Anda di halaman 1dari 25

Tugas Makalah

Ipa
(Ilmu Pengetahuan Alam)

Nama Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Aynur Muharromah
Briana Desi Muntiara
Diani Cahyaningsih
Erma Erviana
Fifit Mila Sari
Ririn Dwi Safitri
Riskyanti Ramadani
Winda Kristina

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Ekologi biasanya didefinisikan sebagai ilmu tentang interaksi antara
organisme - organisme dan lingkungannya. Berbagai ekosistem dihubungkan satu sama lain oleh
proses-proses biologi, kimia, dan fisika. Masukan dan buangan energi, gas, bahan kimia
anorganik dan organik dapat melewati batasan ekosistem melalui perantara faktor meteorologi
seperti angin dan presipitasi, faktor geologi seperti air mengalir dan daya tarik dan faktor biologi
seperti gerakan hewan. Jadi, keseluruhan bumi itu sendiri adalah ekosistem, dimana tidak ada
bagian yang terisolir dari yang lain. Ekosistem keseluruhannya biasanya disebut biosfer.
Biosfer terdiri dari semua organisme hidup dan lingkungan biosfer membentuk shell
(kulit), relatif tipis di sekeliling bumi, berjarak hanya beberapa mil di atas dan di bawah
permukaan air laut. Kecuali energi, biosfir sudah bisa mencukupi dirinya sendiri, semua
persyaratan hidup yang lain seperti air, oksigen, dan hara dipenuhi oleh pemakaian dan daur
ulang bahan yang telah ada dalam sistem tersebut.
Materi yang menyusun tubuh organisme berasal dari bumi. Materi yang berupa unsurunsur terdapat dalam senyawa kimia yang merupakan materi dasar makhluk hidup dan tak hidup.
Siklus biogeokimia atau siklus organikanorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang
mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsurunsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam
lingkungan abiotik.
Semua yang ada di bumi ini baik mahluk hidup maupun benda mati tersusun oleh materi.
Materi ini tersusun atas unsure-unsur kimia antara lain karbon (C), Oksigen (O), Nitrogen (N),
Hidrogen (H), dan Fosfor (P). Unsur-unsur kimia tersebut atau yang umum disebut materi
dimanfaatkan produsen untuk membentuk bahan organik dengan bantuan matahari atau energi
yang berasal dari reaksi kimia. Bahan organik yang dihasilkan merupakan sumber energi bagi
organisme. Proses makan dan dimakan pada rantai makanan mengakibatkan aliran materi dari
mata rantai yang satu ke mata rantai yang lain. Walaupun mahluk hidup dalam satu rantai
makanan mati, aliran materi akan tetap berlangsung terus. Karena mahluk yang mati tersebut
diurai oleh dekomposer yang akhirnya akan masuk lagi ke rantai makanan berikutnya. Demikian
interaksi ini terjadi secara terus menerus sehingga membentuk suatu aliran energi dan daur
materi.
Mahluk hidup, terutama tumbuhan ikut mendapat pengaruh yang cukup signifikan dari
suplai hara dan energi. Di alam, semua elemen-elemen kimiawi dapat masuk dan keluar dari
sistem untuk menjadi mata rantai siklus yang lebih luas dan bersifat global. Namun demikian ada
suatu kecenderungan sejumlah elemen beredar secara terus menerus dalam ekosistem dan
menciptakan suatu siklus internal. Siklus ini dikenal sebagai siklus biogeokimia karena
prosesnya menyangkut perpindahan komponen bukan jasad (geo), ke komponen jasad (bio) dan
kebalikannya. Siklus biogeokimia pada akhirnya cenderung mempunyai mekanisme umpan-balik
yang dapat mengatur sendiri (self regulating) yang menjaga siklus itu dalam keseimbangan.

Salah satu siklus biogeokimia yakni siklus sulfur. Kita tahu jika sulfur lebih dikenal
masyarakat dengan belerang yang terkandung di dalam sumber mata air panas. Di sisi lain, siklus
sulfur memiliki peran penting dalam proses aliran energi dan materi yang terjadi di alam. Selain
itu, siklus sulfur juga memiliki banyak pengaruh terhadap keberlangsungan kehidupan ekosistem
serta keseimbangan dari proses siklus biogekimia itu sendiri.
Berdasarakan hal tersebut kami mencoba memaparkan proses dari siklus sulfur, peran
manusia dalam siklus sulfur serta dampak siklus sulfur terhadap keberlangsungan kehidupan
makhluk hidup.
1.2. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.

Apa yang dimaksud dengan sulfur ?


Bagaimana proses terjadinya siklus sulfur ?
Bagaimana peran manusia dalam siklus sulfur dan hujan asam ?
Bagaimana dampak dari sulfur bagi kehidupan ?
Aapa fungsi sulfur bagi kehidupan ?

1.3. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.

Untuk mengetahui pengertian dari sulgur


Untuk mengetahui proses siklus sulfur
Untuk mengetahui peran manusia dalam siklus sulfur dan hujan asam ?
Untuk mengetahui dampak dan manfaat dari siklus sulfur
Untuk mengetahui fungsi sulfur bagi kehidupan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi sulfur


Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang S dan nomor atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa, tak berbau dan
multivalent. Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam,
belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral- mineral sulfide dan sulfate.
Ia adalah unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam bentuk senyawa asam amino unit
kecil dari protein. Protein ini penting pertumbuhan .
Sulfur terdapat dalam bentuk sulfur anorganik, sulfur direduksi oleh bakteri menjadi
sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida.
Hidrogen sulfida ini seringkali mematikan mahluk diperairan dan pada umumnya dihasilkan dari
penguraian bahan organik yang mati. Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO 4).
Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan
akan diuraikan komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur
sulfur, antara lain Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfide
dalam bentuk hydrogen sulfide (H2S) kemudian H2S digunakan bakteri fotoautotrof anaerob
seperti Chromatium dan melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur dioksida menjadi sulfat oleh
bakteri kemolitotrop seperti Thiobacillus.
Belerang atau sulfur merupakan unsur penyusun protein. Tumbuhan mendapat sulfur dari
dalam tanah dalam bentuk sulfat (SO4 ). Kemudian tumbuhan tersebut dimakan hewan sehingga
sulfur berpindah ke hewan. Lalu hewan dan tumbuhan mati diuraikan menjadi gas H2S atau
menjadi sulfat lagi. Secara alami, belerang terkandung dalam tanah dalam bentuk mineral tanah.
Ada juga yang gunung berapi dan sisa pembakaran minyak bumi dan batubara.
Daur tipe sedimen cenderung untuk lebih kurang sempurna dan lebih mudah diganggu
oleh gangguan setempat sebab sebagian besar bahan terdapat dalam tempat dan relatif tidak aktif
dan tidak bergerak di dalam kulit bumi. Akibatnya, beberapa bagian dari bahan yang dapat
dipertukarkan cenderung " hilang" untuk waktu yang lama apabila gerakan menurunnya jauh
lebih cepat dari pada gerakan "naik" kembali. Setiap daur melibatkan unsur organisme untuk
membantu menguraikan senyawa-senyawa menjadi unsur-unsur.
2.2. Pengertian dan Proses Siklus Sulfur
Siklus sulfur atau daur belerang adalah perubahan sulfur dari hidrogen sulfida menjadi
sulfur dioksida lalu menjadi sulfat dan kembali menjadi hidrogen sulfida lagi. Sulfur di alam
ditemukan dalam berbagai bentuk. Dalam tanah ditemukan dalam bentuk mineral, diudara dalam
bentuk gas sulfur dioksida, dan dalam tubuh organisme sebagai penyusun protein.
Siklus sulfur didahului oleh pembentukan sulfur dari kerak bumi dan atmosfer. Secara
alami, sulfur terkandung di dalam tanah dalam bentuk mineral tanah. Dimana kerak bumi
umumnya mengandung sekitar 0,06% belerang. Sulfida-sulfida logam terdapat dalam bebatuan

