STATUS PASIEN
I. ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama
: Tn. K
Umur
: 80 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Bertani
Alamat
No. CM
: 189015
Ruang
Tanggal Masuk
: 22 Juli 2016
B. Keluhan utama
Benjolan di kantong pelir kanan
C. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD PKU RS Muhammadiyah Delanggu pukul
14.30 WIB dengan keluhan ada benjolan di kantong pelir kanan. Benjolan
dirasakan sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu. Awalnya benjolan
dirasakan, namun makin lama benjolan semakin membesar ke kantung
pelir sebelah kanan. Benjolan tidak dapat masuk kembali bertambah besar
apabila mengangkat barang-barang berat dan batuk. Benjolan makin lama
terasa nyeri. Aktivitas sehari- hari sebagai petani, sering mengangkat berat.
Tidak didapatkan riwayat trauma pada daerah buah zakar, lipat paha
maupun perut sebelumnya. Tidak ada keluhan mual, muntah dan demam.
Buang air kecil dan buang air besar seperti biasa, namun sejak satu har ini
selalu terasa ingin BAB. Lain-lain tidak ada keluhan.
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat penyakit darah tinggi
: disangkal
Riwayat penyakit kencing manis : disangkal
Riwayat operasi disangkal
: disangkal
E. Riwayat penyakit keluarga
Di dalam keluarga tidak ada yang mengalami hal yang serupa.
F. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama istri dan anaknya. Biaya pengobatan menggunakan
BPJS NON PBI.
II. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis, GCS E4M6V5 = 15
2. Status Gizi
BB: 50 kg
TB: 160 cm
Kesan : gizi cukup
3. Tanda Vital
Tensi
: 130/80mmHg
Nadi
: 84x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Respiratory rate
: 20x/menit
Suhu
: 36,7 C (peraxiller)
4. Kulit
Ikterik (-), petekie (-), turgor cukup, kulit hiperemis (-)
5. Kepala
Bentuk mesochepal, rambut warna hitam
6. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm),
reflek cahaya (+/+) normal
7. Telinga
Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), gangguan fungsi
pendengaran (-/-)
8. Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
9. Mulut
Sianosis (-), gusi berdarah (-), coated tongue (-)
Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-)
10. Leher
Simetris, pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi (-)
11. Thoraks
Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostal (-), pernafasan
thorakoabdominal, sela iga melebar (-), pembesaran KGB axilla (-/-)
Cor
Perkusi
Batas jantung kanan atas SIC II linea parasternalis dextra
Batas jantung kanan bawah SIC IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri atas SIC II linea parasternalis sinistra.
Batas jantung kiri bawah SIC IV linea media clavicularis sinistra.
Kesan
: konfigurasi jantung normal
Auskultasi
: Bunyi jantung I-II murni, intensitas normalreguler,
bising (-)
Pulmo
Depan
Inspeksi
Palpasi
15. Ekstremitas
Keterangan
Akral dingin
Edema
Capilary refill
Kekuatan
Superior
(-/-)
(-/-)
<2
555/555
Inferior
(-/-)
(-/-)
<2
555/555
Inspeksi
:
Tampak benjolan sebesar telur ayam, tidak berwarna merah, tidak tegang.
Palpasi
:
Teraba testis 2 buah, benjolan terpisah dari testis, nyeri tekan (-), kenyal,
DIAGNOSIS
Hernia Scrotalis Dextra Ireponibel
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium :
Hasil
Nilai Normal
Darah Rutin
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Kimia Klinik
Glukosa sewaktu
Ureum
Creatinin
Kalium
Natrium
Chlorida
Albumin
Clotting Time
Bleeding Time
VI.
11.8 10^3/ul
4.23 10^6/ul
13.40 gr/dl
39.4 %
224 10^3/ ul
3.8-10.6 10^3/ul
4.4-5.9 10^6/ul
13.2-17.3 gr/dl
40-52 %
150-440 10^3/ ul
145 mg/dl
49.0
1.08
4.50
136
107
3.8
3 : 00
1: 00
<125
10.0 50.0
0.70 1.10
3.5 5.0
135 145
95.0-105
3.2 5.2
3-5 (menit:detik)
1-3 (menit:detik)
INITIAL PLAN
Hernia Scrotalis Dextra Ireponibel
IP.Dx : S : Anamnesis sistem
O:IP.Tx :
- IVFD RL 20tpm
- NGT
- Inj. Ceftriaxon 1 amp/12 jam
- Inj. Antrain 1amp/ 12 jam
Konsul ke dr. Sp.B untuk dilakukan operasi hernioraphy elektif
IP.Mx :
Monitoring keadaan umum.
Monitoring tanda vital.
Monitoring hasil pemeriksaan penunjang.
IP.Ex :
Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang
penyakit..
