PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Berbagai jenis fraktur humerus proksimal dapat terjadi
dimana masing-
masing fraktur memiliki indikasi bedah dan pertimbangan yang berbeda-beda . fraktur
Proksimal humerus umumnya terjadi di sepanjang garis physeal. Dengan demikian,
fraktur mungkin melibatkan tuberkel (lebih besar dan / atau lebih kecil), collum
cirurgica, atau collum anatomicum humerus. Collum cirurgica terletak di antara
tuberositas dan poros (batang) tulang humerus sementara collum anatomicum adalah
persimpangan antara kepala humerus dan tuberositas. Untungnya, patah tulang collum
cirurgica yang lebih umum. fraktur Collum anatomicum biasanya memiliki prognosis
yang kurang menguntungkan karena terjadi devaskularisasi caput humerus. Antara
dua tuberositas humerus terletak alur di mana tendon biseps melekat. Ini merupakan
jalur cabang-cabang terminal ascendens dari arteri anterior sirkumfleksa humerus
masuk ke dalam caput humerus. Fraktur yang memisahkan tuberositas dari caput
humerus akan mengganggu komplek arteri kecil ini sehingga dapat mengakibatkan
osteonekrosis caput humerus.
2.2 Anatomi
Ujung atas humerus mempunyai caput yang membentuk sekitar dua pertiga
kepala sendi dan bersendi dengan cavitas glenoidalis scapula. Tepat di bawah caput
humeri terdapat collum anatomicum. Dibawah colum terdapat sulcus bicipitalis. Pada
pertemuan ujung atas humerus dan corpus humeri, terdapat penyempitan colum
chirurgicum. Sekitar pertengahan permukaan lateral corpus humeri, terdapat
2.3 Klasifikasi
Ada dua macam klasifikasi pada fraktur tulang humerus yaitu klasifikasi Neer
dan klasifikasi dari Asosiasi Ortopedi Trauma dimana kedua sistem ini saling
melengkapi. Pada tahun 1970, Neer memperkenalkan Sistem klasifikasi nya
berdasarkan derajat pergeseran dari tuberositas, collum anatomicum dan collum
salah satu
bagian di leher anatomis, leher bedah, tuberositas lebih kecil, atau tuberositas
lebih besar. Fraktur ini dinamakan berdasarkan struktur yang bergeser (Duabagian ). Pada klasifikasi Neer, fraktur collum chirurgicum termasuk dalam jenis
fraktur ini.
c. Tiga bagian fraktur patah tiga bagian mencakup semua fraktur humerus
proksimal dengan leher bedah pengungsi dan baik fraktur tuberositas perpindahan
lebih besar atau lebih kecil.
d. Empat bagian patah tulang.Empat bagian fraktur humerus proksimal yang patah
dengan tiga pergeseran , segmen retak termasuk tuberositas dan biasanya collum
sirurgica. Nekrosis avaskular sering terjadi pada jenis fraktur ini.
Pada tahun 1997, persatuan Ortopedi dan Trauma juga membuat
klasifikasi dimana mereka membagi fraktur humerus menjadi 27 tipe dan terbagi
lagi menjadi tipe A,B,dan C. Tipe A merupakan fraktur unifokal, B bersifat
bifocal dan tipe C merupakan fraktur collum anatomicum. Pada klasifikasi ini
fraktur collum chirugicum termasuk dalam kategori A2 dan A3 (A2 bersifat
impasi dan A3 bersifat non impaksi).
Salah satu hal yang menjadi perhatian lainnya adalah Posisi anatomis struktur
saraf dan pembuluh darah lengan yang sering menyebabkan komplikasi dalam
jenis fraktur. Pergeseran yang berat terjadi dari struktur bahu dengan jenis cedera
dapat menyebabkan kerusakan pada pleksus brakialis (paling sering cedera traksi
dari saraf aksilaris) atau struktur vaskular (biasanya mempengaruhi a. aksilaris).
Nekrosis avaskular juga merupakan komplikasi yang menyebabkan kematian sel
tulang ketika pasokan darah terputus dari daerah retak tulang seperti yang
disebutkan di atas.
