Anda di halaman 1dari 12

30

C. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


1. Sejarah Teknologi Pendidikan dan Perkembangannya
a. Sejarah Perkembangan Teknologi Pendidikan di Dunia
Pada awalnya sebagai suatu disiplin ilmu, teknologi pendidikan berkembang di Amerika
Serikat sebagai bidang kajian. Meskipun demikian beberapa penulis Amerika Serikat pendahulu
atau nenek moyang (forefathers) Teknologi Pendidikan kebanyakan berasal dari Amerika Serikat.
Jika kita berpegangan konsep teknologi sebagai cara, maka awal perkembangan teknologi
pendidikan dapat dikatakan telah ada sejak awal peradaban, di mana orang tua mendidik anaknya
dengan memberikan pengalaman langsung serta memanfaatkan lingkungan.
Saettler berpendapat bahwa sumber tumbuhnya Teknologi Pendidikan dapat ditelusuri
sampai kaum sufi dengan cara menjajakan pengetahuannya. Bahkan menurutnya cara dialog
yang dilakukan oleh Socrates sampai sekarang masih digunakan sebagai metode pemecahan
masalah (problem-solving method). Secara eksplisit bahwa Komensky merupakan pionir
teknologi pendidikan dengan pendapat perlunya visualisasi dalam pengajaran yang tertuang
dalam bukunya Orbis Sensalium Pictus. Sama halnya dengan Rousseau, Pestalozzi, Froebel yang
menekankan perlunya rangsangan indra untuk meningkatkan efektivitas belajar. Dan prosedur
pengajaran yang dikemukakan oleh Herbart dapat dikatakan sebagai awal yang kita kenal
sekarang ini sebagai desain pembelajaran. Intinya para pemuka pendidikan memberikan
kontribusi lahirnya suatu teknologi pendidikan.
Gerakan pengkajian dan pengembangan teknologi pendidikan dimotori oleh James D. Finn
(19151969), seorang guru besar tetap dalam pendidikan di University of Southern California
(USC). Beliau dianggap sebagai Bapak teknologi pendidikan. Karya-karya terpilihnya
dihimpun oleh Ronald J. Mc Beath dalam buku Extending Educational Through Technology
suatu referensi klasik yang diterbitkan oleh AECT pada tahun 1972.
Menurut Finn tahun 1920-an adalah awal perkembangan teknologi pendidikan. Istilah dan
definisi formal pertama yang berhubungan dengan teknologi pendidikan adalah pengajaran

31

visual. Dengan pengertian kegiatan mengajar dengan menggunakan alat bantu visual yang
terdiri dari gambar, model, objek, atau alat-alat yang dipakai untuk menyajikan pengalaman
konkret.
Tujuannya adalah:
-

Memperkenalkan, menyusun, memperkaya atau memperjelas konsep yang abstrak


Mengembangkan sikap yang diinginkan
Mendorong timbulnya kegiatan siswa lebih lanjut.
Kemudian timbulnya rekaman suara dan film bersuara, aliran visual ini diperluas dengan

menambahkan suara sehingga berkembang menjadi pengajaran audio visual. Penuangan konsep
paling nyata tedapat dalam Cone of Experience (kerucut pengalaman) oleh Edgar Dale pada
tahun 1954. Aliran ini menekankan bahwa bahan audio visual perlu diintregasikan ke dalam
kurikulum.
Pada akhir Perang Dunia II mulai timbul suatu kecenderungan baru dalam bidang
audiovisual ke arah dua kerangka konseptual baru dalam bidang audio visual, yaitu teori
komunikasi dan konsep sistem awal. Perhatian tidak lagi dipusatkan kepada benda-benda tetapi
kepada seluruh proses komunikasi informasi mulai dari sumber (guru atau bahan ajar) sampai ke
penerima atau sasaran (pembelajar).
Usaha untuk merumuskan definisi teknologi pendidikan secara terorganisasikan dimulai
pada tahun 1960-an tepatnya 1963. Sampai pada tahun 2004 definisi teknologi pendidkan telah
berkembang sebanyak enam kali.
Pengembangan definisi yang pertama dilakukan oleh the Technology Development Project
dari The National Education Association dengan ketua tim Prof. Dr. Donald P. Elly pada tahun
1963 yaitu: Komunikasi audio-visual adalah cabang dari teori dan praktik pendidikan
khususnya yang berkepentingan dengan rancangan dan pemanfaatan pesan yang mengendalikan
proses belajar. Kegiatan ini meliputi perencanaan, produksi, seleksi, pengelolaan dan
pemanfaatan komponen-komponen sistem dan seluruh sistem pembelajaran. Tujuan praktisnya,

