Anda di halaman 1dari 7

Vol. 1, No.

2, Mei 2010

ISSN : 2085-8817

DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin


Unjuk Kerja Kolektor Surya Plat Datar Menggunakan Konsentrator
Dua Cermin Datar
Budiman Sudia
Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Haluoleo, Kendari.

Abstrak
Kolektor surya merupakan alat untuk mengumpulkan dan mengubah energi matahari menjadi energi termal. Tujuan
penelitian ini adalah menentukan pengaruh penggunaan dua cermin datar terhadap energi berguna pada kolektor
pemanas air. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Energi Terbarukan Jurusan Mesin Unhas pada posisi 5.80LS.
Metode pengambilan data pada penelitian ini adalah mengambil data langsung: intensitas radiasi global, temperatur
plat, temperatur kaca penutup, temperatur air masuk dan air keluar kolektor, temperatur lingkungan dan kecepatan
angin. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah : Penggunaan konsentrator dua cermin datar akan
meningkatkan energi berguna kolektor. Untuk kolektor yang menggunakan cermin energi berguna rata-rata = 507.8
Watt sedangkan kolektor tanpa cermin energi berguna rata-rata = 351.8 Watt.
Kata Kunci : pemanas air, konsentrator, energi berguna

Abstract
Performance Solar Collector Flat Plate With Two Plane Mirror Concentraors. Solar collector is a device that
serves to collect and convert solar energy from the sun to thermal energy. The aims of this research was determine the
effect of two plane mirrors concentrator on the collector useful energy gain. The research was conducted in the
Renewable Energy Laboratory of Mechanical Engineering Departement at Hasanuddin University, Makassar, on
latitude 5.80S. The research method in this study was laboratory experiment to obtain data : global radiation intensity,
the mean plate temperature, the cover glass temperature, the inlet and outlet fluids temperatures, the ambient air
temperature and the wind speed. The conclusion of this research was : two plane mirrors concentrator will ncreased the
collector useful energy gain. For collector using mirrors, the average useful energy gain was 507.8 Watt, for collector
without mirror, the average useful energy gain was 351.8 Watt.
Keywords :water heater, concentrator, energy gain

1. Pendahuluan
Energi matahari merupakan salah satu energi
terbarukan yang memiliki potensi untuk dikelola dan
dikembangkan khususnya pada daerah dengan intensitas
matahari yang cukup tinggi. Untuk memanfaatkan
energi matahari tersebut dibutuhkan suatu alat yang
dikenal dengan kolektor surya. Kolektor surya plat datar
merupakan salah satu jenis kolektor yang banyak
digunakan karena memiliki konstruksi yang relatif lebih
sederhana dibandingkan dengan jenis yang lain. Salah
satu pemanfaatan dari kolektor plat datar adalah sebagai
pemanas air.

Kelebihan kolektor plat datar adalah secara


konstruksi lebih sederhana dibandingkan jenis yang
lain. Kekurangannya adalah efisiensi kolektor rendah.
Beberapa penelitian telah dilakukan dengan berbagai
modifikasi terhadap komponen-komponen utama
kolektor plat datar, diantaranya adalah : Muharto, dkk
(2004) melakukan kajian Efektivitas penyerapan panas
pada kolektor plat datar dengan menggunakan absorber
dari kuningan, besi dan seng, Mulyanef dan Gusliyadi
(2008) mengkaji Kaji Eksperimen Kompor Tenaga
Surya Menggunakan Konsentrator Empat Cermin Datar
pada Empat Sisi Kolektor.

85

Vol. 1, No. 2, Mei 2010

ISSN : 2085-8817

DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin


Analisis Perpindahan Panas pada Kolektor Datar
Radiasi matahari yang menembus kaca penutup akan
memanaskan plat absorber selanjutnya panas dari
absorber akan memanaskan fluida pada pipa-pipa
kolektor.
Pada keadaan steadi kesetimbangan energi pada
kolektor plat datar dapat dituliskan sebagai berikut (Ref.
03) :
S Ap = qu + ql .............1)
dimana :
S= fluks kalor yang diserap absorber (W/m2)
qu = kalor berguna kolektor (Watt)
ql = kalor yang hilang ke lingkungan (Watt)
Ap = luas plat absorber (m2)

