Anda di halaman 1dari 9

Referat

ANATOMI SINUS PARANASALIS

Oleh:
MUHAMMAD ZULFIKAR IHSAN
NIM. 1508434487

Pembimbing:
dr. ARIMAN SYUKRI M, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2015
ANATOMI SINUS PARANASALIS

I.

DEFINISI
Sinus paranasalis adalah rongga yang terdapat didalam tulang seputar
rongga hidung. Termasuk disini sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidalis
anterior, sinus ethmoidalis posterior dan sinus sphenoidalis, masing-masing di
dalam tulang dengan nama sama.1

Gambar 1. Sinus paranasalis, dilihat dari anterior dan lateral1

II.

PERKEMBANGAN SINUS PARANASALIS


Semua sinus ini belum terbentuk pada saat bayi lahir tetapi terbentuk

sempurna sesudah beberapa tahun.1


Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga
hidung dan perkembangannya pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus frontalis
dan sphenoidalis, Sinus maksilaris dan ethmoidalis sudah ada saat anak lahir.
Sinus maksilaris dan sphenoidalis pada waktu lahir terdapat dalam bentuk yang
rudimater, setelah usia delapan tahun menjadi cukup besar, dan pada masa remaja
telah terbentuk sempurna. Sinus sinus ini umumnya mencapai besar maksimum
pada usia 15-18 tahun. Sinus frontalis kanan dan kiri biasanya tidak simetris dan
dipisahkan oleh sekat di garis tengah. Sinus frontalis berada di os frontal mulai
terbentuk sejak bulan keempat fetus, berasal dari sel-sel resesus atau dari sel-sel

infundibulum etmoid. Sinus ini telat berkembang sehingga jarang ditemukan


sinusitis pada anak-anak.2.3

Gambar 2. perkembangan sinus maksilaris dan frontalis4


III.

ANATOMI SINUS PARANASALIS


Sinus berfungsi sebagai resonator suara, sinus juga mengurangi berat

tengkorak. Bila muara sinus tersumbat atau sinus terisi cairan, kualitas suara jelas
berubah.2
Sinus paranasalis terdiri dari sinus maksila, sinus frontal, sinus sphenoid,
sinus ethmoid, tersebut diberi nama berdasarkan tulang-tulang di mana sinus
berada. Sinus berlanjut menginvasi tulang di sekitarnya, dan ekstensi yang nyata
sering terjadi pada cranium orang-orang lanjut usia.5

Gambar 3. Rangka pada wajah5

Gambar 4. Bagian-bagian sinus6

Berdasarkan ukuran sinus paranasal dari yang terbesar yaitu sinus maksilaris,
sinus frontalis, sinus ethmoidalis dan sphenoidalis:7.8

Sinus Maksilaris
Sinus maksilaris adalah sinus paranasalis yang paling besar Sinus maksilaris

disebut juga antrum Highmore. Sinus maksilaris mengisi corpus maxillae dan

berhubungan dengan meatus nasi medius.3


Sinus maksilaris terdapat di dalam korpus os maksila, membuka ke meatus
media. Karena orifisium terletak dibagian atas sinus, pengosongannya tidak
mudah.9

Gambar 5. Sinus maksilaris10


-

Adapun batas-batas yang terdapat pada sinus maksilaris :


Apeks sinus maksilaris memanjang kearah dan sering ke dalam os

zygomaticum
Basis sinus maksilaris membentuk pars inferior dinding lateral cavitas nasi
Bagian atas sinus maksilaris terbentuk oleh dasar orbita
Bagian bawah sinus maksilaris terbentuk oleh pars alveolaris maxillae. Bagian
atas gigi maxilla, terutama dua molar pertama, sering menimbulkan elevasi
konikal pada bagian bawah sinus.

Setiap sinus maksilaris didrainase oleh satu atau lebih ostium, ostium
maksilaris, ke dalam meatus nasi medius cavitas nasi melalui hiatus semilunaris.3
Sinus maksilaris berbentuk piramid, dinding anterior sinus adalah
permukaan fasial os maksila yang disebut fossa canina, dinding posteriornya
adalah permukaan infratemporal maksila, dinding medialnya adalah dinding
lateral rongga hidung, dinding superiornya adalah dasar orbita, dan dinding
inferiornya adalah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada
di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris
melalui infundibulum etmoid.11

Gambar 6. Vakularisasi pada sinus10


Suplai arterial sinus maksilaris terutama dari ramus alveolaris superior
A.Maxillaris, namun, cabang arteria palatines major dan descendens juga
memperdarahi bagian bawah sinus. Persarafan sinus maksilaris berasal dari
N.alveolaris superior anterior, media, dan posterior yang merupakan cabang
N.maxillaris.3
Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah:
a. Dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas yaitu
premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2), dan kadang-kadang juga gigi
taring dan gigi M3, bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke
dalam sinus sehingga infeksi gigi rahang atas mudah naik ke atas
menyebabkan sinusitis.
b. Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita. c. Ostium sinus
maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drainase hanya
tergantung dari gerak silia, lagipula drainase juga harus melalui
infundibulum yang sempit. Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid
4

anterior dan pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat
menghalangi drainase sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan
sinusitis.2
c. N.alveolaris superior (cabang N.maxillaris) menyuplai gigi maksila dan
selaput lendir sinus maksila, peradangan mukosa sinus sering disertai
sensasi sakit gigi pada gigi molar.5