32

yaitu efisiensi pemanfaatan tiap metode dan media komunikasi untuk membantu pengembangan
potensi pembelajar secara maksimal.
Definisi kedua oleh CIT (Commision on Instructional Technology) pada tahun 1970
mengacu kepada Pendekatan Sistem dan Pengembangan Instruksional.
Definisi Teknologi Instuksional yang dirumuskan adalah:
Teknologi Pembelajaran merupakan usaha sistematik dalam merancang, melaksanakan,
dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar dan mengajar dalam rangka mencapai tujuan
khusus komunikasi dan belajar pada manusia, dan menggunakan kombinasi sumber manusia dan
non-manusia agar pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif.
Definisi ke dua belum dianggap lengkap sehingga pada tahun 1972 AECT mengeluarkan
definisi baru yang ke tiga, yaitu:
Teknologi Pendidikan adalah suatu bidang yang berkepentingan dengan memfasilitasi
belajar

pada

manusia

melalui

usaha

sistematik

dalam

identifikasi,

pengembangan,

pengorganisasian dan pemanfaatan berbagai macam sumber belajar serta dengan pengelolaan
atas keseluruhan proses tersebut.
Pada tahun 1975 AECT membentuk Komisi Definisi dan Terminologi yang dipimpin oleh
Dr. Kenneth H. Silber dengan anggota sebanyak 26 orang. Definisi ke empat ini diterbitkan
yaitu:
Teknologi pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur,
ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisa masalah, mencari jalan pemecahan,
melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua
aspek belajar pada manusia. Pemecahan masalah terjelma dalam bentuk sumber belajar yang
dirancang, dipilih dan/atau digunakan untuk keperluan belajar, dan yang terdiri dari pesan, orang,
bahan, peralatan, teknik, dan latar (lingkungan). Proses analisa masalah merupakan fungsi
pengembangan pendidikan dalam bentuk riset/teori, desain, produksi, evaluasi-seleksi, logistic,
pemanfaatan, dan penyebarluasan. Proses pengarahan dan koordinasi merupakan fungsi
pengelolaan pendidikan yang meliputi pengelolaan organisasi dan personel.

33

Pada tahun 1990 AECT kembali membentuk Komisi Definisi dan Terminologi yang
dipimpin oleh Barbara B. Seels. Laporannya ditulis akhir oleh Barbara Seels dan Rita C. Richey
dalam buku Instructional Technology: The Definition and Domains of the Field tahun 1994.
Definisi ke lima adalah sebagai berikut:
Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktik dalam desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar.
Kemudian definisi ke enam diterbitkan oleh AECT pada tahun 2004 yaitu:
Studi dan praktik yang berlandaskan etika dalam menfasilitasi belajar dan meningkatkan
kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengelolaan berbagai proses dan sumber teknologi
yang tepat.
Komponen dalam definisi adalah:
a)
b)
c)
d)
b.

Teori dan praktik


Kawasan desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian
Proses dan sumber
Untuk keperluan belajar
Sejarah Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia
Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia dapat dikatakan mengikuti

perkembangan di Amerika Serikat. Perkembangan dimulai dengan digunakannya media atau alat
peraga untuk menunjang kegiatan pengajaran. Bedanya di Amerika Serikat dengan Demokrasi
Liberal memungkinkan tumbuhnya pemikiran dan tindakan oleh masyarakat, sedangkan di
Indonesia mengharuskan restu dari pemerintah untuk mengembangkan pemikiran dan kegiatan
pada saat Demokrasi Terpimpin.
Pada tahun 1951 diselenggarakan School Broadcasting sebagai suatu usaha rintisan
meliputi Jakarta, Bandung, Bogor, dan Cirebon. Pada waktu itu dibenntuk panitia penyelenggara
school broadcasting yang diketuai oleh Sadarjoen Siswomartojo.
Pada tahun 1955 didirikan BKTPG (Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru) di Bandung.
Program ini ditujukan kepada guru SD guna menyongsong program perluasan kesempatan
belajar yang lebih berkualitas. Sekarang ini menjadi Pusat Pendembangan Penataran Guru

