Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta 2.
Tim mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tim sadar bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat tim
harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah iini memberikan informasi bagi pembaca dan juga seluruh
masyarakat, serta bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Kupang, September 2016

Tim Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Cabang fisika yang mempelajari cahaya yang meliputi bagaimana terjadinya cahaya,
bagaimana perambatannya, bagaimana pengukurannya dan bagaimana sifat-sifat cahaya yang
dikenal dengan nama Optika. Dari sini kita kemudian mengenal kata optik yang berkaitan
dengan kacamata sebagai alat bantu penglihatan. Optika terbagi menjadi dua, yaitu optika
geometri dan optika fisis.
Pada optika geometri dipelajari sifat-sifat cahaya dengan menggunakan alat-alat yang
ukurannya relatif lebih besar dibandingkan dengan panjang gelombang cahaya. Sedangkan
pada optika fisis dipelajari dengan menggunakan alat-alat yang ukurannya relatif atau lebih
kecil dibanding panjang gelombang cahaya sendiri.
Seperti telah diketahui bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang
bergerak dengan kecepatan 3 x

10

m/s dalam ruang hampa udara (tanpa membutuhkan

medium). Kita dapat melihat benda-benda di sekitar karena pantulan cahaya dari benda
tersebut.

1.2

Rumusan Makalah
1.
2.
3.
4.
5.

Apa itu Optika Fisis?


Apa itu polarisasi cahaya?
Apa itu difraksi cahaya?
Apa itu dispersi cahaya?
Apa itu interferensi cahaya?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk dapat mengetahui lebih dalam lagi tentang optika fisis.
2. Untuk dapat memahami tentang polarisasi, difraksi, dispersi dan interferensi cahaya.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.

PENGERTIAN OPTIKA FISIS


Optik merupakan cabang dari ilmu fisika dalam bahasa Inggris adalah Physics,, yaitu
ilmu yang mempelahari dalam ruang lingkup konsep cahaya. Optik sendiri terdiri dari
dua, yaitu optik fisis dan optik geometri.
Ilmu fisika yang mempelajari tentang pemantulan dan pembiasan cahaya disebut
optika geometris. Sedangkan Ilmu fisika yang mempelajari tentang difraksi,
interferensi, dan polarisasi cahaya disebut optika fisis. Optika fisis mempelajari
mengenai cahaya yang tidak bisa terdefinisi atau tidak terhingga oleh optik geometris
dengan pendekatan sinarnya. Dalam makalah ini, kita akan pelajari tentang optika fisis.

2.2.

CIRI-CIRI GELOMBANG CAHAYA

A. POLARISASI CAHAYA
Polarisasi cahaya atau polarisasi optik adalah salah satu sifat cahaya yang
bergerak secara osilasi dan menuju arah tertentu. Karena cahaya termasuk gelombang
elektromagnetik, maka cahaya ini mempunyai medan listrik, E dan juga merupakan
medan magnet, H yang keduanya saling beroscilasi dan saling tegak lurus satu sama
lain, serta tegak lurus terhadap arah rambatan (lihat gambar).

Sebagai gelombang transversal, cahaya dapat mengalami polarisasi. Polarisasi


cahaya dapat disebabkan oleh empat cara, yaitu refleksi (pemantulan), absorbsi
(penyerapan), pembiasan (refraksi) ganda dan hamburan.
1. Polarisasi karena refleksi
Pemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul dan sinar
biasnya membentuk sudut 90o. Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi akan sejajar
dengan bidang pantul. Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar bias, berlaku ip +
r = 90 atau r = 90 ip . Dengan demikian, berlaku pula

Jadi, diperoleh persamaan :

Dengan n2 adalah indeks bias medium tempat cahaya datang n1 adalah medium
tempat cahaya terbiaskan, sedangkan ip adalah sudut pantul yang merupakan sudut
terpolarisasi. Persamaan di atas merupakan bentuk matematis dari Hukum Brewster.

2. Polarisasi karena absorbsi selektif

Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan polaroid
bersifat meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya dengan
arah getar yang lain. Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya
sejajar dengan sumbu polarisasi polaroid.