plutonik, yaitu batuan yang membeku di dalam kerak bumi dan tidak mencapai ke permukaan
bumi. Bebatuan plutonik ini apabila hancur dan mengalami pelapukan akan membebaskan
sulfida ini melalui reaksi oksidasi dan menghasilkan sulfat (SO 4-2) yang kemudian mengalami
presipitasi (pengendapan) dalam bentuk garam-garam sulfat yang larut atau tidak
Di atmosfer, terdapat hampir 0,05 ppm belerang dalam bentuk gas belerang dioksida
(SO2) yang merupakan hasil emisi pembakaran bahan bakar berbelerang seperti minyak bumi
dan batubara yang banyak dihasilkan oleh asap kendaraan dan pabrik atau gas belerang dari
gunung berapi semisal gunung arjuno di Jawa Timur. Gas SO 2 tersebut kemudian terkena uap air
hujan sehingga gas tersebut berubah menjadi sulfat yang jatuh di tanah, sungai dan lautan.
Dimana tanah yang mengandung banyak belerang adalah tanah-tanah berpasir dan tanah-tanah
yang tinggi kandungan oksida Fe dan Al seperti mineral Pirit (FeS) dan rendah kandungan bahan
organik. Sedangkan produksi sulfat melalui dekomposisi bahan organik berupa protein dan
senyawa organik lainnya yang akan menghasilkan senyawa-senyawa sederhana berupa H 2S dan
sulfida (S2) yang jika teroksidasi akan menjadi sulfat (SO4-2).
Tumbuhan kemudian menyerap sulfat (SO4-2) yang mengendap pada tanah, sungai, dan
lautan. Di dalam tubuh tumbuhan, sulfur digunakan sebagai bahan penyusun protein. Hewan dan
manusia mendapatkan sulfur dengan jalan memakan tumbuhan yang juga dimanfaatkan sebagai
energi cadangan berupa protein. Jika tumbuhan dan hewan mati, jasad renik (dekomposer) akan
menguraikannya menjadi gas berbau busuk yakni H2S dan sulfida (S2).
Siklus sulfur di mulai dari dalam tanah, yaitu ketika ion-ion sulfat diserap oleh akar dan
di metabolisme menjadi penyusun protein dalam tubuh tumbuhan, ketika hewan dan manusia
memakan tumbuhan, protein tersebut akan berpindah ke tubuh manusia. Dari dalam tubuh
manusia senyawa sulfur mengalami metabolisme yang sisa-sisa hasil metabolisme tersebut
diuraikan oleh bakteri dalam lambung berupa gas dan dikeluarkan melalui kentut. Semakin besar
kandungan sulfur dalam kentut maka kentut akan semakin bau.
Hidrogen sulfida (H2S) berasal dari penguraian hewan dan tumbuhan yang mati oleh
mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Hidrogen sulfida hasil penguraian sebagian tetap
berada dalam tanah dan sebagian lagi dilepaskan di udara dalam bentuk gas hidrogen sulfida.
Gas hidrogen sulfida di udara kemudian bersenyawa dengan oksigen membentuk sulfur dioksida.
Sedangkan hidrogen sulfida yang tertinggal di dalam tanah dengan bantuan bakteri akan diubah
menjadi ion sulfat dan senyawa sulfur oksida. Ion sulfat akan diserap kembali oleh tanaman
sedangkan sulfur dioksida akan bereaksi dengan oksigen dan air membentuk asam sulfat (H2SO4)
yang kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan asam. Hujan asam juga dapat disebabkan oelh
polusi udara seperti asap-asap pabrik, pembakaran kendaraan bermotor, dll. Hujan asam dapat
menjadi penyebab korosi batu-batuan dan logam. H2SO4 yang jatuh kedalam tanah oleh bakteri
dipecah lagi menjadi ion sulfat yang kembali diserap oleh tumbuhan, tumbuhan di makan oleh
hewan dan manusia, makhluk hidup mati diuraikan oleh bakteri menghasilkan sulfur kembali.
Begitu seterusnya. Siklus sulfur atau daur belerang tidak akan pernah terhenti selama salah satu
komponen penting seperti tumbuhan masih ada di permukaan bumi ini.
Dalam daur sulfur atau daur belerang, untuk merubah sulfur menjadi senyawa belerang
lainnya setidaknya ada dua jenis proses yang terjadi. Yaitu melalui reaksi antara sulfur, oksigen,

dan air serta oleh aktivitas mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme yang berperan dalam
siklus sulfur antara lain adalah bakteri Desulfomaculum dan bakteri Desulfibrio yang akan
mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan
oleh bakteri fotoautotrof anaerob (Chromatium) dan melepaskan sulfur serta oksigen. Kemudian
sulfur dioksidasi yang terbentuk diubah menjadi sulfat oleh bakteri kemolititrof (Thiobacillus).
Dalam daur belerang mikroorganisme yang bertanggung jawab pada setiap proses
transformasi adalah sebagai berikut.
1. H2S S SO4 bakteri sulfur tak berwarna, hijau, dan ungu.
2. SO4 H2S bakteri desulfovibrio dalam reaksi reduksi sulfat anaerobik.
3. H2S SO4 bakeri thiobacilli dalam proses reaksi oksidasi sulfide aerobik.
4. Sulfur organik SO4 + H2S mikroorganisme heterotrofik aerobik dan anaerobik.
Proses rantai makanan disebut-sebut sebagai proses perpindahan sulfat, yang selanjutnya
ketika semua mahluk hidup mati dan nanti akan diuraikan oleh komponen organiknya yakni
bakteri. Beberapa bakteri yang terlibat dalam proses daur belerang (sulfur)
adalah Desulfibrio dan Desulfomaculum yang nantinya akan berperan mereduksi sulfat menjadi
sulfida dalam bentuk (H2S) atau hidrogen sulfida. Sulfida sendiri nantinya akan dimanfaatkan
oleh bakteri Fotoautotrof anaerob seperti halnya Chromatium dan melepaskan sulfur serta
oksigen.
Bakteri
kemolitotrof
seperti
halnya Thiobacillus yang
akhirnya
akan
mengoksidasi menjadi bentuk sulfat.

