Anda di halaman 1dari 16

REVIEW JURNAL

WIND AND TEMEPERATURE TO FORTY KILOMETERS


W. C. Conover and C. J. Wentzien
Signal Corps Engineering Laboratories

MEASUREMENT OF TEMPERATURE AT ELEVATION OF 30-80 KILOMETERS


BY THE ROCKET-GREENADE EXPERIMENT
M. Ference, Jr., W. G. Stroud, J. R. Walsh, dan A. G. Weisner
Signal Corps Engineering Laboratories'

Take Home Test


Ujian Tengah Semester Meteorologi Dinamis I
Oleh:
Kurdiyan (21.13.0017)
Klimatologi 3

SEKOLAH TINGGI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN


GEOFISIKA JAKARTA
2015

Jurnal 1

WIND AND TEMEPERATURE TO FORTY KILOMETERS


W. C. Conover and C. J. Wentzien
Signal Corps Engineering Laboratories
(Manuscript received 24 May 1954)

ABSTRAK
Selama tahun 1948-1952, penerbangan radiosonde pada ketinggian 40 km di buat di
Belmar, New Jersey. Rata-rata musiman dari data suhu dan angin yang diperoleh dari
penerbangan ini menunjukkan tren musiman yang pasti pada semua ketinggian yang
diamati. Rata-rata, suhu pada ketinggian di atas 16 km selama musim panas lebih tinggi
dari pada musim dingin. Kecepatan angin rata-rata di atas 22 km meningkat dengat
naiknya ketinggian; Meskipun demikian, arah dan kecepatan angin sangat variatif terhadap
perubahan musim, yang pada umumnya kuat dan berasal dari barat (25 sampai 50 meter
per detik) selama musim dingin, dan ringan selama musim panas dan berasal dari timur
A. Pendahuluan

Penelitian suhu dan kecepatan angin dimulai di pada tahun 1948-1952 di


Belmar, New Jersey, Amerika Serikat yang bertujuan untuk memperoleh data angin
dan suhu pada ketinggian 150.000 kaki (sekitar 50 km). Untuk memperoleh data
tersebut, diperlukan pengembangan balon dan kemampuan radiosonde pada level
yang lebih tinggi. Dalam proses pengembangan dan pengujian peralatan ini, data
kecepatan angin dan temperatur yang telah diperoleh dapat dipertimbangkan,
meskipun balon yang mampu terbang pada ketinggian 150.000 ft belum tersedia.
Dari 145 data penerbangan yang telah dilakukan, terdapat 88 penerbangan yang
mampu terbang lebih dari 30 km.
B. Peralatan
Seluruh penerbangan menggunakan balon percobaan yang 10.000 - 600 g .
Sebagian besar penerbangan balon menggunakan standar dari US Signal Corps
Radiosonde AN / AMT-4 atau dengan alat modifikasi yang memiliki sensitivitas
tekanan yang lebih besar pada tekanan rendah dan menggunakan switching motor.
Suhu diukur dengan termistor putih standar (ML-419), atau elemen serupa yang
memang didesain khusus untuk meminimalkan perpindahan panas dari radiosonde ke
termistor.Peralatan di bawah atmosfer menggunakan receiver pelacak otomatis
1.680-mc {( Rawin Set AN / GMD-1 atau Rawin Set AN / CRD-1 ) dan Radiosonde
Recorder A N / FMQ-1 [12] atau AN / TMQ-5 (XE-1)}.
C. Evaluasi Data
Untuk memastikan keakuratan pembacaan tekanan sampai sepersepuluh
milibar di setiap ketinggian, Penulis melakukan kalibrasi terhadap mekanisme sensor
tekanan. Setelah itu, Penulis melakukan kalibrasi ulang untuk menentukan apakah