Rb
Rd
Rr
e

= transmisivitas kaca penutup


= absorbtivitas plat absorber
= faktor radiasi sorot
= frakto radiasi difusi
= faktor radiasi refleksi
= reflektivitas permukaan cermin
= faktor intersep (fraksi radiasi yang masuk ke
absorber

Energi Berguna Aktual


Energi berguna merupakan besarnya kalor yang
ditransfer ke fluida kerja yang dapat dihitung
berdasarkan hubungan berikut (Ref. 01):
.

qu = m c p (T fo T fi ) ................3)
dimana :
qu = kalor berguna aktual (Watt)
.

m = laju aliran massa air di dalam pipa kolektor

Tfi = temperatur air masuk kolektor


Tfo = temperatur air keluar kolektor
cp = kalor spesifik air pada temperatur rata-rata air
dalam pipa kolektor.
Kerugian Kalor Kolektor
Kerugian kalor meliputi kerugian kalor kebagian
bawah plat absorber secara konduksi, kerugian kalor
secara konduksi ke bagian empat sisi kolektor dan
kerugian kalor secara konveksi dan radiasi ke bagian
atas absorber.

2
3

qt

4
5
Gambar 1: Komponen-komponen utama
datar
Keterangan :
1. Reflektor
2. Kaca penutup
3. Absorber

kolektor
qs

4. Isolator
5. Pipa-pipa kolektor

Fluks Kalor yang diserap absorber (S) dihitung


berdasarkan persamaan berikut (Ref. 03):
I b Rb I d Rd ( I b I d ) Rr I br1 Rbr1 e I br 2 Rbr 2 e S

qb

= IbRb()b + IdRd()d + IgRr()d +


IbrRbre()br...............2)
dimana :
Ib
= intensitas radiasi sorot
Id
= intensitas radiasi difusi
Ig
= intensitas radiasi global

86

Gambar 2. Analisis kerugian kalor pada kolektor plat


datar dengan dua kaca penutup
Kerugian kalor bawah (qb)

Vol. 1, No. 2, Mei 2010

ISSN : 2085-8817

DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin


Kerugian kalor pada bagian bawah (qb) dapat
dihitung berdasarkan persamaan (Ref. 01) :

q b k isolasi Ap

T p Tamb

isolasi

.........4)

dimana :
kisolasi = konduktivitas termal isolator
Tp
= temperatur plat rata-rata
Tamb = temperatur lingkungan
isolasi = tebal isolasi bawah
Kerugian kalor sisi (qs)
Kerugian kalor sisi (qs) pada keempat sisi kolektor
dihitung berdasarkan persamaan (Ref. 03):

q s k isolasi As

1 T p Tamb
.........5)
2 isolasi

dimana :
isolasi = tebal isolasi sisi
As
= luas permukaan perpindahan panas pada
bagian sisi
Kerugian kalor atas (qt)
Kerugian kalor pada bagian atas ditentukan berdasarkan
asumsi bahwa kerugian kalor karena konveksi dan
radiasi arahnya ke atas.
dari plat absorber ke kaca penutup pertama

Tc1
qcp

Tp

qrp

Gambar 3. Kerugian kalor atas dari plat absorber ke


kaca penutup pertama
Kerugian radiasi dari plat ke kaca penutup pertama
dihitung berdasarkan persamaan (Ref. 01):

(T p4 Tc41 )
..........6)
q rp A p
1
1

1
p c1
dimana :
= konstanta Stevan Boltzman
= 5.67 x 10-8
Tc1 = temperatur penutup pertama
p = emisivitas plat absorber
c1 = emisivitas penutup pertama
Kerugian kalor konveksi dari plat ke penutup pertama
dihitung berdasarkan prosedur berikut :
Temperatur rata-rata udara antara plat penyerap dan
penutup pertama :

1
T p Tc1 ............ 7)
2

Bilangan Grasshoff (Gr), Ref. 01 :


g
Gr

1
TL3
T
2

.................8)

g merupakan percepatan gravitasi, T adalah temperatur


rata-rata udara antara plat penyerap dan penutup
pertama, L adalah jarak antara plat penyerap dan
penutup pertama, adalah viskositas kinematis udara
pada temperatur rata-rata.
Bilangan Rayleigh (Ra) :
Ra = Pr Gr ...........................9)
Pr adalah bilangan Prandtl udara pada temperatur ratarata.
Bilangan Nusselt (Nu), (Ref. 03):
Nu = 1 , Ra cos 1708
Nu = 1 + 1.446(1

