Anda di halaman 1dari 38

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
A. Perkembangan Sistem Organ Fetus
Sekitar 1 bulan setelah fertilisasi ovum, semua organ fetus telah terbentuk sebagian
(minimal) dan selama dua tiga bulan keempat organ-organ fetus sama dengan organ
neonatus. Perkembangan struktur organ yang lebih kecil (struktur sel) lebih baik dan
memerlukan lima bulan kehamilan sisanya untuk menyempurnakan perkembangan. Bahkan
ketika lahir, beberapa struktur tertentu (sistem saraf, ginjal, dan hati) belum sempurna.
B. Pengertian Adaptasi Fisiologi Fetus
Fisiologi neonatus merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital neonatus.
Neonatus adalah individu yang baru saja mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Selain itu, neonatus
adalah indivisu yang sedang bertumbuh.
C. Pengertian Adaptasi Neonatal
1. Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam
pertama kelahiran.
2. Menurut Donna L. Wong, (2009) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4
minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 42 minggu.
3. Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
4. Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500
4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital
(cacat bawaan) yang berat.
5. (Saifudin Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
neonatal.YBP_SP.Jakarta) Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian

[1]

fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional


neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus.Kemampuan adaptasi
fisiologis ini di sebut juga homeostasis. Bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan
sakit. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan
interna (dalam kandungan ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (Oksigen
dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala
kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
2. 2 Adaptasi Fisiologis
A. SISTEM RESPIRASI
Perubahan sistem diawali dari perkembangan organ paru itu sendiri dengan
perkembangan struktur bronkus, bronkiolus, serta alveolus yang terbentuk dalam proses
kehamilan sehingga dapat menentukan proses pematangan dalam sistem pernafasan. Proses
perubahan bayi baru lahir adalah dalam hal bernafas yang dapat dipengaruhi oleh keadaan
hipoksia pada akhir persalianan dan rangsangan fisik (lingkungan) yang merangsang pusat
pernafasan medula oblongata di otak. Selain itu juga terjadi tekanan rongga dada karena
kompresi paru selama persalinan, sehingga merangsang masuknya udara kedalam paru,
kemudian timbulnya pernafasan dapat terjadi akibat interaksi sistem pernafasan itu sendiri
dengan sistem kardiovaskular dan susunan saraf pusat. Selain itu adanya surfaktan dan
upaya respirasi dalam bernafas dapat berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru serta
mengembangkan jaringan alveolus paru agar dapat berfungsi. Surfaktan tersebut dapat
mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus untuk
mencegah kolaps (Hidayat, 2008).
B. SISTEM KARDIO
Sebelum lahir, janin hanya bergantung pada plasenta untuk semua pertukaran gas
dan eksresi sisa metabolik. Dengan pelepasan plasenta pada saat lahir, sistem sirkulasi bayi
harus melakuakan penyesuaian mayr guna mengalihkan darah yang tidak mengandung
oksigen menuju paru untuk direoksigenasi. Hal ini melibatkan beberaoa mekanisme, yang
dipengaruhi oleh penjepitan tali pusat dan juga oleh penurunan resistensi bantalan vaskular
paru (Damayanti, 2014).
[2]

Selama kehidupan janin hanya sekitar 10% curah jantung dialirkan menuju paru
melalui arteri pulmonalis. Dengan ekspansi paru dan penurnan resisten vaskular paru,
hampir semua curah jantung dikirim menuju paru. Darah yang berisi oksigen menuju
kejantung dari paru meningkatkan tekanan di dalam atrium kiri. Pada saat yang hampir
bersamaan, tekanan di atrium kanan berkurang karena darah berhenti mengalir melewati tali
pusat. Akibatnya terjadi penutupan fungsional foramen ovale. Selama beberapa hari pertama
kehidupan, penutupan ini bersifat reversibel, pembukaan dapat kembali terjadi bila
resistensi vaskular paru tinggi, misalnya saat menangis, yang menyebakan serangan sianotik
sementara pada abayi. Septum biasanaya menyatu pada tahun pertama kehidupan dengan
membentuk septum intra atrial, meskipun pada sebagian individu penutupan anatomi yang
sempurna tidak pernah terjadi (Damayanti, 2014).
C. SISTEM SIRKULASI/PEREDARAN DARAH
Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis pada bayi baru lahir, yaitu
setelah bayi itu lahir akan terjadi proses pengantaran oksigen ke seluruh jaringan tubuh,
maka terdapat perubahan, yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan
penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya
tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah, dimana oksigen dapat menyebabkan sistem
pembuluh dara mengubah tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi resistensi.
Perubahan tekanana sitem pembuluh darah dapat terjadi saat tali pusat dipotong,
resistensinya akan meningkat dan tekanana atrium kanan akan menurun karena darah
kurang ke atrium yang dapat menyebabkan volume dan tekanan atrium kanan juga menurun.
Proses tersebut membantu darah mengalami proses oksigenasi ulang, serta saat terjadi
pernafasan pertama dapat menurunkan resistensi dan meningkatkan tekanan atrium kanan.
Kemudian oksigen pada pernafasan pertama dapat menimbulkan relaksasi dan terbukanya
sistem pembuluh darah paru yang dapat menurunkan resistensi pembuluh darah
paru.terjadinya peningkatan sirkulasi paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan
tekanan pada atrium kanan, dengan meningkatkan tekanan pada atrium kanan akan terjadi
penurunan atrium kiri, forame ovale akan menutup atau dengan pernafasan kadar oksigen
dalam darah akan meningkat yang dapat menyebabkan duktus arteriosus mengalami
kontriksi dan menutup. Perubahan lain adalah menutupnya vena umbilikus, duktus venosus,
[3]

dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit
setelah tali pusat diklem dan penutupan jaringan fibrosa membutuhkan waktu sekitar 2-3
bulan (Hidayat, 2008).
D. SISTEM THERMOGENIK
Ketika bayi lahir dan langsung berhubungan dengan dunia luar (lingkungan) yang
lebih dingin, maka dapat menyebakan air ketuban menguap melalui kulit yang dapat
mendinginkan darah bayi. Pada saat lingkungan dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa
melalui mekanisme menggigil yang merupakan cara untuk mendaatkan kembali panas
tubuhnya serta hasil penggunaan lemak cokelat untuk produksi panas. Adanya timbunan
lemak tersebut menyebabkan panas tubuh meningkat, sehingga terjadilah proses adaptasi.
Dalam pembakaran lemak, agar menjadi panas, bayi menggunakan kadar glukosa.
Selanjutnya cadanagn lemak tersebut akan habis dengan adanaya stres dingin dan bila bayi
kedinginan akan mengalami proses hipoglikemia, hipoksia dan asidosis (Hidayat, 2008).
E. SISTEM RENAL
A Sebelum lahir
In utero, dari gestasi 9-10 minggu, janin menghasilkan sejumlah besar urin encer,
yang merupakan sumber penting cairan amnion. Namun, sebelum lahir fungsi regulatorik
dan ekskretorik ginjal masih minimal. Plasenta memperbaiki setiap ketidakseimbangan
osmotik. Fungsi ginjal matang belum berkembang sampai usia sekitar 1 bulan; selama itu
urin mirip feses. Ginjal neonatus, yang masing-maisng beratnya 12,5 g, memiliki laju filtrasi
glomerulus yang rendah dan luas permukaan yang relatif kecil. Kemampuan melakukan
reabsorpsi atau ekskresi natrium rendah sehingga urine yang dihasilkan memiliki berat jenis
rendah dan hipotonik yang mencapau 1,5 kali konsentrasi plasma (700-800 mOsm)
dibandingkan dengan angka pada orang dewasa yang 3-5 kali konsentrasi plasma (12001400 mOsm).
B Setelah lahir
Saat lahir, pengeluaran air obligatorik normal menyebabkan bayi kehilangan 5-10%
berat lahirnya dalam 4 hari pertama akibat pengeluaran air dan ion Na. Fungsi ginjal
neonatus dapat secara efisien mencegah dehidrasi dan mengeliminasi produk sisa

