Anda di halaman 1dari 31

Laporan Praktikum

Dosen Pembimbing

Teknik Reaksi Kimia

Prof. Dr. Syaiful Bahri, M.Si

KINETIKA REAKSI SAPONIFIKASI PADA REAKTOR CSTR


(Continues Stired Tank Reactor)

Kelompok

: IV (Empat)

Nama Kelompok

: 1. Fahrul Amry
2. Khairunnisa
3. Mutiqnal Hidayat

(1207021329)
(1207021228)
(1207036504)

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL DASAR PROSES


DAN OPERASI PABRIK PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS RIAU
2014

ABSTRAK
Reaksi saponifikasi Etil asetat dengan Natrium hidroksida dilakukan pada reaktor
CSTR (Continued Stired Tank Reactor) hingga kondisi steady state yang ditandai
dengan konduktivitasnya konstan. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan
konstanta kecepatan reaksi saponifikasi pada reaktor CSTR. Percobaan dilakukan
dengan memvariasikan laju alir dari produk yang keluar. Proses yang dilakukan
yaitu kalibrasi pompa 1 dan pompa 2 untuk memperoleh persamaan. Dari
persamaan tersebut, diperoleh speed setting yang digunakan untuk variasi laju
alir 20, 40 dan 60 ml/menit dengan konsentrasi umpan 0,1 M. Untuk mengetahui
konsentrasi produk yang keluar, maka produk ditirasi dengan HCl 0,1 N.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, semakin besar laju alir, konstanta
kecepatan reaksi yang diperoleh juga akan semakin besar. Pada laju alir 20
ml/menit, konstanta kecepatan reaksi yang dihasilkan sebesar 0,00587 l/menit
mol. Pada laju alir 40 ml/menit, konstanta kecepatan reaksi yang dihasilkan
sebesar 0,0167 l/menit mol dan pada laju alir 60 l/menit, konstanta kecepatan
reaksi yang dihasilkan sebesar 0,15 l/menit mol. Semakin besar laju alir, maka
semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi steady state. Pada
laju alir 20 ml/menit, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi steady state
selama 20 menit. Pada laju alir 40 ml/menit, waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai kondisi steady state selama 10 menit dan pada laju alir 60 ml/menit,
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi steady state selama 8 menit.
Kata kunci : Saponifikasi; CSTR; Steady State; Konstanta Kecepatan Reaksi.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan yaitu untuk menentukan konstanta kecepatan reaksi

saponifikasi pada reaktor CSTR (Continues Stired Tank Reactor).


1.2

Dasar Teori

1.2.1 Kalibrasi
Kalibrasi merupakan perbandingan kinerja instrumen dengan suatu standar
akurat telah spakati. Kalibrasi menjamin bahwa pengukuran yang akurat dan
dalam batas spesifikasi yang disyaratkan dari instrumen proses. Kalibrasi secara
singkat dapat digambarkan sebagai suatu aktivitas pengujian instrumen dengan
cara membandingkan hasil penunjukkan instrument tersebut dengan nilai/referensi
yang telah diketahui. Referensi merupakan nilai acuan /nilai pembanding yang
standarnya sudah ditetapkan. Alasan utama untuk kalibrasi adalah bahwa
instrumen yang paling baik pun juga mengalami drift serta akan kehilangan
kemampuan untuk memberikan pengukuran yang akurat.
Sumber-sumber yang mempengaruhi hasil kalibrasi:

Prosedur
Kalibrasi harus dilakukan sesuai dengan prosedur standar yang telah
diakui. Kesalahan pemahaman prosedur akan membuahkan hasil yang
kurang benar dan tidak dapat dipercaya. Pengesetan sistem harus teliti
sesuai dengan aturan pemakaian alat, agar kesalahan dapat dihindari.

Kalibrator
Kalibrator harus mampu telusur

ke standar Nasional dan atau

Internasional. Tanpa memiliki ketelusuran, hasil kalibrasi tidak akan diakui


oleh pihak lain. Demikian pula ketelitian, kecermatan dan kestabilan
kalibrator harus setingkat lebih baik dari pada alat yang dikalibrasi.

Tenaga pengkalibrasi

Tenaga pengkalibrasi harus memiliki keahlian dan keterampilan yang


memadai,

karena

hasil

kalibrasi

sangat

tergantung

kepadanya.

Kemampuan mengoperasikan alat dan kemampuan visualnya, umumnya


sangat diperlukan, terutama untuk menghindari kesalahan yang disebabkan
oleh penalaran posisi skala.