Pada aliran energi lebih ditekankan pada perputaran energi yang terjadi diantara
komponen ekosistem. Siklus energi ini diawali dari energi matahari yang ditangkap oleh

produsen, kemudian terus berputar tiada henti pada konsumen dan semua komponen ekosistem
yang. hal ini karena menurut hukum termodinamika bahwa energi dapat berubah bentuk, tidak
dapat dimusnahkan serta diciptakan. Perubahan bentuk energi ini dikenal dengan istilah
transformasi energi. Aliran energi di alam atau ekosistem tunduk kepada hukum-hukum
termodinamika tersebut.
Dengan proses fotosintesis energi cahaya matahari ditangkap oleh tumbuhan, dan diubah
menjadi energi kimia atau makanan yang disimpan di dalam tubuh tumbuhan. Proses aliran
energi berlangsung dengan adanya proses rantai makanan. Tumbuhan dimakan oleh herbivora,
dengan demikian energi makanan dari tumbuhan mengalir masuk ke tubuh herbivora. Herbivora
dimakan oleh karnivora, sehingga energi makanan dari herbivora masuk ke tubuh karnivora.
Sulfur berperan dalam penyimpanan dan pembebasan energi karena sulfur merupakan
komponen penting asam-asam amino esensial penyusun protein tanaman maupun hewan, seperti
methionin, sistein, dan sistin, juga dalam pembentukan polipeptida. Meskipun sulfur tidak
berperan langsung dalam pembentukan energi (ATP) seperti phospor, namun sulfur berperan
dalam sintesis protein. Dimana protein nantinya akan dirombak menjadi karbonhidrat jika zat
makanan penghasil energi utama tidak mencukupi. Itu sebabnya mengapa protein berperan
sebagai penghasil energi. Ketika hewan dan tumbuhan mati, dekomposer seperti bakteri akan
menguraikan tubuh makhluk hidup tersebut menjadi gas H2S.
Beberapa bakteri anaerob melakukan kemosintesis. Dimana kemosintesis merupakan
proses pembentukan senyawa bahan organik dari zat-zat anorganik dengan menggunakan energi
yang berasal dari reaksi-reaksi kimia. Pada kemosintesis elektron donor berasal dari bahan
anorganik sedehana, misalnya hidrogen, nitrgen, besi dan sulfur. Selama kemosintesis, elektron
dilepaskan dari bahan anorganik sehingga menjadi molekul yang tereduksi. Substansi terduksi ini
akan menimbulkan energi kimia, dan digunakan untuk produksi ATP serta NADPH. Selanjutnya,
ATP dan NADPH menyediakan energi untuk sintesis karbohidrat.
Proses biologi terjadi ketika pembentukan sulfat melibatkan berbagai jenis
mikroorganisme yang berperan sebagai dekomposer. Berikut adalah bakteri yang berperan dalam
pembentukan sulfat.
1. H2S S SO4-2; bakteri fotoautotrof tak berwarna, hijau dan ungu.
2.

SO4-2 H2S (reduksi sulfat anaerobik); bakteri Desulfovibrio danDesulfomaculum.

3.

H2S SO4-2 (Pengoksidasi sulfide aerobik); bakteri kemolitotrof : bakteri Thiobacilli.

4. Senyawa Organik SO4-2 + H2S, masing-masing mikroorganisme heterotrof aerobik dan

anaerobik

Proses kimia terjadi ketika sulfat mengendap di dalam permukaan tanah hasil dari
pengoksidasian mineral sulfida (batuan plutonik), berikut adalah contoh persamaan reaksi
pembentukan sulfat melalui oksidasi mineral sulfida, misalnya mineral besi sulfida.
2 FeS2 + 7 O2 + 2 H2O 2 Fe2+ + 4 SO42 + 4 H+
Proses kimia juga terjadi ketika gas SO2 terbentuk melalui pembakaran hasil emisi
pembakaran gas belerang atau aktivitas gunung berapi. Persamaan reaksinya:
S (s) + O2 (g) SO2 (g)
Proses kimia juga terjadi ketika gas H 2S terbentuk melalui aktivitas biologis ketika
bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas anaerobik), seperti di
rawa, dan saluran pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari aktivitas
gunung berapi dan gas alam. Persamaan reaksinya:
1S -2(s) + 2H+ (g) H2S (g)
Proses kimia dan biologi juga terjadi ketika sulfida (S 2), belerang dioksida (SO2) dan
(H2S) berubah menjadi SO4 atau sebaliknya dengan bantuan dari dekomposer. Dimana didalam
proses-proses tersebut juga terdapat reaksi-reaksi kimia.

1.

H2S S SO4-2

2.

SO4-2 H2S

3.

H2S SO4-2

4.

Senyawa Organik SO4-2 + H2S

Siklus sulfur-iodin merupakan sederet proses termokimia yang digunakan untuk


mendapatkan hidrogen. Ia terdiri dari tiga reaksi kimia yang keseluruhan reaktannya adalah air
dan keseluruhan produknya adalah hidrogen dan oksigen.
2 H2SO4 2 SO2 + 2 H2O + O2

(830 C)

I2 + SO2 + 2 H2O 2 HI + H2SO4

(120 C)

2 HI I2 + H2

1.
2.

3.

4.

(320)

Senyawa sulfur dan iodin didaur dan digunakan ulang. Proses ini bersifat endotermik dan
haruslah terjadi pada suhu yang tinggi. Siklus sulfur iodin sekarang ini sedang diteliti sebagai
metode yang praktis untuk mendapatkan hidrogen. Namun karena penggunaan asam korosif
yang pekat pada suhu yang tinggi, ia dapat menimbulkan risiko bahaya keselamatan yang besar
apabila proses ini dibangun dalam skala besar.
Dalam siklus Biogeokimia ini ada 3 hal pokok yaitu :
Terjadi daur aliran zat kimia dari Bio ke Geo atau dari Mahkluk hidup ke Bumi ( penguraian ,
zat sisa ekskresi.fotosintesis , respirasi dll yang ditujukan kebumi dari mahkluk hidup)
Terjadi daur aliran zat kimia dari Geo ke Bio yang tidak lain adalah pemanfaatan zat kimia entah
dalam bentuk organik maupun anorganik, biasanya oleh tumbuhan lewat akarnya, ataupun segala
yang ada di bumi yang dimanfaatkan untuk survivalnya entah itu respirasi,fotosintesis)
Terjadi daur aliran zat kimia dari Geo ke Geo maksudnya senyawa kimia di udara bisa pindah ke
darat misalnya lewat hujan - darat ke udara - darat ke air - air ke darat dll karena pelapukan,
erosi, pengendapan . Yang tentu semua itu pasti untuk suatu keseimbangan.
Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik. Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan
kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini
seringkali mematikan mahluk hidup di perairan dan pada umumnya dihasilkan dari penguraian
bahan organik yang mati.