[4]

metabolisme dengan kadar yang lebih rendah. Perubahan asupan cairan (atau peningkatan
beban zat terlarut) dapat menyebabkan ketidakseimbangan osmotik, asidosis, atau dehidrasi.
Resiko akan lebih rendah apabila pemberian makan disesuaikan dengan keinginan bayi,
tetapi pada bayi prematur dengan fungsi ginjal yang sangat imatur memerlukan perhitungan
keseimbangan cairan dan elektrolir yang cermat karena bayi dapat membentuk urine kaya
Na walaupun kadar Na plasma rendah. Hal ini dapat sangat penting apabila terjadi
pengeluaran air ekstrarenal yang tinggi, misalnya pada keadaan demam atau suhu ruangan
yang tinggi.
Kemampuan untuk mengekskresi proton atau ion hidrogen (H) juga terbatas
sehingga neonatus lebih rentan terhadap asidosis, eliminasi obat, misalnya anibiotik, oleh
sistem ginjal berkurang sehingga waktu paruh obat dalam sirkulasi meningkat. Hal ini
menyebabkan frekuensi dosis perlu diturunkan. Nonatus seyogyanya berkemih dalam 24
jam setelah dilahirkan. Pada awalnya, produksi urin per hari adalah 15-30 ml/kg yang
meningkat menjadi 100-200 ml/kg pada hari ke-7 seiring dengan peningkatan asupan cairan.
Fungsi ginjal matang belum tercapai sampai usia 12 bulan sampai 2 tahun.
F. SISTEM GASTROINTESTINAL
Sistem pencernaan menyelesaikan perkembangan anatomis pada minggu ke-24 dan
neonatus aterm mampu mecerna dan menyerap susu dari lahir. Faktor pertumbuhan spesifik
spesies di air susu penting untuk mendorong perkembangan pencernaan pascanatal. Usus
neonatus memiliki kapasitas pencernaan dan penyerapan yang imatur tetapi terdapat
sejumlah mekanisme kompensasi, terutama untuk bayi yang mendapat air susu ibu.
Refleks makan
Sejak lahir, seorang bayi normal dapat mengisap dari puting payudara, menyalurkan
air susu ke bagian belakang mulut dan menelannya selama 5-10 menit sambil bernapas
normal. Terdapat program refleks dan perilaku bawaan, yang menjadi semakin jelas dalam
sekitar satu jam setelah persalinan, termasuk kemampuan bergerak dari perut ibu ke
payudara, aktivitas tangan terkoordinasi, gerakan mencari puting payudara, melekat ke
payudara, dan makan secara rakus sebelum jatuh tertidur. Sentuhan pada lngit-langit
memicu refleks mengisap. Seonatus memperlihatkan kejang rahang ritmik, yang
menciptakan tekanan negatif, dan kerja peristaltik lidah dan rahang memeras air susu dari
payudara dan memindahkannya ke kerongkongan yang kemudian memicu refleks menelan.
Pada neonatus normal. Refleks menyusu ini kuat saat lahir dan sudah tampak pada bayi
[5]

prematur sejak usia sekitar 32 minggu (sekitar 1200 g). Bayi yang sangat prematur dan
mereka yang berisiko sakit atau berat lahirnya sangat rendah memperlihatkan penurunan
mencolok atau tidak adanya refleks. Bayi lain yang mengalami masalah makan mencakup,
misalnya mereka yang mengidap gangguan fisik misalnya bibir atau langit-langit sumbing
dan mereka yang terkena sedasi atauanalgesik obsetrik, atau stres berat saat persalinan.
Refleks mengisap dan menelan dibantu oleh konigurasi morfologis mulut neonatus
yang khusus, langit-langit lunaknya secara proprsional lebih panjang. Neonatus juga
memiliki refleks ekstruksi sebagai respon terhadap adanya bahan padat atau setengah padat
di dalam mulutnya. Refleks ini hilang pada usia 4-6 bulan dan diganti oelh suatu pola
gerakan menggigit ritmik yang bersamaan dengan tumbuhnya gigi pertama pada usia 7-9
bulan.
Pembentukan hormon dan enzim
Sekresi gastrin sudah ada, tetapi rendah; respon terhadap k=hormon pengatur
pencernaan juga tampaknya rendah. Efeknya adalah getah lambung memiliki pH mendekati
netral (dibandingkan dengan pH 2 pada lambung orang dewasa). pH lambung yang tinggi
berarti bahwa amilase air liur tidak mengalami inaktivasi di lambung sehingga pencernaan
zat pati dapat berlanjut. Refluks isi lambung sering terjadi karena sfingter esofagus bawah
masih imatur, baik dalam pengendalian saraf maupun otot. Getah lambung yang tidak terlalu
asam tidak menimbulkan kerusakan jaringan mukosa esofagus tetapi juga kurang efektif
salam mendenaturasi proetin termasuk mikroorganisme. Dieprkirakan refluks air susu
manusia merupakan hal yang menguntungkan karena sejumlah kecil air susu dapat
mencapau bagian atas saluran napas untuk memberi keuntungan imunologis di tempat
tersebut. Bayi yang mendapat ASI memperlihatkan insiden masalah pernapasan yang
rendah. Penurunan produksi asam lambung berarti bahwa pengaktifan pepsinogen menjadi
pepsin terbatas, sehingga pencernaan protein di lambung juga terbatas. Penurunan keasaman
dan pencernaan protein mungkin meningkatkan pertahanan dengan meningkatkan aktivitas
imunoglobulin dan pengenalan antigen di saluran cerna karena protein ini dapat bertahan
terhadap lingkungan lambung yang relatif ramah.
Pada neonatus, kadar amilase pankrean rendah, tetapi ASI mengandung amilase
mamaria, yang dapat membantu pencernaan kanji. Kolostrum terutama kaya amilase
mamaria. Perkembangan aktivitas laktase berlangsung relatuf lambat, dan mencapai tingkat
yang adekuat setelah usia gestasi 36 minggu. Namun, banyak bayi prematur dapat mencerna
[6]

laktosa dengan memuaskan karena laktosa yang tidak diserap dapat dicerna oleh bakteri
kolon menjadi asam lemak rantai pendek, yang ekmudian dpaat diserap sehingga energi
dapat diselamatkan. Kadar lipase pankrean yang rendah dikompensasu oleh lipase lidah dan
lambung yang dibentuk oleh neonatus (dirangsang oleh pengisapan) serta lipase ASI yang
dirangsang oleh garam empedu. Pembentukan asam empedu rendah, tetapi ASI kaya akan
taurine, yang digunakan untuk konjugasi garam empedu oleh neonatus.
Defekasi
Pengeluaran mukonium, suatu campuran mukus, sel epitel, asam lemak, dan pigemn
empedu (yang menyebabkan warna khas hitam kehijauan(, memastikan bahwa usus bagian
bawah paten. Penegluaran tinja peralihan (mekonium dan residu makanan), biasanya dalam
24 jam, mengisyaratkan bahwa seluruh usus paten. Saat lahir, kapasitas lambung adalah 1020 ml, yang dengan cepat meningkat menjadi 100 ml pada 1 tahun.
G. SISTEM HEPAR
Bilirubin
Fungsi hati neonatus serupa dengan pada orang dewasa tetapi relatif imatur.
Kemampuan membentuk protein plasma dan memetabolisasi zat asing masih inefisien. Hal
ini, bersama dengan proses pencernaan yang belum matang, menyebabkan neonatus berisiki
mengalami hiperbilirubinemia. Sebelum lahir, bilirubin dibersihkan oleh plasenta dan
ditangani oleh metabolisme ibu. Apabila terjadi penumpukan bilirubin pada neonatus, dapat
terjadi ikterus. Karena sawar darah otak-otak pada neonatus lebih permeabel, bilirubin bebas
dapat masuk secara mudah dan salam konsentrasi yang memadai dapat menimbulkan
kernikterus, yang menimbulkan berbagai gejala kejang dan perilaku abnormal sampai
paralisis serebral, katulian, atau kematian.
Bilirubin adalah produk penguraian hemoglobin dari sel darah merah (gambar). Zat
besi dari sel darah merah didaur-ulang. Hem, yaitu pigmennya, diuraikan oleh makrofag
sistem retikuloendotel menjadi biliverdin dan kemudian bilirubin. Bilirubin tidak
terkonjugasi (tidak langsung; indirect) bersifat tidak larut dan tidak dapat diekskresikan. Zat
ini diangkut oleh albumin plasma ke hati untuk dimetabolisme menjadi bilirubin
terkonjugasi (langsung; direct), yang larut. Konjugasi emlibatkan pengikatan gula
glukuronida ke bilirubin untuk membentuk bilirubin diglukuronat. Bilirubin terkonjugasi
diekskresikan ke dalam empedu dan feses. Di usus bilirubin terkonjugasi mengalami
metabolisasi lebih lanjut oleh flora bakteri untuk menghasilkan urobilin dan sterkobilin
[7]

(yang memberi warna khas tinja). Sebagaian produk pemecahan metabolisme bilirubin oleh
bakteri mengalami dekonjugasi dan diserap melalui dinding usus untuk didaur ulang.
Sejumlah kecil bilirubin juga diekskresikan melalui ginjal.