1708
);
Ra cos

1708 Ra cos 5900


Nu = 0.229(RaL cos )0.252 ;
5900 < RaL cos < 9.23 104
Nu = 0.157(RaL cos )0.285 ;
9.23 104 < RaL cos < 106
10
Koefisien perpindahan panas konveksi (h) dihitung
berdasarkan hubungan :

kN u

h
L

11

k adalah konduktivitas termal udara pada pada T =


(Tp + Tc1)
Laju kehilangan kalor konveksi dari plat ke penutup
pertama (qcp)
q cp hcp A p (T p Tc1 )
12
Laju kehilangan kalor radiasi dari penutup pertama ke
penutup kedua (qr1) , Ref. 01:

q r1 Ac1

(Tc41 Tc42 )
1
1

1
c1 c 2

13

Tc2 temperatur penutup kedua, c2 adalah emisivitas


penutup kedua.
Laju kehilangan kalor konveksi (qc.2) antara penutup
pertama dan kedua dihitung dengan cara yang sama
dengan laju kehilangan kalor konveksi dari plat ke
penutup pertama, dimana temperatur udara rata-rata

1
Tc1 Tc 2
2

87

Vol. 1, No. 2, Mei 2010

ISSN : 2085-8817

DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin


Laju kehilangan kalor konveksi dari penutup kedua ke
lingkungan (qc2) dihitung menggunakan korelasi non
dimensi yang disarankan Sparrow, et al
(Ref. 03):
j=

0.86

14a

Re L
ReL =

Vw L *

14b

h Pr
j= w
Vw c p

L* adalah panjang karakteristik, Vw adalah kecepatan


angin yang berhembus di sekitar kolektor, adalah
viskositas kinematis udara, cp adalah kalor spesifik
udara (nilai-nilai , cp dan Pr) di tentukan pada :

1
Tc 2 Tamb
2

Laju kehilangan kalor radiasi dari penutup kedua ke


lingkungan dihitung berdasarkan persamaan berikut :
qr2 =

4
c 2 Tc42 Tsky

15

Tsky adalah temperatur langit tempat pertukaran radiasi


berlangsung yang dihitung berdasarkan relasi empiris
berikut:
Tsky = Tamb 6 K
16
Pada keadaan steady (penutup diasumsi tidak menyerap
radiasi balik dari plat penyerap ke lingkungan) panas
yang hilang dari plat absorber ke penutup pertama =
panas yang hilang dari penutup pertama ke penutup
kedua dan dari penutup ke dua ke lingkungan :

4
4

T p Tc1
qt = Ap
hcp T p Tc1

1
1

p c1

Catatan : Ap = Ac1 = Ac2


(dimensi absorber = dimensi penutup)
Laju kehilangan kalor total dari plat penyerap ke
lingkungan (ql) :
ql = qb + qs + qt

88

17

dimana It merupakan intensitas radiasi total yang masuk


ke kolektor.

2. Metode Penelitian
Pengambilan data dilakukan di Laboratorium Energi
Terbarukan Jurusan Mesin Universitas Hasanuddin
Makassar pada bulan Oktober 2009.
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.
Sensor pyranometer, untuk mengukur radiasi global
selama pengambilan data. Nilai skala terkecil alat
yang digunakan adalah 1 W/m2
2. Anemometer tipe Van Probe, mengukur kecepatan
angin di sekitar kolektor
(NST = 0.1 m/s).
3. Termokopel, mengukur temperatur plat dan kaca
penutup
(NST = 0.10C)
4. Termomenter, mengukur temperatur air masuk dan
air keluar kolektor serta temperatur lingkungan.

Untuk menganalisa perpindahan panas pada kolektor


plat datar yang menggunakan dua kaca penutup
digunakan data pada tanggal 10 Oktober 2009 untuk
kolektor tanpa cermin dan data tanggal 24 Oktober 2009
untuk kolektor yang menggunakan cermin.