Memberi penjelasan mengenai tindakan yang dilakukan
VII. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
FOLLOW UP
Tanggal 23 Juli 2016
S : Nyeri pada kantong pelir berkurang, terasa ingin BAB
berkurang
O : KU : Baik, CM TD : 110/70 mmHg, N : 80x/m, RR :
20x/m
Status lokalis : scrotum dextra, terdapat benjolan,
hiperemis (-), nyeri (-), BU (+)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI
10
perjalanan embriologisnya di mana testis pada pria turun dari rongga abdomen
melalui kanalis inguinalis. Seringkali kanalis tidak menutup sempurna
setelahnya. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga bisa dimasuki oleh
kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan juga faktor yang bisa mendorong
isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. 1,3,4,5
Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia
inguinalis. Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.
ablikus internus yangmenutup annulus internus ketika berkontraksi, dan fascia
transversa yang menutup trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak
berotot. Gangguan pada mekanisme ini bisa menyebabkan terjadinya hernia.1
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis
yang terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan
otot dinding perut karena usia. Akibatnya isi intra abdomen keluar melalui
celah tersebut, jika kantung hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum
disebut hernia scrotalis.1,3
Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik,
mengedan saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau
konstipasi), ascites, obesitas atau mengangkat beban berat sering mendahului
hernia inguinalis.1,6
D. Patofisiologi
Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus
intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak tinggi dan
kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya jika otot dinding perut
berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus
inguinalis tertutup sehingga mencegah masuknya usus ke dalam kanalis
inguinalis. Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian
tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia
dapat membentuk pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar.
Sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Di samping itu diperlukan
11
pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar tersebut.1,7
Bila cincin hernia sempit, kurang elastik atau lebih kaku maka akan terjadi
jepitan yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur
di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong
hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.1
E. Manifestasi klinis
Gejala dan tanda klinis banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha
sampai ke scrotum yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau
mengedan, dan menghilang waktu berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai,
bila ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilical berupa
nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus
halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah,
afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis atau gangren.
F. Diagnosis
1) Anamnesis
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan
di lipat paha sampai ke skrotum yang muncul waktu berdiri, batuk, bersin,
mengangkat benda berat atau mengedan, dan menghilang saat berbaring.
Pasien sering mengatakan sebagai turun berok, burut atau kelingsir.
Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong.
Nyeri yang disertai mual dan muntah baru muncul kalau terjadi inkarserata
karena ileus atau strangulasi karena nekrosis.1,2,6
2) Pemeriksaan Fisik
12
G. Komplikasi
Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi
hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus
ireponibel; ini dapat terjadi kalau isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan.
Dalam kasus ini tidak ada gejala klinis. Dapat pula terjadi isi hernia
tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadistrangulasi yang menimbulkan
gejala obstruksi sederhana. Sumbatan dapat terjadi parsial atau total seperti
pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau
kaku,sering terjadi jepitan parsial. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan
gangguan perfusi ke jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan
vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia. Timbulnya
udem mengakibatkan jepitan semakin bertambah sehingga suplai darah
terhambat. Akibatnya jaringan isi akan nekrosis dan hernia akan berisi
13
cairan transudat serosanguinis. Bila isi jaringan adalah usus, bisa terjadi
perforasi yang menimbulkan abses lokal, fistel, hingga peritonitis.1,4
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai
dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa. Bila telah strangulasi, bisa terjadi toksik akibat
gangrene dan gambaran menjadi sangat serius. Penderita akan mengeluh
nyeri hebat di tempat hernia dan akan menetap karena rangsang
peroitoneal. Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat
dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan dapat ditemukan tanda
peritonitis atau abses lokal. Dalam hal ini hernia strangulata merupakan
kegawatdaruratan dan butuh penanganan segera.1
H. Penatalaksanaan
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi
dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan
kiri memegang isi hernia dan membentuk corong, tangan kanan
mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang
tetap sampai terjadi reposisi.1
Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan
vitalitas lebih jarang dibanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin
hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan
menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es di atas
hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan operasi hari
berikutnya. Bila tidak berhasil, operasi segera. Pemakaian penyangga
hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah
menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup. Ini tidak
dianjurkan karena merusak kulit dan tonus otot di daerah yang tertekan
sedangkan strangulasi tetap mengancam. Yang penting diperhatikan untuk
memperoleh keberhasilan terapi maka factor-faktor yang meningkatkan
tekanan intra abdomen juga harus dicari dan diperbaiki. Misalnya batuk
kronis, prostat, tumor, ascites, dan lain-lain. Dan defek yang ada
direkonstruksi. Langkah operatif adalah pengobatan satu-satunya yang
14
dengan
jahitan
terputus,
menutup
dan
memperkuat
15
BAB III
PEMBAHASAN
Penegakan
diagnosis
hernia
scrotalis
reponible
dextra
didapatkan
16
hernia. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien juga mendukung diagnosis
hernia scrotalis ireponible dextra di mana pada daerah inguinal kanan ditemukan
benjolan dari inguinal kanan ke scrotum. Warna kulit sama dengan warna kulit di
sekitarnya. Dari pemeriksaan penunjang tidak ditemukan adanya kelainan
sehingga diagnosis hernia scrotalis dextra ireponible bisa ditegakkan dan dapat
dilakukan penanganan berupa operasi hernioraphy. Prognosis pasien ini baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004.
Jakarta : EGC
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006.
Jakarta : Erlangga Medical Series.
4. Inguinal
Available
from
17