Penurunan pembentukan protein plasma dapat menyebabkan peningkatan kadar


bilirubin tidak terkonjugasi. Jalur hati yang melakukan dekonjugasi bilirubin menjadi
metabolit larut air (sehingga dapat diekskresikan) juga dapat tertunggu. Karena mekonium
kaya akan bilirubin, penundaan pengeluaran mekonium meningkatkan kemungkinan
dekonjugasi, penyerapan, dan pemasukan kembali bilirubin ke dalam sirkulasi.
Pembentukan bilirubin pada neonatus bebanding terbalik dengan usia gestasi dan tetap
tinggi selama beberapa minggu. Hal ini sebagian disebabkan oleh tingginya kadar sel darah
merah, yang disebabkan kemudian disingkirkan, dan juga karena banyak sel darah merah
yang rapuh yang rentang usianya lebih singkat. Resiko hiperbilirubinemia semakin
meningkat oleh keadaan yang menekan jalur ini, misalnya pemecahan sel darah yang
berlebihan (seperti pada trauma berlebihan saat lahir atau akibat infeksi) atau peningkatan
pemecahan sel darah merah (seperti pada polisitemia karena diabetes ibu).
Penyimpanan bahan bakar
[8]

Metabolisme bahan bakar didominasi oleh jalur anabolik, sementara neonatus harus
mengatabolisasi simpanan bahan bakar untuk menyediakan nutrien diantara saat makannya.
Minggu-minggu terakhir igestasi merupakan saat penting utnuk menyimpan lemak dan
glikogen. Selama masa janin, glikogen disimpan di otot rangka dan dengan jumlah yang
lebih sedikit, di hati. Glikogen merupakan substrat untuk menghasilkan energi selama
persalinan dan beberapa jam pertama kehidupan pascanatal. Simpanan lemak berfungsi
sebagai sumber energi alternatif; neonatus dengan mencolok meningkatkan oksidasi asam
lemak dan menggunakan badan keton untuk menghasilkan energi. Pada beberapa hari
pertama kehidupan, kuosien respirasi turun dari 1,0 (karena simpanan glukosa habis)
menjadi sekitar 0,7 (suatu angka yang serupa dengan ditemukannya pada orang dewasa
pengidap diabetes) karena lemak dan protein dimobilisasi sampai neonatus mengonsumsi
susu dalan jumlah adekuat.
Pengaturan glukosa
Kadar glukosa pada neonatus cenderung turun setelah persalinan karena hati imatur
lebih efisien dalam meningkatkan sintesis glikogen daripada melakukan glikogenolisis, dan
karena bayi mengalami peningkatan aktivitas dan metabolime saat lahir. Otak yang besar
dan jumlah sel darah merah yang tinggi memerlukan glukosa dalam jumlah besar. Stres
persalinan dan pendinginan saat lahir merangsang pengeluaran katekolamin, yang
merangsang pembebasan glukagon dan menekan pengeluaran insulin serta penting untuk
mengaktifkan jalur metabolik di hati. Neonatus tidak mampu mengatur glukosa secara
efisien dan biasanya mengalami hipoglikemia (kadar glukosa sekitar 2 mmol/l). Enzim yang
berperan dalam metabolisme glukosa belum mencapai kadar optimum di hati selama 2-3
minggu sehingga glukogenolisis dan glukoneogenesis relatif lambat dalam mengoreksi
penurunan glukosa darah. Apabila persaliann berlangsung lama, neonatus dapat kehabisan
simpanan glikogennya. Respons terhadap peningkatan kadar glukosa juga lambat; walaupun
jumlah insulin salam pankrean memadai, sel- pada mulanya tidak memiliki kepekaan
terhadap glukosa, malah berespons lebih baik terhadap asam amino. Dengan demikian,
kadar glukosa darah neonatus berfluktuasi. Pernah tercatat angka serendah ini akan
menyebabkan kejang, koma hipoglikemik, dan mungkin kerusakan saraf, sedangkan pada
neonatus hal tersebut dapat menyebablan kejang, koma hipoglikemik, dan mungkin
kerusakan saraf, sedangkan pada neonatus hal tersebut dapat menyebabkan serangan apnea.
[9]

Susunan saraf pusat pada neonatus memperlihatkan plastisitas dan secara parsial terlindung
karena dapat menggunakan asam lemak dan keton secara efisien.
H. SISTEM IMUN
Neonatus merupakan penjamu yang rentan, mudah mengalami infeksi nosokomial.
Mekanisme pertahanan pejamu masih belum matang, sebgaian karena neonatus belum
pernah terpajan ke organisme yang umum dan sebagian karena respons selular neonatus
masih terbatas. Kerusakan pada mukosa dan kulit akibat persalinan atau prosedur obsetrik
invasif merupakan pintu masuk bagi bakteri patogenik. Dalam kaitannya dengan pemberian
makanan artifisial, neonatus berisiko tinggi mengalami infeksi saluran cerna, yang mungkin
berkaitan dengan terbentuknya alergi di kemudain hari. Bayi prematur, terutama usia
gestasinya kurang dari 34 minggu, sangat rentan karena belum banyak mendapat IgG dari
ibu, saat lahir, neonatus meninggalkan lingkungan janin yang steril untuk masuk ke
lingkungan yang penuh oleh mikroorganisme. Ingesti dan inhalasi merupakan rute untuk
kolonisasi bakteri setelah lahir, mula-mula oleh organisme yang berasal dari saluran
genitalia ibu. Kulit, tali pusat, dan genetalia mengalami kolonisasi pertama kali diikuti oleh
wajah, sistem pernapasan, dan usus. Flora kulit meningkat pada batyi verniks kaseosanya
sedikir dan dibatasi oleh pemakaian sabun alkali dan zat antiseptik. Mula-mula usus
dikolonisasai oleh organisme yang berkontak dengan neonatus saat dan segera setelah lahir.
Profil organisme dipengaruhi oleh makanan; bayi yang emndapat ASI memperlihatkan
kondisi yang optimal untuk pertumbuhan laktibasilus dan bifidobakterium yang protektif.
Pola yang berbeda dijumpai pada bayi dengan berat lahir yang sangat rendah dan mereka
yang memerlukan bantuan ventilasi atau makan. Mekonium in vivo biasanya steril tetapi
saat diekskresikan menjadi bahan yang baik untuk mikroorganisme. Pemakaian antiobiotik
mengubah pola kolonisasi bakteri pada neonatus dan dapat mendorong pengngkatan
pertumbuhan bakteri resisten (Coad, Jane, 2007).
I. SISTEM NEUROLOGI
Pada saat lahir sistem saraf belum terintegrasi sempurna namun sudah cukup
berkembang untuk bertahan dalam kehidupan ekstra uterin. Fungsi tubuh dan respon-respon
yang diberikan sebagian besar dilakukan oleh pusat yang lebih rendah dari otak dan reflekreflek dalam medulla spinalis. BBL baru dapat menjalankan fungsi pada tingkat batang otak.
[10]