Periode kalibrasi
Periode kalibrasi adalah selang waktu antara satu kalibrasi suatu alat ukur
dengan kalibrasi berikutnya. Periode kalibrasi tergantung pada beberapa
faktor antara lain pada kualitas metrologis alat ukur tersebut, frekuensi
pemakaian, pemeliharaan atau penyimpanan dan tiingkat ketelitiannya.
Periode kalibrasi dapat ditetapkan berdasarkan lamanya pemakaian alat,
waktu kalender atau gabungan dari keduanya.

Lingkungan
Lingkungan dapat menyebabkan pengaruh yang sangat besar terhadap
kalibrasi terutama untuk mengkalibrasi kalibrator. Misalnya kondisi suhu,
kelembaban, getaran mekanik medan listrik, medan magnetik, medan
elektromagnetik, tingkat penerangan dan sebagainya.

Alat yang dikalibrasi


Alat yang dikalibrasi harus dalam keadaan maksimal, artinya dalam
kondisi jalan dengan baik, stabil dan tidak terdapat kerusakan yang
mengganggu.

1.2.2 CSTR (Continuous Stirred Tank Reactor)


Reaktor adalah suatu alat proses tempat di mana terjadinya suatu reaksi
berlangsung, baik itu reaksi kimia atau nuklir dan bukan secara fisika. Reaktor
kimia adalah segala tempat terjadinya reaksi kimia, baik dalam ukuran kecil
seperti tabung reaksi sampai ukuran yang besar seperti reaktor skala industri.
Reaktor CSTR beroperasi pada kondisi steady state dan mudah dalam kontrol
temperatur, tetapi waktu tinggal reaktan dalam reaktor ditentukan oleh laju alir
dari feed masuk dan keluar, maka waktu tinggal sangat terbatas sehingga sulit
mencapai konversi reaktan per volume reaktor yang tinggi, karena dibutuhkan
reaktor dengan volume yang sangat besar.

Ada dua model teoritis paling populer yang digunakan dalam pereaksian
kimia yang beroperasi dalam keadaan tunak (steady-state), yaitu CSTR
(Continuos Stirred Tank Reactor) dan plug Flow Reaktor (PFR). Perbedaannya
adalah pada dasar asumsi konsentrasi komponen-komponen yang terlibat dalam
reaksi. CSTR merupakan reaktor model berupa tangki berpengaduk dan
diasumsikan pengaduk yang bekerja dalam tangki sangat sempurna sehingga
konsentrasi tiap komponen dalam reaktor seragam sebesar konsentrasi aliran
konsentrasi tiap komponen dalam reaktor seragam sebesar konsentrasi aliran yang
keluar dari reaktor. Model ini biasanya digunakan pada reaksi homogen di mana
semua bahan baku dan katalis cair.
Reaktor industri kimia merupakan peralatan yang komplek dalam transfer
panas, transfer massa, difusi dan friksi yang mungkin ditemui selama reaksi
kimia, ini harus dijaga dan terkontrol. Continous stirred tank reactor sering
digunakan secara multiply dan secara seri. Reaktan secara terus-menerus
dimasukkan ke dalam vessel pertama dan overflow diantara masing-masing saat
terjadi pencampuran dalam masing-masing vessel. Biasanya komposisi uniform
dalam individual vessel, tapi ada gradient konsentrasi dalam sistem secara
keseluruhan.
Keberhasilan operasi suatu proses pengolahan sangat bergantung pada
aktifnya pengadukan dan pencampuran zat cair dalam proses itu. Istilah
pengadukan dan pencampuran sebetulnya tidak sama satu sama lain. Pengadukan
(agitator) menunjukkan gerakan yang tereduksi menurut cara tertentu. Pada suatu
bahan didalam bejana, dimana gerakan ini biasanya mempunyai semacam pola
sirkulasi. Pencampuran (mixing) ialah peristiwa menyebarnya bahan secara acak,
dimana bahan yang satu menyebar kedalam bahan yang lain dan sebaliknya,
sedang bahan-bahan itu terpisah dalam dua fase atau lebih. Istilah pencampuran
digunakan untuk berbagai ragam operasi, dimana derajat homogenitas bahan yang
bercampur tersebut sangat berbeda-beda. Tujuan dari pengadukan antara lain
adalah untuk membuat suspensi partikel zat padat, untuk meramu zat cair yang
mampu bercampur (miscible), untuk menyebar (dispersi) gas di dalam zat cair
yang lain, sehingga membentuk emulsi atau suspensi butiran-butiran halus, dan
untuk mempercepat perpindahan kalor antara zat cair dengan kumparan atau

