Anda di halaman 1dari 50

BAB 1

PENDAHULUAN

Pengambilan keputusan merupakan bagian dari suatu peristiwa yang meliputi


diagnosa, seleksi tindakan dan implementasi (Beach & Connolly, 2005). Definisi lain tentang
pengambilan keputusan juga dikemukakan oleh Nigro (dalam Ridho, 2003) bahwa keputusan
ialah pilihan sadar dan teliti terhadap salah satu alternatif yang memungkinkan dalam suatu
posisi tertentu untuk merealisasikan tujuan yang diharapkan. Perawatan medis sering disebut
sebagai salah satu seni mengambil keputusan tanpa informasi yang adekuat (Sox, 1990).
Dokter adalah tenaga medis yang cukup dibutuhkan dalam masyarakat dalam hal
kesehatan, terutama dalam proses perawatan dan penyembuhan penyakit. Dokter adakalanya
berperan sebagai manajer tunggal ketika menghadapi pasien, walaupun ketika berada
disebuah instasi maka dokter akan bekerja dalam sebuah tim. Dokter akan mengelola pasien
ketika datang pertama kali hingga pasca pengobatan atau terapi. Proses yang dilalui dokter
dalam mengelola pasien ini selain membutuhkan pengetahuan juga memerlukan keterampilan
yang bukan saja berupa keterampilan diagnostik, namum juga keterampilan manajerial
maupun keterampilan dalam proses interaksi sosial. Termasuk didalam keterampilan ini
adalah dokter terampil dalam membuat keputusan berkaitan dengan pelayanan pasien, seperti
memutuskan atau menetapkan diagnosis penyakit maupun memutuskan terapi pengobatan
yang tepat bagi pasien.
Saat ini sedang maraknya permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat berkaitan
dengan munculnya laporan tentang kasus malpratek dokter. Keterampilan profesional dokter
yang kurang menjadi salah satu penyebab terjadi kasus malpratek. Dokter sering memilih
perlakuan kepada pasien jauh sebelum para dokter tersebut mengetahui jenis penyakit yang
muncul. Bahkan ketika penyakit diketahui, dokter biasanya harus memilih dari beberapa
pilihan tindakan pengobatan dan konsekuensi dari masingmasing pengobatan tidak dapat
diramalkan dengan jelas, sehingga ketidakpastian menjadi salah satu faktor intrinsik dalam
praktek medis (Sox, 1990). Seperti halnya keterampilan diagnostik, keterampilan komunikasi
dokter dengan pasien yang meupakan inti dari proses informasi akan membantu dokter untuk
diagnosa yang tepat terhadap keluhan pasien, atau dalam kata lain menentukan pengambilan
keputusan terhadap tindakan yang akan dilaukan dokter kepada pasien. Tujuan penulisan

makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pengambilan keputusan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang sampai ke terapi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anamnesis
Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan melalui wawancara antara
pasien/ keluarga pasien dan dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang berwenang untuk
memperoleh keterangan keterangan tentang keluhan dan penyakit yang diderita pasien
Tujuan anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang
sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka
informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak
jarang hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara
umum sekitar 60 70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya
dengan anamnesis yang benar. Tujuan berikutnya dari anamnesis adalah untuk membangun
hubungan yang baik antara seorang dokter dan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang
baru pertama kalinya bertemu dengan dokternya akan merasa canggung, tidak nyaman dan
takut sehingga cenderung tertutup. Tugas seorang dokterlah untuk mencairkan hubungan
tersebut. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun
hubungan dokter dan pasiennya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan kerjasama
dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya.
Anamnesis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Auto-anamnesa yaitu kegiatan wawancara langsung kepada pasien karena pasien
dianggap mampu tanya jawab. Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan
dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik, karena
pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya ia
rasakan.
2. Allo-anamnesa yaitu kegiatan wawancara secara tidak langsung atau dilakukan
wawancara / tanya jawab pada keluarga pasien atau yang mengetahui tentang pasien.
Allo-anamnesa dilakukan pada pasien anak anak yang belum dapat mengemukakan
pendapat terhadap apa yang dirasakan, pasien dalam keadaan tidak sadar karena
sesuatu, pasien tidak dapat berkomunikas dan pasien dalam keadaan gangguan jiwa.
Tidak jarang dalam praktek sehari-hari anamnesis dilakukan bersama-sama
autoanamnesis dan alloanamnesis.

Tipe pertanyaan dalam anamnesa ada 3 macam yaitu


a. Open ended

yaitu pertanyaan terbuka yang memungkinkan pasien untuk

menggunakan kata kata mereka sendiri, pasien secara langsung mengarahkan ke


anamnesa, dan memberikan rasa percaya diri pasien serta menciptakan hubungan
yang lebih cepat antara pasien dan dokter. Contoh mengapa anda datang kerumah
sakit?.
b. Close question yaitu pertanyaan tertutup yang gunanya memberikan informasi yang
lebih cepat serta mengisi celah dalam informasi yang diberikan dalam menanggapi
open questionco. Close question biasanya membatasi jawaban dari pasien ya atau
tidak
Contoh apakah gusi anda berdarah saat menyikat gigi?.
c. Leading question yaitu pertanyaan yang mengarah ketika diajukan conton bertanya
ssaya kira anda memliki beberapa kecelakaan tahun lalu ?.
Umumnya terdapat langkah-langkah panduan untuk melakukan anamnesis yang baik yang
sering disebut dengan konsep Basic Four (B4) atau Fundamental Four (F4) dan 8 kunci
anamnesis.
Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan adalah
identitas pasien meliputi umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama dan pekerjaan.
Prosedur awal dari anamnesis adalah selalu memulainya dengan menanyakan keluhan utama
(Chief Complaint atau CC) dari penyakit atau gangguan kesehatan yang menyebabkan atau
mendorong pasien untuk datang memeriksakan diri atau berobat. Terapkan Basic Four
sebagai materi anamnesis yang mampu menggali lebih luas problem kesehatan yang dialami
pasien. Konsep basic four berisi ;
1. Riwayat Penyakit Sekarang (Present History)
Dari seluruh tahapan anamnesis bagian inilah yang paling penting untuk menegakkan
diagnosis. Tahapan ini merupakan inti dari anamnesis. Terdapat 8 kunci anamnesis
yang harus ditanyakan secara detail dan lengkap pada tahapan ini, yaitu :
1. Lokasi, untuk mengetahui lokasi keluhan ataupun tanda penyakit,
2. Onset, untuk menggali waktu mulai timbulnya keluhan maupun tanda
penyakit,
3. Kualitas, yang bertujuan mendalami sifat atau berat-ringannya suatu penyakit,
4. Kuantitas, guna mencari tahu derajat atau frekuensi mengalami suatu penyakit,
5. Pencetus

6. Faktor yang memperberat penyakit, yang memberikan informasi mengenai


faktor-faktor yang memperberat penyakit,
7. Faktor yang memperingan, yang memberikan informasi mengenai factorfaktor yang memperingan penyakit,
8. Keluhan penyerta, berupa keluhan-keluhan ataupun tanda-tanda lain yang
muncul menyertai penyakit di luar keluhan utama.
2. Riwayat Penyakit Dahulu (Past History)
Riwayat penyakit dahulu ini membantu dokter gigi menilai status kesehatan secara
umum pasien. Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan
terjadinya dan sudah berapa kali serta mencari penyakit yang relevan dengan keadaan
sekarang dan penyakit kronik ( jantung, pernapasan, pencernaan, saraf, hipertensi, diabetes,
dll) rawat inap, imunisasi, alergi, riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (wanita).
Seringkali keluhan atau penyakit yang sedang diderita pasien saat ini merupakan kelanjutan
atau akibat dari penyakit-penyakit sebelumnya.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga (Family History)
Untuk mendapatkan riwayat penyakit keluarga ini seorang dokter terkadang tidak
cukup hanya menanyakan riwayat penyakit orang tuanya saja, tetapi penyelidikan seluruh
keluarga dilakukan setidaknya pada 3 generasi. Untuk beberapa penyakit yang langka bahkan
dianjurkan untuk membuat susunan pohon keluarga, sehingga dapat mendeteksi siapa saja
yang mempunyai potensi untuk menderita penyakit yang sama.
4. Riwayat Sosial (Social History)
Beberapa kebiasaan berakibat buruk bagi kesehatan dan bahkan dapat menjadi
penyebab penyakit yang kini diderita pasien tersebut. Biasakan untuk selalu mananyakan
apakah pasien mempunyai kebiasaan merokok atau minum alkohol. Tanyakan sudah berapa
lama dan berapa banyak pasien melakukan kebiasaan tersebut. Pada masa kini bila
berhadapan dengan pasien usia remaja atau dewasa muda harus juga ditanyakan ada atau
tidaknya riwayat penggunaan obat-obatan terlarang seperti narkoba, ekstasi dan lain-lain.

Dari basic four diatas, ada beberapa literatur menambahkan

personal history

untuk

menggali lebih luas problem kesehatan yang dialami pasien. Personal history ini
mengambarkan pola diet pasien, status pernikahan, kebiasaan (merokok, alkohol, obat,dll).
Dalam melakukan anamnesis ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang
dokter, antara lain :
1. Tempat dan suasana
Tempat dan suasana dimana anamnesis ini dilakukan harus diusahakan cukup
nyaman dan cukup privacy bagi pasien. Anamnesis akan berjalan lancer kalau
tempat dan suasana mendukung. Suasana diciptakan agar pasien merasa
santai, tidak tegang dan tidak merasa diinterogasi.
2. Penampilan dokter
Penampilan dokter jug perlu diperhatikan karena akan meningkatkan
kepercayaan pasiennya. Seorang dokter yang tampak rapi dan bersih akan
lebih baik daripada yang tampak lusuh dan kotor. Demikian juga seorang
dokter yang tampak ramah, santai akan lebih mudah melakukan anamnesis
daripada yang tampak galak, ketus dan tegang.
3. Periksan kartu dan data pasien
Sebelum melakukan anamnesis sebaiknya periksa terlenih dahulu kartu atau
data pasien dan mencocokannya dengan keberadaan pasien. Tidak tertutup
kemungkinan kadang-kadang terjadi kesalahan data pasien atau mungkin juga
kesalahan kartu data, misalkan pasien A tetapi kartu datanya milik pasien B,
atau mungkin saja ada 2 pasien dengan nama yang sama persis. Untuk pasien
lama lihat juga data-data pemeriksaan, diagnosis dan terapi sebelumnya.
Informasi data kesehatan sebelumnya seringkali berguna untuk anamnesis dan
pemeriksaan saat ini.
3. Dorongan kepada pasien untuk menceritakan keluhannya.
Pada saat anamnesis dilakukan berikan perhatian dan dorongan agar pasien
dapat dengan leluasa menceritakan apa saja keluhannya. Biarkan pasien
bercerita dengan bahasanya sendiri. Ikuti cerita pasien, jangan terus
memotong, tetapi arahkan bila melantur. Pada saat pasien bercerita, apabila
diperlukan ajukan pertanyaan-pertanyaan singkat untuk meminta klarifikasi
atau informasi lebih detail dari keluhannya. Jaga agar jangan sampai terbawa
cerita pasien melantur kemana-mana.
4. Gunakan bahasa/istilah yang dapat dimengerti.