= Ap hw Tc 2 Tamb c 2 Tc 2 Tsky

qu
100%
Ap I t

3. Hasil dan Pembahasan

4
4

Tc1 Tc 2
= Ap hc1 Tc1 Tc 2

1
1

c1 c 2

Efisiensi Kolektor Sesaat ( )

2/3

Kalor berguna teoritis (qu) dan Efisiensi Kolektor


Pada kolektor pemanas air kalor berguna
didefinisikan sebagai besar kalor yang ditransfer ke
fluida kerja, atau secara kesetimbangan energi
dinyatakan sebagai selisih antara Kalor yang diserap
absorber dengan kalor yang hilang ke lingkungan.
qu = SAp - ql

Fluks kalor yang diserap plat absorber


Pengaruh konsentrator dua cermin datar terhadap
fluks kalor yang diserap absorber ditampilkan pada
grafik 1.

Vol. 1, No. 2, Mei 2010

ISSN : 2085-8817

DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin

Efisiensi Aktual ( act) VsWaktu


70

700

60

600

50

act ( %)

S(W/ m2)

FluksKalor (S) Vs Waktu


800

500
400
300

30
20

200
8.00

9.00

10

10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00

8.00

Waktu Lokal (Pukul)


Tanpa Cermin

Menggunakan Cermin

Energi Berguna Aktual


Pengaruh konsentrator dua cermin datar terhadap
energi berguna aktual ditampilkan pada grafik 2.

Pada kolektor yang menggunakan konsentrator dua


cermin datar lebih tinggi dibanding kolektor tanpa
cermin. Ini disebabkan penggunaan konsentrator
mampu meningkatkan intensitas radiasi yang masuk ke
kolektor sehingga fluks kalor yang diserap absorber
akan meningkat dan kalor yang ditransfer secara
konduksi dari plat absorber ke pipa-pipa kolektor akan
lebih besar.

4. Kesimpulan dan Saran


1.

800
600

2.

400
200
0
10.00

11.00

12.00

13.00

14.00

15.00

16.00

AxisTitle
Menggunakan Cermin

Tanpa Cermin

3.

Grafik 2. Energi berguna aktual terhadap waktu lokal


Dari grafik 2 terlihat bahwa energi berguna aktual
pada kolektor yang menggunakan cermin rata-rata lebih
tinggi dibandingkan kolektor tanpa cermin. Penggunaan
cermin akan menambah intensitas radiasi yang diserap
absorber sehingga kalor yang ditransfer secara konveksi
ke fluida kerja dalam pipa-pipa kolektor juga akan
mengalami kenaikan.

Menggunakan Cermin

Grafik 3. Efisiensi aktual terhadap waktu local


Dari grafik 3 terlihat bahwa efisiensi aktual

Kalor Berguna Aktual Vs Waktu

9.00

10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00


Waktu Lokal (Pukul)

Dari grafik 1 terlihat bahwa konsentrator dua


cermin datar dapat meningkatkan fluks kalor yang
diserap absorber. Hal ini disebabkan penggunaan
konsentrator dapat memperbesar intensitas radiasi
matahari yang masuk ke kolektor karena adanya
penambahan dari radiasi sorot yang dipantulkan kedua
cermin.

8.00

9.00

Tanpa Cermin

Grafik 1. Fluks kalor terhadap waktu lokal

Axis Title

40

Penggunaan konsentrator dua cermin datar dapat


meningkatkan fluks kalor yang diserap absorber,
kolektor menggunakan cermin Srata-rata = 556.05
Watt, kolektor tanpa cermin Srata-rata = 425.52 Watt.
Penggunaan konsentrator dua cermin datar dapat
meningkatkan energi berguna kolektor, untuk
kolektor yang menggunakan cermin qu.rata-rata =
495.4 Watt, kolektor tanpa cermin qu.rata-rata
=290.4 Watt.
Penggunaan konsentrator dua cermin datar dapat
meningkatkan efisiensi kolektor. Untuk kolektor
yang menggunakan cermin d = 51.8 %, kolektor
tanpa cermin
d = 29.7 %.