balon dapat diterrbangkan. Balon hanya dapat diterbangkan jika hasil dari kalibrasi
kedua berada pada kisaran sepersepuluh dari 2mb-25 mb.
Suhu tersebut dievaluasi dari rekaman radiosonde dengan metode pada
umumnya. Ketinggian di mana suhunya diukur ditentukan oleh poin kalibrasi dalam
radiosonde pressure-calibration. Penuis membuat grafik perubahan suhu terhadap
ketingian pada setiap penerbangan radiosonde. Untuk meringkas grafik ini, suhu
ditentukan pada interval 2-km dengan interpolasi linier antar titik.
Angin dihitung pada interval ketinggian yang sesuai dengan 5 menit dari
penerbangan (tingkat kenaikam rata-rata untuk balon sekitar 1000 kaki/ min). Angin
di setiap ketinggian ditentukan dari perpindahan balon dalam interval 10-menit. dan
dengan demikian merupakan perwakilan angin rata-rata di lapisan yang relatif tebal
sekitar 3 km. Metode grafis standar, atau metode trigonometri yang sesuai digunakan
dalam perhitungan angin. Angin di tingkat 2-km dalam ringkasan ini diperoleh dari
angin yang dihitung dengan interpolasi.
D. Hasil
Suhu, suhu rata-rata musiman yang telah diamati oleh Belmar, New Jersey
(40.2 N, 74,1 W), 1948-1952 disajikan dalambentuk grafik (gbr. 1).
Hal ini dapat dilihat dari gbr. 1 bahwa musim dengan suhu permukaan yang
lebih tinggi umumnya memiliki suhu yang lebih tinggi di semua tingkat ketinggian ,
kecuali padaa ketinggian 16 km di mana rata-rata suhu musimannya hampir sama
sepanjang tahun.

Kurva tunggal menunjukkan bukti bahwa terdapat lebih satu tropopause,


ketinggian yang tidak tetap tetapi berosilasi selama periode beberapa hari. Tropopause
Arktik bervariasi antara 10 -13 km, sedangkan tropopause tropis bervariasi antara 15

dan 20 km. Variasi tersebut ketika dirata-rata memberikan efek halus yang
cenderung menutupi feature khusus dari penerbangan tunggal . { 4 kurva suhuketinggian sejenis ditunjukkan pada gambar. 2. }
Meskipun tropopause tropis jarang menghilang di stasiun ini sepanjang tahun,
tropopause Arktik muncul pada musim gugur dan menghilang di musim semi. Selama
keberadaan tropopause Arktik, poin ketiga dari suhu minimum sering ditemukan
pada ketinggian antara 20 dan 28 km. Contoh poin ketiga ini diilustrasikan dalam gbr
3. Adanya beberapa titik suhu minimum seperti ini, menghasilkan sebuah rata-rata,
perubahan suhu yang lambat antara 10 dan 26 km. Di atas 26 km, suhu naik sekitar
20C per kilometer. Selama musim panas, hamipr seluruh lapisan isotermal ini jarang
diamati. profil temperatur ditandai dengan Pronounced minimum sekitar 16 km. Di
atas titik ini, suhu meningkat rata-rata sekitar 1.60C per kilometer.
Data yang diambil dari ringkasan suhu di atas White Sands Proving Ground,
New Mexico, milik Gutenbcrg telah dibandingkan dengan data yang ditampilkan di
sini. Ada kesepakatan antara dua data tersebut meskipun berbeda lintang. Suhu di
White Sands lebih rendah di sekitar tropopause dan beberapa derajat lebih tinggi pada
tingkatan yang lebih tinggi.
Van Straten [14] menyusun data suhu dan angin pada ketinggian antara 9 dan
30 km. dan menemukan variasi yang besar terhadap perubahan ketinggian (5 dan 10
C per seribu kaki) di White Sands. Tidak ada indikasi yang menanndai fluktuasi suhu
di Belmar Bclmnr (lihat gbr. 2 dan 3).
Angin.-Gambar. 4-7 adalah grafik setiap musim dari komponen rata-rata
kecepatan angin terhadap ketinggian dari tahun 1948 sampai tahun 1952. Sebagai
pendukung, gbr 8 dan 9 menampilkan plot vektor dari nilai angin individu di
beberapa ketinggian yang lebih tinggi, agar orang dapat melihat variasi angin pada
musim dan tingkat yang berbeda. (Munculnya lebih dari satu garis pada vektor angin
adalah karena superposisi dari vektor.)

Dari grafik tersebut, dapat dilihat bahwa kecepatan angin terbesar terjadi di
semua ketinggian selama musim dingin. Di ketinggian hingga 20 km, angin
didominasioleh angin baratan pada semua musim. Pada musim gugur dan musim
dingin, angin bervariasi dari barat laut ke barat daya pada ketinggian di atas 20 km.
Namun. pada musim semi dan musim panas, arah angin di atas 20 km jauh lebih
bervariasi, meskipun sebagian besar merupakan angin timuran.