material kalor. Kadang-kadang pengaduk digunakan untuk beberapa tujuan


sekaligus, misal dalam hidrogenasi katalitik pada zat cair. Dalam bejana
hidrogenasi gas hidrogen didispersikan melalui zat cair dimana terdapat partikelpartikel katalis padat dalam keadaan suspensi, sementara kalor dikeluarkan
melalui kumparan atau mantel.
Reaktor tangki berpengaduk yang ideal beroperasi secara isotermal pada
kecepatan alir yang konstan. Bagaimanapun kesetimbangan energi diperlukan
untuk memprediksi temperatur agar konstan pada saat panas dari reaksi cukup
(atau pertukaran panas antara lingkungan dengan reaktor tidak mencukupi) untuk
membuat perbedaan antara suhu umpan dengan reaktor. Tangki berpengaduk
dapat memberikan pilihan yang lebih baik atau bahkan lebih buruk daripada
tubular flow unit pada sistem reaksi ganda. Biasanya hal terpenting adalah nilai
relatif atau energi aktivas.
Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) bisa berbentuk dalam tangki satu
atau lebih dari satu dalam bentuk seri. Reaktor ini digunakan untuk reaksi fase
cair dan biasanya digunakan dalam industri kimia organik. Keuntungan dari
reaktor ini adalah kualitas produk yang bagus, kontrol yang otomatis dan tidak
banyak membutuhkan banyak tenaga operator. Karakteristik dari reaktor jenis ini
adalah beroperasi pada kondisi steady state dengan aliran reaktan dan produk
secara kontinu. Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) adalah reaktor yang
dirancang untuk mempelajari proses-proses pening dalam ilmu kimia. Reaktor
jenis ini merupakan salah satu dari 3 tipe reaktor yang bisa bersifat interchangble
pada unit service reaktor (CEX Mk II).

Reaksi dimonitor oleh probe

konduktivitas sebagai konduktivitas dari larutan yang berubah dengan konversi


dari reaktan menjadi produk. Artinya, ini merupakan proses titrasi yang tidak
akurat dan tidak efisien di mana ini digunakan untuk memonitor perkembangan
reaksi yang tidak begitu penting.
Coil stainless didalam reaktor CSTR berguna sebagai pemindah panas
permukaan untuk memanaskan atau mendinginkan reaktan kimia. Coil itu
dihubungkan untuk memanaskan sirkulator air atau disebut juga CW-16 chiller.
Coil inlet ini berada pada posisi didepan reaktor dan return reaktor itu berada pada
bagian belakang dari reaktor. Agitator (pengaduk) turbin bekerja pada sambungan

dengan mengatur baffle (suatu alat untuk mencegah aliran) untuk menghasilkan
pengadukan dan perpindahan panas yang sempurna. Agitator ini bekerja dengan
menggunakan motor listrik yang ditaruh pada penutup reaktor. Motor ini
dijalankan dengan variable speed unit yang ditaruh didepan sevice unit. Tombol
untuk plug motor listrik ini diletakkan pada bagian belakang service unit.
Agitator (pengaduk) biasanya juga digunakan untuk beberapa tujuan
sekaligus, misalnya dalam hidrogenasi katalitik pada zat cair. Dalam bejana
hidrogenasi, gas hidrogen didispersikan melalui zat cair dimana terdapat pertikelpartikel katalis padat dalam keadaan suspensi, sementara kalor reaksi diangkut
keluar melalui kumparan atau mantel.
Dengan reaksi sebagai berikut :
NaOH

CH3COOC2H5

CH3COONa

+ C2H5OH

Reaksi ini terjadi berasarkan persamaan molar dan reaksi order pertama
yang bergantung kepada larutan Na hidroksida dan etil asetat. Konsentrasi yang
digunakan berkisar antara 0 sampai 0.1 M dengan temperature berkisar 20-40 C.
Reaksi ini berlangsung dalam reaktor CSTR atau reaktor tubular yang bisa
mencapai keadaan steady state ketika konversi dan konsentrasi reagen telah
tercapai. Keadaan steady state akan bervariasi berdasarkan konsentrasi reagen,
flowrate, dan volume reaktor secara temperature reaksi. Kecepatan reaksi dihitung
dengan mengonversikan reaktan menjadi produk dalam waktu tertentu. Agar
reaksi bisa terjadi, partikel dari reaktan-reaktan tersebut harus berkontak agar
menghasilkan suatu interaksi. Kecepatan reaksi bergantung pada frekuensi
tumbukan dan efffisiensi tumbukan partikel dari larutan yang bereaksi. Faktorfaktor ini didukung dengan pengadukan reaktan dengan menggunakan stirred
(pengaduk) dan baffle di dalam reaktor. Pengadukan yang tidak sempurna akan
menghasilkan kecepatan reaksi yang kurang pula.
1.2.3 Dasar Definisi Kecepatan Reaksi
Untuk menyatakan cepat lambatnya suatu reaksi kimia perlu adanya suatu
konsep kecepatan reaksi. Kecepatan reaksi dapat didefenisikan sebagai banyaknya
mol zat per liter (gas maupun larutan) yang berubah menjadi zat lain dalam satuan
waktu.