Seberkas cahaya alami menuju ke polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara


vertikal yaitu hanya komponen medan listrik E yang sejajar sumbu transmisi.
Selanjutnya cahaya terpolarisasi menuju analisator. Di analisator, semua komponen E
yang tegak lurus sumbu transmisi analisator diserap, hanya komponen E yang sejajar
sumbu analisator diteruskan. Sehingga kuat medan listrik yang diteruskan analisator
menjadi:
E2 = E cos
Jika cahaya alami tidak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama
(polarisator) memiliki intensitas I0, maka cahaya terpolarisasi yang melewati
polarisator adalah:
I1 = I 0

Cahaya dengan intensitas I1 ini kemudian menuju analisator dan akan keluar
dengan intensitas menjadi:
I2 = I1 cos2 = I0 cos2

3. Polarisasi karena pembiasan ganda


Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar akan sama
ke segala arah. Hal ini karena kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki
satu nilai. Namun, pada bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit dan kuarsa,
kelajuan cahaya di dalamnya tidak seragam karena bahan-bahan itu memiliki dua nilai
indeks bias (birefringence).

Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami
pembiasan dalam dua arah yang berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum
Snellius (disebut berkas sinar biasa), sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi
hukum Snellius (disebut berkas sinar istimewa).

4. Polarisasi karena hamburan


Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan
menyerap dan memancarkan kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan
pemancaran kembali cahaya oleh partikel-partikel medium ini dikenal sebagai
fenomena hamburan.
Polarisasi cahaya atau polarisasi optik adalah salah satu sifat cahaya yang
bergerak secara oscillasi dan menuju arah tertentu. Karena cahaya termasuk
gelombang elektromagnetik, maka cahaya ini mempunyai medan listrik, E dan juga
merupakan medan magnet, H yang keduanya saling beroscilasi dan saling tegak lurus
satu sama lain, serta tegak lurus terhadap arah rambatan

Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya lebih pendek


cenderung mengalami hamburan dengan intensitas yang besar. Hamburan ini dapat
diamati pada warna biru yang ada di langit kita.

Sebelum sampai ke bumi, cahaya matahari telah melalui partikel-partikel udara


di atmosfer sehingga mengalami hamburan oleh partikel-partikel di atmosfer itu. Oleh
karena cahaya biru memiliki panjang gelombang lebih pendek daripada cahaya
merah, maka cahaya itulah yang lebih banyak dihamburkan dan warna itulah yang
sampai ke mata kita.

B. DIFRAKSI CAHAYA

Difraksi Cahaya adalah peristiwa

pelenturan

muka gelombang ketika melewati

celah

sempit. Pola difraksi gelombang cahaya dapat diamati dengan eksperimen


menggunakan difraksi celah tunggal dan kisi difraksi.

1. Difraksi celah tunggal


Setiap titik pada celah tunggal dapat dianggap sebagai sumber gelombang
sekunder. Selisih antara kedua berkas yang terpisah sejauh d adalah d sin .

Gambar Pola difraksi celah tunggal.


Analogi dengan pola interferensi celah ganda Young, pola terang difraksi celah
tunggal diperoleh jika:
d sin = n , dengan n = 0, 1, 2, 3,
dengan d adalah lebar celah.
Interferensi minimum (garis gelap) terjadi jika
d sin = (n ), dengan n = 1, 2, 3,

2. Difraksi pada kisi


Kisi difraksi terdiri atas banyak celah dengan lebar yang sama. Lebar tiap celah
pada kisi difraksi disebut konstanta kisi dan dilambangkan dengan d. Jika dalam
sebuah kisi sepanjang 1 cm terdapat N celah konstanta kisinya adalah:

Pola terang oleh kisi difraksi diperoleh jika:


d sin = n , dengan n =0, 1, 2, 3,
dengan d adalah konstanta kisi dan adalah sudut difraksi.
Interferensi minimum (garis gelap) terjadi jika
d sin = (n ), dengan n =1, 2, 3,

Dalam optika dikenal difraksi Fresnel dan difraksi Fraunhofer. Difraksi Fresnel
terjadi jika gelombang cahaya melalui celah dan terdifraksi pada daerah yang relatif
dekat, menyebabkan setiap pola difraksi yang teramati berbeda-beda bentuk dan
ukurannnya, relatif terhadap jarak. Difraksi Fresnel juga disebut difraksi medan dekat.

Difraksi Fraunhofer terjadi jika gelombang medan melalui celah atau kisi,
menyebabkan perubahan hanya pada ukuran pola yang teramati pada daerah yang
jauh. Gelombang-gelombang cahaya yang keluar dari celah atau kisi pada difraksi
Fraunhofer hampir sejajar. Difraksi fraunhofer juga disebut difraksi medan jauh.

Daya Urai Optik


Jika kita memiliki dua benda titik yang terpisah pada jarak tertentu, bayangan
kedua benda bukanlah dua titik tetapi dua pola difraksi. Jika jarak pisah kedua benda
titik terlalu dekat maka pola difraksi kedua benda saling menindih.