Selama Tanya jawab berlangsung gunakan bahasa atau istilah umum yang
dapat dimengerti pasien. Apabila ada istilah yang tidak ada padanannya dalam
bahasa indonesiaatau sulit dimengerti, berikan penjelasan atau deskripsi dari istilah
tersebut
5. Buat catatan
Adalah kebiasaan yang baik untuk membuiat catatan-catatan kecil saat seorang dokter
melakukan anamnesis, terutama bila pasien mempunyai riwayat penyakit sekarang.
Dokumentasikan catatan-catatan ini didalam rekam medis pasien
6. Perhatikan pasiennya
Selama anamnesis berlangsung perhatikan posisi, sikap, cara bicara dan gerak gerik
pasien. Apakah pasien dalam keadaan keadaan sadar sepenuhnya atau apatis, apakah
dalam posisi bebas atau posisi letak paksa atau menahan sakit, apakah tampak sesak,
apakah dapat bercerita dlam kalimat-kalimat panjang atau terputus-putus, apakah
tampak segar atau lesu dan lain-lain
7. Gunakan metode yang sistematis
Anamnesis yang baik haruslah dilakukan dengan sistematis menurut kerangka
anamnesis yang baku. Dengan cara demikian maka diharapkan tidak ada informasi
yang terlewat.

2.2 Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan fisik merupakan kegiatan penting dalam diagnosa penyakit karena
berbagai manifestasi penyakit dapat diidentifikasi, dan jika hal ini terlewatkan tidak dapat
lagi dilacak dari riwayat maupun pemeriksaan laboratorium. Pada dasar pemeriksaan fisik
merupakan suatu kajian terhadap berbagai temuan yang telah dikumpulkan baik melalui
anamnesa atau pemeriksaan penunjang lain. Terdapat empat langkah dalam pemeriksaan fisik
yaitu
1. Inspeksi
yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat/memperhatikan
keseluruhan tubuh pasien secara rinci dan sistematis .
2. Palpasi
yaitu pemeriksaan fisik dengan cara meraba pada bagian tubuh yang terlihat
tidak normal. palpasi bisa melihat karakterisik seperti tenderness, konsistensi,
fixity dan scrapability. Ada 3 metode dalam palpasi yaitu
a. Bilateral palpasi yaitu menilai perbedaan pada struktur simetris seperti
palpasi dari kelenjar parotid, lengkung zygomatikum

Gambar 1. bilateral palpasi


b. Bidigital palpasi yaitu memeriksa massa pada jaringan. teknik ini
umumnya diigunakan untuk struktur yang tipis ( pemeriksaan lesi pada
bibir).

Gambar 2 .bidigital palpasi


c. Bimanual palpasi yaitu kedua tangan atau telapak tangan digunakan
satu

tangan digunakan untuk struktur dari luar dan satu tangan

diigunakan

jaringan didalam rongga mulut

Gambar 3. Bimanual palpasi


3. Perkusi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mengetuk daerah tertentu dari bagian
tubuh dengan jari atau handle kaca mulut. Perkusi digunakan untuk menilai
gigi ada atau tidaknya infeksi periapikal akut. Teknik pemeriksaan dengan
perkusi dibagi manjadi 2 macam yaitu
Vertikal perkusi yaitu dengan cara menggunakan ujung handle kaca
mulut sejajar dengan sumbu gigi diketok dan diliat tanda infeksi
periapikal gigi tersebut.

Gambar vertikal perkusi

Horizontal perkusi yaitu dengan cara menggunakan ujung handle kaca


mulut tegak lurus dengan panjang sumbu gigi diketok dan diliat ada
tidaknya gejala patologi pada lateral ligamen periodontal.

Gambar horizontal perkusi


4. Auskultasi, yaitu pemeriksaan fisik dengan mendengarkan bunyi-bunyi yang
terjadi karena proses fisiologi atau patoligis di dalam tubuh, biasanya
menggunakan alat bantu stetoskop.

Gambar auskultasi TMJ


Secara konseptual dan prosedural pemeriksaan fisik di klinik kedokteran gigi dapat dibagi
menjadi pemeriksaan umum pasien, pemeriksaan ekstra oral dan introral.

2.2.1 Pemeriksaan Umum


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai status fisik
maupun mental pasien maupun mental pasien, diantaranya :
1. Umur
Ciri-ciri wajah pasien dan struktur tubuh harus sesuai dengan keterangan umur yang
dinyatakan oleh pasien. Jika pasien nampak jauh lebih tua dari umurnya, mungkin hal
itu merupakan tanda penyakit kronis, akibat konsumsi alkohol atau merokok.
2. Warna kulit
Perubahan sianosis dapat mudah diamati pada bibir dan rongga mulut, sedangkan
pallor dan jaundice mudah dideteksi dari warna jari kuku dan konjungtiva mata.
Warna kulit pasien harus rata dan pigmentasi harus konsisten dengan latar belakang
genetik pasien. Lesi adalah area pada jaringan yang terganggu fungsinya akibat
penyakit tertentu atau trauma fisik. Cyanosis adalah warna kebiruan akibat jumlah
oksigen dalam darah yang tidak adekuat; mungkin karena nafas pendek/shortness of
breath (kesulitan bernafas), penyakit paru-paru, gagal jantung, atau tercekik. Pallor
adalah kulit yang pucat yang tidak normal akibat berkurangnya aliran darah atau
berkurangnya kadar hemoglobin, dan dapat disebabkan oleh berbagai keadaan
penyakit (misalnya anemia, syok, kanker). Jaundice adalah warna kulit menjadi
kuning akibat bilirubin berlebih (pigmen empedu) dalam darah. Hal ini dapat
merupakan indikasi adanya penyakit hati atau saluran empedu yang tersumbat oleh
batu empedu.
3. Wajah
Gerakan wajah harus simetris, dan ekspresi wajah harus sesuai dengan perkataan
pasien (misalnya pasien mengatakan kepada anda bahwa dia baru saja didiagnosis
kanker, dan dia nampak kaget dan sedih). Jika salah satu sisi wajah paralisis (tidak
bergerak), pasien mungkin mengalami stroke atau trauma fisik atau salah satu bentuk
paralisis sementara yang disebut palsi Bell. Wajah yang datar atau ekspresi seperti
topeng, di mana pasien tidak menunjukkan emosi pada wajah, mungkin terkait dengan
penyakit Parkinson dan depresi. Ekspresi wajah yang tidak sesuai dengan perkataan
dapat merupakan indikasi adanya penyakit kejiwaan.
4. Tingkat kesadaran
Kesadaran pasien dapat dperiksa secara inspeksi dengan melihat reaksi pasien yang
wajar terhadap stimulus visual, auditor maupun taktil. Seseorang yang sadar dapat
tertidur, tapi segera terbangun bila dirangsang. Bila perlu, tingkat kesadaran dapat

diperiksa dengan memberikan rangsang nyeri. Macam-macam tingkat kesadaran


pasien :
a. Kompos Mentis, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya
maupun terhadap lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan
dengan baik.
b. Apatis, yaitu keadaan dimana pasien tampak segan dan acuh tak acuh
terhadap lingkungannya
c. Delirium, yaitu oebnurunan kesadaran disertai kekacauan motoric dan
siklus tidur bangun yang terganggu. Pasien tampak gaduh gelisah,
kacau, diorientasi, dan meronta-ronta
d. Somnolen (letargia, obtundasi, hipersomnia), yaitu keadaan mengantuk
yang masih dapat pulih penuh bila dirangsang, tetapi bila rangsang
berhenti, pasien akan tertidur kembali.
e. Sopor (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam. Pasienmasih
dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang
nyeri, tetapi pasien tidak terbangun sempurna dan tiodak dapat
memberikan jawaban verbal yang baik
f. Semi-koma ( koma ringan), yaitu penurunan kesadaran yang tidak
memberikan respon terhadap rangsang verbal, dan tidak dapat
dibangunkan sama sekali, tetapi reflex (kornea, pupil) masih baik.
Respon terhadap rangsang nyeri tidak adekuat.
g. Koma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada
gerakan spontan dan tidak ada respon terhadap rangsang nyeri.
5. Tanda tanda distress akut
Tanda-tanda distress pernafasan termasuk nafas pendek, wheezing atau menggunakan
otot-otot aksesori untuk membantu bernafas. Wajah pasien yang menunjukkan rasa
sakit atau pasien yang mencengkeram bagian tubuh mungkin merupakan tanda-tanda
nyeri yang sangat parah. Distres emosi dapat muncul sebagai rasa gelisah, tegang,
mudah terkejut dan/atau menangis.
6. Nutrisi
Berat badan pasien harus sesuai dengan tinggi badannya, dan lemak tubuh harus
terdistribusi merata. Obesitas di mana lemak terutama pada wajah, leher dan dada
sedangkan tungkai tangan dan kaki kurus dapat disebabkan oleh sindroma Cushing
(hiperadrenalin) atau karena penggunaan kortikosteroid. Jika pinggang pasien lebih
besar daripada pinggul, maka pasien ini mempunyai resiko tinggi akan mengalami
penyakit yang terkait dengan obesitas (misalnya diabetes, hipertensi, penyakit arteri
koroner) Jika pasien tampak kakhektik, atau pasien kelihatan sangat kurus dengan