1.2.4 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Reaksi


Kecepatan reaksi kimia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Konsentrasi
Reaksi kimia akan berlangsung lebih cepat jika konsentrasi yang bereaksi
lebih besar. Semakin besar konsentrasi, maka semakin banyak partikel zat
sehingga semakin banyak terjadi tumbukan.
2. Luas permukaan
Semakin luas permukaan sentuhan zat bereaksi, maka semakin besar
frekuensi tumbukan yang terjadi sehingga reaksi semakin cepat.
3. Suhu
Dengan kenaikan suhu, energi kinetik molekul zat yang bereaksi bertambah
sehingga reaksi akan semakin cepat.
1.2.5 Bentuk-Bentuk Persamaan Kecepatan Reaksi
Reaksi yang dilakukan pada reaktor CSTR dilakukan hingga kondisi steady
state. Kondisi steady state ini ditandai dengan tidak berubahnya nilai
konduktivitas dan suhu yang ada pada reaktor. Kondisi steady state tergantung
pada konsentrasi reagen, laju alir, volume reaktor dan suhu reaksi.
Kecepatan reaksi dinyatakan dengan persamaan :
r = k.a.b

....................... ( 1 )

Jika konsentrasi awal A (ao) sama dengan konsentrasi awal B (bo), maka
persamaan (1) tersebut dapat disederhanakan menjadi :
r = k.a2

....................... ( 2 )

secara umum untuk reaksi order n dapat dituliskan dengan :


r = k.an

....................... ( 3 )

reaksi order dua pada persamaan (2) dapat dinyatakan dengan hubungan konversi
A (Xa) dengan waktu reaksi (t) sebagai berikut :
Xa
k.a.t
1 X a

....................... ( 4 )

Pada persamaan (4) dapat diplotkan pada grafik

Xa
versus t, sehingga
1 X a

diperoleh slope k.a0. Dengan diketahui konsentrasi awal A (a0), maka nilai
konstanta kecepatan (k) dapat dihitung.

1.2.6 Menentukan Konsentrasi awal NaOH dan CH3COOC2H5 Masuk


Reaktor
Konsentrasi NaOH mula-mula dalam reaktor (a0) :
a0 =

.................................................( 5 )

konsentrasi Etil asetat mula-mula dalam reaktor (b0) :


b0 =

..................................................( 6 )

Dengan ; Fa = laju alir volum NaOH (ml/menit)


Fb = laju alir volum Etil asetat (ml/menit)
= konsentrasi NaOH dalam tangki umpan (mol/L)
= konsentrasi Etil asetat dalam tangki umpan (mol/L)

1.2.7 Perhitungan konversi reaksi


Perhitungan konversi reaksi dari NaOH (Xa) menggunakan persamaan
berikut ini:
................................................. ( 7 )
Dengan

a0 = konsentrasi awal NaOH masuk reaktor (mol/liter)


a1 = konsentrasi NaOH keluar reaktor (mol/liter)

Konsentrasi NaOH keluar reaktor dapat ditentukan dengan metode titrasi asambasa.
1.2.8 Perhitungan Konstanta Laju Spesifik
Konstanta laju spesifik (k), dapat dihitung dari neraca massa Natrium
hidroksida. Persamaan umum neraca massa untuk reaktor dapat ditulis sebagai
berikut :
Input Output yang bereaksi = Akumulasi

................................................. ( 8 )

Karena reaksinya orde dua dan prosesnya steady state maka persamaan yang
berlaku pada reaktor CSTR adalah sebagai berikut:

................................................. ( 9 )
Dari persamaan (9) setelah diintegralkan dapat dibentuk persamaan berikut:
......................................... ..... ( 10 )
Dari persamaan (10) dapat digunakan untuk menghitung konstanta kecepatan
reaksi saponifikasi pada reaktor CSTR, dengan F adalah laju alir volum total (Fa +
Fb) dan V adalah volume reaktor.

BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1.

Alat dan Bahan


a. Alat:
1. Reaktor CSTR dengan kelengkapan
2. Stopwatch
3. Gelas ukur
4. Labu ukur
5. Beaker glass
6. Corong
7. Neraca digital
8. Buret + statif
9. Erlenmeyer
10. Batang pengaduk
11. Pipet tetes
b. Bahan:
1.