34

Tertulis. Pada saat yang hampir bersamaan telah didirikan TAC (Teaching Aid Center) atau Balai
Alat Peraga Pendidikan di Bandung dengan cabangnya di Malang.
Lembaga ini bertugas mengkoordinasikan ketersediaan alat peraga pengajaran untuk
sekolah-sekolah.
Pada REPELITA 1 sebenarnya suatu kebijakan berskala nasional sudah ditetapkan
digunakan media massa: radio dan televise untuk peningkatan mutu sekolah dasar (RI,
1970:361). Pada tahun 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan kebijakan untuk
mengembangkan sistem siaran pendidikan secara bertahap. Dimulai di tiga daerah kemudian
dikembangkan ke 11 provinsi setelah dinilai berhasil.
Tahun 1974 Presiden Suharti sebenarnya telah mencanangkan penggunaan satelit komunikasi
domestik untuk penyebaran pendidikan tetapi tidak mendapat tanggapan konkret. Pada tahun
1973 dalam rangka kerja sama dengan INNOTECH mulai diuji coba suatu sistem yang disebut
SD PAMONG (pendidikan anak oleh masyarakat orang tua dan guru). Sistem ini
mengembangkan bahan belajar berupa modul cetakan.
Rapat koordinasi teras Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menggariskan kebijakan
pengembangan teknologi pendidikan dan kebudayaan pada tahun 1975 sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)

Kegiatan harus bertolak dari kebijakan pendidikan yang sudah ada


Rencana kegiatan dikembangkan dari hasil analisa kebutuhan
Diprioritaskan program pemerataan mutu pendidikan
Dalam mengadakan pembaruan di sekolah harus dimulai dari titik pengkal strategis yaitu

guru.
5) Media yang dikembangkan dan digunakan harus telah terbukti efektif.
6) Dibentuknya unti kerja yang akan menangani dan memanfaatkan teknologi komunikasi
untuk pendidikan dan kebudayaan.
7) Pengembangan tenaga melalui latihan dalam berbagai aspek teknologi pendidikan.
8) Pengembangan program teknologi pendidikan pada perguruan tinggi
Pendidikan keahlian teknologi pendidikan dimulai pada tahun 1976 pada jenjang S1 dan
tahun 1978 pada jenjang S2 dan S3. Mayoritas dosen yang mengajar didatangkan dari AS
melalui bantuan teknis dari USAID. Kurikulum dan tenaga dosennya dikoordinasikan oleh

35

Syracuse University dalam suatu konsorsium UCIDT (University Consortium of Instructional


Developoment and Technology). Di Indonesia diawali dengan adanya alat peraga yang
digunakan oleh guru-guru yang diharapkan maksimal. Teknologi pendidikan tidak hanya sebatas
media tetapi juga berupa strategi yang diperlukan agar siswa belajar aktif.
Perkembangan terminologi telah menjadi bagian integral dalam sistem teknologi pendidikan.
Istilah pembelajaran yang berfokus pada pemelajar (learner centered)untuk menggantikan
istilah pengajaran yang teacher centered mulai diperkenalkan tahun 1973, telah dipakai secara
meluas bahakan telah diakomodasikan dan bahkan dikuatkan dalam perundangan (UU Sisdiknas
No. 20 Tahun 2003). Sistem dan strategi pembelajaran yang hakikatnya merupakan penerapan
konsep universal dalam konteks Indonesia juga telah berkembang.
Beberapa bentuk sistem dan strategi pembelajaran di antaranya:
a) Sistem SMP Terbukan dan Universitas Terbuka yang telah berkembang dan merupakan
bagian integral sistem pendidikan nasional.
b) Berkembangnya strategi belajar dan pembelajaran yang inovativ seperti belajar berbasis
masalah, berbasis aneka sumber, pembelajaran elaboratif, pembelajaran kooperatif,
pembelajaran berbasis computer, pembelajaran melalui televisi, dll.
c) Adapun perkembangan Teknologi Pendidikan muncul sebagai bidang studi dan kategori
jabatan baru pada tahun 1960, tetapi sebelum itu banyak peristiwa sejarah yang menjadi
dasar dari sebuah pondasi teknologi pendidikan secara keseluruhan.
Seperti sejarah perkembangan Teknologi Pendidikan disini akan dijelaskan lebih lanjut
mengenai sejarah perkembangan tersebut, menyangkut perkembangan Teknologi Pendidikan,
terdapat beberapa pendapat mengenai hal tersebut, mereka membaginya ke dalama beberapa
priode, di antaranya :
a.

Periode 1932 1959


Brown (1984) membahas penjelasan yang dikemukakan Seattler sekitar perkembangan
teknologi instruksional. Seattler mengemukakan bahwa teknologi instruksional memiliki dua

36

landasan filosofis dan teoritis yang sangat berbeda, yaitu; physical science dan yang kedua
behavior sicence.
Seattler menjelaskan bahwa konsep ilmu pengetahuan alam tentang teknologi
instruksional biasanya berarti penggunaan ilmu pengetahuan alam dan teknologi rekayasa,
seperti projektor, tape recorder, televisi dan teaching mekanik untuk menyajikan sekolompok
materi instruksional, cirinya adalah bahwa konsep ini memandang berbagai media sebagai
pembantu untuk mengajar dan berkecenderungan untuk lebih memperhatikan alat dan prosedur
dari

pada

memperhatikan

perbedaan

individual

siswa

atau

materi

pelajaran.

Gagasan yang paling berpengaruh dan berakar pada konsep imu pengetahuan alam
tentang teknologi instruksional ialah memasukkan material (audio visual) dan mesin (proyektor
b.

atau gambar hidup).


Periode 1960 1969.
Beberapa kejadian memberikan masukan terhadap pergeseran teoritis secara besar besaran
berkenaan dengan teknologi intruksional pada akhir tahun 1950 dan awal 1960an, terutama
peritiwa peluncuran sputnik pada tahun 1957 yang mencengangkan dunia. Akibat dari itu,
terutama di Amerika, sekolah dikritik karena kegagalannya mengajarkan science dan matematika
dalam kapaitas yang cukup. Karena itu tekanan lebih di alamatkan kepada teknologi
instruksional, akibatnya terdapat dua konstruk teoritis muncul secar bersamaan yang
mempengaruhi lapangan teknologi instruksional.
Pertama yaitu pengaruh yang kuat dari aliran behaviorisme terhadap semua
pendekatan belajar dan yang kedua adalah pendekatan sistem sistem yang datang dari teknik
mesin dan teknologi. Gerakan yang berbeda ini akhirnya melahirkan dan saling melengkapi yang
disebut dengan Pengajaran Terprogram. Gerakan kaum behavioris melahirkan pegembangan
tujuan behavioral, karena diperlukan perumusan tingkah laju lebih lanjut dalam merancang

sebuah proses pembelajaran.


c.
Periode 1970 1983.

37

Mendekati akhir tahun 1970, muncul kembali pendekatan kognitif dalam


pembelajaran. Banyak ahli psikologi yang mengsulkan hal tersebut, salah satunya Wittrock.
Menurutnya penekatan kognitif berimplikasi bahwa belajar dan pengajaran secara ilmiah akan
lebih produktif bila dipelajari sebagai sesuatu yang bersifat internal, yakni suatu proses kognitif
berperantara dari pada sebagai produk langsung dari lingkungan , orang atau faktor eksternal
d.

lainnya.
Periode 1983 muthakir.
Pada masa ini berlangsung kekacau balauan akibat pertentangan dari landasan teoritik
teknologi instruksional. Perbedaan pendapat ini terutama dialamatkan kepada para perintis audio
Visual. Seperti Salomon, yang menganggap audio visual itu sebagai agen informasi dan bukan
sebagai stimulus yang langsung untuk respon tertentu. Lebih lanjut mereka berpendapat bahwa
media tidak lebih dari kendaraan yang mengankut para ahli ke konfrensi pemecahan masalah dan
memberi sumbangan terhadap pemahaman para ahli tentang masalah tersebut.
c. Di pandang dari beberapa metode
Lebih lanjut dari itu sejarah perkembangan Teknologi Pendidikan tidak hanya terbatas pada
hal tersebut saja, kita tidak bisa begitu saja melepaskan kaitannya dengan sejarah perkembangan
Teknologi Pengajaran. Beberapa para ahli menyebutnya demikian dan mereka menjelaskan
perkembangan teknologi pembelajaran ke dalam beberapa masa sejarah, diantaranya:
1) Metode Kaum Sofi.
Perkembangan dari berbagai metoda pengajaran merupakan tanda lahirnya teknologi
pengajaran yang dikenal saat ini. Beberapa pendidik pada masa lampau, yaitu golongan Sofi di
Yunani, para ahli pendidikan memandang menduga kaum Sofi merupakan kaum teknologi
pengajaran yang pertama. Mereka menyampaikan pelajaran dengan berbagai cara dan teknik .
Mula mula mereka menyampaikan bahan pelajaran yang telah disampaikan secara matang,

38

kemudian mereka melanjutkan dengan perdebatan yang dilakukan dengan secara bebas, pada
saat itulah proses kegiatan belajar itu berlangsung. Kemudian jika ada minat dari mayarakat
untuk belajar, akan dibuat kontrak dan untuk kemudian menjadi sistem tutor.
Pandangan ajaran kaum Sofi didasarkan atas:
a) Bahwa manusia itu berkembang secara evolusi. Seorang dapat berkembang dengan teratur
tahap demi tahap menuju kepada peradaban yang lebih tinggi. Melalui teknologilah
b)
c)
d)
e)
f)

permbelajaran dapat diarahkan secara efektif.


Bahwa proses evaluasi itu berlagsung terus, terutama aspek-aspek moral dan hukum.
Sejarah dipandang sebagai gerak perkembangan yang bersifat evousi berkelanjutan.
Demokrasi dan persamaan sebagai sikap masyarakat merupakan kaidah umum.
Bahwa asas teori pengetahuan bersifat progresif, pragmatis, empiris dan behavioristik.
Gagasan kaum Sofi ini cukup banyak mempengaruhi kurikulum di Eropa, misalnya
penggunaan retorika, dialektika, dan gramar sebagai materi utama dalam quadrivium dan
trivium.
2) Metode Socrates
Bentuk pengajaran lebih ke dalam bentuk berfilsafat, metode yang dipakai disebut dengan

Maieutik atau menguraikan, yang sekarang dikenal dengan nama metoda inkuiri. Pelaksanaanya
berlangsung dengan cara take and give of conversation. Dengan cara memberikan pertanyaan
yang mengarah kepada suatu masalah tertentu. Pada dasarnya Socrates mengajarkan tentang
mencari pengertian, yaitu suatu bentuk tetap dari sesuatu.
3) Metode Abelard.
Metode Abelard ini berlangsung pada masa pemerintahan Karel Agung di Eropa. Metoda
yang di pakai bertujuan untuk membentuk kelompok pro dan kontra terhadap suatu materi. Guru
tidak memberikan jawaban final tetapi siswalah yang akan menyimpulkan jawaban itu sendiri.
Metoda ini biasa disebut dengan Sic et Non atau setuju atau tidak.
4) Metoda Lancaster.

39

Metoda Lancerter ini dalam bentuk sistem Monitoring yang merupakan bentuk
pengajaran yang unik, meliputi pengorganisasian kelas, materi pelajaran sesuai dengan
rencanannya yang meningkat dan dikelola secara ekonomis. Lancaster mempelajari konstruksi
kelas khusus yang dapat mendayagunakan secara efektif penggunaan media pengajaran dan
pengelompokan siswa. Dalam sistem pengajaran Lancaster, pemakaian media pengajaran masih
sederhana. Seperti penggunaan pasir dalam melatih siswa menulis.
5) Metoda Pestalozi.
Pengamatan pada alam merupakan landasan utama dari proses daktiknya. Pengetahuan
bermula dari adanya pengamatan , dan pengamatan menimbulkan pengertian, selanjutnya
pengertian yang baru itu menimbulkan pengertian yang selanjutnya pengertian tersebut
bergabung dengan yang lama untuk menjadi sebuah pengetahuan. Dan dapat dikatakan bahwa
perintisan ke arah pendayagunaan perangkat keras atau hardware sebenarnya telah dimulai pada
masa Pestazoli ini, seperti penciptaan papan aritmatik yang terbagi dalam kotak-kotak yang di
setiap kotaknya diberi garis-garis yang secara keseluruhan berjumlah 100 kotak kecil. Selain itu
Pestalozi juga menciptakan stylabaries untuk melatih siswanya dalam mempelajri angka, bentuk,
posisi dan warna desain.
6) Metoda Froebel.
Metode Froebel didasarkan kepada metodologi dan pandangan filsafafnya yang intinya
mengatakan bahwa pendidkan masa kanak kanak merupakan hal paling penting untuk
keseluruhan kehidupnnya. Karena itulah Froebel mendirikan Kindergarten atau yang lebih
dikenal dengan Taman Kanak kanak.
Metoda pengajaran Kindergasten dari Froebel meliputi kegiatan berikut:
a) Bermain dan bernyanyi
b) Membentuk dengan melakukan kegiatan.
c) Grift dan Occupation.

40

7) Metode Friedrich Herbart


Praktek pendidikan Herbert terlihat adanya pengaruh Freobert terutama pada aspek
pengembangan moral sebagai tujuan utama pendidikan. Metoda instruksionalnya didasarkan
kepada ilmu jiwa yang sistematis. Dengan demikian siswa secara pikologis dibentuk oleh
gagasan yang datang dari luar.
d. Ilmu-Ilmu Yang Relevan Dengan Teknologi Pendidikan
Menurut Morgan ada tiga disiplin ilmu yang menunjang TP, yaitu:
1) Ilmu prilaku (behavioral sciences)
2) Ilmu komunikasi
3) Ilmu Manajemen
Lumsdaine: Landasan pokok TP adalah ilmu prilaku, khususnya teori belajar dan ditunjang
oleh:
1)
2)
3)
4)

Ilmu komunikasi
Cybernetics
Teori persepsi
Teori ekonomi

Teori Belajar Behavioristik


-

Teori Koneksionisme, Throndike


Hubungan stimulus Respon (S_R)
Hukum Kesiapan (Readiness)
Exercises (Latihan)
Effect (Dampak)

Donald P. Ely membedakan atas 2 kelompok , yaitu :


1) Basic contributing field, yaitu :
a) Psikologi
b) Komunikasi
c) Evaluasi
d) Manajemen
2) Related contributing areas, yaitu:
a) Psikologi kognitif
b) Psikologi persepsi
c) Media

41

d)
e)
f)
g)

Tujuan
Sistem
Penilaian kebutuhan
Pengembangan instruksional

Trow dan Haddan mengemukakan bahwa landasan TP adalah dari aliran psikologi, seperti:
1)
2)
3)
4)

Asosiasi
Psikoanalisis
Gestalt
Behavioristik

Jerome S.Brunner (pemuka psikologi belajar kognitif) mengemukakan bahwa belajar


meliputi tiga proses yang hampir simultan, yaitu:
1)
2)
3)
4)

Diperolehnya informasi baru


Transformasi pengetahuan
Pengkajian atas ketepatan atau kelengkapan pengetahuan
Menurut M. Gagne (pemuka psikologi behavioristik) bahwa: Belajar pada hakekatnya
adalah perubahan kemampuan dan disposisi manusia yang dapat dipertahankan, bukan

semata-mata proses pertumbuhan


5) Disposisi = kecendrungan bertindak menurut suatu cara tertentu
Hasil belajar menurut Gagne adalah berbentuk:
1)
2)
3)
4)
5)

Informasi verbal
Keterampilan intelektual
Strategi kognitif
Sikap
Keterampilan motorik

Prasyarat agar terjadi peristiwa belajar adalah:


1) Perhatian yang terarah
2) Motivasi
3) Kematangan (state of developmental readiness)

Anda mungkin juga menyukai