Kriteria Rayleigh yang ditemukan Lord Rayleigh menyatakan bahwa dua benda
titik yang dapat dibedakan oleh alat optik, jika pusat pola difraksi benda titik
pertama berimpit dengan pita gelap (minimum) ke satu pola difraksi benda kedua.
Ukuran sudut pemisah agar dua benda titik masih dapat dipisahkan secara tepat
berdasarkan Kriteria Rayleigh disebut sudut resolusi minimum (m)

D=diameter bukan alat optik


l = jarak celah ke layar
dm = jari-jari lingkaran terang
= sudut resolusi
Pola difraksi dapat diperoleh dengan menggunakan sudut yang menunjukkan
ukuran sudut dari setiap cincin yang dihasilkan dengan persamaan:

dengan merupakan panjang gelombang cahaya yang digunakan.


Untuk sudut-sudut kecil, maka diperoleh sin tan = dm/l dan sama dengan
sudutnya sehingga dapat ditulis:

C. DISPERSI CAHAYA
Gejala dispersi cahaya adalah gejala peruraian cahaya putih
(polikromatik) menjadi cahaya berwarna-warni (monokromatik). Cahaya
polikromatik adalah cahaya yang mempunyai bermacam-macam panjang
gelombang. Jika cahaya ini didatangkan pada sisi prisma, maka akibat adanya
perbedaan indeks bias dari masing-masing panjang gelombang, maka cahaya
yang keluar mengalami peristiwa penguraian atau lebih dikenal sebagai
peristiwa dispersi. Spektrum dispersinya yaitu:

Gambar Spektrum Dispersi.


Cahaya putih merupakan cahaya polikromatik, artinya cahaya yang
terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Jika cahaya putih diarahkan
ke prisma, maka cahaya putih akan terurai menjadi cahaya merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Cahaya-cahaya ini memiliki panjang
gelombang yang berbeda.
Cahaya putih merupakan campuran dari semua panjang gelombang
cahaya tampak. Ketika cahaya ini jatuh pada sisi prisma, panjang gelombang
yang berbeda ini dibelokkan dengan derajat yangberbeda pula, sesuai dengan
hukum Snellius. karena indeks bias yang lebih besar untuk panjang gelombang
yang lebih pendek, maka cahaya ungu akan dibelokkan paling jauh dan merah
akan dibelokkan paling dekat. Setiap panjang gelombang memiliki indeks bias
yang berbeda. Semakin kecil panjang gelombangnya semakin besar indeks
biasnya. Disperi pada prisma terjadi karena adanya perbedaan indeks bias kaca
setiap warna cahaya.

Dispersi cahaya pada prisma


Seberkas cahaya polikromatik diarahkan ke prisma. Cahaya tersebut
kemudian terurai menjadi cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan
ungu. Tiap-tiap cahaya mempunyai sudut deviasi yang berbeda. Selisih antara
sudut deviasi untuk cahaya ungu dan merah disebut sudut dispersi. Besar sudut
dispersi dapat dituliskan sebagai berikut:
= u - m = (nu nm) .......
Keterangan:
= sudut dispersi
nu = indeks bias sinar ungu
nm = indeks bias sinar merah
u = deviasi sinar ungum=deviasi sinar merah
Penerapan Dispersi:
Contoh peristiwa dispersi pada kehidupan sehari-hari adalah pelangi.
Pelangi hanya dapat kita lihat apbila kita membelakangi matahari dan hujan
terjadi di depan kita. Jika seberkas cahaya matahari mengenai titik-titik air
yang besar, maka sinar itu dibiaskan oleh bagian depan permukaan air. Pada
saat sinar memasuki titik air, sebagian sinar akan dipantulkan oleh bagian
belakang permukaan air, kemudian mengenai permukaan depan, dan akhirnya
dibiaskan oleh permukaan depan. Karena dibiaskan, maka sinar ini pun
diuraikan menjadi pektrum matahari.Peristiwa inilah yang kita lihat di langit
dan disebut pelangi. Bagan terjadinya proses pelangi:

Proses terjadinya pelangi

D. INTERFERENSI CAHAYA
Interferensi cahaya terjadi jika dua (atau lebih) berkas cahaya kohern
dipadukan. Di bagian ini kita akan mempelajari interferensi antar dua gelombang
cahaya kohern.

Dua berkas cahaya disebut kohern jika kedua cahaya itu memeiliki beda fase
tetap. Interferensi destruktif (saling melemahkan) terjadi jika kedua gelombang
cahaya berbeda fase 180o. Sedangkan interferensi konstruktif (saling menguatkan)
terjadi jika kedua gelombang cahaya sefase atau beda fasenya nol. Interferensi
destruktif maupun interferensi konstruktif dapat diamati pada pola interferensi yang
terjadi.
Pola interferensi dua cahaya diselidiki oleh Fresnel dan Young. Fresnel
melakukan percobaan interferensi dengan menggunakan rangkaian dua cermin datar
untuk menghasilkan dua sumber cahaya kohern dan sebuah sumber cahaya di depan

cermin. Young menggunakan celah ganda untuk menghasilkan dua sumber cahaya
koheren.

1. Percobaan Fresnel

Pada gambar diatas, sumber cahaya monokromatis S0 ditempatkan di depan dua


cermin datar yang dirangkai membentuk sudut tertentu. Bayangan sumber cahaya S0
oleh kedua cermin, yaitu S1dan S2 berlaku sebagai pasangan cahaya kohern yang
berinterferensi. Pola interferensi cahaya S1dan S2ditangkap oleh layar.
Jika terjadi interferensi konstruktif, pada layar akan terlihat pola terang. Jika
terjadi interferensi destruktif, pada kayar akan terlihat pola gelap.

2. Interferensi

celah ganda Young

Pada eksperimen Young, dua sumber cahaya kohern diperoleh dari cahaya
monokromatis yang dilewatkan dua celah. Kedua berkas cahaya kohern itu akan
bergabung membentuk pola-pola interferensi.

Inteferensi maksimum (konstruktif) yang ditandai pola terang akan terjadi jika
kedua berkas gelombang fasenya sama. Ingat kembali bentuk sinusoidal fungsi

gelombang berjalan pada grafik simpangan (y) versus jarak tempuh (x). Dua
gelombang sama fasenya jika selisih jarak kedua gelombang adalah nol atau kelipatan
bulat dari panjang gelombangnya.

Berdasarkan gambar di atas, selisih lintasan antara berkas S1dan d sin , dengan
d adalah jarak antara dua celah.
Jadi interferensi maksimum (garis terang) terjadi jika
d sin = n , dengan n =0, 1, 2, 3,

Pada perhitungan garis terang menggunakan rumus di atas, nilai n = 0 untuk terang
pusat, n = 1 untuk terang garis terang pertama, n = 2 untuk garis terang kedua, dan
seterusnya.

Interferensi minimum (garis gelap) terjadi jika selisih lintasan kedua sinar
merupakan kelipatan ganjil dari setengah panjang gelombang. Diperoleh,
d sin = (n ), dengan n =1, 2, 3,

Pada perhitungan garis gelap menggunakan rumus di atas, n = 1 untuk terang garis
gelap pertama, n = 2 untuk garis gelap kedua, dan seterusnya. Tidak ada nilai n = 0
untuk perhitungan garis gelap menggunakan rumus di atas.

3. Interferensi pada lapisan tipis


Interferensi dapat terjadi pada lapisan tipis seperti lapisan sabun dan lapisan
minyak. Jika seberkas cahaya mengenai lapisan tipis sabun atau minyak, sebagian
berkas cahaya dipantulkan dan sebagian lagi dibiaskan kemudian dipantulkan lagi.

Gabungan berkas pantulan langsung dan berkas pantulan setelah dibiaskan ini
membentul pola interferensi.

Seberkas cahaya jatuh ke permukaan tipis dengan sudut datang i. Sebagian


berkas langsung dipantulkan oleh permukaan lapisan tipis (sinar a), sedangkan
sebagian lagi dibiaskan dulu ke dalam lapisan tipis dengan sudut bias r dan
selanjutnya dipantulkan kembali ke udara (sinar b).
Sinar pantul yang terjadi akibat seberkas cahaya mengenai medium yang indeks
biasnya lebih tinggi akan mengalami pembalikan fase (fasenya berubah 180 o),
sedangkan sinar pantul dari medium yang indeks biasnya lebih kecil tidak mengalami
perubahan fase. Jadi, sinar a mengalami perubahan fase 180o, sedangkan sinar b tidak
mengalami perubahan fase. Selisih lintasan antara a dan b adalah 2d cos r.
Oleh karena sinar b mengalami pembalikan fase, interferensi konstruktif akan
terjadi jika selisih lintasan kedua sinar sama dengan kelipatan bulat dari setengah
panjang gelombang (). Panjang gelombang yang dimaksud di sini adalah panjang
gelombang cahay pada lapisan tipis, bukan panjang gelombang cahaya pada lapisan
tipis dapat ditentukan dengan rumus:
= 0/n.
Jadi, interferensi konstruktif (pola terang) akan terjadi jika
2d cos r = (m ) ; m = 1, 2, 3,
dengan m = orde interferensi.
Interferensi destruktif (pola gelap) terjadi jika
2d cos r = m ; m = 0, 1, 2, 3,

4.

Cincin Newton
Fenomena cincin Newton merupakan pola interferensi yang disebabkan oleh
pemantulan cahaya di antara dua permukaan, yaitu permukaan lengkung (lensa

cembung) dan permukaan datar yang berdekatan. Ketika diamati menggunakan sinar
monokromatis akan terlihat rangkaian pola konsentris (sepusat) berselang-seling
antara pola terang dan pola gelap.
Jika diamati dengan cahaya putih (polikromatis), terbentuk pola cincin dengan
warna-warni pelangi karena cahaya dengan berbagai panjang gelombang
berinterferensi pada ketebalan lapisan yang berbeda. Cincin terang terjadi akibat
interferensi destruktif.

Cincin di bagian luar lebih rapat dibandingkan di bagian dalam. Dengan R adalah
jari-jari kelengkungan lensa, dan panjang gelombang cahaya dalam kaca adalah ,
radius cincin terang ke-n, yaitu rn dapat dihitung dengan rumus

Dengan m = 1, 2, 3, adalah nomor urut cincin terang.


Sedangkan radius cincin gelap ke-n, yaitu rn dapat dihitung dengan rumus

Dengan m = 1, 2, 3, adalah nomor urut cincin gelap.

Perlu diingat bahwa panjang gelombang pada persamaan di atas adalah panjang
gelombang cahaya dalam kaca (lensa) yang dapat dinyatakan dengan:

0
r ,

di mana 0 adalah panjang gelombang cahaya di udara dan n adalah indeks bias kaca
(lensa).

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Polarisasi cahaya atau polarisasi optik adalah salah satu sifat cahaya yang bergerak secara

osilasi dan menuju arah tertentu.


Difraksi Cahaya adalah peristiwa pelenturan muka gelombang ketika melewati celah
sempit. Pola difraksi gelombang cahaya dapat diamati dengan eksperimen menggunakan

difraksi celah tunggal dan kisi difraksi.


Dalam optika dikenal difraksi Fresnel dan difraksi Fraunhofer. Difraksi Fresnel terjadi jika
gelombang cahaya melalui celah dan terdifraksi pada daerah yang relatif dekat,
menyebabkan setiap pola difraksi yang teramati berbeda-beda bentuk dan ukurannnya,

relatif terhadap jarak.


Difraksi Fraunhofer terjadi jika gelombang medan melalui celah atau kisi, menyebabkan
perubahan hanya pada ukuran pola yang teramati pada daerah yang jauh.

Gejala dispersi cahaya adalah gejala peruraian cahaya putih (polikromatik) menjadi
cahaya berwarna-warni (monokromatik).

Interferensi cahaya terjadi jika dua (atau lebih) berkas cahaya kohern dipadukan. Di bagian

ini kita akan mempelajari interferensi antar dua gelombang cahaya kohern.
Dua berkas cahaya disebut kohern jika kedua cahaya itu memeiliki beda fase tetap.
Interferensi destruktif (saling melemahkan) terjadi jika kedua gelombang cahaya berbeda
fase 180o. Sedangkan interferensi konstruktif (saling menguatkan) terjadi jika kedua

gelombang cahaya sefase atau beda fasenya nol.


Fenomena cincin Newton merupakan pola interferensi yang disebabkan oleh pemantulan
cahaya di antara dua permukaan, yaitu permukaan lengkung (lensa cembung) dan
permukaan datar yang berdekatan.

DAFTAR PUSTAKA
http://optika-fisis/Fisika-Optik.html
http://optika-fisis/Dispersi-Cahaya~All-About-Optics.html
http://optika-fisis/dispersi _ jalanan.html
http://optika-fisis/MATERI-8 -DISPERSI_Belajar-Optik-Bersama.html
http://optika-fisis/A.-Polarisasi-Cahaya_Fisika-Memang-Asyik.html
http://optik-fisis/Difraksi-Cahaya_Fisika-Optik.html
http://optika-fisis/DIFRAKSI-CAHAYA_Syrjart-Keepinding.html
http://optika-fisis/Difraksi-Cahaya_OPTIK-kita.html
http://optika-fisis/Optika-fisis-Wikipedia-bahasa-Indonesia,ensiklopedia-bebas.html
http://optika-fisis/Polarisasi-Cahaya_Fisika-Optik.html

Anda mungkin juga menyukai