2.3. Peran Manusia dan Hujan Asam

Manusia juga berperan dalam siklus sulfur. Hasil pembakaran pabrik yang
merupakan aktifitas manusia membawa sulfur ke atmosfer. Ketika hujan terjadi, turunlah hujan
asam yang membawa H2SO4 kembali ke tanah. Hal ini dapat menyebabkan perusakan batuan
juga tanaman.
Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan asam
disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil
serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen
oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat
dan asam nitrat yangmudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut
akan meningkatkan kadarkeasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi
kehidupan ikan dan tanaman.
Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air
permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman. Secara alami hujan asam
dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari proses biologis di tanah, rawa, dan
laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri,
pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian (terutama
amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer
di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah.
Hujan asam dapat terbentuk dari proses reaksi gas yang mengandung sulfat. Sulfat
dioksida (SO2) yang bereaksi dengan Oksigen (O2) dengan bantuan dari sinar ultraviolet yang
berasal dari sinar matahari.
2.4. Dampak Sulfur atau Belerang
Udara yang tercemar Sulfur Oksida (SOx) menyebabkan manusia akan mengalami
gangguan pada sistem pernafasannya. Hal ini karena gas SO x yang mudah menjadi asam tersebut
menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan, dan saluran nafas yang lain sampai ke paruparu. Serangan gas SOx tersebut menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena.
Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem pernafasan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada konsentrasi SO 2 sebesar 5 ppm
atau lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitive iritasi terjadai pada konsentrasi 1-2

ppm. SO2 dianggap polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan
penderita yang mengalami penyakit kronis pada sistem pernafasan dan kardiovaskular.
Sulfur dioksida (SO2) bersifat iritan kuat pada kulit dan lendir, pada konsentrasi 6-12 ppm
mudah diserap oleh selaput lendir saluran pernafasan bagian atas, dan pada kadar rendah dapat
menimbulkan spesme tergores otot-otot polos pada bronchioli, speme ini dapat menjadi hebat
pada keadaan dingin dan pada konsentrasi yang lebih besar terjadi produksi lendir di saluran
pernafasan bagian atas, dan apabila kadarnya bertambah besar maka akan terjadi reaksi
peradangan yang hebat pada selaput lendir disertai dengan paralycis cilia, dan apabila pemaparan
ini terjadi berulang kali, maka iritasi yang berulang-ulang dapat menyebabkan terjadi hyper
plasia dan meta plasia sel-sel epitel dan dicurigai dapat menjadi kanker.
Sulfur dioxide (SO2) memiliki cakupan-cakupan yang sangat mengganggu. Bila kita
menghirup SO2 hanya menembus sejauh hidung dan tenggorokan maka sejumlah kecil
konsentrasi SO2 akan mencapai paru-paru. Akan tetapi jika menghirup secara berat dalam artian
ada di lokasi gas belerang dalam waktu yang lama, maka bernapaslah hanya melalui mulut atau
konsentrasi dari SO2 akan menjadi tinggi. Efek dari gas belerang terhadap manusia sangatlah
bervariasi. Dimana dengan konsentrasi rendah pada 1ppm yang telah dihirup manusia akan
mengalami pengurangan fungsi paru-paru. Meskipun pada penelitian terhadap 7 sukarelawan
hanya 1 orang yang mengalami efek tidak baik pada 1 ppm. Jika selama 10 hingga 30 menit
kedapatan konsentrasi mencapai 5 ppm akan mengakibatkan sesak napas pada cabang
tenggorokan kita. Bila kedapatan selama 20 menit mencapai konsentrasi 8 ppm akan
memerahkan tenggorokan, gangguan pada hidung, dan iritasi pada tenggorokan. Sekitar 20 ppm
merupakan titik kritis dari iritasi konsentrasi SO2, meskipun ada beberapa laporan bahwa ada
orang-orang yang bekerja pada konsentrasi melampaui 20 ppm. Konsentrasi sebesar 500 ppm
sangat tidak dianjurkan untuk dihirup oleh manusia.
Pada beberapa kasus dimana terdapat konsentrasi SO2 yang sangat tinggi pada ruangan
tertutup, dapat mengakibatkan gangguan saluran udara, hypoxemia (kekurangan oksigen pada
darah), dan kematian dalam hitungan menit. Efek dari pulmonary edema(gangguan pada paruparu) meliputi batuk dan napas pendek yang dialami selama berjam-jam atau berhari-hari setelah
kedapatan menghirup konsentrasi SO2. Gejala-gejala ini menyakitkan hati dan menguras tenaga.
Hasil dari kedapatan menghirup konsentrasi dalam waktu yang sering, akan melukai paru-paru
secara permanen. Selain itu, Belerang dioksida adalah zat berbahaya di atmosfer, sebagai
pencemar udara.
2.5. Fungsi Sulfur
Dalam kehidupan, sulfur atau belerang berperan dalam:
a. Menstabilkan struktur protein. Ikatan sulfida sangat penting artinya untuk membentuk protein
stabil.
b. Berperan dalam mengaktifkan enzim, karena berbagai enzim membutuhkangugus sulfurhidril (SH) yang bebas, untuk melakukan aktivasinya. Dengandemikian sulfur berperan dalam proses
oksidasi-reduksi atau pernafasan jaringan.

c. Berperan dalam metabolisme energi dengan cara membentuk senyawa denganko-enzim A.


d. Sulfur berfungsi sebagai peredam racun. Gugus sulfur yang aktif bersenyawadengan racun itu
sehingga menjadi senyawa yang tidak berbahaya, kemudian dikeluarkan melalui urin.
e. Membantu pembentukan butir hijau daun sehingga daun menjadi lebih hijau
f. Menambah kandungan protein dan vitamin hasil panen.
g. Meningakatkan jumlah anakan yang di hasilkan (pada tanaman padi).
h. Berperan penting pada proses pembulatan zat gula.
i. Memperbaiki warna,aroma, dan kelenturan daun tembakau (khusus pada tembakau omprongan).
j. Memperbaiki aroma, mengurangi penyusutan selamapenyimpangan, memperbesar umbi & bawa
ng merah
k. Sulfur sangat berperan dalam pembentukan klorofil dan meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap serangan jamur. Sulfur juga membentuk senyawa minyak yang menghasilkan aroma
seperti pada jenis bawang dan cabe. Pada tanaman kacang sulfur merangsang pembentukan bintil
akar didalam tanah, sulfur berperan untuk menurunkan PH tanah alkali.