Etil asetat

2.

NaOH

3.

Aquadest

4.

HCL 0,1 N

5.

Indikator PP

2.2. Prosedur Percobaan


2.2.1 Persiapan Percobaan
1.

Kalibrasi Pompa Feed


a) Mengisi kedua tangki feed reagen dengan air hingga penuh
b) Menghidupkan pompa 1 dengan set kontrol kecepatan 6
c) Menampung air yang terpompa keluar dengan gelas ukur pada periode
waktu 1 menit.
d) Mengukur volume air yang keluar

e) Mengulang kembali percobaan di atas dengan set kontrol kecepatan 7,


8, 9 dan 10
f) Membuat grafik hubungan antara flowrate vs speed setting
g) Melakukan kalibrasi pada pompa 2 dengan menggunakan set kontrol
kecepatan yang sama seperti pada pompa 1.
2.

Pembuatan Larutan Umpan


Pembuatan larutan NaOH dan etil asetat masing-masing dibuat sebanyak

5 liter dengan konsentrasi 0,1 M. Untuk larutan NaOH ini dititrasi dengan larutan
HCl 0,1 N.
2.2.2 Pelaksanaan Percobaan
a. Larutan NaOH dan Etil asetat yang telah dibuat dimasukkan ke dalam
tangki reaktan sampai kira-kira 5 cm dari batas atas tutup tangki reaktan.
b. Kecepatan pompa disetting yang besarnya kecepatan didapatkan dari
persamaan yang diperoleh dari kalibrasi masing-masing pompa untuk
menghasilkan laju alir 20 ml/menit
c. Pengatur suhu diatur pada suhu 30oC
d. Konduktivitas hasil reaksi dicatat setiap 2 menit hingga diperoleh nilai
konduktivitasnya stabil (steady state).
e. Setelah konduktivitas stabil, produk diambil sebanyak 20 ml.
f. Tiap 10 ml larutan produk ditambah dengan indikator pp sebanyak 3
tetes hingga diperoleh warna larutan ungu muda.
g. Larutan dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga larutan berubah warna seperti
semula.
h. Percobaan diulangi dengan setting laju alir pompa 40 ml/menit
i. Jika percobaan telah selesai, alat dibersihkan.

2.3

Gambar dan Keterangan Alat (Reaktor CSTR dan Kelengkapannya)

Gambar 2.1. Reaktor CSTR dan kelengkapannya


Alat ini terdiri dari beberapa bagian :

Tangki Reaktan (2)


Tangki reaktan ini terdiri dari dua buah dengan kapasitas volume masingmasing 5 liter. Pada bagian bawah tangki dilengkapi dengan drain valve
yang berfungsi untuk mengosongkan tangki.

Pompa Umpan
Tipe pompa paristaltik dengan kemampuan pada range 0-95 ml per menit.
Operasi normal dilakukan dengan switch toggle (16) pada posisi manual.
Untuk pengaturan kecepatan pompa dapat diatur dengan memutar
potensiometer.

Sirkulator Air Panas


Sirkulator air panas ini digunakan, jika reaktor dioperasikan di atas
temperatur kamar. Air dipanaskan dengan elemen pemanas dalam
sirkulator, dipompa dengan pompa sirkulasi yang terletak dalam sirkulator.
Air dikembalikan ke priming vessel (21) setelah dipanaskan. Sistem
sirkulasi dioperasikan pada tekanan sub-atmosfherik untuk meningkatkan
keamanan. Priming vessel ini digunakan untuk mengisi awal sirkulator dan
reactor serta untuk menghembuskan udara.

Kontrol Temperatur Automatis


Kontrol temperatur dijalankan dengan sirkulasi pemanas atau pendingin
air melalui coil yang terletak dalam reaktor CSTR. Sensor temperatur (13)

dirancang dalam reaktor yang berhubungan dengan pengontrol temperatur


otomatis. Temperatur proses diset dengan menekan tombol (23) bersamaan
dengan tombol (24), jika untuk menaikkan temperatur. Sedangkan untuk
menurunkan temperatur dengan menekan tombol (23) bersamaan dengan
tombol (25). Untuk menghidupkan sirkulator dengan cara menekan switch
toggle (26) pada posisi 1.

Pengukur Konduktivitas
Konduktivitas ditunjukkan pada monitor (27) dalam satuan milliSiemen.
Selama bereaksi, konduktivitas dari larutan berubah. Dari data ini dapat
digunakan untuk menentukan tingkat konversi dan kecepatan konversi.