Kontrol saraf dari pusat yang lebih tinggi secara bertahap berkembang, membuat lebih
memungkinkannya perilaku yang kompleks dan bertujuan. (Hamilton, 1995).
Kebanyakan fungsi neurologis berupa reflek primitif. Evaluasi reflek primitif dan
tonus otot merupakan pengkajian perilaku saraf (neuro behavioral) pada neonatus. BBL
memiliki banyak reflek yang primitif. Waktu, saat reflek BBL ini muncul dan menghilang,
menunjukkan kematangan dan perkembangan sistem syaraf yang baik. Reflek yang sering
ditemukan pada BBL normal adalah menghisap dan membuka mulut (rooting), menelan,
menggenggam telapak tangan dan kaki, menjulurkan lidah, reflek moro, dll (Bobak, 2005).
Selain itu, sistem syaraf otonom sangat penting selama transisi, Karena saraf ini
merangsang respirasi awal, membantu mempertahankan keseimbangan asam basa, dan
mengatur sebagian kontrol suhu (Wong, 2009).
BBL cukup bulan dikenal sebagai mahluk yang reaktif, responsif, dan hidup.
Perkembangan sensoris BBL dan kapasitas untuk melakukan interaksi sosial dan organisasi
diri sangat jelas terlihat (Bobak, 2005).
Myelinisasi

system

saraf

mengikuti

hukum

perkembangan

cephalokaudal

proksimodistal (kepala ke jari kaki-pusat ke perifer) dan berhubungan erat dengan


kemampuan keterampilan motorik halus dan kasar yang tampak. Myelin diperlukan untuk
transmisi cepat dan efisien pada sebagian impuls saraf sepanjang jalur neural. Traktus yang
mengalami myelinisasi paling awal adalah traktus sensoris, serebral, dan ekstra pyramidal.
Saraf ini menyebabkan pengindraan tajam pengecap, pembau, dan pendengaran pada BBL,
begitu juga persepsi nyeri. Semua saraf kranial sudah ada dan mengalami myelinisasi,
kecuali saraf opticus dan olfaktorius (Wong, 2009).
Sejak lahir, bayi meiliki respon sensorik yang mengindikasikan
suatu tahap kesiapan untuk melakukan interaksi social antara lain
mencakup:
a. Penglihatan
Saat lahir pupil bayi bereaksi terhadap rangsangan cagaya dan
penglihatan reflek mengedip dengan mudah. Sejak lahir, bayi telah
mampu memusatkan pandangan dan memperhatikan secara intensif
[11]

suatu objek. Mereka memandang wajah orang tuanya dan berespon


terhadap perubahan yang dilakukan. Kemampuan ini membuat orang
tua dan anak dapat saling kontak mata dan akibatnya terbentuk
komunikasi yang tidak kentara. Kontak mata sangat penting dalam
interaksi orang tua bayi.
b. Pendengaran
Bayi akan berespon terhadap suara ibunya, hal ini merupakan
respon akibat mendengar dan merasakan gelombang bunyi suara
ibunya selagi ia berada di dalam rahim Hal ini menunjukkan suatu
pendengaran selektif terhadap bunyi dan irama suara ibu selama bayi
hidup di dalam rahim, dimana bayi baru lahir mempersiapkan diri
untuk mengenali dan berinteraksi dengan pemberi perawatan primeribu mereka. Janin di rahim telah terbiasa mendengar denyut jantung
ibu, akibatnya bayi baru lahir akan berespon dengan melakukan
relaksasi dan berhenti menangis bila simulator denyut jantung
diletakkan di tempat tidurnya.
c. Sentuhan
Semua bagian tubuh bayi berespon terhadap sentuhan. Wajah
terutama

mulut, tangan, dan telapak kaki merupakan daerah yang

paling sensitive. Hal penting dalam pertumbuhan dan perkembangan


normal,dan

setiap

bayi

menunjukkan

keanekaragaman

respon

terhadap sentuhan. Ibu yang baru memiliki bayi menggunakan


sentuhan

sebagai

perilaku

pertama

dalamberinteraksi

seperti

sentuhan ujung jari, mengusap-usap wajah dengan lembut san


memijat bagian punggung.
d. Pengecap
Bayi baru lahir memiliki system kecap yang berkembang baik dan
larutan yang berbeda menyebabkan bayi memperlihatkan ekspresi
wajah yang berbeda.secra umum bayi berorientasi pada pengguanaan
mulutnya, baik untuk memenuhi kebuthuhan nutrisi, maupun untuk
[12]

tumbuh dengan cepat dan untuk melepaskan ketegangannya melaui


kegiatan menghisap. Perkembangan dini yang mencakup sensasi di
sekitar

mulutnya,

aktivitas

otot

dan

pengecapan

tampaknya

merupakan persiapan bayi agar tetap hidup di luar rahim.


e. Penciuman
Indera penciuman bayi baru lahir sudah berkembang baik saat bayi
lahir. Bayi baru lahir tampaknya memberi reaksi yang sama denga
reaksi orang dewasa, bila diberi bau yang menyenangkan. Bayi yang
disusui mampu membaui ASI dan dapat membedakan ibunya dari ibu
lain yang menyusui. Bayi wanita yang diberi susu botol lebih
menyukai bau wanita yang menyusui daripada wanita lain yang tidak
menyusui. Bau ibu ini dipercaya mempengaruhi pemberian makan
(Bobak, 2005).
J. SISTEM INTEGUMEN
Stuktur kulit bayi masih belum matang walaupun sudah terbentuk. Epidermis dan
dermis sangat tipis dan tidak terikat dengan baik, sehingga menyebabkan kulit bayi sangat
sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Akan tetapi, pada struktur kulit tersebut terdapat
vernik kaseosa yang berfungsi sebagai lapisan pelindung kulit. Bayi baru lahir yang cukup
bulan memiliki kulit kemerahan yang akan memucat menjadi normal beberapa jam setelah
kelahiran. Kulit sering terlihat bercak terutama sekitar ektremitas. Tangan dan kaki sedikit
sianotik (Akrosianotik). Hal ini disebabkan oleh ketidakstabilan vasomotor serta stasis
kapiler dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini normal, bersifat sementara dan
bertahan selama 7-10 hari (Behrman,2000). Perubahan pada sistem integumen adalah
sebagai berikut.

Semua struktur kulit sudah ada tapi belum matur


Epidermis & dermis tidak terikat dengan erat dan sangat tipis
Verniks caseosa bersatu dengan epidermis
Bayi aterm memiliki kulit erithemathous
Kulit sering kelihatan berbintik & lurik-lurik
Tangan dan kaki sedikit sianosis (acrosianosis)

K. SISTEM REPRODUKSI
[13]

Bayi perempuan memiliki ovarium yang berisikan beribu-ribu sel germinal primitif
yang nantinya akan berkurang sekitar 90% sejak bayi lahir sampai dewasa. Peningkatan
kadar estrogen selama masa hamil yang diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir
mengakibatkan pengeluaran bercak darah melalui vagina. Genetalia eksterna biasanya
edematosa disertai hiperpigmentasi. Pada bayi prematur, klitoris menonjol dan labia mayora
kecil dan terbuka (Behrman,2000).
Pada 90% bayi baru lahir laki-laki, testis turun kedalam skrotum. Sebagai respon
terhadap estrogen ibu, ukuran genetalia bayi baru lahir cukup bulan dapat meningkat begitu
juga pigmentasinya. Terdapat rugae yang melapisi kantong skrotum. Hidrokel sering terjadi
dan akan mengecil tanpa pengobatan.
Pembengkakan payudara pada bayi baru lahir disebabkan oleh peningkatan estrogen
selama masa kehamilan. Pada beberapa bayi baru lahir terlihat rabas encer (witchs milk),
ini tidak memiliki makna klinis, tidak perlu diobati, akan hilang seiring dengan penurunan
hormon ibu dalam tubuh bayi.
L. SISTEM PENGATURAN TUBUH
Ketika bayi lahir dan langsung berhubungan dengan dunia luar (lingkungan) yang
lebih dingin, maka dapat menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit yang dapat
mendinginkan darah bayi. Pada saat lingkungan dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa
melalui mekanisme menggigil yang merupakan cara untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya serta hasil penggunaan lemak coklat untuk produuksi panas. Lemak tersebut
menyebabkan suhu tubuh meningkat sehingga terjadilah proses adaptasi. Dalam
pembakaran lemak (agar menjadi panas), bayi menggunakan kadar glukosa. Selanjutnya,
cadangan lemak tersebut akan habis dengan adanya stress dingin dan jika bayi kedinginan
akan mengalami hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis (Hidayat, 2008).
M. METABOLISME GLUKOSA
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Setelah tali
pusat diikat atau diklem, maka kadar glukosa akan dipertahankan oleh si bayi itu sendiri.
Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah mengalami penurunan dalam waktu yang cepat,
yakni 1-2 jam. Guna mengetahui atau memperbaiki kondisi tersebut, maka dilakukan
[14]