Jurnal 2
MEASUREMENT OF TEMPERATURE AT ELEVATION OF 30-80 KILOMETERS
BY THE ROCKET-GREENADE EXPERIMENT
M. Ference, Jr., W. G. Stroud, J. R. Walsh, dan A. G. Weisner
Signal Corps Engineering Laboratories'
(Original manuscript received 9 August 1954; revised manuscript received 23 April 1955)

ABSTRAK

Suhu di wilayah atmosfer antara 30-80 kilometer telah ditentukan dari


pengukuran kecepatan suara di dekat propagasi vertikal. Sumber suara granat berturutturut dikeluarkan dari roket Aerobee . Metode analisis data untuk mendapatkan suhu
yang akurat dijelaskan, dan hasilnya disajikan. Data suhu berada dalam korelasi yang
baik dengan data balon dekat 30 km dan menunjukkan suhu maksimum sekitar 268K
pada ketinggian 48 km. Kemungkinan kesalahan kurang dari 3 persen. Tidak ada efek
musiman yang jelas pada garis lintang pinggir, 32 N, meskipun terdapat sejumlah
penyimpangan nilai suhu pada suhu tunggal
A. Pendahuluan
Pada tahun-tahun sejak diperkenalkannya roket sebagai kendaraan penelitian
di lapisan atmosfer atas, penelitian tentang sifat atmosfer atas semakin intensif dan
ekstensif. Literatur terbaru berisi sejumlah artikel tentang ringkasan yang meliputi
seluruh bidang juga sudah ada. Sebuah fraksi mengkhususkan diri untuk melakukan
penelitian tentang distribusi suhu. Dalam tabel 1, ditampikan metode yang digunakan
dan rentang wilayah yang efektif sebagaimana di daftar bersamaan dengan referensi.

TABEL 1. Metode untuk menentukan distribusi relatif temperatur atmosfer.

METODE

WILAYAH

REFRENSI

ATMOSFER (KM)
Balloons

040

8; 9

Anomalous propagation

3050

10; 11; 12; 13

Rockets

30160

14; 15; 16; 17; 18

Searchlight probing

050

19; 20

Meteors

60120

21; 22; 23

Airglow

70800

24; 25

Aurorae

1201000

25; 26

Theoretical

301000

a. Tidal oscillations

27; 28

b. Ionospheric

7:29; 30

c. Ozonospheric

31; 32

* Dr. Ference's present affiliation: Ford Motor Company.

Di wilayah atmosfer di mana roket, V-2, Viking, WAC Kopral dan Aerobee
paling efektif, yaitu pada ketinggian 30-160 km, Naval Research Laboratory (NRL)
University of Michigan di bawah kontrak Air Force (UMAF) dan Signal Corps
(UMSC) , dan Signal Corps Engineering Laboratories (SCEL) telah mengukur suhu
dengan beberapa metode yang berbeda. Ringkasan hasil per Januari 1952 telah
diterbitkan. NRL telah menggunakan bellow gages, Pirani gages, Phillips gages dan
"cycle" gages pressure dalam berbagai konfigurasi pada tubuh rudal untuk
menentukan tekanan dan kepadatan
Suhu diperoleh dari slope pada grafik ketinggian vs log p . University of
Michigan - Air Force Group menentukan suhu dengan mengukur tekanan permukaan
di berbagai titik yang berbeda di hidung kerucut roket dengan alphatrons dan gages
termionic-ionization. Angka Mach pada pengukuran tekanan tersebut dapat dicari
dengan menerapkan teori Taylor dan Maccoli. Dengan mengetahui kecepatan rudal
dari pelacakan radar, kecepatan lokal suara, dan dengan demikian suhu dapat dihitung
[14; 33]. Himpunan tunggal University of Michigan - Signal Corps data diperoleh
dengan mengukur sudut shock wave pada kerucut hidung rudal sehingga diperolhe
angka Mach.
Program pada SCEL untuk pengukuran suhu atas-atmosfer berawal pada 1945,
ketika itu disarankan bahwa suhu tersebut dapat ditentukan dari tanah dengan
mengukur kecepatan suara di lapisan atmosfer didefinisikan sebagai dua ledakan.
Dengan munculnya roket sebagai kendaraan riset pada tahun 1946, gagasan dasarnya
diperluas. Beberapa roket V-2 ditembakkan pada 1947 dan 1948, menunjukkan
kelayakan metode ini. Namun, percobaan itu tidak dimasukkan secara kuantitatif
sampai awal 1950, ketika Aerobee diinstrumentasikan untuk granat. Sejak itu, total