2.4

Perhitungan/Analisis

2.4.1 Data-data yang dicatat


1.

Laju alir NaOH (Fa), L/s

2.

Laju alir CH3COOC2H5


(Fb), L/s

3.

Konsentrasi NaOH
dalam tangki (a), mol/L

4.

Konsentrasi
CH3COOC2H5 dalam tangki (b), mol/L

5.

Temperatur reaktor (T),


K

6.

Volume reaktor (V) : 0,4


L

2.4.2 Data-data yang dihitung


1. Konsentrasi NaOH dalam umpan campuran (ao), mol/L
2. Konsentrasi CH3COOC2H5 dalam umpan campuran (bo), mol/L
3. Konversi NaOH (Xa)
4. Konstanta laju spesifik (k)

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1

Pengaruh laju alir terhadap konstanta Kecepatan Reaksi


Pada reaksi saponifikasi etil asetat dengan NaOH ini, dilakukan variasi laju

alir (20, 40 dan 60 ml/menit). Konsentrasi sisa reaksi pada kondisi steady state
dihitung dari hasil pengukuran titrasi. Perbandingan antara laju alir dengan
konstanta kecepatan reaksi dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Hubungan antara laju alir dengan konstanta kecepatan reaksi
Dari Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa grafik mengalami kenaikan. Pada laju
alir 20 ml/menit, konstanta kecepatan reaksi yang dihasilkan sebesar 0,00587
l/menit mol. Pada laju alir 40 ml/menit, konstanta kecepatan reaksi yang
dihasilkan sebesar 0,0167 l/menit mol dan pada laju alir 60 l/menit, konstanta
kecepatan reaksi yang dihasilkan sebesar 0,15 l/menit mol. Peningkatan laju alir
mengakibatkan terjadinya peningkatan frekuensi tumbukan antarpartikel dalam
larutan, hal ini tentu saja akan mempercepat terjadinya reaksi sehingga kecepatan
reaksinya pun semakin meningkat.

3.2

Pengaruh laju alir terhadap waktu kondisi steady state


Pada reaksi saponifikasi etil asetat dengan NaOH ini, dilakukan variasi laju

alir. Dari variasi laju alir tersebut menghasilkan kondisi steady state yang berbeda
setiap laju alirnya. Perbandingan antara laju alir dengan waktu kondisi steady
state dapat dilihat pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Grafik Perbandingan Laju Alir dengan waktu kondisi steady state
Dari Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa grafik mengalami kenaikan setiap laju
alirnya. Pada laju alir 20 ml/menit, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
kondisi steady state selama 20 menit. Pada laju alir 40 ml/menit, waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai kondisi steady state selama 10 menit dan pada laju
alir 60 ml/menit, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi steady state
selama 8 menit. Dari hasil yang diperoleh semakin besar laju alir maka semakin
sedikit waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi steady state.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1

Kesimpulan

1. Semakin besar speed pompa, maka laju alir yang diperoleh juga akan
semakin besar.
2. Semakin besar laju alir, konstanta kecepatan reaksi yang diperoleh juga akan
semakin besar. Pada laju alir 20 ml/menit, konstanta kecepatan reaksi yang
dihasilkan sebesar 0,00587 l/menit mol. Pada laju alir 40 ml/menit,
konstanta kecepatan reaksi yang dihasilkan sebesar 0,0167 l/menit mol dan
pada laju alir 60 l/menit, konstanta kecepatan reaksi yang dihasilkan sebesar
0,15 l/menit mol.
3. Semakin besar laju alir, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai kondisi steady state. Pada laju alir 20 ml/menit, waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai kondisi steady state selama 20 menit. Pada laju
alir 40 ml/menit, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi steady
state selama 10 menit dan pada laju alir 60 ml/menit, waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai kondisi steady state selama 8 menit.
4.2

Saran

1. Praktikan harus teliti dalam membuat larutan umpan, kesalahan dalam


pembuatan larutan akan berpengaruh terhadap hasil titrasi dan pengukuran
konduktivitas.
2. Pastikan bahwa alat yang digunakan berada dalam kondisi operasi yang
baik, jika ada kebocoran selang segera laporkan kepada teknisi untuk
ditindaklanjuti.

DAFTAR PUSTAKA

Septiana, 2010. CSTR. https://www.scribd.com/doc/143118642/CSTR [Diakses 22


November 2014]
Tim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Teknik Reaksi Kimia. Pekanbaru :
Program Studi D-III Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.

LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
A.

Pembuatan Larutan Umpan


1.

NaOH 0,1 M sebanyak 5 Liter.