dengan menggunakan ASI (Air Susu Ibu), penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis,
dan pembuatan glukosa dari sumber lain khususnya lemak (glukoneogenesis). Seorang bayi
yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen dalam hati (Hidayat, 2008;
Winknjsastro,2005).
Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan
menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa
tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika
semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan
berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang
mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama,
karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir) (Varney,2010).
Adapun bayi yang berisiko mengalami hipoglikemia (Varney, 2010):

Bayi baru lahir yang mengalami retriksi pertumbuhan intrauteri


Bayi lewat waktu
Bayi kurang bulan
Bayi yang mengalami gawat napas
Bayi dari ibu penyandang diabetes

Menurut Varney (2010), hipoglikemia pada bayi yaitu:

Kadar glukosa <40-50 mg/dl


Ditentukan dengan tusukan tumit dan setrip tes
Dipastikan dengan mengulang sampel serum jika <45 mg/dl
Gejala hipoglikemi menurut Varney (2010) meliputi; gelisah, sianosis, apneu, tangis

lemah, letargi, lunglai dan menolak makan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada
awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di
sel-sel otak.
Metode intervensi hipoglikemi (Varney, 2010):
a. melalui penggunaan ASI/formula
b. melaui penggunaan cadangan glikogen
c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
Intervensi dilakukan jika <45 mg/dl pada bayi simtomatis dan <35 mg/dl pada bayi
simtomatis.
N. KARAKTERISTIK PERILAKU

[15]

Bayi baru lahir yang sehat harus mampu menjalani fungsi biologis dan fungsi
perilaku/ psikologis supaya dapat bertumbuh kembang dengan baik. Respon perilaku bayi
baru lahir mengindikasikan adanya kontrol pada korteks dan kemampuan memberi respon.
Melalui responnya, bayi bertindak untuk mengonsolidasi hubungan atau menjauhkan diri
dari orang-orang dalam lingkungan dekatnya. Melaui tindakannya, ia memperkuat atau
melemahkan ikatan dan aktivitas pemberian perawatan.
Berikut periode transisi dari bayi baru lahir antara lain:
a. Periode pertama reaktivasi dimana mata terbuka,awas, bayi memfokuskan perhatian
pada wajah dan suara orang tuanya terutama ibunya (Fase ini berlangsung 15 menit).
b. Periode kesadaran aktif, dimana bayi sering melakukan gerakan mendadak aktif dan
juga menangis, refleks menghisap kuat yang menandakan bayi lapar.
c. Periode tidak aktif/istirahat, merupakan periode dimana bayi terlihat rileks dan tidak
berespon/sulit dibangunkan. Periode ini selama 2 sampai 4 jam.
d. Periode reaktivitas kedua, dimana bayi waspada dan terjagadan menunjukkan
keadaan sadar dan tenang, aktif dan menangis.periode ini selama 4 sampai 6 jam.
2.3 Berbagai Bahaya Yang Mengancam Perkembangan Janin
Pengetahuan tentang bahaya yang mengancam perkembangan janin, maturasi dan
kesehatannya, dapat diterapkan pada siapa saja yang berhubungan dengan setiap wanita
hamil atau wanita yang potensial hamil. Wanita hamil harus menyadari bahaya pemakaian
obat atau terapi apapun yang bukan diberikan oleh dokter yang mengetahui bahwa wanita
tersebut dalam keadaan hamil. Bahaya utama yang mengancam adalah zat zat atau
kejadian yang:

Mengancurkan sel sel yang sedang berkembang : radiasi, pestisida, obat obat

sitotoksik
Menaikkan suhu janin : infeksi, khususnya infeksi oleh virus
Menyebabkan malformasi pada sel sel yang sedang berkembang : obat obat

teratogenik, alkohol, virus tertentu


Mengganggu perlekatan atau keamanan kehamilan : pelepasan desidua akibat

ketidakseimbangan hormonal, kehamilan ektopik, inkompetensi serviks


Mengganggu oksigenasi dan nutrisi : anemia, hipertensi, penyakit ginjal,
preeklamsia, diabetes, gizi ibu yang sangat jelek, nikotin, alkohol.
Meskipun perkembangan dasar janin baru lengkap setelah kehamilan 12 16 mingu

dan fungsi proteksi plasenta terus bekerja, namun semua bahaya yang mungkin mengancam
[16]

harus dihindari sepanjang kehamilan. Oksigenasi dan nutrisi janin harus dipertahankan pada
kadar yang tertinggi agar bayi mampu mengatasi dengan baik semua stres persalinan dan
berhasil beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. (Farrer, 2001)
2.4 PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR NORMAL
APGAR SCORE
a. Pengertian Apgar Skor
Apgar skor adalah suatu metode sederhana yang digunakan untuk
menilai keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran (Prawirohardjo : 2002).
Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak.
Yang dinilai adalah frekuensi jantung (Heart rate), usaha nafas (respiratory effort),
tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsang (respon to
stimuli) yaitu dengan memasukkam kateter ke lubang hidung setelah jalan nafas
dibersihkan (Prawirohardjo : 2002).
Setiap penilaian diberi angka 0,1,2. Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui
apakah bayi normal (vigorous baby = nilai apgar 7-10), asfiksia ringan (nilai apgar 4-6),
asfiksia berat (nilai apgar 0-3) (Prawirohardjo : 2002).
b. Kriteria Apgar Skor
Tabel 2.1 Kriteria Apgar Skor
Nilai 0
Warna Kulit

Denyut
Jantung

Seluruh
badan
biru atau
pucst

tidak ada

Nilai 1

Nilai 2

Akronim

warna kulit
tubuh normal
merah muda,
tetapi tangan
dan kaki
kebiruan

warna kulit
tubuh, tangan,
dan kaki
normal merah
muda, tidak
ada sianosis

Appearance

<100 kali atau


menit

>100 kali atau


menit

Pulse

[17]

Respon
Reflek

tidak ada
respons
terhadap
stimulasi

meringis atau
menangis
lemah ketika
distimulasi

meringis atau
bersin atau batuk
saat stimulasi
saluran napas

Grimace

lemah
atau tidak
ada

sedikit gerakan

bergerak aktif

Activity

tidak ada

lemah atau
tidak teratur

menangis kuat,
pernapasan baik
dan teratur

Respiration

Tonus Otot

Pernafasan

Sumber : Prawirohardjo : 2002

c. Interpretasi Skor
Tabel 2.2. Interpretasi Skor
Jumlah Skor

Interpretasi

Catatan

7-10

Normal

4-6

Asfiksia
Ringan

Memerlukan tindakan medis segera seperti


penyedotan lendir yang menyumbat jalan
napas, atau pemberian oksigen untuk
membantu bernapas

0-3

Asfiksia Berat

Memerlukan tindakan medis yang lebih


intensif

Sumber : Prawirohardjo : 2002

TRANSISI KEHIDUPAN EKSTRAUTERINE


Periode transisi dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama adalah periode pertama
reaktifitas dimulai pada saat bayi baru lahir dan berlangsung selama 30 menit. Tahap kedua
periode tidur berlangsung sekitar 30 menit setelah kelahiran bayi sampai 2 jam. Tahap
ketiga periode kedua reaktivitas dari usia sekitar 2 jam sampai 6 jam.
1.