dua belas Aerobees membawa instrumentasi granat telah berhasil ditembakkan. Hasil
pertama enam penembakan disertakan dalam artikel ini.

B. Metode
Dalam percobaan roket-granat, beberapa granat dikeluarkan dan diledakkan
pada interval yang telah ditentukan sepanjang jalan ke atas roket. Percobaan
dilakukan pada malam hari agar kilatan dari ledakan dapat difoto terhadap medan
bintang dengan kamera balistik. Mikrofon sound-ranging mendeteksi kedatangan
gelombang suara di tanah. Dalam gbr. 1, 2 dan 3 ditampilkan masing-masing;
instrumentasi roket, lintasan khas Aaerobee, dan tata letak susunan mikrofon.

Untuk analisa tersebut, data yang dibutuhkan adalah:


1. waktu ledakan granat;
2. waktu kedatangan gelombang suara di mikrofon sudut pada susunan (gambar 3.);
3. perbedaan waktu antara kedatangan pada berbagai mikrofon pada susunan
4. konfigurasi geometris dan orientasi dari susunan yang diperoleh dari survei yang akurat
(gambar 3.);
5. kecepatan suara di dekat tanah, dihitung dari suhu yang diukur pada susunan; dan

6. koordinat ledakan granant di sistem koordinat orthogonal kanan dengan asalnya di


mikrofon sudut (no. 3, gbr. 3), E menjadi Timur, N, Utara, dan Z, vertikal.
Sudut datang gelombang suara dihitung dari butir (3) dan (4) dengan teknik
standar sound-ranging.
Dalam sebuah percobaan hipotetis, di mana semua ledakan granat akan jatuh
persis di atas mikrofon dan dianggap tidak ada angin, kecepatan rata-rata suara di
lapisan horizontal antara dua granat berturut-turut akan menjadi jarak antara granat
dibagi dengan beda waktu tempuh dari dua gelombang suara ke mikrofon. Namun
begitu, granat tidak jatuh tepat di atas kepala. Angin merupakan elemen penting
dalam menyebarkan gelombang suara dari dan di atas propagasi akibat sifat elastis
dari medium. Bila dikaitkan dengan keberadaan angin, maka permasalahannya akan
lebih sulit dan kompleks. Dalam proses pencarian metode matematika yang sesusai
untuk menentukan perhitungan nilai suhu terhadap angin, Penulis menemukan bahwa
arah dan kecepatan angin pada sebuat lapisan ditandai dengan perbedaan sudut datang
gelombang suara dari dua granat yang akan menentukan lapisan tersebut. Hal ini
mengarahkan pada sebuah metode analisis untuk menentukan kecepatan angin ratarata pada suatu lapisan dan oleh karena itu, diperlukan sebuah metode untuk
mengoreksi nilai suhu terhadap efek angin.
C. Metode Analisis
Tiga asumsi umum mengenai keadaan fisik atmosfer yang mendasari seluruh
metode analisis :
1. Variasi Horizontal suhu dan kecepatan angin dapat diabaikan dalam jarak horizontal
kurang dari 15 km dari ketinggian asal di seluruh wialayah
2. Angin dianggap horisontal ; yaitu , komponen angin vertikal sangat kecil
dibandingkan dengan kecepatan akustik di wilayah pengukuran .
3. Komposisi atmosfer adalah konstan hingga 80 km .
Beberapa asumsi penting dan khusus lainnya dijelaskan pada bagian
selanjtunya. Pembenaran untuk asumsi dibahas secara rinci dalam analisis kesalahan.
Selanjutnya, kecepatan gelombang suara yang disebabkan oleh elastisitas mediumnya
atau disebut kecepatan akustik , adalah besaran vektor yang memiliki arah normal ke
gelombang dan magnitudonya.
C = {kT } , ( 1 )
Di mana T adalah suhu absolut. Parameter k tergantung pada rasio rata-rata
pemanasan spesifik dan berat molekul rata-rata dari gas atmosfer. Asumsi komposisi
konstan menjamin penerapan (1) ketika nilai permukaan k digunakan. Hasilnya
kemudian menunjukkna bahwa kecepatan akustik hanya berfungsi pada suhu.