M

0,1 M

massa
1
x
BM
V ( liter )

massa 1
x
40
5

Massa = 20 gram
Sebanyak 20 gram NaOH dilarutkan kedalam 5 Liter aquadest.
2.

Etil asetat 0,1 M sebanyak 5 Liter.


M =
0,1 M

Vacetat = 49 ml
Sebanyak 49 ml Etil asetat dicampurkan ke dalam 5 Liter aquadest.
3.

HCL 0,1 N sebanyak 500 ml


V1. N1 = V2 . N2

Jadi HCl sebanyak 5 ml diencerkan kedalam 500 ml aquadest.


B.

Konversi NaOH berdasarkan


pengukuran titrasi

Flow pompa = 20 ml/menit

Laju alir NaOH (Fa) = 0,000333 L/s (speed pompa = 6) dan laju alir Etil
asetat (Fb) = 0,000333 L/s (speed pompa = 6), maka nilai konversinya :
Ft
= Fa + Fb
= (0,000333 + 0,000333) L/s
= 0,000666 L/s
Konsentrasi awal NaOH dalam reaktor (a0) :
a0 =

x a

x 0,1 mol/L

= 0,05 mol/L
Karena Fa = Fb, maka a0 = b0
a1 = konsentrasi NaOH keluar reaktor (diperoleh setelah dititrasi dengan
HCl 0,03 N)
V1 N1 = V2 N2
x 0,1 N

= 10 ml x N2

N2 = 0,0425 N
a1 = 0,0425 mol/L
xa =

=
= 0,15
Konstanta laju spesifik (k) :
k

=
= 0,00587 L/det.mol

Flow pompa = 40 ml/menit


Laju alir NaOH (Fa) = 0,000667 L/s (speed pompa = 8) dan laju alir Etil
asetat (Fb) = 0,000667 L/s (speed pompa = 8), maka nilai konversinya :
Ft

= Fa + Fb
= (0,000667 + 0,000667) L/s
= 0,001334 L/s

Konsentrasi awal NaOH dalam reaktor (a0) :


a0 =

x a

x 0,1 mol/L

= 0,05 mol/L
Karena Fa = Fb, maka a0 = b0
a1 = konsentrasi NaOH keluar reaktor (diperoleh setelah dititrasi dengan
HCl 0,03 N)
V1 N1 = V2 N2
x 0,1 N

= 10 ml x N2

N2 = 0,04 N
a1 = 0,04 mol/L
xa =

=
= 0,2
Konstanta laju spesifik (k) :
k

=
= 0,0167 L/det.mol

Flow pompa = 60 ml/menit


Laju alir NaOH (Fa) = 0,001 L/s (speed pompa = 10) dan laju alir Etil
asetat (Fb) = 0,001 L/s (speed pompa = 10), maka nilai konversinya :
Ft = Fa + Fb
= (0,001 + 0,001) L/s
= 0,002 L/s
Konsentrasi awal NaOH dalam reaktor (a0) :
a0 =

x a

x 0,1 mol/L

= 0,05 mol/L
Karena Fa = Fb, maka a0 = b0
a1 = konsentrasi NaOH keluar reaktor (diperoleh setelah dititrasi dengan
HCl 0,03 N)
V1 N1 = V2 N2

x 0,1 N

= 10 ml x N2

N2 = 0,02 N
a1 = 0,02 mol/L
xa =

=
= 0,6
Konstanta laju spesifik (k) :
k =

=
= 0,15 L/det.mol

LAMPIRAN C
LAPORAN SEMENTARA

Judul Praktikum

: Kinetika Reaksi Safonifikasi pada Reaktor CSTR

Hari/Tanggal Praktikum

: Senin/ 27 November 2014

Pembimbing

: Prof. Dr. Syaiful Bahri., M.Si

Asisten Laboratorium

: Riyaldi Rezki

Nama Kelompok II

: Fahrul Amry

(1207021329)

Khairunnisa

(1207021228)

Mutiqnal Hidayat

(1207036504)

Hasil Percobaan

B.1 Kalibrasi Pompa Feed


Tabel B.1 Data hasil percobaan kalibrasi pompa 1 dan 2
Speed pompa

Laju alir air pada

Laju alir air pada

pompa 1
( ml/menit )
20
34
46
52
65

6
7
8
9
10
C.

pompa 2
( ml/menit )
18
29
40
49
60

B.2 Pembuatan Larutan Umpan


1.

NaOH 0,1 M sebanyak 5 Liter.


M

0,1 M

massa
1
x
BM
V ( liter )

massa 1
x
40
5

Massa = 20 gram
Sebanyak 20 gram NaOH dilarutkan kedalam 5 Liter aquadest.
2.

