Case - Tuberculosis Osteomyelitis
Case - Tuberculosis Osteomyelitis
OSTEOMYELITIS TUBERKULOSIS
Dosen Pembimbing: dr. Antonius Kurniawan, Sp. B, FINACS, FICS
Disusun oleh:
Efsan Adhiputra (2014 061 185)
Cindy Amadea (2015 061 197)
Deo Nixon (2015 061 198)
Identitas
II.
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Pekerjaan
Alamat
: Nn. IW
: Perempuan
: 16 tahun
: Pelajar
: Cimuncang
Keluhan Utama
Benjolan multiple pada punggung tangan kiri sejak 1 bulan SMRS, pada pergelangan
kaki kiri sejak 2-3 minggu SMRS dan pada lutut kanan sejak 1 minggu SMRS.
Keluhan Tambahan
-
Riwayat Keluarga
Ayah pasien meninggal dunia 1 tahun yang lalu karena komplikasi TB paru.
Riwayat alergi, diabetes, dan hipertensi disangkal
Riwayat Sosial
Riwayat merokok dan konsumsi alkohol disangkal oleh pasien
Pasien sedang tidak mengonsumsi obat-obatan apapun
Pasien mengaku berolahraga rutin
Riwayat Imunisasi
Pasien mengaku belum pernah di imunisasi
III.
Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
2. Kesadaran
i. GCS
3. Berat Badan / Tinggi Badan
i. BMI
4. Tanda-tanda Vital
i. Tekanan Darah
ii. Nadi
iii. Laju pernapasan
iv. Suhu
: 15.5 (underweight)
: 120/70 mmHg
: 98x/menit
: 20x/menit
: 36.8oC
5. Kepala
: normocephali, deformitas (-)
6. Mata
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
cekung (-/-)
7. Hidung
: deformitas (-), sekret (-), mukosa hiperemis (-)
8. Telinga
: deformitas (-), sekret (-)
9. Mulut
: mukosa oral basah
10. Leher
: KGB tidak teraba
11. Paru-paru
i. Inspeksi
: simetris
ii. Palpasi
: fremitus taktil kiri lebih rendah dibandingkan
kanan
iii. Perkusi
: pekak lapang paru kiri bawah.
iv. Auskultasi
: vesikuler (+/ pada lapang paru kiri bawah),
rhonki (-/-), wheezing (-/-)
12. Jantung
i. Inspeksi
: iktus cordis tidak terlihat
ii. Palpasi
: iktus cordis teraba pada ICS V
iii. Perkusi
: batas jantung dalam batas normal
iv. Auskultasi
: S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
13. Abdomen
i. Inspeksi
: datar
ii. Palpasi
: nyeri tekan (-), massa (-)
iii. Perkusi
: timpani
iv. Auskultasi
: bising usus 9x/menit
14. Punggung
15. Ekstremitas
Ekstremitas atas
:
i. ulkus pada dorsal manus sinistra dengan ukuran diameter
2.5 cm,
dengan dasar tulang, nyeri (+), edema (+), tidak teraba hangat.
Ekstremitas bawah :
i. Massa pada genu dextra dengan ukuran diameter 8 cm, nyeri (+), edema
(+), eritema (-), fluktuasi (+), immobile terhadap kulit.
ii. Ulkus pada ankle sinistra dengan ukuran diameter terbesar 2 cm dan 1,5
cm, dasar tendon, edema (-), nyeri (+), eritema (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Complete Blood Count (20/9/2016)
o Hemoglobin
: 9.7
o Hematokrit
: 30
o Eritrosit
: 4.16
o Leukosit
: 8,100
o Trombosit
: 564,000
Bleeding Time
: 2 menit
Prothrombin Time
: 4 menit
HBsAg
: Albumin
: 3.79
SGOT
: 36
SGPT
: 23
Glukosa Darah Sewaktu
: 115
2. Radiologi (19/9/2016)
Thoraks
Suspek proses
spesifik paru
dengan DD/
Genu dextra suspek lesi litik destruktif pada patella dextra sisi inferior
dengan DD/ kalsifikasi soft tissue
DIAGNOSA BANDING
1. Abscess multiple
2. Bone cyst
3. Acute Suppurative Arthritis
DIAGNOSIS
Osteomyelitis ec suspek TB
RENCANA TERAPI
-
Test Mantoux
Kultur darah dan sekret
Debridement
TERAPI
Dalam perawatan di rumah sakit pasien diberikan pengobatan sebagai berikut :
Cefriaxone 2 x 1 gram IV
Metronidazole 3 x 500 mg IV
Ketorolac 3 x 30 mg IV
PROGNOSIS
-
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Definisi
Osteomyelitis adalah inflamasi tulang disebabkan oleh infeksi, biasa karena
organisme pyogenik, walaupun agen infeksi lain dapat berperan. Inflamasi dapat bersifat
lokal atau menyebar sepanjang tulang ke medulla, korteks, dan periosteum. Pada
osteomyelitis TB pathogen penyebab infeksi tersebut adalah bakteri infeksi
Mycobacterium tuberculosis. Osteomyelitis dapat dibagi menjadi 3 yaitu,
a. Infeksi pyogenik akut
b. Infeksi pyogenik kronis
c. Infeksi non-pyogenik
II.