BAB III
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Salah satu siklus kimia yang penting adalah siklus sulfur. Adanya siklus sulfur membuat
ketersediaan sulfur di bumi tetap terjaga. Siklus sulfur terjadi dalam suatu rantai makanan, yang
dimulai dari tumbuhan. Di dalam tubuh tumbuhan belerang dari dalam tanah digunakan sebagai
penyusun protein. Hewan dan manusia mendapatkan belerang dengan jalan memakan tumbuhan.
Jika tumbuhan dan hewan mati, jasad renik akan menguraikannya lagi menjadi gas atau menjadi
dan , yang mengandung unsur sulfur.
Keseimbangan siklus ini perlu dijaga. Jika aktivitas manusia tidak memperhatikan
lingkungan, keseimbangan unsur dalam siklus akan terganggu sehingga proporsi komponen yang
seharusnya menjadi bergeser. Akibat ketidakseimbangan tersebut, terjadi berbagai masalah yang
dampaknya tidak hanya berpengaruh terhadap manusia, tetapi juga terhadap lingkungan hidup,
seperti terjadinya hujan asamyang disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor
dalam bahan bakar fosil sertanitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur
dioksida dan nitrogen oksida. Penggunaan bahan bakar fosil yang terlalu banyak melepaskan
sulfur yang berlebih ke atmosfir yang kemudian akan bereaksi dengan gas-gas di atmosfir dan
uap air, kemudian turun sebagai hujan asam yang bersifat merusak. Oleh karena itu pemahaman
mengenai keseimbangan siklus biogeokimia diperlukan untuk membuat suatu rancangan
manajemen lingkungan yang baik, termasuk lingkungan industri.

5.2. Saran
Ada beberapa saran yang perlu kami sampaikan kepada pihak pihak terkait :
5.2.1. Pemerintah perlu memberikan sanksi sanksi yang tegas terkait dengan sistem cerobong udara /
asap limbah pabrik yang tidak sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.
Karena hal tersebut terkait dengan dampak hujan asam yang kini marak terjadi.
5.2.2. Para cendikiawan seyogyanya perlu melakukan penelitian lebih lanjutmengenai peran manusia
dalam siklus sulfur serta dampak dari penggunaan sulfur terhadap kesehatan makhluk hidup.
5.2.3. Para mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat perlu melakukan penelitian, tindakan promotif
serta preventif terkait dengan dampak hujan asam terhadap kesehatan di masyarakat.

Air hujan itu akan masuk kedalam tanah yang akan diubah menjadi Sulfat yang
sangat peting untuk tumbuhan. Sulfat hanya terdapat dalam bentuk anorganik
(SO4), sulfat ini yang mampu berpindah dari bumi atau alam ketubuh tanaman/
tumbuhan melalui penyerapan sulfat oleh akar .Sulfur akan direduksi oleh
bakteri menjadi sulfida dan berbentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida.
Untuk lebih jelasnya mari perhatikan proses daur sulfur berikut!
1.
Erupsi gunung api, kendaraan bermotor dan pabrik yang menggunakan
bahan bakar fosil menghasilkan gas sulfur ke udara seperti H2S, dimetil
sulfida (CH3SCH3), SO2, dan SO4.
2.
Gas-gas yang mengandung sulfur di atmosfer bereaksi dengan awan dan
turun bersama hujan dalam bentuk ion-ion sulfat. Peristiwa ini disebut dengan
hujan asam. Hujan asam memiliki pH rendah dibawah 5,7. Awas! Hujan asam
bersifat korosif pada bangunan dan logam. Kandungan sulfat yang tinggi
pada hujan asam dapat mengancam kehidupan organisme. Banyak
organisme terutama tumbuhan mati karena hujan asam.
3.
Tumbuhan menyerap sulfat anorganik dari dalam tanah dan
menggunakannya untuk mensintesa protein. Sementara itu hewan
mendapatkan kebutuhan sulfat organik dengan memakan tumbuhan (melalui
rantai makanan).
4.
Baik hewan maupun tumbuhan akan mati dan jasadnya diurai oleh
dekomposer. Sisa jasad hewan dan tumbuhan yang mati secara aerob terurai
membentuk sulfat anorganik lagi.
5.
Bila proses penguraiannya terjadi secara anaerob maka akan terbentuk
senyawa sulfida yang busuk dan beracun. Senyawa busuk ini juga dihasilkan
secara anaerob dari reduksi sulfat oleh bakteri sulfur. Contoh bakteri sulfur
misalnya Sulfolobus sp., jenis bakteri termofilik yang suka hidup di habitat
ekstrim dengan suhu 60-80C (hidup di mata air belerang).
6.
Ada juga bakteri yang merugikan kesuburan tanah karena mengubah
sulfat menjadi asam sulfida sampai menjadi belerang. Proses ini dikenal
dengan desulfurikasi. Contoh bakteri yang tersebut adalah Spirrillum
desulfuricant.
7.
Jasad mati makhluk hidup yang tertimbun selama berjuta-juta tahun
menjadi bahan bakar fosil yang mengandung sulfur. Gas sulfur akan
dihasilkan tiap kali terjadi bahan bakar fosil digunakan.
8.
Sulfat yang larut di perairan juga bisa naik ke atmosfer saat terjadi
penguapan (daur hidrologi).

Lalu bagaimana dengan fungsi Siklus Sulfur itu sendiri? Siklus atau daur ini
memiliki fungsi tertentu yaitu pertama adalah untuk membantu pembentukan
butir hijau daun sehingga daun menjadi lebih hijau. Kedua untuk menambah
kandungan protein dan vitamin hasil panen, dan meningkatkan jumlah anak
yang menghasilkan (pada tanaman padi). Selain itu daur sulfur juga berperan
penting pada proses pembulatan zat gula, memperbaiki warna, aroma, dan
kelenturan daun tembakau ( khusus pada tembakau omprongan) dan
memperbaiki aroma, mengurangi penyusutan selama penyimpangan,
memperbesar umbi dan bawang merah.
Sedangkan untuk dampak Sulfur sendiri akan terbagi menjadi dua bagian yaitu
dampak positif dan juga dampak dari sisi negatif. Untuk dampak positif,
belerang dapat digunakan untuk industry kertas sulfit, pupuk, fungisida,
mensterilkan alat pengasap, dan untuk memutihkan buah kering dan ,
merupakan insulator yang baik. Sedangkan dampak negatifnya yaitu yaitu
pencemaran udara dan merusak atmosfer.
Dengan berakhirnya sedikit ringkasan materi di atas maka lengkap sudah
pembahasan kita tentang Contoh Makalah Daur Sulfur Lengkap ini. Semoga
dan mudah-mudahan pembahasan ini bisa menambah pengetahuan kita semua
dalam membuat makalah serta dalam memahami tentang daur sulfur. Itu saja,
selamat menyusun makalah ini dan semoga sukses!

AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA
2013
I.
A.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Belerang merupakan elemen penting bagi semua kehidupan, dan secara luas digunakan
dalam proses biokimia. Dalam reaksi metabolik, senyawa sulfur berfungsi sebagai bahan bakar
baik dan pernafasan (oksigen-menggantikan) bahan untuk organisme sederhana. Sulfur dalam
bentuk organik hadir di biotin vitamin dan tiamin, yang terakhir yang bernama untuk kata Yunani
untuk belerang. Belerang merupakan bagian penting dari banyak enzim dan juga dalam molekul
antioksidan seperti glutathione dan thioredoxin. Belerang organik terikat adalah komponen dari
semua protein, sebagai asam amino sistein dan metionin. Ikatan disulfida sebagian besar
bertanggung jawab untuk kekuatan mekanik dan terpecahkannya keratin protein, yang ditemukan
di kulit terluarnya, rambut, dan bulu,
Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni dan sulfida dan mineral sulfat.
Kristal elemen sulfur biasanya dicari oleh kolektor mineral untuk bentuk cerah mereka
polyhedron berwarna. Menjadi berlimpah dalam bentuk asli, belerang dikenal di zaman dahulu,
disebutkan untuk penggunaan di Yunani kuno, Cina dan Mesir. Asap belerang digunakan sebagai
fumigants, dan belerang yang mengandung campuran obat yang digunakan sebagai balsem dan
antiparasitics. Sulfur dirujuk dalam Alkitab sebagai belerang dalam bahasa Inggris, dengan nama
ini masih digunakan dalam istilah non-ilmiah beberapa. Belerang dianggap cukup penting untuk
menerima simbol sendiri alkemis nya.. Hal itu diperlukan untuk membuat kualitas terbaik dari
mesiu hitam, dan bubuk kuning cerah itu dihipotesiskan oleh para alkimiawan yang mengandung
beberapa sifat emas, yang mereka berusaha untuk mensintesis dari itu. Pada 1777, Antoine

Lavoisier membantu meyakinkan masyarakat ilmiah bahwa belerang unsur dasar, bukan
senyawa.
Elemen sulfur pernah diekstraksi dari kubah garam mana kadang-kadang terjadi dalam
bentuk hampir murni, tetapi metode ini telah usang sejak akhir abad 20. Hari ini, hampir semua
elemen sulfur diproduksi sebagai produk sampingan dari menghilangkan kontaminan yang
mengandung sulfur dari gas alam dan minyak bumi. Menggunakan komersial elemen terutama
dalam pupuk, karena kebutuhan relatif tinggi tanaman untuk itu, dan dalam pembuatan asam
sulfat, bahan kimia industri primer. Terkenal lainnya menggunakan untuk elemen dalam
pertandingan, insektisida dan fungisida. Banyak senyawa sulfur odiferous, dan bau gas alam
odorized, aroma sigung, jeruk, dan bawang putih adalah karena senyawa belerang. Hidrogen
sulfida yang dihasilkan oleh organisme hidup menanamkan bau busuk karakteristik untuk telur
dan proses biologis lainnya dan elemen berkontribusi terhadap bau menyengat mereka ketika
dibakar.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh Sulfur terhadap pertumbuhan tanaman ?
2. Apa gejala defisiensi Sulfur pada tanaman ?
3. Bagaimanakah sifat Sulfur didalam tanah ?
C.

Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh, manfaat, defisiensi serta sifat Sulfur terhadap tanaman.
Agar bisa memahami bagaimana cara mengatasi tanaman yang mengalami gangguan fisiologis
karena defisiensi maupun kelebihan unsur sulfur ini.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Belerang merupakan elemen penting bagi semua kehidupan, dan secara luas digunakan
dalam proses biokimia. Dalam reaksi metabolik, senyawa sulfur berfungsi sebagai bahan bakar
baik dan pernafasan (oksigen-menggantikan) bahan untuk organisme sederhana. Sulfur dalam
bentuk organik hadir di biotin vitamin dan tiamin, yang terakhir yang bernama untuk kata Yunani
untuk belerang. Belerang merupakan bagian penting dari banyak enzim dan juga dalam molekul
antioksidan seperti glutathione dan thioredoxin. Belerang organik terikat adalah komponen dari
semua protein, sebagai asam amino sistein dan metionin. Ikatan disulfida sebagian besar
bertanggung jawab untuk kekuatan mekanik dan terpecahkannya keratin protein, yang ditemukan
di kulit terluarnya, rambut, dan bulu, dan elemen berkontribusi terhadap bau menyengat mereka
ketika dibakar.
Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik, Belerang atau sulfur merupakan unsur
penyusun protein. Tumbuhan mendapat sulfur dari dalam tanah dalam bentuk sulfat (SO4 ).
Kemudian tumbuhan tersebut dimakan hewan sehingga sulfur berpindah ke hewan, setelah itu
Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur
dioksida atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali mematikan mahluk hidup di
perairan dan pada umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang mati. Tumbuhan
menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4). Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai
makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan akan diuraikan komponen organiknya oleh bakteri.
Beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur, antara lain Desulfomaculum dan Desulfibrio
yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S). Kemudian
H2S digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti Chromatium dan melepaskan sulfur dan
oksigen. Sulfur di oksidasi menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof seperti Thiobacillus.
Selain proses tadi, manusia juga berperan dalam siklus sulfur. Hasil pembakaran pabrik
membawa sulfur ke atmosfer. Ketika hujan terjadi, turunlah hujan asam yang membawa H2SO4
kembali ke tanah. Hal ini dapat menyebabkan perusakan batuan juga tanaman. Dalam daur
belerang, mikroorganisme yang bertanggung jawab dalam setiap trasformasi adalah sebagai
berikut :
1) H2S S SO4; bakteri sulfur tak berwarna, hijau dan ungu
2) SO4 H2S (reduksi sulfat anaerobik), bakteri desulfovibrio
3) H2S SO4 (Pengokaidasi sulfide aerobik); bakteri thiobacilli

4) S organik SO4 + H2S, masing-masing mikroorganisme heterotrofik aerobik dan anaerobik


