Anda di halaman 1dari 3

Siyono dan Kekerasan Berlebihan

Peristiwa ini berawal pada hari Selasa, 8 Maret 2016 pada saat itu Densus 88
melakukan penangkapan kepada terduga teroris Siyono di dekat kediamannya. Dua hari
berikutnya Densus 88 melakukan penggeledahan di rumah Siyono tepatnya di Desa
Pogung, Klaten Jawa Tengah. Namun kabar duka terdengar keesokan harinya bahwa
Siyono telah mennggal dunia.
Menurut versi dari pihak Kepolisian kronologi kejadian adalah saat Siyono ada di
dalam mobil ditemani petugas. Pada saat itu Siyono meminta petugas untuk melepaskan
ikatan borgol di tangannya karena Siyono berjanji kooperatif maka petugaspun melepaskan
ikatan borgolnya. Setelah borgol dilepaskan Siyono bertindak sebaliknya, ia menyerang
petugas dan baku hantampun tak terelakkan. Dan pada akhirnya Siyonopun meninggal
dunia.
Memang kala ditelusuri lebih dalam akan ada kejanggalan dalam kejadian ini.
Contohnya adalah kematian Siyono yang terjadi di dalam mobil. Selanutnya jenazah
mantan Panglima Neo Jamaah Islamiyah ditemukan luka yang mirip dengan bekas
penganiayaan. Kebiasaan otopsi yang biasanya dilakukan oleh pihak Kepolisian juga tidak
dilakukan , alasannya adalah keluarga yang tak membolehkan tindakan otopsi.
Dengan adanya peristiwa ini dapat diketahui jika pihak berwajib telah melakukan
tindakan yang melanggar HAM dengan menghilangkan nyawa seseorang yang masih
terduga teroris. Hal ini adalah suatu perbuatan yang melanggar hukum pastinya. Dalam
Jawa Pos Siyono dan Kekerasa Berlebihan disebutkan jika tren tindak kekerasan yang
berlebihan oleh aparat penegak hukum menunjukkan peningkatan, dan datanya adalah
sebagai berikut
Tahun
Jumlah Kasus
2011
112
2012
448
2013
709
Jadi dapat disimpulkan semakin tahun aparat semakin bertindak sewenang-wenang
kepada tersangka pelanggar hukum. Dalam hal ini saya setuju dengan Jawa Pos Siyono

dan Kekerasan Berlebihan . Tindakan ini menunjukkan tidak adanya perbaikan aparat
penegak hukum dalam melakukan tugasnya. Dalam situasi inipu dipertanyakan bagaimana
kapabilitas penegak hukum. Apakah semua aparat penegak hukum mempunyai kapabilitas
yang memenuhi standar dalam melakukan tugasnya. Jika masih banyak yang belum
memenuhi standar pastinya akan ada Siyono Siyono selanjutnya.
Memang dalam melakukan tugasnya Densus 88 tak bisa dilepaskan daengan
kekerasan. Namun dalam hal ini saya sangat mendukung adanya standar yang jelas dan
tegas dalam penggunaan kekerasan dalam menangani tindak terorisme. Karena pada
kenyataannya teroris memang mengancam kita tetapi tindakan kekerasan yang belebihan
harus kita hindari karena ini akan menjadi citra buruk bagi Densus 88.
Dalam tajuk opini di atas juga disebutkan harus adanya regulasi yang mengatur hal
ini. Regulasi inipun saya juga sangat setuju namun dengan tambahan regulasi ini harus
dilaksanakan dengan benar oleh pihak kepolisian. Jangan hanya regulasi ini hanya sebagai
angin belaka yang tak dipatuhi oleh pihak berwenang. Karena jika regulasi tak
dilaksanakan maka regulasi ini sia-sia tidak ada manfaatnya.
Mengomentari tajuk di atas yang menyebutkan korps polisi basanya bersifat pasif
jika sesama anggotanya melakukan kesalahan juga saya benarkan. Ini menurut saya agar
institusinya nama baiknya tetap terjaga. Pendapat saya ini didasarkan pada kenyataan
karena jika ada anggota Korps Coklat yang tersandung masalah maka rekan-rekannya
hanya akan diam. Sebaliknya jika ada orang lain yang tersangkut maslah hukum maka
Korps Coklat seakan menampakkan taringnya.
Di paragraf terakhir pada topik ini disebutkan bahwa ikhthiar dalam arti adanya
regulasi untuk tindakan kekerasan dijadikan momen agar Densus 88 bekerja sesuai koridor
dan bukan upaya untuk melemahkan Densus 88. Namun pada kenyataannya saya takut
tindakan ini dapat dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk melemahkan Densus 88.
Memang pada awalnya niat ini baik namun niat ini dapat menjadi bumerang bagi kita
sendiri dalam pemberantasan terorisme. Jadi di sini kita perlu regulasi yang dapat

mengakomodasi keberlangsungan HAM namun juga dapat mengakomodasi kepentingan


kita yaitu melawan pelemahan Densus 88.
Kesimpulan saya tentang opini adalah sudah tepat dan dapat mewakili keadaan.
Keadaan di sini adalah masyarakat yang rindu keamanan namun dalam penegakan
keamanan itu sendiri jangan sampai mengorbankan sisi keamanan itu sendiri. Dengan
adanya regulasi di sini dapat menyelesaikan masalah di sini.
Pada momen ini juga saya berharap jangan terlalu menghakimi Densus 88 walaupun
tindakan mereka melanggar HAM tetapi jangan terlalu dibawa berlarut larut karena yang
terpenting adalah adanya regulasi yang mengatur kekerasan pada tersangka terorisme.
Jangan sampai ada lagi teroris yang mempunya informasi penting malah mati di tangan
Densus 88 dan jangan ada lagi Siyono Siyono lagi yang harus meregang nyawa karena
kelalaian pihak berwenang.

Anda mungkin juga menyukai