mata cekung dan pipi tirus, ini merupakan tanda penyakit wasting kronik (misalnya
kanker, starvasi, dehidrasi).
7. Strukur tubuh
Kedua sisi tubuh pasien harus terlihat dan bergerak sama. Pasien harus berdiri tegak
sesuai usianya. Posisi seperti tripod, di mana pasien duduk condong ke depan dengan
tangan bersandar pada lengan kursi atau pada lutut, berkaitan dengan adanya penyakit
respirasi misalnya emfisema atau penyakit paru obstruktif kronik (COPD). Amati jika
ada deformitas fisik, misalnya kyphosis di mana pasien nampak bungkuk karena
osteoporosis (hilangnya densitas tulang). Lordosis di mana terdapat lengkung ke arah
dalam pada daerah punggung bawah, biasanya terlihat pada wanita hamil trimester
akhir.
8. Sikap
Pasien harus mau bekerjasama/kooperatif dan berinteraksi dengan baik. Berbicara
jelas dan dapat dimengerti, dengan pilihan kata yang sesuai dengan tingkat pendidikan
dan budayanya.
9. Vital signs
Tanda vital yaitu
1. Temperatur/Suhu Tubuh
Rentang suhu tubuh normal untuk dewasa adalah 36,4-37,2C (97,5
99,0 F). Suhu tubuh normal dapat dipengaruhi oleh ritme biologis,
hormon-hormon, olahraga dan usia. Fluktuasi diurnal sekitar 1C biasa
terjadi, dengan suhu terendah pada awal pagi hari dan tertinggi pada akhir
sore hari sampai menjelang malam. Pada wanita, sekresi progesterone
pada saat ovulasi hingga saat menstruasi mengakibatkan peningkatan suhu
tubuh 0,5C. Olahraga yang sedang sampai berat juga meningkatkan suhu
tubuh. Pada anak-anak, variasi suhu normal lebih lebar karena mekanisme
pengaturan panasnya masih belum matang. Sejalan dengan pertambahan
usia, suhu rata-rata tubuh menurun dari 37,2C (99,0F) pada anak-anak
menjadi 37C (98,6C) pada dewasa dan menjadi 36C pada orang lanjut
usia. Suhu tubuh dapat diukur dengan berbagai alat thermometer
(thermometer gelas, elektronik, timpani) dan berbagai rute (per oral, rectal,
axilla, tympani).
Rute oral Rute ini merupakan rute pengukuran suhu tubuh yang akurat
dan mudah dilakukan pada pasien yang sadar. Temperatur tubuh pada
dewasa yang diukur melalui rute oral adalah 37C (98,6 F). Untuk
mengukur suhu tubuh menggunakan cara oral. Letakkan ujung termometer

ke bawah lidah pasien pada sebelah kiri atau kanan sublingual posterior,
bukan pada bagian depan lidah selama waktu 20 -30 detik. Rute rektal
Rute rektal merupakan rute pilihan untuk pasien-pasien yang bingung,
koma,atau tidak dapat menutup mulut karena intubasi, mandibulanya
dikawat, bedah facial, dan sebagainya. Rute rektal juga umum dipakai
untuk mengetahui temperatur tubuh bayi. Rute rektal merupakan cara
paling akurat untuk mengukur temperatur tubuh. Dengan cara ini, suhu
tubuh dewasa yang terukur normalnya adalah 37,5C (99,5 F), 0,5C
(1F) lebih tinggi daripada rute oral. Cara melakukannya Bantu pasien
pada posisi lateral dengan kaki bagian atas tertekuk masukkan termometer
2-3 cm (1 inci) ke dalam rektum biarkan selama 2 menit kemudian tarik
dan baca angkanya.
Rute axilla Rute axilla digunakan hanya jika rute oral dan rectal tidak
dapat dilakukan, rute axilla ini aman dan akurat untuk pasien bayi dan
anak-anak. Suhu tubuh dewasa yang diukur melalui rute axilla adalah
36,5C (97,7F), yang berarti 0,5C lebih renada daripada rute oral .
caranya letakan termometer ke lipat lengan pasien ke dadanya agar
termometer tetap di tempatnya. Biarkan termometer selama 5 menit pada
anak-anak dan 10 menit pada psien dewasa. Rute timpani Termometer
untuk rute timpani mempunyai ujung probe yang diletakkan ke dalam
telingan. Termometer ini memiliki sensor inframerah yang mendeteksi
suhu darah yang mengalir melalui gendang telinga. Metode ini tidak
invasif, cepat dan efisien. Untuk mengukur suhu tubuh melalui rute
timpani ini: pasang penutup disposable yang baru pada ujung probe,
letakkan probe ke dalam kanal telinga pasien hati-hati jangan memaksa
probe dan jangan menutup kanal. Hidupkan alat dengan memencet tombol.
Baca angka yang muncul dalam 2-3 detik.

Gambar 4. pengukuran suhu tubuh melalui timpani


2. Denyut nadi

Ketika jantung berdenyut. jantung memompa darah melalui aorta dan


pembuluh darah perifer. Pemompaan ini menyebabkan darah menekan
dinding arteri, menciptakan gelombang tekanan seiring dengan denyut
jantung yang pada perifer terasa sebagai denyut/detak nadi. Denyut nadi
ini dapat diraba/palpasi untuk menilai kecepatan jantung, ritme dan
fungsinya. Karena mudah diakses, nadi pada radial tangan adalah metode
yang paling banyak digunakan untuk mengukur kecepatan jantung;
dipalpasi melalui arteri tangan (radial) pada pergelangan tangan anterior.
Untuk mengukur nadi radial:
1. Letakkan jari pertama dan kedua pada pergelangan tangan pasien
antara tulang medial dan radius.
2. Tekan sampai nadi dapat teraba, tetapi hati-hati jangan samapi
mengoklusi arteri (denyut nadi tidak akan teraba).
3. Hitung jumlah denyut dalam 30 detik, dan jika ritmenya teratur,
kalikan duajumlah tadi.
4. Hindari menghitung nadi hanya dalam 15 detik, karena kesalahan 1-2
denyut saja.
5. Jika ritme tidak teratur, hitung denyut nadi dalam 1 menit.
Nilai normal denyut nadi yaitu bayi baru lahir (newborn) 70170 bpm,
umur 16 tahun 75160 bpm, umur 612 tahun 80120 bpm , Dewasa
60100 bpm, Usia Lanjut 60100 bpm, Atlet yang terkondisi baik 50
100 bpm. kecepatan jantung kurang dari 60 bpm disebut bradikardia,
dan kecepatan jantung lebih dari 100 bpm disebut takhikardia.
3. Kecepatan Pernafasan
Cara mengukur kecepatan napas yaitu Jaga agar posisi pasien tetap selama
melakukan pengukuran kecepatan pernafasan.Amati dada atau abdomen
pasien selama respirasi Hitung jumlah pernafasan (inhalasi dan ekshalasi
dihitung sebagai satu pernafasan) dalam 30 detik, dan jika ritme teratur,
kalikan dua jumlah tadi. Jika ritme tidak teratur, hitung jumlah nafas dalam
1 menit. Catat nilai sebagai respirasi per menit (rpm). Nilai normalnya 26
tahun 2130 rpm, 610 tahun 2026 rpm, 1214 tahun 1822 rpm, Dewasa
1220 rpm, Lanjut usia 1220 rpm. Bila kecepatan nafas kurang dari 12
rpm disebut bradipnea dan kecepatan nafas lebih dari 20 rpm disebut
takhipnea.
4. Tekanan darah
Tekanan darah mempunyai dua komponen: sitolik dan diastolik. Tekanan
darah sistolik menggambarkan tekanan maksimum pada arteri ketika

kontraksi ventrikel kiri (atau sistol), dan diatur oleh volume stroke (atau
volume darah yang dipompa keluar pada setiap denyut jantung). Tekanan
darah diastolik adalah tekanan saat istirahat yaitu tekanan dari darah antar
kontraksi ventrikel.Aliran darah dalam arteri menghasilkan suara yang
spesifik, yang disebut suara Korotkoff yang terjadi dalam 5 fase: Fase I :
lemah, jelas dan ketuk (tekanan sistolik) Fase II: swooshing Fase III:
nyaring (crisp), lebih intensif (tapping) Fase IV: muffling (pada dewasa hal
ini menunjukkan keadaan hiperkinetik jika fase ini terus berlangsung
selama pengikat lengan mengempis). Fase V: hilangnya suara (pada
dewasa,

tekanan

diastolik).

Suara-suara

ini

digunakan

untuk

mengidentifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik.


Tekanan darah normal dewasa adalah sistolik kurang dari 120 mmHg dan
diastolik kurang dari 80 mmHg. Sedagkan hipertensi
Stage
Stage 1
Stage 2
Stage 3

Sistol
140 -159 mm Hg
160-179 mmHg
>180 mmHg

diastol
90 -99 mm Hg
100-109 mm Hg
>110 mm Hg

5. Assasement Nyeri
Sensasi penglihatan, pendengaran, bau, rasa, sentuhan dan nyeri
merupakan hasil stimulasi reseptor sensorik. Nyeri adalah sensasi yang
paling penting bagi tubuh. Provokasi syaraf-syaraf sensorik nyeri
menghasilkan reaksi ketidaknyamanan, distress atau ketidaknyamanan.
Tujuan kebijakan penatalaksanaan nyeri di rumah sakit adalah :
h. semua pasien yang mengalami nyeri mendapat pelayanan sesuai
dengan pedoman dan prosedur manajemen nyeri
i. menghindari dampak/resiko nyeri terhadap proses penyembuhan
j. memberikan kenyamanan bagi pasien.
Ada bebrapa cara untuk membantu mengetahui akibat nyeri, yaitu :
1. Visual Analog Scale (VAS), adalah cara yang paling banyak
digunakan untuk menilai nyeri.Skala linear ini menggambarkan
secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami
seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang
10 cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap sentimeter. Tanda
pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau pernyataan
deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri,

sedangkan ujung yang lain mewakili nyeri terparah yang


mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertical atau horizontal.
Digunakan pada pasien anak > 8 tahun dan dewasa. Untuk
periode pascabedah, VAS tidak banyak bermanfaat karena VAS
memerlukan koordinasi visual dan motoric serta kemampuan
konsentrasi.

2. Verbal rating Scale (VRS), skala ini menggunakan angka-angka


0 sampai 10 untuk menggambarkan tingkat nyeri. Dua ujung
ekstrim juga digunakan pada skala ini, sama seperti pada VAS.
Skala ini lebih bermanfaat pada periode pascabedah, karena
secara alami verbal/kata-kata tidak terlalu mengendalikan
koordinasi visual dan motoric. Skala verbal menggunakan katakata dan bukan garis atau angka untuk menggambarkan tingkat
nyeri. Skala yang digunakan dapat berupa tidak ada nyeri,
sedang dan parah. Hilang/redanya nyeri dapat dinyatakan
sebagai sama sekali tidak hilang, sedikit berkurang, cukup
berkurang, baik/nyeri hilang sama sekali. Karena skala ini
membatasi pilihan kata pasien, skala ini tidak dapat
membedakan berbagai tipe nyeri.

3. Numeric Rating Scale (NRC), dianggap sederhana danmudah


dimengerti, sensitive terhadap dosis, jenis kelamin, dan
perbedaan etnis. Lebih baik daripada VAS terutama untuk
menilai nyeri akut. Namun, kekurangannya adalah keterbatasan
pilihsn kata untuk menggambarakan rasa nyeri.

