2938
2994
3016
3143
BPR/LKM
Sumber : Dinas Perindustrian,perdagangan,Koperasi dan Penanaman Modal Tahun 2014
Uraian
2009
2010
2011
2012
2013
Jumlah BPR
2894
3044
3100
3123
3245
Jumlah LKM
106
106
106
107
102
2788
2938
2994
3016
3143
Dengan makin meningkatnya jumlah BPR dan LKM, hal ini berdampak positif bagi
perekonomian di Kota Kotamobagu. Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
tidak terlepas dari perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM).Perkembangan sektor UMKM di Kota Kotamobagu perlu terus di tingkatkan
dan menjadi perhatian karena terdapat potensi yang besar atas kekuatan domestik,
jika hal ini dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik tentu akan dapat
mewujudkan usaha menengah yang tangguh. Namun, disisi yang lain UMKM juga
masih dihadapkan pada masalah mendasar yang secara garis besar mencakup:
pertama, masih sulitnya akses UMKM pada pasar atas produk-produk yang
dihasilkannya, kedua, masih lemahnya pengembangan dan penguatan usaha, serta
ketiga, keterbatasan akses terhadap sumber-sumber pembiyaan dari lembagalembaga keuangan formal khususnya dari perbankan.
72
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Uraian
PMDN
PMA
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5=3+4)
2012
Jumlah Investor
69
69
2011
Jumlah Investor
51
51
Realisasi
JumlahProye
Jumlah Proyek Nilai Investasi
Nilai Investasi
k
2012
53
56.630.540.000
53
56.630.540.000
2013
71
132.285.720.000
71
132.285.720.000
Sumber : KPTSP
Tahun
73
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
2.3.2.3. Pariwisata
a. Ketersediaan restoran
Ketersediaan restoran pada suatu daerah menunjukan tingkat daya tarik investasi
suatu daerah. Banyaknya restoran dan rumah makan menunjukan perkembangan
kegiatan ekonomi suatu daerah dan peluang-peluang yang ditimbulkannya.
Pengertian restoran adalah tempat menyantap makanan dan minuman yang
disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jenis tataboga atau
catering. Sedangkan pengusahaan usaha restoran dan rumah makan adalah
penyediaan jasa pelayanan makanan dan minuman kepada tamu sebagai usaha
pokok.
Tabel ketersediaan Restoran dan Rumah Makan
Tahun
Restoran
Rumah Makan
2012
12
2013
12
b. Ketersediaan Penginapan
Hotel berbintang adalah suatu usaha jasa yang menggunakan suatu bangunan atau
sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, di mana setiap orang dapat
menginap, makan, memperoleh pelayanan, dan menggunakan fasilitas lainnya
dengan pembayaran, dan telah memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang
seperti yang telah ditentukan. Ciri khusus dari hotel berbintang adalah mempunyai
restoran yang dikelola langsung di bawah manajemen hotel tersebut.
Hotel Melati adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian
bangunan yang disediakan secara khusus, di mana setiap orang dapat menginap,
makan, memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas lainnya dengan
pembayaran, dan belum memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang.
Tabel Jumlah Penginapan
Tahun
Hotel Berbintang
Hotel melati
2012
11
2013
11
74
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
pertanian mereka tidak terbatas di wilayah Kota Kotamobagu, tetapi juga di daerah
sekitar.
Grafik 2.11
Perkembangan Nilai Tukar Petani Kota Kotamobagu Selang 2008-2012
Tabel. 2.58
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Atas Dasar Harga Berlaku
Kelompok Pengeluaran
2010
Makanan
300.684,98
Non Makanan
243.603,50
Konsumsi Rumah Tangga
544.288,47
Sumber : BPS Kota Kotamobagu, 2014
2011
306.394,07
310.873,94
617.268,00
2012
336.674,54
424.791,20
761.465,74
Jika dilihat pengeluaran per kapita penduduk menurut golongan pengeluaran dapat
dilihat pada Tabel 2.59.