Disarankan agar penentuan sudut inklinasi


(kemiringan
cermin)
ditentukan
dengan
memperhitungkan posisi lintang lokasi, sudut deklinasi.,
dan kemiringan koektor.

Daftar Pustaka

Efisiensi Aktual

1.

Pengaruh konsentrator dua cermin datar terhadap


efisiensi aktual kolektor ditampilkan pada grafik 3.

2.
3.

Duffie, John A., and Bechman, William A., (1974),


Solar Energy Thermal Processes, John Wiley &
Sons, inc., New York.
Holman, J.P., (1988), Perpindahan Kalor, Edisi
Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Himran Syukri, (2005), Energi Surya,
CV.
Bintang Lamumpatue, Makassar.

89

Vol. 1, No. 2, Mei 2010

ISSN : 2085-8817

DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin


Lampiran
Tabel 1. Data Pengukuran tanggal 10 Oktober 2009 (Kolektor tidak menggunakan cermin
Pukul

Kec.
Angin

Ig

No.

Tamb

T. Kaca
Penutup

TP.

Laju aliran
massa

T. air

Tc1

Tc2

T fi

T fo

(WITA)

(W/m2)

Vw (m/s)

(oC)

(oC)

(oC)

(oC)

(oC)

(oC)

m (kg/s)

9.00

454

0.8

29

65.2

53.7

36.7

29

38

0.00457

9.30

487

1.3

30

67.5

55.9

37.2

29

39

0.00457

10.00

543

31

70.6

58.7

37.7

30

41

0.00567

10.30

579

1.3

32

73.5

61.2

40.2

32

43

0.00643

11.00

636

0.8

33

76.1

63.2

42.7

33

45

0.00642

11.30

687

0.9

33

78.2

64.7

43

35

48

0.00672

12.00

795

1.5

36

80

66.9

44.7

36

51

0.00705

12.30

743

1.9

35

78.6

66.2

43.0

39

53

0.00704

13.00

689

2.4

33

77

64.6

40.3

41

54

0.00670

10

13.30

630

2.4

32

75.3

62.7

39.1

42

55

0.00612

11

14.00

618

3.2

32

74

62.1

38.2

44

56

0.00611

12

14.30

598

3.8

30

73

60.9

36.1

46

57

0.00586

13

15.00

543

2.9

30

71.5

59.5

36.2

47

57

0.00562

14

15.30

504

3.1

30

69

54.3

37.4

48

58

0.00520

15

16.00

487

2.4

30

65

52.2

37.3

50

59

0.00453

Tabel 2. Data pengukuran tanggal 24 Oktober 2009 (Kolektor menggunakan cermin)


Pukul
No.

90

Ig

Kec. Angin
2

Tamb
o

WITA

W/m

Vw (m/s)

( C)

9.00

473

2.1

9.30

482

1.6

10.00

512

10.30

569

11.00

6
7

TP
o

T. Kaca Penutup

T. air

Laju aliran

Tc1

Tc2

Tfi

Tfo

massa

( C)

( C)

( C)

( C)

( C)

m (kg/s)

29

68

54.1

37.9

29

43

0.00589

30

70.5

56.4

39.7

30

44

0.00615

1.8

31

73.5

58.6

41.2

31

46

0.00642

1.5

32

78

62.3

43.7

34

49

0.00743

637

1.6

34

83

66.4

46.7

36

51

0.00881

11.30

665

1.2

35

86

69.1

48.9

38

55

0.00828

12.00

782

3.4

37

95

75.2

50.9

41

60

0.00877

12.30

678

1.5

36

89

71.3

50.2

42

61

0.00825

13.00

682

2.4

35

87

69.2

47.8

45

63

0.00824

10

13.30

658

3.1

34

85

67.1

45.9

47

65

0.00778

11

14.00

620

3.4

31

83

64.9

43.1

50

68

0.00699

12

14.30

562

3.5

31

78

61.4

41.5

53

70

0.00665

13

15.00

536

3.4

30

74.5

58.7

39.7

54

71

0.00606

14

15.30

496

3.5

30

69

54.7

38.1

57

73

0.00580

15

16.00

486

3.6

30

66

52.6

37.1

59

74

0.00580

Vol. 1, No. 2, Mei 2010

ISSN : 2085-8817

DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin

91

Anda mungkin juga menyukai