Periode Pertama Reaktifitas

Periode yang berakhir kira-kira 30 menit setelah bayi lahir.


Karakteristik bayi sebagai berikut :
2.5 Tanda-tanda vital : frekuensi nadi apikal yang cepat dengan irama yang tidak
teratur, frekuensi pernafasan mencapai 80 kali / menit, irama tidak teratur,
ekspirasi mendengkur serta adanya retraksi.
[18]

2.6 Fluktuasi warna kulit merah muda pucat ke sianosis. Bising usus belum ada atau
pergerakan usus, bayi belum berkemih.
2.7 Bayi masih dengan sedikit mukus, menangis kuat, reflek menghisap yang kuat.
d. Mata bayi terbuka lebih lama dari pada hari selanjutnya.
Saat ini adalah waktu yang paling baik untuk memulai proses periode interaksi
antara ibu dan bayi.
2.

Periode Tidur

Setelah periode pertama dan berakhir 2 - 4 jam.


Karakteristik bayi sebagai berikut :
2.8 Bayi dalam keadaan tidur, frekuensi jantung dan pernafasan menurun.
2.9 Kestabilan warna kulit terdapat beberapa akrosianosis.
2.10 Bising usus bisa didengar.
3.

Periode Kedua Reaktifitas

Periode kedua reaktivitas berakhir sekitar 4 - 6 jam.


Karakteristik :
a. Bayi mempunyai tingkat sensivitas tinggi terhadap stimulus internal dan
lingkungan. Kisaran frekuensi nadi apikal dari 120 sampai 160 kali / menit dan
dapat bervariasi mulai (< 120 kali / menit) hingga takikardia (> 160 kali /
menit). Frekuensi pernafasannya berkisar dari 30 sampai

60 kali / menit,

dengan periode pernafasan yang lebih cepat, tetapi pernafasan tetap stabil (tidak
ada pernafasan cuping hidung ataupun retraksi).
b. Fluktuasi warna kulit dari warna merah jambu atau kebiruan ke sianotik ringan
disertai dengan bercak-bercak.
c. Bayi kerap kali berkemih dan mengeluarkan mekonium selama periode ini.
d. Peningkatan sekresi mukus dan bayi tersedak saat sekresi.
e. Reflek menghisap sangat kuat dan bayi sangat aktif.

REFLEKS NEUROLOGIS
N
o

Refleks

Cara
Pengukuran

Kondisi Normal

Kondisi Patologis

Berkedip

Sorotkan

Bayi akan

Terus berkedip dan

[19]

Glabellar
Blink

cahaya ke
mata bayi atau
ketuk batang
hidung saat
mata bayi
terbuka

Tanda
Babinski

Gores telapak
kaki sepanjang
tepi luar,
dimulai dari
tumit

Merangkak

Letakkan bayi
tengkurap di
atas
permukaan
rata

Menari/Mel
angkah

Pegang bayi
sehingga
kakinya sedikit
menyentuh
permukaan
keras

Ekstrusi

Sentuh lidah
dengan ujung
spatel-lidah
atau sendok

berkedip bila
dilakukan
sampai 8 kali
ketukan pertama
pada batang
hidung. Dijumpai
pada tahun
pertama
Jari kaki
mengembang
(seperti kipas)
dan ibu jari
dorsofleksi,
dijumpai hingga
usia 2 tahun
Bayi akan
berusaha untuk
merangkak ke
depan dengan
kedua tangan
dan kaki bila
diletakkan
telungkup pada
permukaan
datar
Kaki akan
bergerak ke atas
dan kebawah
bila sedikit
disentuhkan ke
permukaan
keras. Refleks ini
dijumpai pada -8
minggu pertama

Lidah akan
ekstensi
(mnjulur) ke
arah luar bila
disentuh
(dengan jari,
puting atau
[20]

gagal untuk
berkedip
menandakan
kemungkinan
gangguan
neurologis

Bila masih terdapat


pengambangan jari
dorsofleksi setelah
usia 2 tahun, hal
ini menunjukkan
adanya lesi
ekstrapiramidal
Apabila gerakan
tidak simetris ini
menunjukkan
adanya kelainan
neurologi atau
fraktur tulang
panjang

Keadaan abnormal
bila refleks
menetap melebihi
4-8 minggu
Respon asimetris
terlihat pada
cedera sistem
saraf pusat atau
perifer atau juga
dapat karena
fraktur tulang
panjang kaki
Ekstensi lidah yang
persisten
menunjukkan
adanya sindrom
down
Ekstrusi lidah
secara kontinu

benda lain),
dijumpai pada
usia 4 bulan

Galants

Moros

Neck
Righting

Gores
punggung bayi
sepanjang sisi
tulang
belakang dari
bahu sampai
bokong
Ubah posisi
dengan tibatiba

Punggung
bergerak ke arah
samping bila
distimulasi.
Dijumpai pada
usia 4-8 minggu
pertama
Lengan ekstensi,
jari-jari
mengembang,
kepala terlempar
ke belakang,
tungkai sedikit
ekstensi. Lengan
kembali ke
tengah dengan
tangan
menggenggam,
tulang belakang
dan ekstrimitas
bawah ekstensi.
Lebih kuat
selama usia 2
bulan
menghilang
pada usia 3-4
bulan

Letakkan bayi
dalam posisi
terlentang,
coba
menolehkan
bayi dari satu
sisi (kanan atau
kiri)

Bila bayi
terlentang, bahu
dan badan
kemudian pelvis
berotasi ke arah
stimulasi.
Dijumpai selama
usia 10 bulan

[21]

atau menjulur
berulang-ulang
terjadi pada
kelainan sistem
saraf pusat dan
kejang
Tidak adanya
refleks ini
menunjukkan lesi
medula spinalis
trasversal

Refleks yang
menetap pada usia
4 bulan/lebih
menunjukkan
adanya kerusakan
otak, respon yang
tidak simetris
adanya
menunjukkan
adanya
hemiparesis,
fraktur clavikula
atau vedera
pleksus brachialis.
Tidak ada respon
pada ekstrimitas
bawah
menunjukkan
adanya dislokasi
pinggul atau
cedera medula
spinalis
Apabila Tidak ada
refleks ini atau
refleks menetap
lebih dari 10 bulan,
hal ini
menunjukkan
adanya gangguan
sistem syaraf
pusat

Menggengg
am (Palmar
Grasp)

10

Rooting dan
Menghisap

11

Kaget
(Startle)

Letakkan jari di
telapak tangan
bayi dari sisi
ulnar, jika
refleks lemah
atau tidak ada
berikan bayi
botol atau dot,
karena
menghisap
akan
mengeluarkan
refleks
Gores sudut
mulut bayi
hinggar garis
tengah pipi

Bertepuk
tangan dengan
keras di depan
bayi, atau
kejutkan
dengan cara
lain

Jari-jari bayi
akan
melengkung di
sekitar jari yang
diletakkan di
telapak tangan
bayi
(menggenggam)
dari sisi ulnar,
refleks ini
menghilang
pada usia 3-4
bulan
Bayi akan
memutar ke
arah pipi
yang digores,
refleks ini
menghilang
pada usia 3-4
bulan tetapi bisa
menetap sampai
usia 12 bulan
khususnya
selama tidur.
Bayi baru lahir
menolehkan
kepala ke arah
stimulus,
membuka mulut
dan mulai
menghisap bila
pipi, bibir atau
sudut mulut
disentuh dengan
jari atau puting
Bayi akan
mengekstensika
n dan
memfleksikan
seluruh
ekstrimitas dan
dapa mulai
menangis
[22]

Fleksi yang tidak


simetris
menunjukkan
adanya paralisis,
refleks
menggenggam
yang menetap
menunjukkan
gangguan serebral.
Respon ini
berkurang pada
bayi prematur.
Tidak adanya
refleks ini
menunjukkan
adanya gangguan
neurologi berat.
Respon yang
lemah atau tidak
ada respon terjadi
pada prematuritas,
penurunan atau
cedera neurologis,
atau depresi
sisterm saraf pusat

Tidak adanya
refleks ini
menunjukkan
adanya gangguan
pendengaran
Respon dapat
menjadi tidak ada
atau berkurang

