Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta 2.
Tim mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tim sadar bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat tim
harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah iini memberikan informasi bagi pembaca dan juga seluruh
masyarakat, serta bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Cabang fisika yang mempelajari cahaya yang meliputi bagaimana terjadinya cahaya,
bagaimana perambatannya, bagaimana pengukurannya dan bagaimana sifat-sifat cahaya yang
dikenal dengan nama Optika. Dari sini kita kemudian mengenal kata optik yang berkaitan
dengan kacamata sebagai alat bantu penglihatan. Optika terbagi menjadi dua, yaitu optika
geometri dan optika fisis.
Pada optika geometri dipelajari sifat-sifat cahaya dengan menggunakan alat-alat yang
ukurannya relatif lebih besar dibandingkan dengan panjang gelombang cahaya. Sedangkan
pada optika fisis dipelajari dengan menggunakan alat-alat yang ukurannya relatif atau lebih
kecil dibanding panjang gelombang cahaya sendiri.
Seperti telah diketahui bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang
bergerak dengan kecepatan 3 x
10
medium). Kita dapat melihat benda-benda di sekitar karena pantulan cahaya dari benda
tersebut.
1.2
Rumusan Makalah
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
2.2.
A. POLARISASI CAHAYA
Polarisasi cahaya atau polarisasi optik adalah salah satu sifat cahaya yang
bergerak secara osilasi dan menuju arah tertentu. Karena cahaya termasuk gelombang
elektromagnetik, maka cahaya ini mempunyai medan listrik, E dan juga merupakan
medan magnet, H yang keduanya saling beroscilasi dan saling tegak lurus satu sama
lain, serta tegak lurus terhadap arah rambatan (lihat gambar).
Dengan n2 adalah indeks bias medium tempat cahaya datang n1 adalah medium
tempat cahaya terbiaskan, sedangkan ip adalah sudut pantul yang merupakan sudut
terpolarisasi. Persamaan di atas merupakan bentuk matematis dari Hukum Brewster.
Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan polaroid
bersifat meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya dengan
arah getar yang lain. Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya
sejajar dengan sumbu polarisasi polaroid.
Cahaya dengan intensitas I1 ini kemudian menuju analisator dan akan keluar
dengan intensitas menjadi:
I2 = I1 cos2 = I0 cos2
Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami
pembiasan dalam dua arah yang berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum
Snellius (disebut berkas sinar biasa), sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi
hukum Snellius (disebut berkas sinar istimewa).
B. DIFRAKSI CAHAYA
pelenturan
celah
Dalam optika dikenal difraksi Fresnel dan difraksi Fraunhofer. Difraksi Fresnel
terjadi jika gelombang cahaya melalui celah dan terdifraksi pada daerah yang relatif
dekat, menyebabkan setiap pola difraksi yang teramati berbeda-beda bentuk dan
ukurannnya, relatif terhadap jarak. Difraksi Fresnel juga disebut difraksi medan dekat.
Difraksi Fraunhofer terjadi jika gelombang medan melalui celah atau kisi,
menyebabkan perubahan hanya pada ukuran pola yang teramati pada daerah yang
jauh. Gelombang-gelombang cahaya yang keluar dari celah atau kisi pada difraksi
Fraunhofer hampir sejajar. Difraksi fraunhofer juga disebut difraksi medan jauh.
Kriteria Rayleigh yang ditemukan Lord Rayleigh menyatakan bahwa dua benda
titik yang dapat dibedakan oleh alat optik, jika pusat pola difraksi benda titik
pertama berimpit dengan pita gelap (minimum) ke satu pola difraksi benda kedua.
Ukuran sudut pemisah agar dua benda titik masih dapat dipisahkan secara tepat
berdasarkan Kriteria Rayleigh disebut sudut resolusi minimum (m)
C. DISPERSI CAHAYA
Gejala dispersi cahaya adalah gejala peruraian cahaya putih
(polikromatik) menjadi cahaya berwarna-warni (monokromatik). Cahaya
polikromatik adalah cahaya yang mempunyai bermacam-macam panjang
gelombang. Jika cahaya ini didatangkan pada sisi prisma, maka akibat adanya
perbedaan indeks bias dari masing-masing panjang gelombang, maka cahaya
yang keluar mengalami peristiwa penguraian atau lebih dikenal sebagai
peristiwa dispersi. Spektrum dispersinya yaitu:
D. INTERFERENSI CAHAYA
Interferensi cahaya terjadi jika dua (atau lebih) berkas cahaya kohern
dipadukan. Di bagian ini kita akan mempelajari interferensi antar dua gelombang
cahaya kohern.
Dua berkas cahaya disebut kohern jika kedua cahaya itu memeiliki beda fase
tetap. Interferensi destruktif (saling melemahkan) terjadi jika kedua gelombang
cahaya berbeda fase 180o. Sedangkan interferensi konstruktif (saling menguatkan)
terjadi jika kedua gelombang cahaya sefase atau beda fasenya nol. Interferensi
destruktif maupun interferensi konstruktif dapat diamati pada pola interferensi yang
terjadi.