D. Hasil
Suhu yang dihitung ditampilkan dalam tabel 2 dan grafik dalam gambar 5.
Pada gambar 5. terlihat adanya variasi suhu yang nyata pada setiap ketinggian. Suhu
maksimum, terjadi pada ketinggian 48 km sebesar 268 K. Tampaknya tidak ada
perubahan musim yang jelas pada lintang ini (32 N), terutama untuk ketinggian di
atas 40 km. Pengukuran satu suhu diambil di 35 km di 14 Juli 1950 mungkin menjadi
pengecualian. Pemeriksaan kritis data menunjukkan tidak ada alasan untuk
meragukan validitas pengukuran ini.

Penerbangan SC-14 dan SC-16 merupakan pererbangan yang sangat menarik,


karena kedua roket terpisah hanya dengan selang waktu 5 jam . Nilai dari dua
penerbangan ini sangat mirip,bagaimanapun dengan sebuah pengecualian. Titik
puncak SC-16 pada ketinggian 61 km sekitar 30 C di bawah nilai interpolasi pada
ketinggian SC-14. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar. 6. Hal ini juga cukup
menarik karena angin pada lapisan ini bergeser tajam ke selatan sebesar 70 derajat di
interval 5-jam, meskipun hanya perubahan kecepatan angin yang sederhana

Tidak terlihat kesalahan dalam data eksperimen yang dapat menjelaskan


anomali pada arah angin dan suhu. Ada dua mekanisme dinamis yang masuk akal
yang dapat menjelaskan efek ini. Salah satunya adalah gerak vertikal, dan yang
lainnya adalah adveksi dari barat daya. Penulis telah memperkirakan bahwa suhu
rendah ini bisa disebabkan oleh arus vertikal. Di sisi lain, perhitungan perintah
magnitude dengan hubungan termal-angin menunjukkan bahwa adveksi udara dingin
dari barat daya juga bisa menjelaskan penurunan suhu. Pergeseran menyertai arah
angin mendukung adveksi tetapi, sayangnya, data terlalu sedikit untuk menyelesaikan
titik ini dengan memuaskan.
Pada dua kesempatan, data radiosonde dari balon diperoleh pada ketinggian
yang tumpang tindih dari data roket tersebut. Gambar 6 dan 7 memperlihatkan
perbandingan yang meyakinkan dari metode independen ini. Perlu dicatat bahwa data
balon diperoleh beberapa jam kemudian setelah data roket.
E. Error
Kesalahan dalam perhitungan koreksi suhu dan angin dikategorikan ke dalam
tiga hal:
1. Sifat fisik atmosfer mungkin berbeda dari sifat yang diasumsikan.
2. penyederhanaan matematika dapat mengakibatkan perubahan jumlah yang
signifikan.
3. Parameter yang diukur pada eksperimen-mungkin terdapat kesalahan.
Pendekatan Fisika. Pemisalan bentuk fisik dasar terdiri dari tiga hal:
homogenitas horisontal, komposisi konstan, dan angin vertikal yang diabaikan. Jika
inhomogeneitas horizontal signifikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa sudut azimut
dari gelombang normal adalah konstan serta tidak valid karena kemiringan dari depan
gelombang akan terjadi. Kecuali bila dekat tanah, di mana kadang ada gradien
horisontal dan suhu signifikan, semua bukti [31] menunjukkan bahwa gradien
horisontal untuk jarak dianggap dapat diabaikan.
Efek dari gerak vertikal di atmosfer ada dua. Sejauh ini efek yang lebih besar
adalah pendinginan adiabatik dari massa udara maka efeknya akan terus meningkat.
Kecepatan gerak mempengaruhi kecepatan rambat gelombang suara melalui lapisan,
oleh karena itu hal tersebut mengindikasikan suhu yang berbeda dengan suhu udara
yang sebenarnya. Besarnya efek kecepatan ini diberikan oleh ekspresi T = - 1,5 Wv, di
mana Wv, adalah rata-rata kecepatan angin vertikal dalam meter per detik, positif ke
atas. Meskipun wilayah 50-80 km cukup stabil karena kecilnya gradien suhu negatif
(sekitar 2 C / km), titik puncak SC-16 (gbr. 4) mungkin mencerminkan efek gerak
vertikal. Kami telah memperkirakan bahwa suhu rendah ini bisa disebabkan oleh arus
ke atas sekitar 7 m / detik.
Penyederhanaan Matematis.- masalah matematis ini telah disederhanakan
dengan asumsi (a) bahwa gangguan tekanan dari granat adalah gelombang suara di
sepanjang seluruh jalur propagasi, bukannya malah mengakui bahwa jalur awal
gangguan adalah gelombang kejut yang mengalami penurunan terhadap gelombang
suara; (b) bahwa gelombang suara adalah gelombang bidang; dan (c) bahwa angin dan