12

Menghisap

Berikan bayi
botol atau dot

13

Tonic Neck

Putar kepala
dengan cepat
ke satu sisi
(kanan atau
kiri)

apabila
mendapat
gerakan
mendadak atau
suara keras,
refleks ini akan
menghilang
setelah usia 4
bulan
Bayi menghisap
dengan kuat
dalam berespon
terhadap
stimulasi ini,
refleks ini
menetap selama
masa bayi dan
mungkin terjadi
selama tidur
tanpa stimulasi
Bayi melakukan
perubahan posisi
mengikuti
putaran kepala
apabila kepala
diputar ke satu
sisi. Lengan dan
tungkai ekstensi
ke arah sisi
putaran kepala
dan fleksi pada
sisi yang
berlawanan.
Normalnya
refleks ini tidak
terjadi setiap
kali kepala
diputar. Refleks
ini akan tampak
pada usia 2
bulan dan
menghilang
pada usia 6
bulan
[23]

selama tidur yang


dalam

Refleks yang
lemah atau tidak
ada refleks,
menunjukkan
kelambatan
perkembangan
atau keadaan
neurologi yang
abnormal

Tidak normal bila


respon terjadi
setiap kepala
diputar, jika
keadaan ini
menetap dapat
menandakan
adanya kerusakan
serebral mayor.

BALLARD SCORE
Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD untuk
menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik.
Penilaianneuromuskularmeliputipostur,squarewindow,armrecoil,sudutpopliteal,scarf
signdanheeltoearmaneuver.Penilaianfisikyangdiamatiadalahkulit,lanugo,permukaan
plantar,payudara,mata/telinga,dangenitalia.
1. PenilaianMaturitasNeuromuskular
a. Postur
Tonusotottubuhtercermindalamposturtubuhbayisaatistirahatdanadanya
tahanan saat otot diregangkan (Gambar II.3). Ketika pematangan berlangsung,
berangsurangsur janin mengalami peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah
sentripetal,dimanaekstremitasbawahsedikitlebihawaldariekstremitasatas.Pada
awalkehamilanhanyapergelangankakiyangfleksi.Lututmulaifleksibersamaan
denganpergelangantangan.Pinggulmulaifleksi,kemudiandiikutidenganabduksi
siku, lalu fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat
perlawanan,sedangkanpadabayiyangmendekatimaturmenunjukkanperlawanan
tonusfleksipasifyangprogresif.
Untukmengamatipostur,bayiditempatkanterlentangdanpemeriksamenunggu
sampaibayimenjaditenangpadaposisinyamannya.Jikabayiditemukanterlentang,
dapat dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan jika
ekstensiatausebaliknya.Haliniakanmemungkinkanbayimenemukanposisidasar
kenyamanannya.Fleksipanggultanpaabduksimemberikangambaransepertiposisi
kakikodok.

[24]

GambarII.3.PosturBayi

b. SquareWindow
Fleksibilitaspergelangantangandanatautahananterhadappereganganekstensor
memberikanhasilsudutfleksipadapergelangantangan.Pemeriksameluruskanjari
jaribayidanmenekanpunggungtangandekatdenganjarijaridenganlembut.Hasil
sudutantaratelapaktangandanlenganbawahbayidaripretermhinggaposterm
diperkirakanberturutturut>90,90,60,45,30,dan0(GambarII.4).

[25]

GambarII.4.SquareWindow
c. ArmRecoil

Manuveriniberfokuspadafleksorpasifdaritonusototbisepsdenganmengukur
sudut mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm recoil
dilakukan dengan cara evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi,
fleksikanlenganbagianbawahsejauhmungkindalam5detik,lalurentangkankedua
lengandanlepaskan.Amatireaksibayisaatlengandilepaskan.Skor0:tangantetap
terentang/gerakanacak,Skor1:fleksiparsial140180,Skor2:fleksiparsial110
140,Skor3:fleksiparsial90100,danSkor4:kembalikefleksipenuh(Gambar
II.5).

[26]

GambarII.5.ArmRecoil
d. PoplitealAngle
Manuverinimenilaipematangantonusfleksorpasifsendilututdenganmenguji
resistensiekstremitasbawahterhadapekstensi.Denganbayiberbaringtelentang,dan
tanpapopok,pahaditempatkanlembutdiperutbayidenganlututtertekukpenuh.
Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan
lembutdengansatutangansementaramendukungsisipahadengantanganyanglain.
Janganmemberikantekananpadapahabelakang,karenahalinidapatmengganggu
interpretasi.
Kakidiekstensikansampaiterdapatresistensipastiterhadapekstensi.Ukursudut
yang terbentuk antara paha dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat bahwa
pemeriksaharusmenunggusampaibayiberhentimenendangsecaraaktifsebelum
melakukanekstensikaki.Posisi FrankBreechpralahirakanmengganggumanuver
iniuntuk24hingga48jampertamausiakarenabayimengalamikelelahanfleksor
[27]

berkepanjangan intrauterine. Tes harus diulang setelah pemulihan telah terjadi


(GambarII.6).

GambarII.6.PoplitealAngle
e. ScarfSign
Manuverinimengujitonuspasiffleksorgelangbahu.Denganbayiberbaring
telentang,pemeriksamengarahkankepalabayikegaristengahtubuhdanmendorong
tanganbayimelaluidadabagianatasdengansatutangandanibujaridaritangansisi
lainpemeriksadiletakkanpadasikubayi.Sikumungkinperludiangkatmelewati
badan,namunkeduabahuharus tetapmenempeldipermukaanmejadankepala
tetaplurusdanamatiposisisikupadadadabayidanbandingkandenganangkapada
lembarkerja,yakni,penuhpadatingkatleher(1);garis aksilakontralateral(0);
kontralateralbarisputing(1);prosesusxyphoid(2);garisputingipsilateral(3);dan
garisaksilaipsilateral(4)(GambarII.7).

[28]

GambarII.7.ScarfSign
A HeeltoEar
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan
memberikanfleksipasifatautahananterhadapototototposteriorfleksorpinggul.
Denganposisibayiterlentanglalupegangkakibayidenganibujaridantelunjuk,
tariksedekatmungkindengankepalatanpamemaksa,pertahankanpanggulpada
permukaanmejaperiksadanamatijarakantarakakidankepalasertatingkatekstensi
lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja). Penguji mencatat lokasi
dimanaresistensisignifikandirasakan.Hasildicatatsebagairesistensitumitketika
beradapadaataudekat:telinga(1);hidung(0);dagu(1);putingbaris(2);daerah
pusar(3);danlipatanfemoralis(4)(GambarII.8).

[29]

GambarII.8.HeeltoEar
2 PenilaianMaturitasFisik
a.Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya
bersamaandenganhilangnyasecarabertahapdarilapisanpelindung,yaituvernix
caseosa.Olehkarenaitukulitmenebal,mengeringdanmenjadikeriputdan/atau
mengelupasdandapattimbulruamselamapematanganjanin.Fenomenainibisa
terjadidengankecepatanberbedabedapadamasingmasingjanintergantungpada
padakondisiibudanlingkunganintrauterin.
Sebelum perkembangan lapisan epidermis dengan stratum corneumnya, kulit
agaktransparandanlengketkejaripemeriksa.Padausiaperkembanganselanjutnya
kulitmenjadilebihhalus,menebaldanmenghasilkanpelumas,yaituvernix,yang
menghilangmenjelangakhirkehamilan.padakeadaanmaturdanposmatur,janin

[30]

dapatmengeluarkanmekoniumdalamcairanketuban.Halinidapatmempercepatproses
pengeringan kulit, menyebabkan mengelupas, pecahpecah, dehidrasi, sepeti sebuah
perkamen.
b. Lanugo
Lanugoadalahrambuthalusyangmenutupitubuhfetus.Padaextremeprematurity
kulitjaninsedikitsekaliterdapatlanugo.Lanugomulaitumbuhpada usiagestasi24
hingga25minggudanbiasanyasangatbanyak,terutamadibahudanpunggungatas
ketikamemasukimingguke28.
Lanugo mulai menipis dimulai dari punggung bagian bawah. Daerah yang tidak
ditutupi lanugo meluas sejalan dengan maturitasnya dan biasanya yang paling luas
terdapatdidaerahlumbosakral.Padapunggungbayimaturbiasanyasudahtidakditutupi
lanugo.Variasijumlahdanlokasilanugopadamasingmasingusiagestasitergantung
padagenetik,kebangsaan,keadaanhormonal,metabolik,sertapengaruhgizi.Sebagai
contohbayidariibudengandiabetesmempunyailanugoyangsangatbanyak.
Padamelakukanskoringpemeriksahendaknyamenilaipadadaerahyangmewakili
jumlah relatif lanugo bayi yakni pada daerah atas dan bawah dari punggung bayi
(GambarII.9).

GambarII.9.Lanugo

[31]

c. PermukaanPlantar
Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini kemungkinan
berkaitandenganposisibayiketikadidalamkandungan.Bayidarirasselainkulitputih
mempunyaisedikitgaristelapakkakilebihsedikitsaatlahir.Disisilainpadabayikulit
hitamdilaporkanterdapatpercepatanmaturitasneuromuskularsehinggatimbulnyagaris
pada telapak kaki tidak mengalami penurunan. Namun demikian penialaian dengan
menggunakanskorBallardtidakdidasarkanatasrasatauetnistertentu.
Bayiveryprematuredanextremelyimmaturetidakmempunyaigarispadatelapak
kaki. Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan permukaan
plantarmakadipakaiukuranpanjangdariujungjarihinggatumit.Untukjarakkurang
dari40mmdiberikanskor2,untukjarakantara40hingga50mmdiberikanskor1.
Hasilpemeriksaandisesuaikandenganskorditabel(GambarII.10).

GambarII.10.PermukaanPlantar
d. Payudara
Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat stimulasi
esterogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi yang diterima janin.
Pemeriksa menilai ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintikbintik akibat
pertumbuhanpapilaMontgomery(GambarII.11).Kemudiandilakukanpalpasijaringan
mammaedibawahareoladenganibujaridantelunjukuntukmengukurdiameternya
[32]

dalammilimeter.

GambarII.11.PayudaraNeonatus
e.

Mata/Telinga
Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring
perkembangannya menuju matur. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas palpasi
ketebalankartilagokemudianpemeriksamelipatdauntelingakearahwajahkemudian
lepaskan dan pemeriksa mengamati kecepatan kembalinya daun telinga ketika
dilepaskankeposisisemulanya(GambarII.12).

GambarII.12.PemeriksaanDaunTelinga

[33]

Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan tetap terlipat ketika dilepaskan.
Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan berdasarkan perkembangan
palpebra.Pemeriksaberusahamembukadanmemisahkanpalpebrasuperiordaninferior
dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada bayi extremely premature
palpebaraakanmenempeleratsatusamalain(GambarII.13).Dengan bertambahnya
maturitas palpebra kemudian bisa dipisahkan walaupun hanya satu sisi dan
meningggalkansisilainnyatetappadaposisinya.
Hasilpemeriksaanpemeriksakemudiandisesuaikandenganskordalamtabel.Perlu
diingatbahwabanyakterdapatvariasikematanganpalpebrapadaindividudenganusia
gestasiyangsama.Halinidikarenakanterdapatfaktorsepertistresintrauterindanfaktor
humoralyangmempengaruhiperkembangankematanganpalpebra.

GambarII.13.PalpebraNeonatusPrematur
f. Genital(Pria)
Testis pada fetus mulaiturun daricavumperitoneum kedalamscrotum kurang
lebihpadamingguke30gestasi.Testiskiriturunmendahuluitestiskananyaknipada
sekitarmingguke32.Keduatestisbiasanyasudahdapatdirabadicanalisinguinalis
bagianatasataubawahpadamingguke33hingga34kehamilan.Bersamaandenganitu,
kulitskrotummenjadilebihtebaldanmembentukrugae(GambarII.14).
Testisdikatakantelahturunsecarapenuhapabilaterdapatdidalamzonaberugae.
[34]

Pada nenonatus extremely premature scrotum datar, lembut, dan kadang belum bisa
dibedakan jenis kelaminnya. Berbeda halnya pada neonatus matur hingga posmatur,
scrotumbiasanyasepertipendulumdandapatmenyentuhkasurketikaberbaring.
Padacryptorchidismusscrotumpadasisiyangterkenakosong,hipoplastik,dengan
rugae yang lebih sedikit jika dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai dengan usia
kehamilanyangsama.

GambarII.14.PemeriksaanGenitaliaNeonatuslakilaki
g. Genital(wanita)
Untukmemeriksagenitalianeonatusperempuanmakaneonatusharusdiposisikan
o

telentangdenganpinggulabduksikuranglebih45 darigarishorisontal.Abduksiyang
berlebihan dapat menyebabkan labia minora dan klitoris tampak lebih menonjol
sedangkanaduksimenyebabkankeduanyatertutupiolehlabiamajora.
Padaneonatus extremelypremature labiadatardanklitorissangatmenonjoldan
menyerupaipenis.Sejalandenganberkembangnyamaturitasfisik,klitorismenjaditidak
begitumenonjoldanlabiaminoramenjadilebihmenonjol.Mendekatiusiakehamilan
maturlabiaminoradanklitoris menyusutdancenderungtertutupiolehlabiamajora
[35]

yangmembesar(GambarII.15).
Labia majora tersusun atas lemak dan ketebalannya bergantung pada nutrisi
intrauterin.Nutrisiyangberlebihandapatmenyebabkanlabiamajoramenjadibesarpada
awalgestasi.Sebaliknyanutrisiyangkurangmenyebabkanlabiamajoracenderungkecil
meskipun pada usia kehamilan matur atau posmatur dan labia minora serta klitoris
cenderunglebihmenonjol.

GambarII.15.PenilaianGenitaliaNeonatusWanita
3. InterpretasiHasil
Masingmasing hasil penilaian baik maturitas neuromuskular maupun fisik
disesuaikan dengan skor di dalam tabel (Tabel II.2) dan dijumlahkan hasilnya.
Interpretasihasildapatdilihatpadatabelskor.

[36]

TabelTheNewBallardScore

TRAUMA LAHIR PADA BAYI


Macam-macam trauma lahir yaitu caput succedenaum, cephal hematoma,
perdarahan intracranial, trauma pada fleksus brachialis, fraktur clavikula dan
humerus.
a. Caput succeddaneum
Pembengkakan pada suatu tempat di kepala karena adanya timbunan getah
bening di bawah lapisan aponerose di luar periostenum.
b. Cephal haematome
Pembengkakan pada kepala karena adanya penumpukan darah yang
disebabkan perdarahan sub periostenum

c. Trauma pada fleksus brachialis (brachial palsi)


Kelumpuhan pada fleksus brachialis.
d. Fraktur clavicula dan humerus
Patahnya tulang clavikula pada saat proses persalinan biasanya kesulitan
melahirkan bahu pada letak kepala dan melahirkan lengan pada presentasi
bokong, begitupun humerus.

[37]

DAFTAR PUSTAKA
Behrman,dkk. 2000. Ilmu kesehatan Anak Nelson Vol 3. Jakarta: EGC
Bobak, M. Irene, et. al. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.
Jakarta : EGC
Coad, Jane. 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta: EGC.
Damayanti, Ika Putri, dkk. 2014. Buku Ajar: Asuhan Kebidanan Komprehensif
Pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Deepublish.
Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta :EGC
Hamilton, Persis M. 1995. Dasar- dasar Kerperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
M. Sholeh Kosim,dkk. (2009). Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: IDAI Ngastiyah.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Maternal danNeonatal.
Jakarta: JPNKR-POGI.
Saifuddin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan KesehatanMaternal Dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo
Varney, H., Kriebs, J. M., Gegor, C.L. 2010. Buku Saku Asuhan Kebidanan
Varney. Jakarta: EGC
Winknjsastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan Ed 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwon Prawirohardjo
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1. Jakarta:
EGC.

[38]

Anda mungkin juga menyukai