Pola interferensi dua cahaya diselidiki oleh Fresnel dan Young. Fresnel
melakukan percobaan interferensi dengan menggunakan rangkaian dua cermin datar
untuk menghasilkan dua sumber cahaya kohern dan sebuah sumber cahaya di depan
cermin. Young menggunakan celah ganda untuk menghasilkan dua sumber cahaya
koheren.
1. Percobaan Fresnel
2. Interferensi
Pada eksperimen Young, dua sumber cahaya kohern diperoleh dari cahaya
monokromatis yang dilewatkan dua celah. Kedua berkas cahaya kohern itu akan
bergabung membentuk pola-pola interferensi.
Inteferensi maksimum (konstruktif) yang ditandai pola terang akan terjadi jika
kedua berkas gelombang fasenya sama. Ingat kembali bentuk sinusoidal fungsi
gelombang berjalan pada grafik simpangan (y) versus jarak tempuh (x). Dua
gelombang sama fasenya jika selisih jarak kedua gelombang adalah nol atau kelipatan
bulat dari panjang gelombangnya.
Berdasarkan gambar di atas, selisih lintasan antara berkas S1dan d sin , dengan
d adalah jarak antara dua celah.
Jadi interferensi maksimum (garis terang) terjadi jika
d sin = n , dengan n =0, 1, 2, 3,
Pada perhitungan garis terang menggunakan rumus di atas, nilai n = 0 untuk terang
pusat, n = 1 untuk terang garis terang pertama, n = 2 untuk garis terang kedua, dan
seterusnya.
Interferensi minimum (garis gelap) terjadi jika selisih lintasan kedua sinar
merupakan kelipatan ganjil dari setengah panjang gelombang. Diperoleh,
d sin = (n ), dengan n =1, 2, 3,
Pada perhitungan garis gelap menggunakan rumus di atas, n = 1 untuk terang garis
gelap pertama, n = 2 untuk garis gelap kedua, dan seterusnya. Tidak ada nilai n = 0
untuk perhitungan garis gelap menggunakan rumus di atas.
Gabungan berkas pantulan langsung dan berkas pantulan setelah dibiaskan ini
membentul pola interferensi.
4.
Cincin Newton
Fenomena cincin Newton merupakan pola interferensi yang disebabkan oleh
pemantulan cahaya di antara dua permukaan, yaitu permukaan lengkung (lensa
cembung) dan permukaan datar yang berdekatan. Ketika diamati menggunakan sinar
monokromatis akan terlihat rangkaian pola konsentris (sepusat) berselang-seling
antara pola terang dan pola gelap.
Jika diamati dengan cahaya putih (polikromatis), terbentuk pola cincin dengan
warna-warni pelangi karena cahaya dengan berbagai panjang gelombang
berinterferensi pada ketebalan lapisan yang berbeda. Cincin terang terjadi akibat
interferensi destruktif.
Cincin di bagian luar lebih rapat dibandingkan di bagian dalam. Dengan R adalah
jari-jari kelengkungan lensa, dan panjang gelombang cahaya dalam kaca adalah ,
radius cincin terang ke-n, yaitu rn dapat dihitung dengan rumus
Perlu diingat bahwa panjang gelombang pada persamaan di atas adalah panjang
gelombang cahaya dalam kaca (lensa) yang dapat dinyatakan dengan:
0
r ,
di mana 0 adalah panjang gelombang cahaya di udara dan n adalah indeks bias kaca
(lensa).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Polarisasi cahaya atau polarisasi optik adalah salah satu sifat cahaya yang bergerak secara
Gejala dispersi cahaya adalah gejala peruraian cahaya putih (polikromatik) menjadi
cahaya berwarna-warni (monokromatik).
Interferensi cahaya terjadi jika dua (atau lebih) berkas cahaya kohern dipadukan. Di bagian
ini kita akan mempelajari interferensi antar dua gelombang cahaya kohern.
Dua berkas cahaya disebut kohern jika kedua cahaya itu memeiliki beda fase tetap.
Interferensi destruktif (saling melemahkan) terjadi jika kedua gelombang cahaya berbeda
fase 180o. Sedangkan interferensi konstruktif (saling menguatkan) terjadi jika kedua
DAFTAR PUSTAKA
http://optika-fisis/Fisika-Optik.html
http://optika-fisis/Dispersi-Cahaya~All-About-Optics.html
http://optika-fisis/dispersi _ jalanan.html
http://optika-fisis/MATERI-8 -DISPERSI_Belajar-Optik-Bersama.html
http://optika-fisis/A.-Polarisasi-Cahaya_Fisika-Memang-Asyik.html
http://optik-fisis/Difraksi-Cahaya_Fisika-Optik.html
http://optika-fisis/DIFRAKSI-CAHAYA_Syrjart-Keepinding.html
http://optika-fisis/Difraksi-Cahaya_OPTIK-kita.html
http://optika-fisis/Optika-fisis-Wikipedia-bahasa-Indonesia,ensiklopedia-bebas.html
http://optika-fisis/Polarisasi-Cahaya_Fisika-Optik.html