suhu di berbagai lapisan konstan dalam lapisan. Kami telah mampu menunjukkan
bahwa masing-masing dari penyederhanaan ini dapat dibenarkan, karena
penyimpangan kecil dan efek mereka pada suhu dihitung akhir tidak melebihi sekitar
0,2 C.
Kesalahan Eksperimental.- Pertimbangan telah diterapkan untuk
penyempurnaan dari percobaan tersebut supaya mengurangi kesalahan sistematis yang
disebabkan oleh ketidakpastian pengukuran yang digunakan dalam analisis. Menurut
Laboratorium Penelitian balistik ", kesalahan dalam koordinat granat tidak melebihi 6
ft, sehingga pengaruhnya terhadap hasil diabaikan. Waktu perjalanan gelombang suara
dari granat ke tanah diukur untuk dalam beberapa milidetik; kesalahan yang
dihasilkan dalam suhu dihitung kurang dari 0,1 persen. Perhitungan yang tepat dari
efek dari kesalahan dalam pengukuran suhu permukaan pada suhu dihitung dalam
lapisan menunjukkan bahwa kesalahan 10C dalam suhu permukaan mengakibatkan
kesalahan 0,02 C pada suhu yang dihitung.
Secara ringkas, angin merupakan faktor pengendali jarak jauh dalam akurasi
pengukuran suhu. Dalam kerangka asumsi dasar dan analisis yang ditampilkan,
kemungkinan kesalahan dalam pengukuran suhu tidak melebihi 3 persen, dengan
pengecualian beberapa kasus di mana kesalahan angin sangat besar.
F. SUMMARY
Dari enam kali pelepasan Aerobee, diperoleh 32 pengukuran suhu dan angin
di wilayah atmosfer antara 30 dan 80 km pada Lintang 32 N. Pelepasan dilakukan
di setiap musim. Tidak terlihat clear-cut diurnal ataupun suhu musiman, meskipun
terdapat sejumlah penyimpangan data dari pelepasan tunggal. Data suhu yang
diperoleh sesuai dengan data balon pada ketinggian 30 km dan suhu maksimum yang
diperoleh sekitar 266K pada ketinggian 48 km. Akurasi nilai tunggal menunjukkan
nilai yang baik, kesalahan bisa saja tejadi dengan tingkat kesalahan sebesar 3 persen.

Critical Review
A. Perbandingan Kedua Jurnal
Tabel perbandingan jurnal 1 dan jurnal 2

N
o
1

Perbandingan

Jurnal 2

Identitas jurnal

judul

Winds and Temperature to Forty


kilometers

Measurements of Temperatures at
Elevations of 30-80 km by the
rocket and grenade experiment