Etil asetat 0,1 M sebanyak 5 Liter.


M =
0,1 M

Vacetat = 49 ml
Sebanyak 49 ml Etil asetat dicampurkan ke dalam 5 Liter aquadest.
3.

HCL 0,1 N sebanyak 500 ml


V1. N1 = V2 . N2

Jadi HCl sebanyak 5 ml diencerkan kedalam 500 ml aquadest.


B.3 Penentuan kondisi steady state (konduktivitas dan titrasi)
1.

Flow pompa = 20 ml/menit


Kecepatan alir dari NaOH (Fa)

= 20 ml/menit

= 0,000333 L/s
Kecepatan alir CH3COOC2H5 (Fb)

= 20 ml/menit
= 0,000333 L/s

Konsentrasi NaOH dalam tangki (a)

= 0,1 mol/L

Konsentrasi CH3COOC2H5 dalam tangki (b) = 0,1 mol/L


Speed pompa NaOH

=6

Speed pompa CH3COOC2H5

=6

Temperatur pada saat steady state

= 30 oC

Tabel B.2 Data hasil pengukuran konduktivitas pada keadaan steady-state untuk
flow pompa 20 ml/menit.
Waktu

Konduktivitas

(menit)

(mS)

0,19

0,19

0,20

2,14

2,50

10

1,91

12

1,90

14

2,50

16

2,32

18

2,34

20

2,30

22

2,30

24

2,30

26

2,30

Kondisi steady state percobaan didapat pada menit ke-26 dengan konduktivitas
sebesar 2,30 mS.
Tabel B.3 Produk diambil 20 ml lalu dititrasi tiap 10 ml dengan HCl 0,1 N.
Volume Produk

Volume HCl 0,1 N

(ml)

yang terpakai
(ml)

10

10

4,5

2. Flow pompa = 40 ml/menit


Kecepatan alir dari NaOH (Fa)

= 40 ml/menit
= 0,000667 L/s

Kecepatan alir CH3COOC2H5 (Fb)

= 40 ml/menit
= 0,000667 L/s

Konsentrasi NaOH dalam tangki (a)

= 0,1 mol/L

Konsentrasi CH3COOC2H5 dalam tangki (b)

= 0,1 mol/L

Speed pompa NaOH

=8

Speed pompa CH3COOC2H5

=8

Temperatur pada saat steady state

= 30oC

Tabel B.4 Data hasil pengukuran konduktivitas pada keadaan steady-state untuk
flow pompa 40 ml/menit.
Waktu

Konduktivitas

(menit)

(mS)

1,87

1,90

1,75

2,54

2,54

10

2,65

12

2,65

14

2,65

16

2,65

18

2,65

Kondisi steady state percobaan didapat pada menit ke-18 dengan konduktivitas
sebesar 2,65 mS.
Tabel B.5 Produk diambil 20 ml lalu dititrasi tiap 10 ml dengan HCl 0,1 N.
Volume Produk

Volume HCl 0,1 N

(ml)

yang terpakai
(ml)

10

10

3. Flow pompa = 60 ml/menit


Kecepatan alir dari NaOH (Fa)

= 60 ml/menit
= 0,001 L/s

Kecepatan alir CH3COOC2H5 (Fb)

= 60 ml/menit
= 0,001 L/s

Konsentrasi NaOH dalam tangki (a)

= 0,1 mol/L

Konsentrasi CH3COOC2H5 dalam tangki (b)

= 0,1 mol/L

Speed pompa NaOH

= 10

Speed pompa CH3COOC2H5

= 10

Temperatur pada saat steady state

= 30oC

Tabel B.4 Data hasil pengukuran konduktivitas pada keadaan steady-state untuk
flow pompa 60 ml/menit.

Waktu

Konduktivitas

(menit)

(mS)

2,50

2,50

2,42

2,73

2,72

10

2,72

12

2,72

14

2,72

16

2,72

Kondisi steady state percobaan didapat pada menit ke-16 dengan konduktivitas
sebesar 2,72 mS.

Tabel B.5 Produk diambil 20 ml lalu dititrasi tiap 10 ml dengan HCl 0,1 N.
Volume Produk
(ml)

Volume HCl 0,1 N


yang terpakai
(ml)

10

10

Pekanbaru, 27 November 2014


Asisten Laboratorium,

Riyaldi Rezki

LAMPIRAN B
KALIBRASI POMPA

Grafik kalibrasi pompa 1. Perbandingan antara speed setting dan laju alir

Grafik kalibrasi pompa 2. Perbandingan antara speed setting dan laju alir

Anda mungkin juga menyukai