4. Wong Baker Pain Rating Scale, digunakan pada pasein dewasa


dan anak > 3tahun yang tidak dapat menggambarkan intensitas
nyeri dengan angka

5. Neonatal Infant Pain Scale (NIPC), digunakan untuk poasien


bayi 0 1 tahun.

2.2.2 Pemeriksaan Ekstra Oral


Pemeriksaan ekstral oral adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan melihat dan
memeriksa keadaan tubuh pasien secara umum, meliputi :
1. Muka / Wajah
Bentuk muka : simetris / asimetris
Tipe muka : Menurut Martin (Graber 1972) dikenal 3 tipe muka dari

arah depannya itu :


Brahisepali : lebar, persegi
Mesosepali : lonjong / oval
Oligisepali : panjang / sempit
Tipe muka dari arah samping yaitu cembung, lurus dan cekung.
Dan melihat kelainan pada wajah seperti wajah topeng tanpa ekspresi
pada penyakit parkinsonisme. Pada sindrome down ekpresi wajah

hipertelorisme dan telenkantus.


3. Mata
Mata diperiksa untuk melihat pupil apakah sama besar (isokor) atau tidak sama
besar (anisokor), melihat sclera apakah ikteri atau tidak, dan melihat
konjungtiva apakah pucat atau tidak. Berbagai keadaan mata yaitu
Eksoftalmus yaitu bola menonjol ke luar. Pada pasien hipertiroid.
Enoflalmus yaitu bola tertarik kedalam.
Strabismus / juling yaitu proyeksi rangsangan optik di kedua mata

tidak sesuai sehingga kedudukan bola mata abnormal.


Nistagmus yaitu gerakan mata yang berjalan secara ritmis, mula- mula
lambat bergerak ke satu arah, lalu dengan cepat kembali ke arah posisi
semula.

4. Hidung
Pemeriksaan hidung dengan inspeksi, palpasi, dan alat (rinoskopi). melihat
tampak luar hidung dan lubang hidung. Pada pasien sipilis dengan ciri khas
saddle nose.
5. Bibir
Pemeriksaan bibir bertujuan untuk melihat tonus bibir dan katup bibir. Tonus
bibir terbagi atas 3 yaitu normal, hipotonus dan hipertonus. Katup bibir untuk
melihat apakah bibir tertutup atau tidak dapat tertutup. Cara pemeriksaannya
adalah dengan palpasi otot bibir pada keadaan otot orbicularis oris dalam
keadaan relaksasi.
6. Temporomandibular Joint (TMJ)
Pemeriksaan TMJ :

Auskultasi dengan menggunakan stetoskop mendengarkan adanya


krepitasi atau kliking pada area depan telinga yang akan diperiksa.
Selanjutnya pasien di instruksikan pasien untuk membuka dan
menutup mulut.
Palpasi dengan palpasi bimanual pada area depan telinga kanan dan

kiri selanjutnya instruksikan pasien untuk membuka dan menutup


mulut
periksa kelancaran pergerakan TMJ.
7. Kelenjar Getah Bening
Ada sekitar 300 KGB di daerah kepala dan leher, gambaran lokasi
terdapatnya KGB pada daerah kepala dan leher adalah sebagai berikut

Gambar : Lokasi kelenjar getah bening (KGB) di daerah kepala


dan leher

Gambar : Lokasi kelenjar getah bening (KGB) di daerah kepala


dan leher
American Head and Neck Society and the AAO-HNS, membagi kelenjar
limfe (getah bening) menjadi 6 regio, level I VI. 13,14

Level IA : Submental
Level IB : Submandibular

Level II : Upper Jugular


Terletak di sepanjang vena jugularis bagian atas, tepatnya dimulai
dari dasar tengkorak sampai inferior os hyoid
Level III : Middle Jugular
Terletak dari os hyoid sampai kartilago krikoid
Level IV : Lower Jugular
Terletak dari kartilago krikoid sampai batas atas klavikula
Level V : Posterior Triangel Group (spinal accessory and
supraclavicular nodes)
Terletak di antara muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus

trapezius.
Level VA dan VB dipisahkan oleh perpanjangan garis kartilago
krikoid.
Lever VI : Anterior Compartment Group (pretracheal, paratracheal,
precricoid) Dari os hyoid sampai ke regio suprasternal
Palpasi yang dapat dilakukan diantaranya pada pemeriksaan KGB.

Palpasi kelenjar getah bening harus menggunakan empat ujung-ujung jari


karena ujung jari adalah bagian yang paling sensitif. Palpasi dilakukan
dengan membandingkan antara bagian kiri dan kanan secara simultan,
dari atas ke bawah dan dengan sedikit tekanan. Pada pemeriksaan KGB
dilakukan pemeriksaan untuk melihat ukuran, bentuk, mobilitas, jumlah
dan konsistensi dari KGB tersebut.
Palpasi kelenjar limfe submental dan submandibular yaitu pemeriksa
berada dibelakang penderita kemudian palpasi dilakukan dengan kepala
penderita condong ke depan sehingga ujung-ujung jari-jari meraba di
bawah tepi mandibula. Kepala dapat dimiringkan dari satu sisi ke sisi
yang lain sehingga palpasi dapat dilakukan pada kelenjar yang superficial
maupun yang profunda. Juga dapat dilakukan dengan palpasi bimanual.

Palpasi kelenjar jugularis dapat dimulai di superficial dengan


melakukan penekanan ringan dengan menggerakkan jari-jari sepanjang
musculus sternokleidomastoideus. Pada palpasi yang lebih dalam, ibu jari
ditekan di bawah musculus Sternokleidomastoideus pada kedua sisi sehingga
dapat di palpasi kelenjar yang terdapat di sub atau retro dari muskulus ini.
Bila pemeriksaan ini negatif atau meragukan, maka pemeriksa harus berdiri
di belakang penderita kemudian ibu jari digunakan untuk menggeser
musculus Sternokleidomastoideus ke depan sementara jari yang lain meraba
pada tepi anterior muskular tersebut. Perabaan secara bilateral dan simultan
selalu dianjurkan untuk menilai perabaan antara kedua sisi. Palpasi kelenjar
leher ini agak sulit pada orang gemuk, leher pendek dan leher yang berotot.
Terutama bila kelenjarnya masih kecil.

Gambar : Palpasi kelenjar limfe rantai kelenjar jugularis

Palpasi kelenjar limfa asesorius dilakukan dengan menekan ibu jari


pada tepi posterior m. Trapezium ke depan dan jari-jari ditempatkan pada
permukaan anterior muskulus ini.

Gambar : Palpasi kelenjar limfe asesorius


Palpasi kelenjar limfa supraklavikular dapat dilakukan dengan duduk
di depan atau berdiri dibelakang penderita dimana jari-jari digunakan untuk
palpasi fosa supraklavikular.

Gambar : Palpasi kelenjar limfe supraklavikular


Kelenjar getah bening yang keras dan tidak nyeri meningkatkan
kemungkinan penyebab keganasan atau penyakit granulomatosa. Limfoma
Hodgkin tipe sklerosa nodular mempunyai karakteristik terfiksasi dan
terlokalisasi dengan konsistensi kenyal. Limfadenopati karena virus
mempunyai

karakteristik bilateral, dapat digerakkan, tidak nyeri, dan

berbatas tegas. Limfadenopati dengan konsistensi lunak dan nyeri biasanya


disebabkan oleh infl amasi karena infeksi

Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan panel hematologi (hemogram) terdiri dari leukosit, eritrosit, hemoglobin,
hematokrit, indeks eritrosit dan trombosit. Pemeriksaan hitung darah lengkap terdiri dari
hemogram ditambah leukosit diferensial yang terdiri dari neutrofi l (segmented dan bands),
basofi l, eosinofi l, limfosit dan monosit. Rentang nilai normal hematologi bervariasi pada
bayi, anak anak dan remaja, umumnya lebih tinggi saat lahir dan menurun selama beberapa
tahun kemudian. Nilai pada orang dewasa umumnya lebih tinggi dibandingkan tiga kelompok
umur di atas. Pemeriksaan hemostasis dan koagulasi digunakan untuk mendiagnosis dan
memantau pasien dengan perdarahan, gangguan pembekuan darah, cedera vaskuler atau
trauma.
a) Hematokrit (Hct)
Nilai normal: Pria : 40% - 50 % SI unit : 0,4 - 0,5
Wanita : 35% - 45% SI unit : 0.35 - 0,45
Deskripsi: Hematokrit menunjukan persentase sel darah merah tehadap volume darah
total.

Implikasi klinik:

Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab),


reaksi hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan hipertiroid.
Penurunan Hct sebesar 30% menunjukkan pasien mengalami anemia sedang
hingga parah.

Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada eritrositosis, dehidrasi, kerusakan


paru-paru kronik, polisitemia dan syok.

Nilai Hct biasanya sebanding dengan jumlah sel darah merah pada ukuran
eritrosit normal, kecuali pada kasus anemia makrositik atau mikrositik.

Pada pasien anemia karena kekurangan besi (ukuran sel darah merah lebih
kecil), nilai Hct akan terukur lebih rendah karena sel mikrositik terkumpul

pada volume yang lebih kecil, walaupun jumlah sel darah merah terlihat
normal.

Nilai normal Hct adalah sekitar 3 kali nilai hemoglobin.

Satu unit darah akan meningkatkan Hct 2% - 4%.

Faktor pengganggu

Individu yang tinggal pada dataran tinggi memiliki nilai Hct yang tinggi
demikian juga Hb dan sel darah merahnya.

Normalnya, Hct akan sedikit menurun pada hidremia fisiologis pada


kehamilan

Nilai Hct normal bervariasi sesuai umur dan jender. Nilai normal untuk bayi
lebih tinggi karena bayi baru lahir memiliki banyak sel makrositik.

Nilai Hct pada wanita biasanya sedikit lebih rendah dibandingkan laki-laki.

Juga terdapat kecenderungan nilai Hct yang lebih rendah pada kelompok umur
lebih dari 60 tahun, terkait dengan nilai sel darah merah yang lebih rendah
pada kelompok umur ini.

Dehidrasi parah karena berbagai sebab meningkatkan nilai Hct.