Sinus Frontalis
Sinus frontalis terdapat di dalam os frontale, dan dipisahkan satu dengan yang

lain oleh septum tulang, yang sering menyimpang dari bidang median. Setiap
sinus berbentuk segitiga, meluas ke atas, di atas ujung medial alis mata dan ke
belakang ke bagian medial atap orbita. Masing-masing sinus frontalis bermuara ke
dalam meatus nasi medius melalui infundibulum. Membrana mucosa dipersarafi
oleh n.supraorbitalis.2.3
Sinus frontalis terletak di antara tabula eksterna dan interna os.frontale, di
posterior arcus superciliaris dan radix nasi, sinus frontalis biasanya dapat
dideteksi pada anak usia 7 tahun. Setiap sinus mendrainase melalui duktus
frontonasales ke dalam infundibulum ethmoidale, yang bermuara ke dalam hiatus
semilunaris, meatus nasi madius. Sinus frontalis di inervasi oleh cabang-cabang
nervus supraorbitalis.7
- Variasi sinus frontalis
Sinus frontalis kanan dan kiri jarang memiliki ukuran yang setara, dan septum
di antara kedua sinus tersebut biasanya tidak seluruhnya terletak di dalam bidang
median. Sinus frontalis bervariasi ukurannya dari sekitar 5 mm sampai ruang
besar yang membentang ke lateral ke dalam ala major ossis sphenoidalis. Sering
kali sinus frontalis memiliki dua bagian, bagian vertical pada pars squamosa ossis
frontalis dan pars horizontalis pada pars orbitale ossis frontalis. Satu atau kedua
bagian dapat besar atau kecil. Bila pars supraorbitalis besar, bagian atasnya
membentuk dasar fossa crania anterior dan dasarnya membentuk bagian atas
orbita.

Sinus Ethmoidalis
Sinus ethmoidalis adalah invaginasi kecil selaput lendir pada meatus meatus

nasi medius dan superior ke dalam os ethmoidale di antara cavitas nasi dan orbita.
sinus ethmoidal biasanya tidak dapat dilihat pada foto polos sebelum usia 2 tahun,
5

tetapi dapat dikenali pada CT scan. Sinus ethmoidalis anterior secara langsung
atau tidak langsung bermuara ke dalam meatus nasi medius melalui infundibulum
ethmoidale. Sel-sel ethmoidal media bermuara secara langsung ke dalam meatus
medius dan kadang-kadang disebut sel-sel bulat, karena membentuk bulla
ethmoidalis, suatu pembengkakan pada batas superior hiatus semilunaris sel-sel
ethmoidal posterior bermuara secara langsung ke dalam meatus superior . sel-sel
ethmoidal dipersarafi oleh ramus ethnoidalis anterior dan posterior N.nasociliaris.7

Sinus Sphenoidalis
Sinus-sinus spheoidalis terletak pada corpus ossis sphenoidalis, sinus

tersebut terbagi secara tidak sama dan dipisahkan oleh septum bertulang. Akibat
pembentukan sel-sel udara atau sinus-sinus ini, corpus ossis sphenoidalis menjadi
rapuh. Hanya lempeng tulang tulang tipis yang memisahkan sinus-sinus tersebut
dari beberapa struktur penting; nervus opticus dan chiasma opticum, glandula
pituitari, arteria carotis interna, dan sinus cavernosus. Sinus-sinus sphenoidalis
berasal dari sinus ethmoidal posterior yang mulai menginvasi os sphenoidale pada
sekitar usia 2 tahun. Arteria-arteria ethmoidale posterior dan nervus ethmoidalis
posterior menyuplai sinus-sinus sphenoidalis.7

Gambar 7. Persarafan pada sinus12

DAFTAR PUSTAKA
1. Wibowo Daniel S. Paryana W. Anatomi tubuh manusia. COPYRIGHT 2009
by Elsevier (Singapore) pte ltd. All rights reserved

2. Tadjudin OA. Batuk Kronik Pada Anak Ditinjau Dari Bidang THT.
1992.Http://www.kalbe.co.id [diakses tanggal 30 November 2015].
3. Moore Keith L. Anatomi berorientasi klinis.edisi kelima. jilid 3. 2013.EGC :
Jakarta.8
4. Faiz O. Moffat D. Et a glance series anatomi. 2002. Erlangga : Jakarta.50-52
5. Paulsen F. Waschke J. Sobotta, atlas anatomi manusia, kepala,leher, dan
neuroanatomi. 2006.EGC:Jakarta.442
6. Porter G. Grand rounds presentation, UTMB dept.of otolaryngology. 2002.
7. Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus Paranasal. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke lima. Editor:
Soepardi EA, Iskandar N. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Jakarta ; 2001. 115-124

8.

Shyamal, Kumar DE. Fundamental of Ear, Nose and Throat & Head-Neck
Surgery. Calcuta: The New Book Stall; 1996. 191-8
9. Snell Richard S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran.Edisi
6.2006.EGC: Jakarta.131-137
10. Frank

H.Netter

images.Maxillary

sinus.

2015.

Http://www.netterimages.com/maxillary-sinus-labeled-norton-1e-generalanatomy-frank-h-netter-11767/html [diakses pada tanggal 11 Desember


2015]
11. Hilger PA. Penyakit Sinus Paranasalis. Dalam: BOIES Buku Ajar Penyakit
THT.Edisi 6. Editor: Harjanto Effendi. Jakarta: EGC; 1997. 244-5
12. Drake.Vogl.

The

inervation

of

the

nasal

cavity.2005.

Http://intranet.tdmu.edu.ua/data/kafedra/internal/anatomy/classes_stud/en/st
omat/ptn/1/20.%20Organ%20of%20smell,%20vision,%20hearing/html
[diakses pada tanggal 11 desember 2015]

Anda mungkin juga menyukai