penulis

W. C. Conover and C. J. Wentzien

M. Ference, Jr., W. G. Stroud, J. R.


Walsh, dan A. G. Weisner

tahun penerbitan

1954
http://dx.doi.org/10.1175/15200469(1955)012%3C0160:WATTF
K%3E2.0.CO;2

1954
http://dx.doi.org/10.1175/15200469(1956)013%3C0005:MOTAE
O%3E2.0.CO;2

Abstrak

Abstrak

Pendahuluan
Metode
Peralatan
Evaluasi data

Pendahuluan
Metode
Metode analisis
Hasil

sumber
2

Jurnal 1

Sistematika
penulisan

Hasil
3

Error
Summary

Isi

Pendahuluan

Tujuan

Peralatan

Metode

Penelitian suhu dan kecepatan


angin dimulai di pada tahun 19481952 yang bertujuan untuk
memperoleh data angin dan suhu
pada ketinggian 150.000 kaki
(sekitar 50 km). Untuk
memperoleh data tersebut,
diperlukan pengembangan balon
dan kemampuan radiosonde pada
level yang lebih tinggi
Untuk mengetahui nila dari suhu
dan kecepatan angin pada
ketinggian 40 km
1. Penelitian dilakukan di
Belmar, New Jersey , Amerika
Serikat pada 1948-1952
2. Penelitian menggunakan balon
radiosonde yang berukuran
antara 600-10000 gram.
3. Penerbangan balon
menggunakan Standard US
Signal Corps Radiosonde AN /
AMT-4 atau alat modifikasi
yang sesuai.
4. Pengukuran suhu pada balon
menggunakan termistor putih
standar (ML-419)
5. pengamatan di darat
menggunakan receiver
pelacak otomatis 1.680-mc
{( Rawin Set AN / GMD-1
atau Rawin Set AN / CRD-1 )
dan Radiosonde Recorder A N
/ FMQ-1 [12] atau AN / TMQ5 (XE-1)}.
1. Menentukan interval
ketinggian menggunakan
selang waktu naiknya balon
setiap 5 menit (tingkat
kenaikan balon ra-rat 1000
ft/min
2. Menentukan kecepatan angin
menggunakan perpindahan
balon dalam interval 10
menit menggunakan metode
trigonometri atau metode
grafis yang sesuai
3. Kecepatan angin pada

Pada tahun-tahun sejak


diperkenalkannya roket sebagai
kendaraan penelitian di lapisan
atmosfer atas, penelitian tentang
sifat atmosfer atas semakin
intensif dan ekstensif. Literatur
terbaru berisi sejumlah artikel
tentang ringkasan yang meliputi
seluruh bidang juga sudah ada.
Sebuah fraksi mengkhususkan diri
untuk melakukan penelitian
tentang distribusi suhu
Untuk mengetahui nila dari suhu
pada ketinggian 30-80 Km

1. Penelitian dilakukan di daerah


lintang tinggi (320N)
2. Penelitian menggunakan Data
dari roket V-2 dan granat
aerobee yang
diterbangkansebanyak 12 kali
pada malam hari agar dapat
difoto menggunakan kamera
balistik. 6 diantaranya
ditampilkan dalam tulisan
3. Penelitian menggunakan
Mikrofon sound-ranging
untuk mendeteksi gelombang
suara yang datang

1. Menentukan jarak antar granat


di udara menggunakan ratarata kecepatan suara dari
kedua granat dibagi selang
waktu penerbangan granat.
2. Arah dan kecepatan angin
mempengaruhi sudut datang
dari gelombang suara
sehingga mengabaikan
keberadaan angin dalam
melakukan hipotesis
sederhana
3. Melakukan

ketinggina 2 km dihitung
menggunakan interpolasi
data

4.

1.
2.

Hasil dan
kesimpulan

1. Batas tropopause bervariasi


antara 10-13 Km di Arktik
dan 15-20 Km di daerah
tropis
2. Suhu minimum tropopause di
luar tropis pada musim dingin
selama 1948-1952 terjadi
pada ketinggian ; 20 km pada
29 Oktober 1948, 20 km pada
30 Maret 1949, 25 km pada
18 April 1951 24 km pada 17
Januari 1952, 21 km pada 25
januari 1952, dan 21 km
pada 6 maret 1952
3. Terjadi perubahan suhu yang
lambat di antara 10-26 km
4. Rata-rata, suhu pada
ketinggian di atas 16 km
selama musim pana lebih
tinggi dibandingkan musim
dingin
5. Di atas ketinggian 26 km,
suhu cenderung naik terhadap
perubahan ketinggian sebesar
1,60C/km
6. Kecepatan angin terbesar
pada setiap tingkat ketinggian
terjadi pada musim dingin
dengan dominasi arah barat
7. Pada musim panas, arah
angin diominasi oleh angin
timuran

3.

4.

5.

6.