Hal yang harus diwaspadai bila Nilai Hct <20% dapat menyebabkan gagal
jantung dan kematian; Hct >60% terkait dengan pembekuan darah spontan.

b) Hemoglobin (Hb)
Nilai normal : Pria : 13 - 18 g/dL SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L
Wanita: 12 - 16 g/dL SI unit : 7,4 9,9 mmol/L
Deskripsi:

Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat transportasi oksigen (O2) dan
karbon dioksida (CO2). Hb tersusun dari globin (empat rantai protein yang terdiri dari dua
unit alfa dan dua unit beta) dan heme (mengandung atom besi dan porphyrin: suatu
pigmen merah). Pigmen besi hemoglobin bergabung dengan oksigen. Hemoglobin yang
mengangkut oksigen darah (dalam arteri) berwarna merah terang sedangkan hemoglobin
yang kehilangan oksigen (dalam vena) berwarna merah tua. Satu gram hemoglobin
mengangkut 1,34mL oksigen. Kapasitas angkut ini berhubungan dengan kadar Hb bukan
jumlah sel darah merah.
Penurunan protein Hb normal tipe A1, A2, F (fetal) dan S berhubungan dengan anemia sel
sabit. Hb juga berfungsi sebagai dapar melalui perpindahan klorida kedalam dan keluar sel
darah merah berdasarkan kadar O2 dalam plasma (untuk tiap klorida yang masuk kedalam
sel darah merah, dikeluarkan satu anion HCO3). Penetapan anemia didasarkan pada nilai
hemoglobin yang berbeda secara individual karena berbagai adaptasi tubuh (misalnya
ketinggian, penyakit paru-paru, olahraga). Secara umum, jumlah hemoglobin kurang dari
12 gm/dL menunjukkan anemia. Pada penentuan status anemia, jumlah total hemoglobin
lebipenting daripada jumlah eritrosit.
Implikasi klinik :

Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena kekurangan
zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan cairan dan
kehamilan.

Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi (polisitemia, luka bakar),


penyakit paru-paru kronik, gagal jantung kongestif dan pada orang yang hidup di
daerah dataran tinggi.

Konsentrasi Hb berfluktuasi pada pasien yang mengalami perdarahan dan luka bakar.

Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan anemia, respons


terhadap terapi anemia, atau perkembangan penyakit yang berhubungan dengan
anemia.

Faktor pengganggu :

Orang yang tinggal di dataran tinggi mengalami peningkatan nilai Hb, demikian juga
Hct dan sel darah merah.

Asupan cairan yang berlebihan menyebabkan penurunan Hb

Umumnya nilai Hb pada bayi lebih tinggi (sebelum eritropoesis mulai aktif). Nilai Hb
umumnya menurun pada kehamilan sebagai akibat peningkatan volume plasma

Ada banyak obat yang dapat menyebabkan penurunan Hb. Obat yang dapat
meningkatkan Hb termasuk gentamisin dan metildopa

Olahraga ekstrim menyebabkan peningkatan Hb

Hal yang harus diwaspadai


1. Implikasi klinik akibat kombinasi dari penurunan Hb, Hct dan sel darah
merah. Kondisi gangguan produksi eritrosit dapat menyebabkan penurunan
nilai ketiganya.
2. Nilai Hb <5,0g/dL adalah kondisi yang dapat memicu gagal jantung dan
kematian.

Nilai

>20g/dL

memicu

kapiler

clogging

sebagai

akibat

hemokonsenstrasi.
Tatalaksana :
Manajemen anemia bertujuan untuk mengatasi penyebab rendahnya nilai hemoglobin.
Dalam situasi terjadi penurunan darah yang akut, transfuse merupakan terapi pilihan.
Dalam situasi terjadi kekurangan atau penurunan nutrisi maka diperlukan penggantian
besi, vitamin B12 atau asam folat. Pada penurunan fungsi ginjal dan penggunaan
sitostatika, anemia biasanya terjadi karena menurunnya produksi eritropoetin sehingga
terapi yang tepat adalah pemberian eritropoetin, namun apabila ada kendala biaya yang
mahal, dapat diganti dengan tranfusi darah. Jika anemia terjadi akibat menurunnya
produksi eritropoetin maka terapi penggantian eritropoetin dapat mengurangi kebutuhan
tranfusi.
c) Eritrosit (sel darah merah)

Nilai normal: Pria: 4,4 - 5,6 x 106 sel/mm3 SI unit: 4,4 - 5,6 x 1012 sel/L
Wanita: 3,8-5,0 x 106 sel/mm3 SI unit: 3,5 - 5,0 x 1012 sel/L
Deskripsi:
Fungsi utama eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh
dan mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb. Eritrosit yang berbentuk
cakram bikonkaf mempunyai area permukaan yang luas sehingga jumlah oksigen yang
terikat dengan Hb dapat lebih banyak. Bentuk bikonkaf juga memungkinkan sel berubah
bentuk agar lebih mudah melewati kapiler yang kecil. Jika kadar oksigen menurun hormon
eritropoetin akan menstimulasi produksi eritrosit. Eritrosit, dengan umur 120 hari, adalah
sel utama yang dilepaskan dalam sirkulasi. Bila kebutuhan eritrosit tinggi, sel yang belum
dewasa akan dilepaskan kedalam sirkulasi. Pada akhir masa hidupnya, eritrosit yang lebih
tua keluar dari sirkulasi melalui fagositosis di limfa, hati dan sumsum tulang (sistem
retikuloendotelial).
Implikasi klinik :

Secara umum nilai Hb dan Hct digunakan untuk memantau derajat anemia, serta

respon terhadap terapi anemia

Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia leukemia, penurunan fungsi

ginjal, talasemin, hemolisis dan lupus eritematosus sistemik. Dapat juga terjadi karena
obat (drug induced anemia). Misalnya: sitostatika, antiretroviral.

Sel darah merah meningkat pada polisitemia vera, polisitemia sekunder, diare/dehidrasi,
olahraga berat, luka bakar, orang yang tinggal di dataran tinggi.
Susunan Sel Darah Merah
1). Mean Corpuscular Volume (MCV) (Volume korpuskuler rata rata)
Perhitungan : MCV (femtoliter) = 10 x Hct (%) : Eritrosit (106 sel/L)
Nilai normal : 80 100 (fL)

Deskripsi :
MCV adalah indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah. MCV menunjukkan
ukuran sel darah merah tunggal apakah sebagai Normositik (ukuran normal), Mikrositik
(ukuran kecil < 80 fL), atau Makrositik (ukuran kecil >100 fL).
Implikasi klinik :
Penurunan nilai MCV terlihat pada pasien anemia kekurangan besi, anemia pernisiosa
dan talasemia, disebut juga anemia mikrositik.
Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit hati, alcoholism, terapi antimetabolik,
kekurangan folat/vitamin B12, dan terapi valproat, disebut juga anemia makrositik.
Pada anemia sel sabit, nilai MCV diragukan karena bentuk eritrosit yang abnormal.
MCV adalah nilai yang terukur karenanya memungkinkan adanya variasi berupa
mikrositik dan makrositik walaupun nilai MCV tetap normal.
MCV pada umumnya meningkat pada pengobatan Zidovudin (AZT) dan sering
digunakan sebagi pengukur kepatuhan secara tidak langsung.
2). Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) (Hemoglobin Korpuskuler rata rata)
Perhitungan : MCH (picogram/sel) = hemoglobin/sel darah merah
Nilai normal : 28 34 pg/ sel
Deskripsi:
Indeks MCH adalah nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata didalam sel darah
merah, dan oleh karenanya menentukan kuantitas warna (normokromik, hipokromik,
hiperkromik) sel darah merah. MCH dapat digunakan untuk mendiagnosa anemia.
Implikasi Klinik:
Peningkatan MCH mengindikasikan anemia makrositik

Penurunan MCH mengindikasikan anemia mikrositik.


3).

Mean

Corpuscular

Hemoglobin

Concentration

(MCHC)

(Konsentrasi

Hemoglobin Korpuskuler rata rata)


Perhitungan : MCHC = hemoglobin/hematokrit
Nilai normal : 32 36 g/dL
Deskripsi:
Indeks MCHC mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah merah; semakin
kecil sel, semakin tinggi konsentrasinya. Perhitungan MCHC tergantung pada Hb dan
Hct. Indeks ini adalah indeks Hb darah yang lebih baik, karena ukuran sel akan
mempengaruhi nilai MCHC, hal ini tidak berlaku pada MCH.
Implikasi Klinik:
MCHC menurun pada pasien kekurangan besi, anemia mikrositik, anemia karena
piridoksin, talasemia dan anemia hipokromik.
MCHC meningkat pada sferositosis, bukan anemia pernisiosa.
4). Retikulosit
Perhitungan : Retikulosit (%) = [Jumlah retikulosit / Jumlah eritrosit] X 100
Nilai normal : 0,5-2%
Deskripsi:
Retikulosit adalah sel darah yang muda, tidak berinti merupakan bagian dari rangkaian
pembentukan eritrosit di sumsum tulang. Peningkatan jumlah retikulosit mengindikasikan
bahwa

produksi

sel

darah

merah

dipercepat;

penurunan

jumlah

mengindikasikan produksi sel darah merah oleh sumsum tulang berkurang.


Implikasi Klinik:

retikulosit

Jumlah retikulosit dapat membedakan antara anemia karena kerusakan sumsum tulang
dengan anemia karena pendarahan atau hemolisis (kerusakan sel darah) karena pendarahan
atau hemolysis akan menstimulasi pembentukan retikulosit pada pasien dengan sumsum
tulang yang normal.
Jumlah retikulosit akan meningkat pada pasien anemia hemolitik, penyakit sel sabit dan
metastase karsinoma.
Jika jumlah retikulosit tidak meningkat pada pasien anemia, hal ini menandakan sumsum
tulang tidak memproduksi eritrosit yang cukup (misal anemia kekurangan besi, anemia
aplastik, anemia pernisiosa, infeksi kronik dan terapi radiasi).
Setelah pengobatan anemia, peningkatan retikulosit menandakan efektifitas pengobatan.
Setelah pemberian dosis besi yang cukup pada anemia kekurangan besi, jumlah retikulosit
akan meningkat 20%; peningkatan secara proporsional terjadi ketika dilakukan transfusi
pada anemia pernisiosa. Peningkatan maksimum diharapkan terjadi 7-14 hari setelah
pengobatan (suplemen besi).
d) Leukosit (sel darah putih)
Nilai normal : 3200 10.000/mm3 SI : 3,2 10,0 x 109/L
Deskripsi:
Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan memfagosit
organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/mendistribusikan antibodi. Ada dua
tipe utama sel darah putih:
Granulosit: neutrofi l, eosinofi l dan basofi l
Agranulosit: limfosit dan monosit
Leukosit terbentuk di sumsum tulang (myelogenous), disimpan dalam jaringan limfatikus
(limfa, timus, dan tonsil) dan diangkut oleh darah ke organ dan jaringan. Umur leukosit
adalah 13-20 hari. Vitamin, asam folat dan asam amino dibutuhkan dalam pembentukan
leukosit. Sistem endokrin mengatur produksi, penyimpanan dan pelepasan leukosit.