Daur Biogeokimia belerang/sulfur adalah salah satu bentuk daur biogeokimia karbon.
Pengertian dan definisi lain dari daur biogeokimia belerang/sulfur yaitu perubahan sulfur dari
hidrogen sulfida menjadi sulfur diokasida lalu menjadi sulfat dan kembali menjadi hidrogen
sulfida lagi. Sulfur dialam ditemukan dalam berbagai bentuk. Dalam tanah sulfur ditemukan
dalam bentuk mineral, diudara dalam bentuk gas sulfur dioksida dan di dalam tubuh organisme
sebagai penyusun protein.
Siklus sulfur di mulai dari dalam tanah. yaitu ketika ion-ion sulfat di serap oleh akar dan
di metabolisme menjadi penyusun protein dalam tubuh tumbuhan. Ketika hewan dan manusia
memakan tumbuhan, protein tersebut akan berpindah ketubuh manusia. Dari dalam tubuh
manusia senyawa sulfur mengalami metabolisme yang sisa-sisa hasil metabolisme tersebut
diuraikan oleh bakteri dalam lambung berupa gas dan dikeluarkan melalui kentut. Salah satu zat
yang terkandung dalam kentut adalah sulfur. Semakin besar kandungan sulfur dalam kentut maka
kentut akan semakin bau.
Hidrogen sulfida (H2S) berasal dari penguraian hewan dan tumbuhan yang mati oleh
mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Hidrogen sulfida hasil penguraian sebagian tetap
berada dalam tanah dan sebagian lagi di lepaskan ke udara dalam bentuk gas hidrogen sulfida.
Gasi hidrogen sulfida di udara kemudian bersenyawa dengan oksigen membentuk sulfur
dioksida. Sedangkan hidrogen sulfida yang tertinggal di dalam tanah dengan bantuan bekteri
akan diubah menjadi ion sulfat dan senyawa sulfur oksida. Ion sulfat akan diserap kembali oleh
tanaman sedangkan sulfur dioksida akan terlepas keudara.
Diudara sulfur dioksida akan bereaksi dengan oksigen dan air membentuk asam sulfat
(H2SO4) yang kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan asam. Hujan asam juga dapat
disebakan oleh polusi udara seperti asap-asap pabrik, pembakaran kendaraan bermotor, dll.
Hujan asam dapat menjadi penyebab korosi batu-batuan dan logam. H2SO4 yang jatuh kedalam
tanah oleh bakteri di pecah lagi menjadi ion sulfat yang kembali diserap oleh tumbuhan,
tumbuhan di makan oleh hewan dan manusia, makhluk hidup mati diuraikan oleh bakteri
menghasilkan sulfur kebali. bergitu seterusnya. Siklus sulfur atau daur belerang tidak akan
pernah terhenti selama salah satu komponen penting penting seperti tumbuhan masih ada di
permukaan bumi ini.
Dalam daur sulfur atau siklus belerang, untuk merubah sulfur menjadi senyawa belerang
lainnya setidaknya ada dua jenis proses yang terjadi. Yaitu melalui reaksi antara sulfur, oksigen
dan air serta oleh aktivitas mikrorganisme. beberapa mikroorganisme yang berperan dalam siklus

sulfur adalah dari golongan bakteri, antara lain adalah bakteri Desulfomaculum dan bakteri
Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S)
III.

PEMBAHASAN

Belerang atau sulfur, adalah unsur kimia dengan nomor, atom 16 diwakili oleh S. simbol
Ini adalah, berlimpah multivalen non-logam. Pada kondisi normal, atom belerang membentuk
molekul siklik octatomic dengan rumus kimia S8. Elemen sulfur merupakan padatan kristalin
kuning cerah. Kimia, belerang dapat bereaksi baik sebagai oksidan atau mengurangi agen. Ini
mengoksidasi logam yang paling dan beberapa nonmetals, termasuk karbon, yang mengarah
untuk mengisi negatif dalam senyawa organosulfur kebanyakan, tetapi mengurangi oksidan yang
kuat beberapa, seperti oksigen dan fluor.
Peranan Sulfur
Unsur S diperlukan oleh tanaman dalam jumlah relatif banyak, lebih sedikit dibanding N
atau K, serupa dengan P, Ca dan Mg.; sebagai penyusun asam amino essensial: sistin, sistein dan
metionin, 90% S dalam tanaman berupa protein, ikatan disulfida, susunan protein dan aktivitas
ensim, pembentukan klorofil; Ferredoksin: protein Fe-S, reaksi redoks: fotosintesis, penyematan
nitrogen, reduksi nitrat dan sulfat; koensim: koensim A dan vitamin, biotin, thiamine, B1;
senyawa volatil: tanaman keluarga Onion dan crucifer (cabbage).
Manfaat Umum Sulfur
1) Belerang dioksida (SO2) digunakan sebagai fungisida (anti jamur), fumiga (anti serangga), dan
dalam jumlah yang sangat kecil digunakan sebagai pengawet makanan.
2) Natrium tiosulfat pentahidrat (Na2S2O3.5H2O) digunakan dalam proses pencucian film. Senyawa
ini dikenal dengan merk hipo.
3) Asam sulfat (H2SO4) dipakai sebagai pelarut, pengisi aki, pembuatan garam sulfat, pembuatan
pupuk, pengolahan minyak, dan pewarnaan tekstil.
Manfaat Khusus Sulfur
1) Pembentukan asam amino dan pertumbuhan tunas serta membantu pembentukan bintil akar
tanaman
2) Pertumbuhan anakan pada tanaman
3) Berperan dalam pembentukan klorofil serta meningkatkan ketahanan terhadap jamur

4) Pada beberapa jenis tanaman antara lain berfungsi membentuk senyawa minyak yang
menghasilkan aroma dan juga aktifator enzim membentuk papain
Mobilitas S
Unsur S relatif tidak mobil dalam tanaman: tidak segera dapat dialihtempatkan dari daun
yang tua ke bagian titik tumbuh, gejala kekahatan muncul pertama pada bagian atas yaitu daun
muda. Gejala kekahatan: kerdil (stunted), pertumbuhan spiral (spindly growth), seringkali
seluruh tanaman menjadi klorosis seragam (uniformly chlorotic), tanaman Crucifer membentuk
warna kemarahan dan ungu, kadar protein rendah, pengumpulan N bukan protein.
Jika kadar S berlebihan tidak secara langsung mempengaruhi tanaman tersebut atau
organisme yang memakannya, tetapi dapat menyebabkan masalah kegaraman karena S
merupakan anion yang dominan pada tanah salin, pelindian yang hebat dari SO4= meningkatkan
kehilangan kation.

Sumber S
1) Perombakan bahan orgaik tanah, karena 90% S dalam tanah berada dalam bentuk organik
tersebut
2) Rabuk, kompos dan biosolid.
3) Sulfat yang terjerap pada tapak pertukaran anion dari oksida Al dan Fe.
4) Mineral S: pada musim kering sulfida dalam bentuk anaerob.
5) Pengendapan atmosfer dari inudstri, hujan asam.
6) Pupuk S.
Bentuk S Yang Diserap Tanaman
1.

Penyerapan langsung SO2 oelh daun: jumlahnya kecil, jika kadar S dalam udara tinggi
akan meracuni tanaman.

2.

Penyerapan akar etrutama dalam bentuk: sulfat (SO4=).

Gerakan S Menuju Akar


Di dalam tanah sulfat bergerak karena aliran masa dan difusi. Terutama beregrak karena
aliran masa (mass flow), difusi memiliki arti penting pada tanah dengan kadar S yang rendah.