7.

8.
4

Opini
kekurangan

1. Urgensi penelitian kurang


dijelaskan dalam abstrak

pemisalan/pemodelan di mana
suhu dan kecepatan angin
dianggap konstan pada
ketinggian di bawah 15 km
dan komposisi atmosfer
dianggap konstan sampai 80
km
Melakukan
koreksi/pembuktian tingkat
keerroran dari pemisalan
tersebut dengan pendekatan
matematika dan fisika
Terdapat variasi suhu yang
nyata pada ketinggian tersebut
Suhu maksimum didapatkan
pada ketinggian 48 km
sebesar 268 K
Penerbangan roket SC-14 dan
SC-16 merupakan
penerbangan yang unik
dimana granat pada
penerbangan tersebut hanya
berselang 5 jam sehingga
jarak kedua roket tersebut
sangat dekat
Roket SC-16 mencapai titik
maksimum pada ketinggian
60 km denga suhu 300 C
dibawah nilai dari interpolasi
roket SC-14
Terjadi perubahan arah angin
pada ketinggian tersebut
sebesar 700 ke arah selatan
meskipun kecepatannya tidak
jauh berbeda
Tidak ada anomali yang
mampu menjelaskan
perubahan tersebut. Namun
hal tersebut dapat dijelaskan
dengan mekanisme dinamis
gerak vertikal
Grafik antara nilai dari balon
radiosonde dan roket granat
tumpang tindih pada
ketinggian 30 km
menunjukkan bahwa hasil
perhitungan kedua obervasi
tersebut identik.
Peluang kesalahan pada
eksperimen roket dan granat
kurang dari 3 persen

maupun pendahuluan
2. Metode penulisan digabung
dengan bagian peralatan
sehingga pembaca awam
bingung ketika mencari bagian
metode
3. Tidak ada bagian kesimpulan

kelebihan

1. Tingkat akurasi hasil


penelitian tinggi karena
menggunakan evaluasi di
mana instrumen yang akan
digunakan dikalibrasi dua kali
dengan standar tertentu
sebelum digunakan.
2. Hasil penelitian menggunakan
gambar/grafik yang mudah
dipahami

1. Menjelaskan urgensi
penelitian
2. Tingkat akurasi hasil
penelitian tinggi dibuktikan
dengan identiknya nilai dari
roket dengan nilai dari balon
radiosonde
3. Menggunakan analisis dalam
menentukan tingkat kesalahan
dari pemodelan/pemisalan
yang dibuat sehingga
prosentase kesalahan lebih
kecil
4. Menampilkan gambar dan
tabel secara runut dan mudah
dipahami

B. Kaitan Antar Kedua Jurnal


Dari perbandingan di atas, dapat disimpulkan bahwa Jurnal 1 dan jurnal 2
sama-sama membahas tentang suhu udara pada ketinggian tertentu. Yang
membedakan adalah metode yang digunakan dan ketinggian lapisan atmosfer dalam
penelitian. Jurnal 1 meneliti suhu dan kecepaan angin sampai ketinggian 40 km
menggunakan balon radiosonde. Sedangkan jurnal 2 melanjutkan penelitan suhu
udara antara 30-80 km menggunakan roket dan granat. Namun, jurnal 2 tidak
mengukur kecepatan angin secara spesifik pada ketinggian tersebut karena instrumen
yang digunakan berbeda dengan penelitian sebelumnya. Hasil yang diperoleh dari
kedua penelitian tersebut identik terbukti dengan berhimpitnya grafik hasil penelitian
antara balon radiosonde maupun roket granat pada ketinggian 30-40 km
C. Kaitan Kedua Jurnal dengan Mata Kuliah Meteorologi Dinamis
Komposisi atmosfer merupakan salah satu bagian yang penting dalam
memahami dinamika atmosfer. Kedua jurnal menjelaskan tentang karakteristik suhu
pada ketinggian tertentu. Hal tersebut menambah khazanah dalam memahami
karakteristik atmosfer pada ketinggian tertentu.
Pengetahuan ini bermanfaat untuk memahami meteorologi dinamis seperti
sirkulasi atmosfer yang dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Lebih lanjut, pengetahuan
ini dapat menunjang kemampuan dalam membuat prakiraan maupun analisis cuaca
di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai