Anda di halaman 1dari 5

Asupan makanan

Buah dan sayuran yang kaya akan sumber karotenoid dan flavonoid dapat melindungi
kita dari kanker. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makan buah dan sayuran setidaknya 5 kali
perhari dapat mengurangi resiko kanker (hosseinzadeh et.al, 2014). Penelitian selaras juga juga
di kemukakan oleh manik et.al (2012) dan Balasubramaniam et.a (2013), intake nutrisi yang
kurang seperti sayur dan buah serta makanan yang mangandung flavonoid beresiko besar
terhadap kanker payudara. Lauber dan Gooderham (2010), menyatakan bahwa makanan sumber
danging atau sumber olahan/awetan terutama pola makan western seering terpapar dengan
senyawa heterocylic amines pada saat proses pengolahan sehingga menghasilkan senyawa
penyebab kanker. Senyawa heterocylic amines (HCAs) merupakan senyawa karsiogenik yang
terdapat dalam jaringan bahan pangan akibat proses pengolahan terutama produk dagigng dan
ikan melalui reaksi miliard dengan asam amino dan gula sebagai perkusor. Senyawa ini terbentuk
dari reaksi kreatin atau kretinin, asam amino dan gula dalam daging dan ikan dengan proses
pemasakan suhu tinggi. Terbentuknya senyawa ini akan semakin meningkat sejalan dengan suhu,
lamanya proses pemasakan itu berjalan dan juga tergantung dari jenis danging danging dengan
metode pemasakan (digoreng, dibakar, dan dipanggang).
Beberapa case control study menunjukkan bahwa pola diet makanan berlemak denga
frekuensi yang tinggi akan dapat meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Pada makanan
yang dimasak dengan digoreng juga termasuk makanan yang mengandung lemak. Pada diet
lemak yang tinggi akan meningkatkan produksi estrogen karena meningkatnya pembentukan
jaringan adipose. Peningkatan konsentrasi dalam darah akan meningkatkan resiko terkena kanker

payudara karena efek poliferasi dari estrogen pada duktus ephitelium payudara (Indrati et.al,
2010)

Perokok pasif
Terdapat hubungan yang positif antara perokok aktif maupun pasif terhadapat kanker payudara
(Hosseinzadeh et.al, 2014; Inumaru et.al 2012; Manik et.al 2012; Morales et.al, 2013). Wanita
dengan merokok akan memiliki tingkat metabolisme hormon estrogen yang lebih tinggi
dibanding wanita yang tidak merokok. Hormon estrogen ini berpengaruh terhadap proses
poliferasi jaringan payudara. Poliferasi yang tanpa batas akan memicu terjadinya kanker
payudara. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa perokok pasif memiliki faktor resiko lebih
besar terkena kanker dibanding wanita yang tidak merokok (Indrati et.al, 2010). Dalam satu
bantang rokok pabrikan yang dihisap akan mengeluarkan sekitar 4.000 zat kimia berbahaya,
diantaranya yang paling berbahya adalah tar, nikotin, dan karbonmonoksida. Nikotin dapat
menyebabkan ketagihan, merusak jantung dan aliran darah. Tar menyebabkan kerusakan paruparu dan kanker. Gas CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen
sehingga sel-sel tubuh akan mati.
Komponen gas asap rokok adalah karbonmonoksida, amoniak asam hidrosianat, nitrogen
oksida, dan formaldehida. Partikel yang terdapat didalamnya berupa tar, indol nikotin, karbazol,
dan kresol. Zat-zat ini sangat beracun, mengiritasi, dan berperan sebagai karsiogenik. Asap yang
dihembuskan dapat dibagi menjadi asap utama dan asap sampingan. Terdapat 40 jenis zat yang
terdapat dalam rokok yang dapt menyebabkan kanker, dimana lebih banyak terdapat pada asap

samping atau asap yang dihirup oleh perokok pasif, misalnya gas CO 5 kali lipat lebiha bnyak
ditemukan pada asap samping, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali.
Nikotin adalah zat yang meracuni saraf, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan
penyempitan pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan. Kadar nikotin 4-6 mg yang
dihisap orang dewasa sudah dapat menyebabkan ketagihan. Di Amerika Serikat rokok putih
memiliki kadar nikotin 8-10 mg sedangkan di Indonesia memiliki kadar 17 mg per batangnya.
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok,
dan bersifat karsiogenik. Pada saat rokok dihisap tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap
padat dan setelah dingin akan kembali menjadi padat dan membentuk endapan disaluran
pernafasan dan paru-paru. Endapan ini juga dapat masuk kedalam pembuluh darah dan
mengendap organ-organ lain seperti payudara sehingga dapat mengganggu keseimbangan kadar
hormon yang pada akhirnya akan menyebabkan kanker payaudara jika menghirup asap rokok
secara berkenlajutan. Endapan ini bervariasi antara 30-40 mg perbatang rokok, sementara kadar
tar dalam rokok berkisar 24-25 mg (Proverawati dan Rahmawati, 2012).
Konsumsi alkohol
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa konsumsi alkohol mempunyai hubungan
yang positif terhadap kanker payudara (Morales et.al, 2013; Inumaru et.al, 2012; Matalqah et.al,
2011). Menurut Gloria et.al (2011) wanita yang mengkonsumsi alkohol sebanyak 3 gelas per hari
akan meningkatkan resiko terkena kanker payudara sebesar 40-50%, proses terjadinya kanker
payudara dikarenakan oleh alkohol dikaitkan dengan hormon estrogen dimana hormon estrogen
merupakan faktor penentu penting sebagai pencetus terjadinya kanker payudara. Alkohol dapat

menyebabkan perlemakan hati, sehingga hati bekerja lebih keras sehingga lebih sulit memproses
estrogen agar keluar dari tubuh (Mulyani, 2013). Menurut National Cancer Institute, Wanita
yang suka mengkonsumsi alkohol baik sedikit ataupun banyak maupun yang sudah kecanduan
sama-sama memiliki resiko tinggi menderita kanker payudara. Resiko makin tinggi apabila
wanita mulai mngkonsumsi alkohol sejak usia muda. Saat alkohol masuk dalam lambung,
alkohol akan diurai oleh enzim dehydrogenase dan enzim ini hanya dapat mengelola 15% dari
jumlah alkohol tersebut dan sisanya di proses di hati. Ini dapat menyebabkan fungsi organ hati
semakin melemah jika konsumsi alkohol yang continue sehingga sistem imun menurun dan
resiko tinggi menderita kanker payudara. Hati adalah perkusor kimia tubuh, kegiatan ini meliputi
proses metabolisme estrogen. Bila hati rusak maka estrogen meningkat, kadar estrogen yang
tinggi akan mengganggu metabolisme pada payudara sehingga akan beresiko kanker payudara.
Faktor lingkungan
Terapi radiasi pada dada (termasuk payudara) akan memiliki resiko terkena kanker
payudara. Semakin muda saat menerima pengobatan dengan radiasi, semakin beresiko tinggi
untuk menderita kanker payudara (Mulyani,2013). Polusi udara di dalam rumah, seperti asap
rokok dan radon juga berpotensi meningkatkan resiko kanker. Pada kenyataannya, polusi udara
di dalam rumah dianggap lebih karsiogenik dibandingkan dengan polusi udara yang ada di uar
rumah. Karena pajanan substansi tertentu, beberapa jenis pekerjaan memperbesar resiko terkena
kanker.orang yang terpajan asbes, seperti para pekerja pemasangan listrik dan pekerja tambang,
beresiko terkena suatu jenis kanker yang disebut mesotelioma.asbes juga dapat bertindak sebagai
promotor karsinogen lain. Para pekerja yang terlibat dalam produksi bahan pewarna, karet, cat,
betanaftilamin juga beresiko lebih besar terkena kanker kandung kemih. Radiasi ionisasi (seperti

sinar-X) berhubungan dengan leukemia akut, kanker tiroid, payudara, paru-paru, lambung,
kolon, dan traktus urunarius, serta meloma multipel. Radiasi pada dosis rendah dapat
menyebabkan mutasi DNA dan kelainan kromosom dan pada dosis besar dapat menghambat
pembelahan sel. Kerusakan ini dapat mempengaruhi secara langsung karbohidrat, protein, lipid,
dan asam nukleat (makromolekul) atau cairan intra sel untuk menihasilkan radikal bebas yang
merusak makromolekul itu (Kowalak, 2011). Paparan agen karsinogen dari lingkungan dapat
berupa zat kimia, makanan, infeksi, dan faktor fisik radiasi radioaktif. Paparan zat karsiogenik
dilingkungan pekerjaan seperti pabrik yang limbahnya berupa polutan yang bersifat karsiogenik.
Adapun zat yang bersifat karsiogenik yaitu asap dari kendaraan bermotor, asap pembakaran,
bahan kimia dan sintetis, asbes, arsen, chrom, halloter, dan bahan radiasi. Kemudian lingkungan
yang dapat menyebabkan kanker yaitu bekerja pada perusahaan pertambangan (emas, timah,
tembaga, dan batubara), pabrik industri baja, pabrik industri pembuatan keramik, dan pabrik
konstruksi bangunan seperti asbes. Resiko kanker pada faktor lingkungan akan bertambah jika
pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri yang standard.

Anda mungkin juga menyukai