Perkembangan granulosit dimulai dengan myeloblast (sel yang belum dewasa di sumsum
tulang), kemudian berkembang menjadi promyelosit, myelosit (ditemukan di sumsum
tulang), metamyelosit dan bands (neutrofi l pada tahap awal kedewasaan), dan akhirnya,
neutrofi l. Perkembangan limfosit dimulai dengan limfoblast (belum dewasa) kemudian
berkembang menjadi prolimfoblast dan akhirnya menjadi limfosit (sel dewasa).
Perkembangan monosit dimulai dengan monoblast (belum dewasa) kemudian tumbuh
menjadi promonosit dan selanjutnya menjadi monosit (sel dewasa).
Implikasi klinik:
Nilai krisis leukositosis: 30.000/mm3. Lekositosis hingga 50.000/mm3 mengindikasikan
gangguan di luar sumsum tulang (bone marrow). Nilai leukosit yang sangat tinggi (di atas
20.000/mm3) dapat disebabkan oleh leukemia. Penderita kanker post-operasi (setelah
menjalani operasi) menunjukkan pula peningkatan leukosit walaupun tidak dapat
dikatakan infeksi. Biasanya terjadi akibat peningkatan 1 tipe saja (neutrofi l). Bila tidak
ditemukan anemia dapat digunakan untuk membedakan antara infeksi dengan leukemia
Waspada terhadap kemungkinan leukositosis akibat pemberian obat.
Perdarahan, trauma, obat (mis: merkuri, epinefrin, kortikosteroid), nekrosis, toksin,
leukemia dan keganasan adalah penyebab lain leukositosis.
Makanan, olahraga, emosi, menstruasi, stres, mandi air dingin dapat meningkatkan
jumlah sel darah putih
Leukopenia, adalah penurunan jumlah leukosit <4000/mm3. Penyebab leukopenia antara
lain:
1. Infeksi virus, hiperplenism, leukemia.
2. obat (antimetabolit, antibiotik, antikonvulsan, kemoterapi)
3. Anemia aplastik/pernisiosa
4. Multipel mieloma

Konsentrasi leukosit mengikuti ritme harian, pada pagi hari jumlahnya sedikit, jumlah
tertinggi adalah pada sore hari
Umur, konsentrasi leukosit normal pada bayi adalah (6 bulan-1 tahun) 10.00020.000/mm3 dan terus meningkat sampai umur 21 tahu
Sel Darah Putih Differensial
Deskripsi:
Neutrofi l melawan infeksi bakteri dan gangguan radang
Eosinofi l melawan gangguan alergi dan infeksi parasit
Basofi l melawan diskrasia darah dan penyakit myeloproliferatif
Limfosit melawan infeksi virus dan infeksi bakteri
Monosit melawan infeksi yang hebat
1) Neutrofil
Nilai normal: Segment : 36% - 73% SI unit : 0,36 0,73
Bands : 0% - 12% SI unit : 0,00 0,12
Deskripsi
Neutrofil adalah leukosit yang paling banyak. Neutrofi l terutama berfungsi sebagai
pertahanan terhadap invasi mikroba melalui fagositosis. Sel ini memegang peranan
penting dalam kerusakan jaringan yang berkaitan dengan penyakit noninfeksi seperti
artritis reumatoid, asma dan radang perut.
Implikasi klinik:

Neutrofilia, yaitu peningkatan persentase neutrofil, disebabkan oleh infeksi bakteri


dan parasit, gangguan metabolit, perdarahan dan gangguan myeloproliferatif.

Neutropenia yaitu penurunan persentase neutrofil, dapat disebabkan oleh penurunan


produksi neutrofil, peningkatan kerusakan sel, infeksi bakteri, infeksi virus, penyakit
hematologi, gangguan hormonal dan infeksi berat.

Shift to left atau peningkatan bands (sel belum dewasa) terjadi ketika neurofil muda
dilepaskan kedalam sirkulasi. Hal ini disebabkan oleh infeksi, obat kemoterapi,
gangguan produksi sel (leukemia) atau perdarahan.

Shift of the right atau peningkatan segment (sel dewasa) terjadi pada penyakit hati,
anemia megalobastik karena kekurangan B12 dan asam folat, hemolisis, kerusakan
jaringan, operasi, obat (kortikosteroid)

Peningkatan jumlah neutrofil berkaitan dengan tingkat keganasan infeksi.

Derajat neutrofilia sebanding dengan jumlah jaringan yang mengalami inflamasi.

Jika peningkatan neutrofil lebih besar daripada peningkatan sel darah merah total
mengindikasikan infeksi yang berat.

Pada kasus kerusakan jaringan dan nekrosis (seperti: kecelakaan, luka bakar, operasi),
neutrofilia terjadi akibat peningkatan zat neutrofi lik atau mekanisme lain yang belum
diketahui.

Faktor pengganggu

Kondisi fisiologi seperti stres, senang, takut, marah, olahraga secara sementara
menyebabkan peningkatan neutrofil.

Wanita yang melahirkan dan menstruasi dapat terjadi neutrofilia

Pemberian steroid: puncak neutrofilia pada 4 hingga 6 jam dan kembali normal dalam
24 jam (pada infeksi parah, neutrofilia tidak terjadi)

Paparan terhadap panas atau dingin yang ekstrim

Umur:

Anak-anak merespon infeksi dengan derajat leukositosis neutrofilia yang lebih


besar dibandingkan dewasa

Beberapa pasien lanjut umur merespon infeksi dengan derajat netrofil yang lemah,
bahkan ketika terjadi infeksi parah

Resistensi

Orang pada semua kisaran umur dalam kondisi kesehatan lemah tidak merespon
dengan neutrofilia yang bermakna

Myelosupresif kemoterapi

Hal yang harus diwaspadai


Agranulositosis (ditandai dengan neutropenia dan leukopenia) sangat berbahaya dan sering
berakibat fatal karena tubuh tidak terlindungi terhadap mikroba. Pasien yang mengalami
agranulositosis harus diproteksi terhadap infeksi melalui teknik isolisasi terbalik dengan
penekanan pada teknik pencucian tangan.
2) Eosinofil
Nilai normal : 0% - 6%
Deskripsi

Eosinofil memiliki kemampuan memfagosit, eosinofil aktif terutama pada tahap akhir
inflamasi ketika terbentuk kompleks antigen-antibodi. Eosinofil juga aktif pada reaksi
alergi dan infeksi parasit sehingga peningkatan nilai eosinofil dapat digunakan untuk
mendiagnosa atau monitoring penyakit.
Implikasi klinik:

Eosinofilia adalah peningkatan jumlah eosinofil lebih dari 6% atau jumlah absolut
lebih dari 500. Penyebabnya antara lain: respon tubuh terhadap neoplasma, penyakit
Addison, reaksi alergi, penyakit collagen vascular atau infeksi parasit.

Eosipenia adalah penurunan jumlah eosinofi l dalam sirkulasi. Eosipenia dapat terjadi
pada saat tubuh merespon stres (peningkatan produksi glukokortikosteroid).

Eosinofil cepat hilang pada infeksi pirogenik

Jumlah eosinofil rendah pada pagi hari dan meningkat pada sore hari hingga tengah
malam.

Eosinofilia dapat disamarkan oleh penggunaan steroid dan dapat meningkat dengan Ltriptofan.
Faktor pengganggu

Ritme harian: jumlah eosinofil normal terendah pada pagi hari, lalu meningkat dari
siang hingga setelah tengah malam. Karena itu, jumlah eosinofi l serial seharusnya
berulang pada waktu yang sama setiap hari.

Situasi stres, seperti luka, kondisi pasca operasi, tersengat listrik menyebabkan
penurunan eosinofil

Setelah pemberian kortikosteroid, eosinofil menghilang.

Hal yang harus diwaspadai


Eosinofil dapat tertutup oleh penggunaan steroid. Berikan perhatian pada pasien yang
menerima terapi steroid, epinefrin, tiroksin atau prostaglandin.
3) Basofil
Nilai normal : 0% - 2%
Deskripsi:
Fungsi basofil masih belum diketahui. Sel basofil mensekresi heparin dan histamin. Jika
konsentrasi histamin meningkat, maka kadar basophil biasanya tinggi. Jaringan basofil
disebut juga mast sel.
Implikasi klinik :

Basofilia adalah peningkatan basofil berhubungan dengan leukemia granulositik dan


basofilik myeloid metaplasia dan reaksi alergi

Basopenia adalah penurunan basofil berkaitan dengan infeksi akut, reaksi stres, terapi
steroid jangka panjang.

4) Monosit
Nilai normal : 0%-11%
Deskripsi:
Monosit merupakan sel darah yang terbesar. Sel ini berfungsi sebagai lapis kedua
pertahanan tubuh, dapat memfagositosis dengan baik dan termasuk kelompok makrofag.
Manosit juga memproduksi interferon.
Implikasi klinik:

Monositosis berkaitan dengan infeksi virus, bakteri dan parasite tertentu serta
kolagen, kerusakan jantung dan hematologi.

Monositopenia biasanya tidak mengindikasikan penyakit, tetapi mengindikasikan


stres, penggunaan obat glukokortikoid, myelotoksik dan imunosupresan.

5) Limfosit
Nilai normal : 15% - 45%
Deskripsi:
Merupakan sel darah putih yang kedua paling banyak jumlahnya. Sel ini kecil dan
bergerak ke daerah inflamasi pada tahap awal dan tahap akhir proses infl amasi.
Merupakan sumber imunoglobulin yang penting dalam respon imun seluler tubuh.
Kebanyakan limfosit terdapat di limfa, jaringan limfatikus dan nodus limfa. Hanya 5%
dari total limfosit yang beredar pada sirkulasi.

Implikasi klinik:

Limfositosis dapat terjadi pada penyakit virus, penyakit bakteri dan gangguan
hormonal

Limfopenia dapat terjadi pada penyakit Hodgkin, luka bakar dan trauma.

Virosites (limfosit stres, sel tipe Downy, limfosit atipikal) adalah tipe sel yang dapat
muncul pada infeksi jamur, virus dan paratoksoid, setelah transfusi darah dan respon
terhadap stres.

Perubahan bentuk limfosit dapat digunakan untuk mengukur histokompabilitas.

Jumlah absolut limfosit < 1000 menunjukkan anergy.

Faktor pengganggu

Limfositosis pada pediatri merupakan kondisi fisiologis pada bayi baru lahir yang
meliputi peningkatan sel darah putih dan limfosit yang nampak tidak normal yang
dapat keliru dengan keganasan sel

Olahraga, stres emosional dan menstruasi dapat menyebabkan peningkatan


limfositosis

Hal yang harus diwaspadai:


Penurunan limfosit < 500/mm3 menunjukkan pasien dalam bahaya dan rentan terhadap
infeksi, khususnya infeksi virus. Harus dilakukan tindakan untuk melindungi pasien dari
infeksi
e) Trombosit (platelet)
Nilai normal : 170 380. 103/mm3 SI : 170 380. 109/L
Trombosit adalah elemen terkecil dalam pembuluh darah. Trombosit diaktivasi setelah
kontak dengan permukaan dinding endotelia. Trombosit terbentuk dalam sumsum tulang.
Masa hidup trombosit sekitar 7,5 hari. Sebesar 2/3 dari seluruh trombosit terdapat
disirkulasi dan 1/3 nya terdapat di limfa.

Implikasi klinik:

Trombositosis berhubungan dengan kanker, splenektomi, polisitemia vera, trauma,


sirosis, myelogeneus, stres dan arthritis reumatoid.

Trombositopenia berhubungan dengan idiopatik trombositopenia purpura(ITP),


anemia hemolitik, aplastik, dan pernisiosa. Leukimia, multiple myeloma dan
multiple dysplasia syndrome.

Obat seperti heparin, kinin, antineoplastik, penisilin, asam valproat dapat


menyebabkan trombositopenia

Penurunan trombosit di bawah 20.000 berkaitan dengan perdarahan spontan dalam


jangka waktu yang lama, peningkatan waktu perdarahan petekia/ekimosis.

Asam valproat menurunkan jumlah platelet tergantung dosis.

Aspirin dan AINS lebih mempengaruhi fungsi platelet daripada jumlah platelet.

Faktor pengganggu

Jumlah platelet umumnya meningkat pada dataran tinggi; setelah olahraga, trauma
atau dalam kondisi senang, dan dalam musim dingin

Nilai platelet umunya menurun sebelum menstruasi dan selama kehamilan

Clumping platelet dapat menurunkan nilai platelet

Kontrasepsi oral menyebabkan sedikit peningkatan

Hal yang harus diwaspadai


1. Pada 50% pasien yang mengalami peningkatan platelet ditemukan keganasan
2. Pada pasien yang mengalami peningkatan jumlah platelet yang ekstrim (>1000 x
103/mm3) akibat gangguan myeloproliferatif, lakukan penilaian penyebab abnormalnya
fungsi platelet.

3. Nilai kritis: penurunan platelet hingga < 20 x 103/mm3 terkait dengan kecenderungan
pendarahan spontan, perpanjangan waktu perdarahan, peteki dan ekimosis
4. Jumlah platelet > 50 x 103/mm3 tidak secara umum terkait dengan perdarahan spontan
Perawatan pasien

Interpretasi hasil pemeriksaan dan lakukan monitor yang sesuai. Amati tanda dan
gejala perdarahan saluran cerna, hemolisis, hematuria, petekie, perdarahan vagina,
epistases dan perdarahan gusi. Ketika nampak hemorrhage, lakukan tindakan
emergensi untuk mengendalikan perdarahan dan hubungi dokter

Transfusi patelet dilakukan jika jumlah platelet <20 x 103/mm3 atau terjadi
perdarahan lesi tertentu. Satu unit konsentrasi platelet meningkatkan jumlah 15 x
103/mm3

Tata Laksana Trombositopenia


Pada kondisi rendahnya platelet yang kritis, transfusi platelet dapat dilakukan untuk
memberikan peningkatan sementara. Transfusi platelet biasanya memiliki waktu paruh
yang lebih pendek dan kecuali jika kondisi penyebab sudah diatasi, maka sering
diperlukan transfusi ulang. Dalam kondisi nilai platelet yang rendah secara signifi kan
(kurang dari 50 x 109/L) penting memastikan tidak ada obat yang mempengaruhi fungsi
platelet yang ada. Termasuk semua obat antiplatelet dan obat antiinfl amasi non steroid.
Trombositopenia yang terkait dengan auto-imun biasanya diatasi dengan kortikosteroid.
Jika diduga terjadi reaksi karena alergi obat, maka hentikan obat yang diduga
menyebabkan reaksi alergi tsb.
Tatalaksana Trombositemia
Jika terjadi inflamasi dapat diberikan kortikosteroid dan bila terjadi infeksi diberikan
antibiotik dan harus dilakukan pemantauan ketat munculnya efek samping yang tidak
diinginkan. Pada kondisi terjadi peningkatan produksi platelet di atas 1500 x 109/ L, dapat
diberikan obat antiproliferatif, namun dapat mengalami trombosis. Oleh karena itu
pemberian aspirin atau obat antiplatelet lain dapat dipertimbangkan bagi pemberian pasien

yang mengalami risiko kardiovaskular, serebrovaskular, atau pasien yang pernah


mengalami trombotik karena tingginya nilai platelet.

f) Laju Endap Darah (LED)


Nilai normal: Pria <15mm/1 jam
Wanita <20mm/1 jam
Deskripsi:
LED atau juga biasa disebut Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah ukuran
kecepatan endap eritrosit, menggambarkan komposisi plasma serta perbandingan eritrosit
dan plasma. LED dipengaruhi oleh berat sel darah dan luas permukaan sel serta gravitasi
bumi.
Implikasi klinik

nilai meningkat terjadi pada: kondisi infeksi akut dan kronis, misalnya
tuberkulosis, arthritis reumatoid, infark miokard akut, kanker, penyakit Hodkins,
gout, Systemic Lupus Erythematosus (SLE), penyakit tiroid, luka bakar,
kehamilan trimester II dan III. Peningkatan nilai LED > 50mm/jam harus
diinvestigasi lebih lanjut dengan melakukan pemeriksaan terkait infeksi akut
maupun kronis, yaitu: kadar protein dalam serum dan protein, immunoglobulin,
Anti Nuclear Antibody (ANA) Tes, reumatoid factor. Sedangkan peningkatan nilai
LED >100mm/jam selalu dihubungkan dengan kondisi serius, misalnya: infeksi,
malignansi, paraproteinemia, primary macroglobulinamia, hiperfi brinogenaemia,
necrotizing vaskulitis, polymyalgia rheumatic.

nilai menurun terjadi pada: polisitemia, gagal jantung kongesti, anemia sel sabit,
Hipofi brinogenemia, serum protein rendah Interaksi obat dengan
laboratorium: etambutol, kuinin, aspirin, dan kortison.

g) Waktu protrombin (Prothrombin time/PT)

hasil

Nilai normal : 10 15 detik (dapat bervariasi secara bermakna antar laboratorium)


Deskripsi:
Mengukur secara langsung kelainan secara potensial dalam system tromboplastin
ekstrinsik (fibrinogen, protrombin, faktor V, VII dan X).
Implikasi klinik:

Nilai meningkat pada defi siensi faktor tromboplastin ekstrinsik, defisiensi vit.K,
DIC (disseminated intravascular coagulation), hemorrhragia pada bayi baru lahir,
penyakit hati, obstruksi bilier, absorpsi lemak yang buruk, lupus, intoksikasi
salisilat. Obat yang perlu diwaspadai: antikoagulan (warfarin, heparin)

Nilai menurun apabila konsumsi vit.K meningkat

h) aPTT (activated Partial Thromboplastin Time)


Nilai normal : 21 45 detik ( dapat bervariasi antar laboratorium)
Rentang terapeutik selama terapi heparin biasanya 1,5 2,5 kali nilai normal (bervariasi
antar laboratorium)
Deskripsi :
Mendeteksi defi siensi sistem thromboplastin intrinsik (faktor I, II, V, VIII, IX, X, XI dan
XII). Digunakan untuk memantau penggunaan heparin.
Implikasi klinik:

Meningkat pada penyakit von Willebrand, hemofillia, penyakit hati, defisiensi,


vitamin K, DIC. Obat yang perlu diwaspadai: heparin, streptokinase, urokinase,
warfarin)

Menurun pada DIC sangat awal, hemorrhagia akut, kanker meluas (kecuali
mengenai hati)

i)

Waktu Thrombin (Thrombin Time/TT)

Nilai normal : dalam rentang 3 detik dari nilai kontrol (nilai kontrol: 16-24 detik),
bervariasi antar laboratorium.
Deskripsi:
pemeriksaan yang sensitif untuk defisiensi fibrinogen
Implikasi klinik:

Meningkat pada DIC, fibrinolisis, hipofibrinogenemia, multiple mieloma, uremia,


penyakit hati yang parah. Obat yang perlu diwaspadai: heparin, low-molecularweight heparin/LMWH, urokinase, streptokinase, asparaginase. 60% kasus DIC
menunjukkan TT meningkat. Pemeriksaan TT kurang sensitif dan spesifik untuk
DIC dibandingkan pemeriksaan lain

Menurun pada hiperfi brinogenemia, hematokrit >55%

j) Glukosa (Fasting Blood Sugar/FBS)


Nilai normal : 7 tahun : 70 - 100 mg/dL SI unit : 3,89 - 5,55 mmol/L
12 bulan - 6 tahun: 60-100 mg/dL SI unit : 3,33 - 5,55 mmol/L
Deskripsi:
Glukosa dibentuk dari hasil penguraian karbohidrat dan perubahan glikogen dalam
hati. Pemeriksaan glukosa darah adalah prosedur skrining yang menunjukan
ketidakmampuan sel pankreas memproduksi insulin, ketidakmampuan usus halus
mengabsorpsi glukosa, ketidakmampuan sel mempergunakan glukosa secara efi sien, atau
ketidakmampuan hati mengumpulkan dan memecahkan glikogen.
Implikasi klinik :

Peningkatan gula darah (hiperglikemia) atau intoleransi glukosa (nilai puasa > 120
mg/dL) dapat menyertai penyakit cushing (muka bulan), stress akut, feokromasitoma,
penyakit hati kronik, defi siensi kalium, penyakit yang kronik, dan sepsis.

Kadar gula darah menurun (hipoglikemia) dapat disebabkan oleh kadar insulin yang
berlebihan atau penyakit Addison.

Obat-obat golongan kortikosteroid dan anestetik dapat meningkatkan kadar gula darah
menjadi lebih dari 200 mg/dL.

Bila konsentrasi glukosa dalam serum berulang-ulang > 140 mg/dL, perlu dicurigai
adanya diabetes mellitus.

Dengan menghubungkan konsentrasi serum glukosa dan adanya glukosa pada urin
membantu menentukan masalah glukosa dalam ginjal pasien.

Faktor pengganggu

Merokok meningkatkan kadar glukosa

Perubahan diet (misalnya penurunan berat badan) sebelum pemeriksaan dapat


menghilangkan toleransi karbohidrat dan terjadi false diabetes

Kadar glukosa normal cenderung meningkat dengan penambahan umur

Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang dapat menyebabkan glukosa meningkat


secara signifi kan pada jam kedua atau specimen darah berikutnya

Penyakit infeksi dan prosedur operasi mempengaruhi toleransi glukosa.

Dua

minggu setelah pulih merupakan waktu yang tepat untuk mengukur kadar glukosa

Beberapa obat menggangu kadar toleransi glukosa (tidak terbatas pada)


- Insulin
- Hipoglikemi oral
- Salisilat dosis besar
- Diuretik tiazid

- Kortikosteroid
- Estrogen dan kontrasepsi oral
- Asam nikotinat
- Fenotiazin
- Litium
- Propranolol;
jika memungkinkan, obat tersebut seharusnya dihentikan selama paling
kurang 3 hari sebelum pemeriksaan.
Tatalaksana Hiperglikemia
Diabetik ketoasidosis
Terapi awal dari hiperglikemia adalah rehidrasi, kemudian dilanjutkan dengan
pemberian larutan insulin secara bolus sebesar 10 unit IV dan diteruskan dengan
pemberian infus insulin berikutnya antara 2-5 unit perjam tergantung kondisi
klinik pasien. Terapi asidosis metabolik yang terbaik adalah dengan pemulihan
kondisi rehidrasi dan perbaikan fungsi ginjal. Pada awal terapi kadar kalium
serum normal atau tinggi karena adanya haemokonsentrasi, ketika hipovalemia
dan asidosis terkoreksi, kadar kalium akan turun dengan cepat karena insulin
menyebabkan kalium kembali masuk ke dalam sel. Perlu dilakukan pengukuran
kadar kalium secara reguler dan lakukan pemberian pengganti kalium secara
regular jika diperlukan.
Tatalaksana hipoglikemi
Pada awalnya berikan glukosa sekitar 10 - 20/g glukosa secara oral. Glukosa 10/g
setara dengan dengan 2 sendok teh gula, 20/0mL susu. Jika diperlukan kembali
dalam 10 - 15 menit. Glukagon dapat diberikan pada kondisi hipoglikemi akut
karena pemberian insulin. Namun pemberian ini tidak tepat untuk pemberian

hipoglikemi kronik. Glukagon dapat diinjeksi secara IV, IM ataupun Subkutan,


dalam dosis 1 mg (1 unit) jika injeksi intravena tidak dapat atau sulit diberikan.
Jika pemberian glukagon tidak efektif dalam 10 menit pemberian glukosa
intravena dapat dilakukan
k) Panel Hepatitis
Nilai normal : Negatif
Deskripsi:
Terdapat minimal empat jenis virus hepatitis. Bentuknya secara klinis sama,tetapi berbeda
dalam imunologi, epidemiologi, prognosis dan profi laksis. Jenis virus hepatitis:
(1) hepatitis A; infeksius hepatitis,
(2) hepatitis B; hepatitis serum /transfusi,
(3) Hepatitis D; selalu berhubungan dengan hepatitis B,
(4) Hepatitis C; dahulu non A atau non B. Orang yang berisiko hepatitis: pasien
dialisis, pasien onkologi/hematologi, pasien hemofili, penyalahguna obat suntik,
homoseksual.
Hepatitis A

HAV-ab/IgM; dideteksi 4 6 minggu setelah terinfeksi dan menunjukkan


tahap hepatitis A akut.

HAV-ab/IgG; dideteksi setelah 8 -12 minggu setelah terinfeksi dan


menunjukkan pasien sebelumnya pernah terpapar hepatitis A.

Hepatitis B

HBs-Ag merupakan antigen permukaan hepatitis B yang ditemukan pada 4-12


minggu setelah infeksi. Hasil positif menunjukkan hepatitis B akut (infeksi
akut dan kronik)

Hbe-Ag ditemukan setelah 4-12 minggu setelah terinfeksi. Hasil yang positif
menunjukkan tahapan aktif akut (sangat infeksius)

Hbc-Ag (antibodi inti hepatitis B) ditemukan setelah 6 14 minggu terinfeksi.


Hasil yang positif menujukkan infeksi yang sudah lampau.Merupakan
penanda jangka panjang.

HbeAb antibodi ditemukan 8-16 minggu sesudah terinfeksi, menunjukkan


perbaikan infeksi akut.

Hasil positif antibodi HBs-Ab terhadap antigen permukaan hepatitis B, terjadi


setelah 2-10 bulan infeksi. Menunjukkan pasien sebelumnya telah terinfeksi
/terpapar hepatitis B tetapi tidak ditemukan pada tipe hepatitis yang lain.
Merupakan indikator perbaikan klinik, juga dapat ditemui pada individu yang
telah berhasil diimunisasi dengan vaksin hepatitis B.

Pengukuran DNA virus dengan PCR dapat digunakan untuk memonitor terapi
HBV dengan obat anti virus.

Pemeriksaaan radiologi
Pemeriksaan radiologi adalah suatu pemeriksaan dengan menggunakan sinar x yang
digunakan untuk membuat catatan dan interprestasi fotografi berbagai bagian tubuh.
Kegunaaan Pemeriksaan radiologi yaitu
1. Membantu menegakkan diagnosis penyakit atau kelainan gigi seperti karies tidak
selalu terlihat secara klinis. Dengan bantuan foto rontgen dapat diketahui ada tidaknya
penyakit / kalainan, besarnya kerusakan dan hubungannya dengan jaringan sekitar,
sehingga membantu menegakkan diagnosis penyakit atau kelainan gigi dan mulut.

2. Mengarahkan rencana perawatan, bila diagnosis penyakit dapat ditegakkan, maka


dengan mengetahui gambaran keseluruhan keadaan penyakit ataukelainan tersebut
dan hubungannya dengan jaringan sekitar, maka dapat ditentukan rencana perawatan
secara terpadu. Misalnya karies gigi yang melibatkan kelainan jaringan periodontal.
3. Evaluasi hasil perawatan untuk melihat keberhasilan perawatan atau tindakan.
Misalnya : apakah ada akar gigi tertinggal setelah perawatan endodontik atau
perawatan periodontik.
Pemeriksaan radiologi dibagi menjadi
a. Pemeriksaan ekstra oral
Keuntungan pemeriksaan ekstra oral :
a. Dapat memperlihatkan lesi yang luas,
b. Dapat dilakukan pada pasien yang sulit, misalnya pasien dengan keterbatasan
membuka mulut atau pasien operasi.
c. Dapat memperlihatkan hubungan struktur anatomis dibandingkan dengan foto
dental seluruh gigi yang memerlukan 14 film.
Kerugian radiografi intra oral:
a. Gambaran kurang jelas dan detail,
b. Proses pemotretan memerlukan waktu yang lama,
c. Lebih sulit, mahal
d. Radiasi yang diterima pasien lebih besar dibandingkan satu foto dental,
e. Pemotretan tidak dilakukan di tempat praktek pribadi atau puskesmas, tetapi harus
dirujuk ke rumah sakit.
Macam macam pemeriksaan ekstra oral , yaitu :
1. Panoramik
Indikasi foto panoramik :
Utk melihat atau menilai kelainan yg luas di RA maupun RB, serta menilai

hubungan dgn struktur anatomi tulang muka di sekitarnya.


Penilaian orthodontik utk melihat keberadaan, posisi, dan hubungan gigi susu

dgn gigi permanen yg sdg tumbuh.


Lesi-lesi spt kista, tumor dan anomali pertumbuhan regio korpus dan ramus

mandibula.Fraktur diseluruh bag mandibula kecuali regio anterior.


Kelainan sinus maksilaris, terutama utk menilai dinding anterior, posterior,

dan dasar sinus.


Melihat keadaan permukaan artikular kepala kondilus mandibula pada kasus
kelainan TMJ

2. Sefalometri
Sefalometri adalah radiografi yang distandarisasi dan reproducible, terutama
dipergunakan di bidang orthodonsi dan othognatic surgery, menggunakan sefalostat
dan craniostat utk fiksasi kepala standar.

3. CT SCAN ( Tomografi Terkomputerisasi scan)


Menggunakan algoritma komputer untuk merakit gambar radiografik multipel
ke dalam ganbar serial tubuh dengan maksud secara akurat memvisualisasi struktur
anatomi dan patologi. CT san sangat cocok untuk memerikssa hubungan antara tumor
dan jaringan sekitarnya dan untuk menilai struktur vital seperti tulang, lemak, dan
otot. Kekurangan CT scan yaitu harga mahal dan radiasianya besar.
4. MRI ( Magnetic Resonance Imaging)

MRI

memungkinkan

visualisasi

struktur

anatomi

dan

tumor. MRI

menggunakan magnet tenaga tinggi untuk pertama mengarahkan dan kemudian


melepaskan atom hidrogen sel yang penyimpangannya bisa dideteksi melalui scanner.
Gadolinium yang diinjeksi berguna untuk meningkatkan daerah yang vaskularisasinya
meningkat atau terinflamasi.
Dibandingkan dengan CT scan, MRI menawarkan resolusi jaringan lunak
lebih baik, distorsi material padat seperti restorasi gigi, yang lebih kecil dan tidak
menggunakan radiasi. MRI adalah modalitas pencitraan yang dipilih untuk pasien
dengan kanker oral karena resolusi gigi, yang lebih kecil dan tidak menggunakan
radiasi.
b. Pemeriksaan Intra oral
Pemeriksaan ragiografi intra oral adalah teknik pemotretan radiografis gigi geligi dan
jaringan disekitarnya, dengan film berada di dalam rongga mulut. Ada tiga metode
dasar teknik radiografi intra oral:
1. Periapikal
Adalah teknik radiografi intra oral yang mencakup gigi geligi dan jaringan
sekitarnya samapai dengan daerah periapikal.
Indikasi :
Mendeteksi adanya inflamsi atau kelainan di daerah periapikal.
Penilaian keadaan jaringan periodontal
Pemeriksaan paska trauma pada gigi geligi yang melibatkan tulang

alveolar di sekitar.
Penilaian kondisi dan posisi gigi yang tidak erupsi.
Mempelajari morfologi akar sebelum pencabutan, penilaian kondisi gigi

selama perawatan endodontik.


Evaluasi detil kista apikal dan lesi lainnya di dalam tulang alveolar.
2. Oklusal
Adalah teknik radiografi inyra oral dengan film diletakan pada bidang oklusal.
Indikasi :

Medeteksi adanya dan posisibatu kelenjar saliva di kelenjar submandibula.

Menilai keadaan gigi molar 3 bawah impaksi dalam dua arah buco lingual

Evaluasi adanya ekspansi didaerah rahang bawah akibat tumo, kista, atau
kelainan tulang lainnya dalam arah buo lingual.

Anda mungkin juga menyukai