2.4 Etiologi
2.5 Patofisiologi
Patah tulang terjadi bila energi mekanik melebihi kapasitas fisiologis tulang.
melemahnya struktur Intrinsik tulang ini selanjutnya meningkatkan risiko patologi
lainnya. Melemahnya jaringan tulang proksimal humerus dapat terjadi karena stres
yang berulang (seperti yang terjadi di bahu liga kecil dan patah tulang karena stres),
fungsi endokrin (seperti yang terjadi pada osteoporosis), patologi (seperti anemia sel
sabit, tumor, atau kanker), atau defisit gizi (seperti yang ditemukan dalam kasus
rakhitis dan osteomalacia). Kekuatan eksternal biasanya menyebabkan fraktur
humerus proksimal termasuk jatuh lengan dalam posisdi terlentang, rotasi berlebih
dalam posisi abduksi, pukulan langsung pada area lateral bahu, dislokasi yang
memicu fraktur avulsi), sengatan listrik, dan otot kejang (subscapularis dapat
menyebabkan avulsi tuberositas minor).
Secara biomekanik, jatuh dengan lengan terlentang (penyebab paling umum
dari fraktur humerus proksimal), bahu dan anggota tubuh akan berotasi kearah medial.
Dalam keadaan normal, untuk mencapai abduksi sempurna, tulang humerus harus
berotasi eksternal. Jika rotasi eksternal terbatas , seperti dalam jatuh, humerus
proksimal terhadap akromion tersebut. Akromion bertindak sebagai titik tumpu dari
pengungkit dan tergantung pada kualitas jaringan kompleks bahu mungkin humerus
fraktur, terkilir, atau keduanya terkilir dan patah.
2.7 Diagnosa
Diagnosa ditegakkan mulai dari anamnesa berupakeluhan nyeri bahu yang
umunya timbul setelah terjatuh dari tempat yang tinggi atau multi trauma pada pasien
yang masih muda.faktor faktor seperti mekanisme trauma, energy penyebab trauma,
atau kondisi kesehatn lainnya dari pasien harus ditanyakan. Hampir pada semua
kasus, pemeriksaan fisik dan foto radiografi dapat memberikan informasi diagnosis
dan rencana pengobatan. CT-scan dapat menyediakan informasi tambahan pada kasus
tertentu tetapi tidak selau dibutuhkan. Angiografi dibutuhkan bila dicurigai adanya
kerusakan vascular. Elektromiografi tidak berguna pada tahap awal tetapi penting
pada saat penyembuhan untuk mendeteksi kerusakan neuronal dan sebagai data
perkembangan dalam masa penyembuhan.
perkutan (K wires), plat, fiksasi antegrad intra medular, Fiksasi regtograd intra
medular dengan paku fleksibel.
2.7.1 fraktur translasi non impaksi ( A3.2)
Penanganan Non operatif
Kebanyakan ahli bedah mengobati fraktur A3.2 dengan translasi <50-60%
secara non operatif. Pada tabel tampak bahwa penangananan non operative
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan fiksasi K-wires atau plat meskipun
pada umur pasien yang lebih tua. Hasil penanganan non operatif sangat bergantung
pada umur dan merupakan pilihan yang baik pasien yang sudah tua. Pengobatan
Tindakan :
Modalitas seperti TENS dan es untuk mengontrol nyeri
membelat daerah fraktur
mengawasi kerja berat
menjaga kondisi kardio vaskular
latihan dengan mantap pada daerah keher, pergelangan tangan dan tangan
latihan bandul
elevasi pasif ke depan dari bahu
rotasi eksterbal pasif dari bahu
Gerakan pasif awal: (10 -21 hari setelah fraktur) ketika nyeri sudah berkurang dan
pasien tidak takut bergerak
Tindakan :
bandul
elevasi aktif dengan bantuan
rotasi aktif dengan bantuan sampai 40
Isometris: rotasi internal dan eksternal, fleksi, ekstensi, dan abduksi dalam posisi
netral (pada 4 minggu ke empat)
hiperekstensi aktif dengan bantuan (pada minggu 6)
latihan menggenggam
Fase II: (6-8 minggu paska fraktur)
Target : mendapat kekuatan otot yang penuh seperti semula
Bekerja aktif untuk mendapat kekuatan otot kembali
Meningkatkan kekuatan otot
Tindakan :
elevasi aktif ke depan dalam posisi supinasi
elevasi aktif ke depan dengan berat di depan
elevasi aktif ke depan dalam keadaan berdiri
katrol dengan esentrik lengan bawah
Pemasangan Plat
Beberapa ahli bedah memanfaatkan pemasangan plat T atau plat L untuk mereposisi
fraktur collum cirurgicum.seperti halnya K-wire, hasil operasi akan lebih baik pada
apsien di bawah 50 tahun namun sayangnya fraktur cirurgicum jarang terjadi pada
usia < 50 tahun.