75
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel. 2.59
Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan
di Kota Kotamobagu, 2012
Golongan Pengeluaran
Penduduk
< 100.000
Persentase
-
100.000 - 149.999
284,91
0,25
150.000 - 199.999
545,14
0,49
200.000 - 299.999
21.452,92
19,1
300.000 - 499.999
30.586,60
27,23
500.000 - 749.999
19.660,62
17,5
750.000 - 999.999
16.467,53
14,66
1.000.000 +
23.325,56
20,77
Jumlah
112.323,28
100
Makanan
< 100.000
100.000 - 149.999
88.214,29
150.000 - 199.999
117.143,68
200.000 - 299.999
178.170,44
300.000 - 499.999
228.086,09
500.000 - 749.999
324.388,92
750.000 - 999.999
390.754,16
1.000.000+
605.208,18
Rata-Rata
336.679,18
Sumber : BPS Kota Kotamobagu, 2014
Bukan
Makanan
54.683,33
55.540,72
83.022,22
164.028,87
297.129,33
452.912,18
1.181.958,18
424.791,20
Jumlah
142.897,62
172.684,39
261.192,66
392.114,96
621.518,24
843.666,35
1.787.166,36
761.470,38
Jika dilihat lebih rinci pengeluaran untuk kelompok bahan makanan secara rinci
dijelaskan dalam Tabel 2.61. Pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
76
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
adalah yang terbesar yaitu mencapai 17,97 persen. Sedangkan yang terendah
adalah konsumsi umbi-umbian hanya sebesar 0,81 persen.
Tabel 2.61
Pengeluaran Konsumsi Kelompok Bahan Makanan
Per Kapita Per Bulan, 2012
Kelompok Makanan
Padi-Padian
Umbi-umbian
Ikan
Daging
Telur dan Susu
Sayur-sayuran
Kacang-kacangan
Buah-buahan
Minyak dan Lemak
Bahan Minuman
Bumbu-bumbuan
Konsumsi Lainnya
Makanan dan Minuman jadi
Tembakau dan Sirih
Jumlah
Pengeluaran
56.749,04
2.740,95
45.847,56
5.652,34
22.249,05
30.578,02
6.642,17
13.334,52
13.167,23
11.872,56
4.155,14
5.574,97
60.498,87
57.617,59
336.680,00
Persentase
16,86
0,81
13,62
1,68
6,61
9,08
1,97
3,96
3,91
3,53
1,23
1,66
17,97
17,11
100
77
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel 2.62
Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Per Bulan Kelompok Bukan Makanan
Menurut Kelompok Barang, 2012
Kelompok Bukan Makanan
Pengeluaran
Persentase
56.749,04
16,86
2.740,95
0,81
45.847,56
13,62
5.652,34
1,68
22.249,05
6,61
30.578,02
9,08
Jumlah
163.817,00
48,7
Uraian
1.
(n-5)
(n-4)
(n-3)
(n-2)
(n-1)**)
Realisasi RTRW
2.
Rencana Peruntukan
RTRW
3.
Rasio (1./2.)
78
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Mendorong tumbuhnya industri baru yang tidak bergantung pada lokasi dengan
penggunaan teknologi komunikasi dan informasi dalam lingkungan yang alami
dan nyaman.
Mengelola lingkungan alami di perkotaan, yang dapat berupa hutan kota, serta
menyediakan fasilitas yang menarik untuk sarana rekreasi bagi penghuni kota
yang produktif serta wisatawan lokal.
untuk
Luas ( Ha )
A. Budidaya
56,69
B. Non Budidaya (Kawasan
11,37
Lindung)
Total
68,06
Sumber : BPS Kota Kotamobagu, 2014.
(%)
83.3
16.7
100 %
Salah satu pendekatan dalam meningkatkan daya saing daerah adalah dengan
mengembangkan industri. Kota Kotamobagu sebagai daerah otonom yang
mengusung kota jasa, perlu untuk melihat prospek pengembangan Industri, guna
untuk menjadikan Kota Kotamobagu yang lebih berdaya saing, adapun kondisi
79
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
existing luas wilayah industri kota kotamobagu terhadap luas wilayah budidaya
dapat dilihat pada Tabel 2.65.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa memang pengembangan industri masih
harus lebih dikembangkan, hal ini dapat dilihat bahwa luas wilayah pengembangan
industri di kota Kotamobagu masih tergolong sangat kurang hanya sebesar 0,18 %
dari total luas wilayah budidaya.
Tabel 2.65
Rasio Luas Wilayah Industri terhadap Luas Wilayah Budidaya Tahun 2013
NO
Uraian
1.
Luas Wilayah Industri
2.
Luas Seluruh Wil. Budidaya
3.
Rasio (1./2.)
Sumber : Kota Kotamobagu dalam Angka, 2013
Luas (ha)
10
56,69
0,18
Uraian
Luas Wilayah Kekeringan
Luas Seluruh Wil. Budidaya
Rasio
Sumber : Kota Kotamobagu dalam Angka, 2013
(n-5)
68,06
56,69
1,20
Data menunjukkan bahwa luas wilayah kekeringan lebih besar dari luas wilayah
budidaya.
Tabel 2.67
Rasio Luas Wilayah Kebanjiran Kota Kotamobagu
NO
1.
2.
3.
Uraian
Luas Wilayah Kebanjiran
Luas Seluruh Wil. Budidaya
Rasio (1./2.)
(n-5)
0
56,69
0
80
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel 2.68
Rasio Luas Wilayah Perkotaan Kota Kotamobagu
NO
Uraian
1.
Luas Wilayah Perkotaan
2.
Luas Seluruh Wil. Budidaya
3.
Rasio (1./2.)
Sumber : Kota Kotamobagu dalam Angka, 2013
Luas (ha)
176,25
56,69
2,59
Jenis Kriminal
Jumlah Kasus Narkoba
Jumlah Kasus Pembunuhan
Jumlah Kejahatan Seksual
Jumlah Kasus
Penganiayaan
Jumlah Kasus Pencurian
Jumlah Kasus Penipuan
Jumlah Kasus Pemalsuan
Uang
Total Jumlah Tindak Krimal
Selama 1 Tahun
2008
2
6
62
457
2009
8
68
575
2010
1
6
84
647
2011
7
2
67
516
2012
1
10
74
467
2013
3
7
96
671
113
80
1
134
98
-
116
127
1
116
73
-
296
122
-
519
173
-
1.369
1.504
1.696
1.315
1.505
2.235
Jumlah demonstrasi adalah jumlah demonstrasi yang terjadi dalam periode 1 (satu)
tahun. Unjuk rasa atau demonstrasi ("demo") adalah sebuah gerakan protes yang
dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan
untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang
dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya
penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok.
Tabel. 2.70
Jumlah Demonstrasi Kota Kotamobagu
N
o
Uraian
(2008)
(2009)
(2010)
(2011)
(2012)
Bidang Politik
Ekonomi
Jumlah
Demonstrasi/Unjuk
Rasa
1
5
81
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Dilihat dari jumlah masalah kesejahteraan sosial di Kota Kotamobagu yang harus
menjadi perhatian selain jumlah keluarga miskin adalah wanita rawan sosial
ekonomi yang mencapai 686 orang dan rumah yang tidak layak huni yang mencapai
1.201 KK.
Tabel 2.71
Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Kota Kotamobagu Tahun 2013
No
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Jenis PMKS
Anak Terlantar
Anak Nakal
Anank Jalanan
Wanita Rawan Sosial Ekonomi
Korban Tindak Kekerasan
Lanjut Usia Terlantar
Penyandang cacat
Tuna Susila
Pengemis
Gelandangan
Bekas Warga binaan Lembaga Pemasyarakatan
Korban Penyalah Gunaan NAPZA
Keluarga Fakir Miskin
Keluarga Berumah Tidak Layak Huni
Keluarga Bermasalah Sosial Psikologi
Komonitas Adat Terpencil
Korban Bencana Alam
Korban Bencana Sosial atau Pengungsi
Pekerja Migran Terlantar
Orang dengan HIV / AIDS (ODHA)
Keluarga Rentan
Jumlah
99 Orang
686 Orang
37 Orang
358 Orang
665 Orang
14 Orang
66 Orang
15 Orang
14479 Jiwa
1201 KK
42 Orang
2 Orang / Tahun
146 Orang / KK
82
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Usaha Industri); TDI (Tanda Daftar Industri); IMB ( Izin Mendirikan Bangunan); dan
HO (Izin Gangguan).
Tabel. 2.72
Lama Proses Perijinan Kota Kotamobagu
1.
2.
3.
4.
5.
SIUP
TDP
IUI
TDI
IMB
Lama
mengurus
(hari)
1(satu)
1(satu)
3 (tiga)
6.
HO
1(satu)
NO
Uraian
Jumlah
persyaratan
(dokumen)
9 (sembilan)
9 (sembilan)
14(empat belas)
9 (sembilan)
Biaya resmi
(rata-rata maks Rph)
Tidak ada biaya
Tidak ada biaya
Perda no 15 2012 tentang retribusi ijin
mendirikan bangunan, Pasal 7 ayat 1
tingkat penggunaan jasa diukur
berdasarkan rumus yang berdasarkan
atas faktor luas bangunan dan
rencana,jumlah tingkat bangunan dan
rencana penggunaan (fungsi)
Luas 0 /20 M2 = Rp. 200.000,Luas 21/40 M2= Rp. 300.000,Luas 41/80 M2= Rp. 500.000,Luas 81/160M2= Rp. 1.000.000,Luas 161 M2 dan seterusnya Rp.
1.500.000.-
83
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Uraian
(2008)
(2009)
(2010)
(2011)
(2012)**)
155.435.
925
1.710.20
5.729
2.112.46
9.416
2.929.18
9.427
4.804.086
.319
2.125.43
2.804
1.927.35
4.916
1.501.483
.926
1.
2.
3.
4.
901.728.
235
1.962.52
9.215
Uraian
(2009)
(2010)
(2011)
(2012)
(2013)**
)
1.
2.
3.
84
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel 2.75
Jumlah Penduduk Berdasarkan kelompok Berdasarkan Kelompok Usia
Kota Kotamobagu Tahun 2013
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
JUMLAH
5.920
11.542
12.868
11.209
11.272
10.542
12.319
11.434
10.544
9.504
7.393
6.064
4.123
2.274
1.706
2.274
Tabel 2.76
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Berdasarkan Usia Sekolah
Kota Kotamobagu Tahun 2013
NO
85
JUMLAH
1
2
3
4
5
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Pra Sekolah
SD/Sederajat
SLTP/Sederajat
SLTA/Sederajat
Perguruan Tinggi
10.138
15.389
7.001
6.626
92.312
Jika dilihat dari kelompok usia sekolah tampak bahwa yang terbesar adalah
penduduk yang berdasarkan usia sekolah tingkat perguruan tinggi.
Tabel 2.77
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Akhir
Kota Kotamobagu Tahun 2013
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PENDIDIKAN AKHIR
Belum Sekolah
Tidak Tamat SD
Tamat SD
SLTP
SLTA
Diploma II
Diploma III
Strata I
Strata II
Strata III
JUMLAH
20.065
16.348
25.570
24.404
35.607
706
1.7729
6.709
311
18
Jika dilihat dari pendidikan akhir yang ditamatkan maka yang paling banyak adalah
lulusan SLTA di ikuti lulusan SLTP.
2.4.4.2. Persentase Rumah Tangga Yang Memiliki Listrik, Telepon, Telepon
Seluler, dan Internet
Penyediaan tenaga listrik bertujuan untuk meningkatkan perekonomian serta
memajukan kesejahteraan masyarakat. Bila tenaga listrik telah dicapai pada suatu
daerah atau wilayah maka kegiatan ekonomi dan kesejateraan pada daerah
tersebut dapat meningkat. Untuk mewujudkan hal tersebut maka Pemerintah
Daerah berkewajiban untuk melistriki masyarakat tidak mampu dan daerah
terpencil. Indikator yang digunakan untuk melihat pencapaian sasaran pemerintah
daerah tersebut adalah persentase rumah tangga yang menggunakan listrik.
Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik merupakan proporsi jumlah
rumah tangga yang menggunakan listrik sebagai daya penerangan terhadap jumlah
rumah tangga, sebagai berikut :
86
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel. 2.78
Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik Kota Kotamobagu
No
Uraian
2008
2009
2010
2011
2012
60,519
63,911
21,278
22,700
RT daya 1,300
3,205
3,735
RT daya 2,200
786
975
131
146
Total Jumlah
Pelanggaran RT
76,203
77,401
82,015
85,919
91,467
Jumlah RT
Rasio Elektrifikasi
131,766
2
3
4
Uraian
Satuan
2008
2009
2010
2011
2012
GWH
GWH
GWH
GWH
GWH
%
%
%
6.91
5.02
0.80
0.87
0.22
7.02
0.06
7.08
8.05
5.41
1.44
0.93
0.27
7.20
0.06
7.26
8.67
6.65
1.05
1.13
0.24
6.73
0.06
6.79
9.78
7.30
1.10
1.17
0.21
8.22
0.06
8.28
10.48
8.05
1.00
1.22
0.21
7.47
0.06
7.53
Kebutuhan (penjualan)
RT
Komersial
Public
industri
Susut dan Losses (D)
Susut Pemakaian Sendiri
Total Susut dan Losses
87
5
6
7
8
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
53.560
52.20
50.70
51.00
53.10
22.90
23.73
25.42
17.40
26.64
17.40
30.45
17.40
20.40
20.40
20.40
Uraian
Penduduk yang memiliki HP
Penduduk yang memiliki
telepon PSTN
Total Jumlah penduduk yang
memiliki HP/Telepon (1) + (2)
Jumlah penduduk
Persentase penduduk yang
menggunakan HP/Telepon
(3)/(4)
2008
57.136
2009
63.247
2010
68.379
2011
78.526
2012
83.411
149
137
133
129
127
57.285
63.384
68.512
78.655
83.538
109.841
114.980
119.964
122.109
127.270
52,1 %
55,1%
57,1%
64,4%
65,6%
88
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tabel. 2.81
Hasil Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah
Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Kota Kotamobagu
No
Aspek/Fokus/Bidang
Urusan/ Indikator
Kinerja Pembangunan
Daerah
Capaian kinerja
Tahun
2008
Tahun
2009
Tahun
2010
Tahun
2011
Tahun
2012
7,55
Standar
Interpretasi
belum
tercapai (<)
sesuai (=)
melampaui
(>)
KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
Kesejahteraan dan
Pemerataan Ekonomi
1.1.
OtDa, Pemerintahan
Umum, Administrasi
keuangan daerah,
Perangkat Daerah,
Kepegawaian dan
Persandian
1.1
Pertumbuhan PDRB
7,61
7,88
7,42
7.05
1.2
Laju inflasi
9,71
2,31
6,28
0,67
1.3
1.4
Indeks Pembangunan
Manusia (IPM)
75,03
75,53
76,03
76,68
77,42
(=)
1.5
Persentase Penduduk
Miskin
7,60
7,16
7,37
6,64
5,85
(<)
1.6
636,52
(<)
1.7
Kesejahteraan Sosial
(<)
(<)
(<)
PENDIDIKAN
2.1
99,52
99,49
99,01
99,66
(<)
2.2
9,00
9,12
9,14
9,53
(<)
2.3
Angka Partisipasi
Murni SD/MI
90,21
91,95
91,69
92,29
2.4
Angka Partisipasi
Murni SMP/MTs
64,32
65,47
61,40
68,86
2.5
Angka Partisipasi
Murni SMA/MA/SMK
56,91
48,09
63,99
8,85
89
No
Aspek/Fokus/Bidang
Urusan/ Indikator
Kinerja Pembangunan
Daerah
2.6
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Capaian kinerja
Tahun
2010
Tahun
2011
Tahun
2012
Angka Partisipasi
Kasar SD/MI
119,72
111,99
102,07
2.7
Angka Partisipasi
Kasar SMP/MTs
83,58
82,20
89,76
2.8
Angka Partisipasi
Kasar SMA/MA/SMK
76,50
79,78
86,78
71,58
71,80
71,96
72,12
3
3.1
I
Tahun
2008
Tahun
2009
KESEHATAN
Angka Usia Harapan
Hidup
71,35
PELAYANAN UMUM
PELAYANAN
URUSAN WAJIB
1.1
PENDIDIKAN
1.2
Pendidikan dasar
1.3
Angka partisipasi
sekolah (7-12 Thn)
98,11
97,35
99,19
99,46
1.4
Angka partisipasi
sekolah (13-15 Thn)
92,01
93,47
90,11
96,30
1.5
Angka partisipasi
sekolah (16-18 Thn)
58,30
63,89
59,66
68,25
1.6
Rasio ketersediaan
sekolah/penduduk usia
sekolah (SD)
41,00
36,26
35,48
53,22
1.7
45,86
58,09
59,51
47,61
1.8
Pendidikan menengah
1.9
Angka partisipasi
sekolah
Rasio ketersediaan
sekolah terhadap
1.10
penduduk usia sekolah
(SMP/MTs)
8,86
7,46
7,40
21,87
Rasio ketersediaan
sekolah terhadap
1.11
penduduk usia sekolah
(SMA/MA/SMK)
19,22
19,68
20,85
24,67
1.12
Rasio Guru/murid
(SMP/MTs)
44,06
65,44
61,53
48,99
1.13
Rasio Guru/murid
(SMA/MA/SMK)
36,97
68,97
70,66
40,76
2.1
KESEHATAN
2.2
2.3
Rasio puskesmas,
poliklinik, pustu per
satuan penduduk
2.4
6,72
2,2
5,1
5,5
2.5
12
10
11
2.6
Jumlah Kelahiran
Hidup Bayi
1.829
1.829
1.947
1.999
90
Standar
Interpretasi
belum
tercapai (<)
sesuai (=)
melampaui
(>)
No
Aspek/Fokus/Bidang
Urusan/ Indikator
Kinerja Pembangunan
Daerah
2.7
2.8
Capaian kinerja
Tahun
2009
Tahun
2010
Tahun
2011
Tahun
2012
Angka
keberlangsungan
hidup bayi (AKHB)
993,3
997,8
994,9
994,5
0,12
0,10
0,15
0,15
283,47
220,77
284,180
36,50
39,17
37,72
35,67
1.359
1.504
1.696
1.315
1.505
PEKERJAAN UMUM
PENATAAN RUANG
PERHUBUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP
PERTANAHAN
KEPENDUDUKAN
8.1
Rasio Ketergantungan
untuk usia tidak
produktif
8.2
Keluarga Berencana
dan Keluarga
Sejahtera
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Tahun
2008
SOSIAL
9.1
Angka Kriminalitas
9.2
Tenaga Kerja
9.3
Persentase Jumlah
Angkatan Kerja
dibandingkan jumlah
Penduduk
0,909
0,906
0,924
0,899
9.4
49.265
49.602
44.106
44.622
48.720
10
237
237
237
237
69
74
77
137
Persentase Koperasi
Aktif
29,11
31,22
32,49
57,81
2.894
3.044
3.100
3.123
106
106
106
107
2.788
2.938
2.994
3.016
10.3
Jumlah UKM
10.5
BPR/LKM
106
11
PENANAMAN MODAL
12
KEBUDAYAAN
13
KEPEMUDAAN dan
OLAHRAGA
14
KESATUAN BANGSA
dan POLITIK DALAM
NEGERI
15
OTDA,
PEMERINTAHAN
UMUM dan
ADMINISTRASI
KEUANGAN DAERAH
16
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
PERKOTAAN dan
91
Standar
Interpretasi
belum
tercapai (<)
sesuai (=)
melampaui
(>)
No
Aspek/Fokus/Bidang
Urusan/ Indikator
Kinerja Pembangunan
Daerah
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Capaian kinerja
Tahun
2008
Tahun
2009
Tahun
2010
Tahun
2011
Tahun
2012
52,1 %
55,1%
57,1%
64,4%
65,6%
PERDESAAN
17
STATISTIK
18
KEARSIPAN
19
KOMUNIKASI dan
INFORMATIKA
20
PERPUSTAKAAN
21
PELAYANAN
URUSAN PILIHAN
22
PERTANIAN
2.
KEHUTANAN
23.1
23.2
Kerusakan Kawasan
Hutan
24
ENERGI dan
SUMBER DAYA
MINERAL
25
PARIWISATA
26
KELAUTAN dan
PERIKANAN
27
PERDAGANGAN
28
29
Kemampuan Ekonomi
30
Otonomi Daerah,
Pemerintahan Umum,
Administrasi keuangan
daerah, Perangkat
Daerah, Kepegawaian
dan Persandian
31
Pengeluaran konsumsi
Makanan rumah
tangga per kapita
300.684,98
306.394,07
336.674,54
32
Pengeluaran konsumsi
non Makanan pangan
perkapita
243.603,50
310.873,94
424.791,20
33
Jumlah Pengeluaran
Konsumsi Makanan
dan Non Makanan
Rumah tangga Per
Kapita
544.288,47
617.268,00
761.465,74
34
Produktivitas total
daerah
35
PERTANIAN
92
Standar
Interpretasi
belum
tercapai (<)
sesuai (=)
melampaui
(>)
No
Aspek/Fokus/Bidang
Urusan/ Indikator
Kinerja Pembangunan
Daerah
KOTA
KOTAMOBAGU 2013 - 2018
Capaian kinerja
Tahun
2008
Tahun
2009
Tahun
2010
Tahun
2011
Tahun
2012
101,33
101,03
101,21
103,22
101,47
5,02
5,41
6,65
7,30
8,05
35.3
Rasio Ketersediaan
Daya Listrik Komersial
0,80
1,44
1,05
1,10
1,00
35.4
Rasio Ketersediaan
Daya Listrik Publik
0,87
0,93
1,13
1,17
1,22
35.5
Rasio Ketersediaan
Daya Listrik Industri
0,22
0,27
0,24
0,21
0,21
35.6
Fasilitas
Wilayah/Infrastuktur
0,017
0,015
36
PERHUBUNGAN
36.1
36.2
5.880
4.840
5.080
5.300
5.560
36.3
5.420
4.660
4.940
5.120
5.060
37
PENATAAN RUANG
37.1
Ketaatan terhadap
RTRW
93
Standar
Interpretasi
belum
tercapai (<)
sesuai (=)
melampaui
(>)