Epidemiologi
Insidensi osteomyelitis mencapai 21,8 per 100.000 orang per tahun. Pada anak
dengan infeksi Mycobacterium tuberculosis yang tidak diobati dapat melibatkan tulang
dan sendi dengan angka kejadian sekitar 1-5%. Umumnya bakteri tuberculosis menyebar
ke struktur skeletal melalui jalur limfahematogen dari infeksi primer. Penyakit tersebut
menjadi simtomatik menjelang 1 hingga 3 tahun setelah infeksi primer. Masing-masing
tulang yang terinfeksi memiliki masa inkubasi tersendiri (contoh: 1 bulan pada dacytilitis
sedangkan pada tulang panggul selama 30 bulan). Semakin muda umur anak semakin
parah infeksi yang dialami akibat aliran darah yang besar pada tulang yang sedang
berkembang.
III.
Etiologi
Osteomyelitis hematogen akut biasa diderita oleh anak-anak. Organisme penyebabnya
sebagian besar adalah bakteri S.aureus (>70%), S.pyogenes, dan Group B streptococcus.
Pada anak-anak, biasa organisme masuk melalui luka abrasi, luka tusuk, kavitas gigi, atau
tali pusat yang terinfeksi pada neonatus. Sedangkan pada Osteomyelitis kronis banyak
terjadi sebagai akibat dari osteomyelitis akut, fraktur terbuka, atau pasca operasi. Patogen
yang biasa didapatkan adalah S.aureus, E.coli, S. pyogenes, P.mirabilis, dan
P.aeruginosa.
Infeksi tuberculosis dapat terjadi baik intra-paru atau ekstra-paru (meningeal, milier,
sendi, tulang, saluran pencernaan,kelenjar dan pleura).
IV.
Patofisiologi
Umumnya patofisiologi osteomyelitis dibagi menjadi tiga menurut klasifikasinya,
yaitu:
a. Infeksi pyogenik akut Perubahan metafisis tulang (reaksi inflamasi akut
dengan kongesti vaskuler, eksudasi, dan infitrasi leukosit polimorfonuklear),
tekanan intraosseus meningkat dan mengakibatkan obstruksi pembuluh darah
Pembentukan pus dalam tulang, menyebar melalui kanal Volkmann ke korteks
dan membentuk abses periosteum. Peningkatan tekanan intraosseus, stasis
vaskuler, dan pelepasan periosteum dari tulang mengakibatkan nekrosis tulang
V.
Manifestasi Klinis
a. Pada anak:
i. Nyeri hebat
ii. Demam dan malaise
iii. Laju nadi >100x per menit
iv. Pseudoparalisis
v. Tanda inflamasi pada kulit
vi. Limfadenopati
vii. Kadang terdapat sinus pada kulit yang mengeluarkan cairan seropurulen
b. Pada dewasa
i. Demam
ii. Nyeri tekan pada bagian yang terinfeksi
iii. Kadang terdapat sinus pada kulit yang mengeluarkan cairan seropurulen
Pada spondylitis TB manifestasi dapat berupa night cries, low-grade fever, dan
gait. Sedangkan manifestasi neurologis merupakan komplikasi apabila terdapat
keterlibatan vertebrae cervical dan lumbar yang dapat berakibat paraplegia hingga
quadriplegia. Tuberkulosis lutut dapat dibagi menjadi beberapa jenis klinis224: efusi sendi
tanpa erosi tulang dan pengurangan range of motion minimal; penebalan dan fibrosis dari
membran sinovial tanpa erosi tulang tetapi dan pengurangan range of motion yang jelas;
Kelainan pada sinovial dan tulang tapi ruang sendi utuh; dan penyakit sinovial dan
menghilangnya range of motion. Beberapa derajat nyeri, kekakuan, dan pincang,
biasanya intermiten dalam kasus-kasus ringan.
Tuberkulosis lutut dapat dibagi menjadi beberapa jenis klinis224: efusi sendi tanpa
erosi tulang dan pengurangan range of motion minimal; penebalan dan fibrosis dari
membran sinovial tanpa erosi tulang tetapi dan pengurangan range of motion yang jelas;
Kelainan pada sinovial dan tulang tapi ruang sendi utuh; dan penyakit sinovial dan
menghilangnya range of motion.629 Beberapa derajat nyeri, kekakuan, dan pincang,
biasanya intermiten dalam kasus-kasus ringan.
VI.
Diagnosis
a. Evaluasi gejala klinis
b. Anamnesis riwayat keluarga, penyakit, trauma, dan pengobatan (terutama riwayat
persalinan, pemasangan kateter dan infus, dan riwayat operasi)
c. Pemeriksaan fisik:
i. Inspeksi: Pasien terlihat kesakitan, pasien enggan menggerakan bagian
terinfeksi, tanda inflamasi pada bagian terinfeksi, kadang terdapat sinus di
kulit
ii. Palpasi: Tanda inflamasi pada bagian terinfeksi, terdapat nyeri tekan
d. Pemeriksaan laboratorium
i. Umumnya didapatkan peningkatan CRP dan laju endap darah, leukositosis
e. Pemeriksaan penunjang
i. Foto Xray:
1. Infeksi pyogenik akut: ditemukan gambaran garis halus di luar
korteks tulang yaitu pembentukkan tulang periosteum baru yang
merupakan
tanda
awal
osteomyelitis
pyogenik.
Penebalan
ganas tulang; granuloma eosinofilik, khususnya pada tengkorak atau lesi panggul;
osteochondrosis, selulitis, arthritis supuratif akut, Gauchers Disease
VII.
Tatalaksana
a. Infeksi pyogenik akut:
i. Suportif (analgetik dan cairan)
ii. Pembidaian (imobilisasi)
iii. Pemberian antibiotic
iv. Drainase.
b. Infeksi pyogenik kronis:
i. Kultur bakteri
ii. Pemberian antibiotik sensitif
iii. Drainase