Kadar dalam larutan tanah 5-20 ppm. Aras yang mencukupi kebutuhan tanaman 3-5 ppm dalam
tanah.
Transformasi S Dalam Tanah
Proses alih rupa antara lain: Mineralisasi immobilisasi, Adsorpsi desorpsi, Presipitasi
dissolusi, Oksidasi reduksi, Volatilisasi.
Mineralization Imobilisasi
1) Daur S organik serupa dengan N organik.
2) Mineralisasi : melepas S menjadi anorganik, SO4 tersedia bagi tanaman
3) Imobilisasi (assimilation): kebalikan dari mineralisasi, pengambilan S anorganik dari tanah oleh
mikrobia untuk membentuk tubuhnya
4) Keseimbangan antara mineralisasi dan imobilisasi ditentukan oleh nisbah C:S dan N:S, nisbah
C:N:S bahan organik sekitar 120:10:1,4.
5) Dalam bahan organik terkandung 1% S. Dengan susunan bentuk ester dan eter sulfat sebesar 3060% melalui ikatan C-O-S, bentuk asam amino sekitar 10-20%, residual S sebesar 30-40%.
6) Ensim sulfatase : mirip dengan ensim fosfatase, melepas sulfat dari ester sulfat.
7) Pengaruh nisbah C:S : (1) C:S >400 S imobilisasi > S mineralisasi, (2) C:S = 200-400 S
imobilisasi = S mineralisasi, (3) C:S <200 mineralisasi="" s=""> S imobilisasi.
Adsorpsi Desorpsi
1) Senyawa SO4 2- yangterjerap merupakan bentuk S dari pangkalan labil bersifat segara tersedia,
mengisi kekosongan pada larutan tanah . Uji S tanah umumnya misalnya ekstraksi dengan Cafosfat.mengukur S yang terlarut ditambah S yang terjerap. Reaksi ini penting pada tanah yang
telah terlapuk dengan lanjut. Kekuatan adsorpsi: H2PO4 > SO4= > NO3.
2) Faktor yang mempengaruhi kapasitas jerapan: koloid tanah, hidroksida Fe-Al, kandungan
lempung tipe 1:1, kemasaman tanah, besarnya muatan tergantung pH, kapasitas pertukaran
anion.
3) Komposisi larutan tanah juga mempengaruhi: kadar SO4, keberadaan anion dan kation lainnya,
pendesakan oleh fosfat.
4)
Presipitasi Dissolusi
1) Gypsum (CaSO4) di daerah kering, merupakan bentuk pengendapan bersama antara S dengan
Ca-karbonat pada tanah kapuran

2) Sulfida pada kondisi anerob di tanah tergenang: H2S mengendap sebagai FeS atau ikatan logamS yang lainnya, untuk melarutkan diperluakn proses oksidasi.
Okidasi Reduksi
1) Bentuk S : beragam dari bilangan oksidasi -2 sampai + 6, yaitu silfida, polisulfida, S elemen,
tiosulfat, sulfit dan sulfat.
2) Bentuk oksidasi terbanyak sebagai sulfat, sulfat yang diserap tanaman akan direduksi menjadi S
organik.
3) Proses Oksidasi dan reduksi S dibantu oleh mikrobia
4) Senyawa S anorganik tereduksi terdapat pada tanah tergenang kondisi anaerob : (wetlands,
swamps, tidal marshes), pada kondisi aerob segera mengalami oksidasi.
5) Oksidasi S: mikrobia ototrofik dan heterotrofik : Thiobacillus sp. meneybabkan pemasaman. H2S
+ 2O2 H2SO4 2H+ + SO4= dijumpai pada daerah tambang (acid mine drainage) terjadi oksidasi
senyawa sulfida speerti pyrite (FeS). Dapat juga digunakan di lahan pertanian untuk
mengoksidasi S elemen : 2S + 3O2 + 2H2O 2H2SO4 4H+ + 2SO4=
Defisiensi Sulfur
Gejala kekurangan sulfur pada tanaman pada umumnya mirip kekurangan unsur
Nitrogen, misalnya :
1) Daun berwarna hijau mudah pucat hingga berwarna kuning
2) Tanaman kurus dan kerdil
3) Pertumbuhan dan perkembangannya lambat.
Pengangkutan S
1) Erosi: hilangan bersama bahan organik
2) Pelindian: sulfat sangat mobil dalam tanah, sulfat merupakan anion yang dominan pada air
lindian, pelindinan meningkat jika kandungan kation monovalen (K+, Na+) besar
3) Hilang karena volatilisasi
Volatilisasi
Kehilangan karena menguap: hasil transformasi mikrobia dalam tanah, misalnya
dimethyl sulfide (CH3SCH3), atau karbon disulfide, methyl mercaptan, dan dimethyl disulfida.
Pengaruhnya terhadap kesuburan tanah rendah. Dapat juga menguap melalui daun, hal ini
mempengaruhi mutu pakan.

Manajemen pupuk S
Pada tanah pasiran sering kekahatan S, karena rendahnya bahan organik tanah dan
pelindian yang hebat terhadap SO4, kebutuhan tanaman beragam: diperlukan oleh alfalfa, clovers,
canola, kubis dan sayuran serupa, hmt Brassicas, bawang merah danbawang putih, hmt
rerumputan atau legum, rumput menyerap S lebih cepat dibanding legum. Sumber sulfur: S
unsur (tidak segera tersedia, harus dioksidasi lebih dahulu menjadi SO4, oksidasi berlangsung
dalam reaksi masam). Sumber lain ikut dalam superfosfat. SSP (14% S), TSP (1,5% S).

IV.
A.

PENUTUP

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari pembahasan makalah tentang Sulfur (S) atau
Belerang ini adalah :
1. Sulfur merupakan elemen penting bagi semua kehidupan, dan secara luas digunakan dalam
proses biokimia, dalam reaksi metabolik, sebagai bahan bakar baik dan pernafasan (oksigenmenggantikan) bahan untuk organisme sederhana, serta merupakan bagian penting dari banyak
enzim dan juga dalam molekul antioksidan.
2. Unsur S diperlukan oleh tanaman dalam jumlah relatif banyak, lebih sedikit dibanding N atau K,
serupa dengan P, Ca dan Mg.
3. Gejala kekurangan sulfur pada tanaman pada umumnya mirip kekurangan unsur Nitrogen,
misalnya : Daun berwarna hijau mudah pucat hingga berwarna kuning, tanaman kurus dan
kerdil, pertumbuhan dan perkembangannya lambat.
4. Di dalam tanah sulfur bersifat sangat mobil, artinya sangat mudah berpindah, hilang dan tidak
tersedia bagi tanaman.
5. Kekurangan unsur sulfur bisa diatasi dengan penambahan pupuk buatan seoerti TSP dan ZA.

B.

Saran
Sulfur merupakan unsur hara esensial makro sekunder bagi tanaman, maka dari itu
ketersediaan unsur hara ini sangatlah penting bagi tanaman. Kekurangan unsur
hara ini dapat menyebabkan gejala sakit pada tanaman. Untuk itu sangat penting
jika kita bisa memahami tentang gejala defisiensi sulfur ini pada tanaman. Untuk
mengatasi masalah tanaman kekurangan asupan sulfur maka bisa diatasi dengan
memberikan tambahan unsur sulfur ini dengan pupuk tambahan.

Anda mungkin juga menyukai