Anda di halaman 1dari 6

Project Nusa Benoa berlokasi di sisi selatan Bali, yang berada pada posisi strategis di zona

pemanfaatan dengan dikelilingi hutan mangrove dan salah satu pusat wisata bahari terpopuler di
Bali menjadikan Reklamasi di Teluk Benoa seluas 700 ha dari luas wilayah keseluruhan
Revitalisasi 2800 ha menjadi suatu terobosan bagi kemajuan pariwisata di Bali.
Adapun tiga hal utama dalam konsep pengembangan kami yaitu :
1. Pembangunan berbasis budaya; pengembangan dan pembangunan diselaraskan dengan
nilai-nilai budaya/adat Bali. Untuk itu filosofi Tri Hita Karana, menjadi salah satu nilai
yang menjiwai setiap pengembangan nantinya.
2. Pembangungan berbasis masyarakat; bahwa masyarakat menjadi subjek dan berperan
dalam menentukan arah pengembangan nantinya sesuai dengan kebutuhan dan
kesejahteraan masyarakat.
3. Pembangunan berkelanjutan (Eco/Agro/Marine Tourism) dengan mengedepankan
kelestarian lingkungan untuk keberlanjutan pembangunan, sehingga peran alam menjadi
sangat penting dalam menentukan keberlanjutan generasi mendatang.

Manfaat Pengembangan:

Mengembalikan kondisi lingkungan yang telah mengalami degradasi dan memberikan


nilai tambah bagi lingkungan.
Melestarikan Ekosistem Mangrove dan pesisir

Mengembangkan destinasi wisata ikonik baru di Bali.

Meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat dengan membuka banyak kesempatan kerja


baru.

"Menciptakan Konsep Baru yang menunjang


pariwisata ramah lingkungan untuk Bali,
menyatu dengan tradisi Bali"

Restorasi Pulau Pudut

Konsep pengembangan Teluk Benoa merupakan konsep yang berbasis Tri Hita Karana, yaitu
pengembangan yang bertumpu pada keselarasan dan keharmonisan hubungan antara Manusia
dengan Tuhan nya, Manusia dengan alam lingkungannya, dan Manusia dengan sesamanya.
Pulau Pudut pada tahun 1999 sempat diukur seluas 4,5 hektar namun sekarang luas tersebut
tidak lebih dari 1 hektar. Pulau Pudut merupakan pulau yang hampir punah karena abrasi yang
menggerus setiap tahunnya. Oleh karena itu konsep pengembangan yang dilakukan oleh
PT.TWBI merupakan salah satu bentuk upaya penyelamatan dan restorasi Pulau Pudut, dan
sekaligus bentuk komitmen PT.TWBI dalam melestarikan nilai-nilai adat, sosial dan budaya
masyarakat Bali.
Konsep pengembangan di Pulau Pudut merupakan sebuah konsep yang mengedepankan adat
budaya setempat dan menempatkan prinsip Tri Hita Karana diatas segalanya, sehingga
terciptalah kehidupan harmonis yang meliputi pembangunan manusia seutuhnya yang astiti

baktiterhadap Tuhan Yang Maha Esa, cinta kepada kelestarian lingkungan serta rukun dan damai
dengan sesamanya.

Fisherman's Cove

Lahirnya ide dan konsep pengembangan Fishermans Cove merupakan salah satu wujud
kepedulian PT.TWBI dalam mengembangkan serta ikut memberdayakan masyarakat Nelayan,
dan turut serta menjaga sumber mata pencaharian Nelayan Lokal yang ada di kawasan Teluk
Benoa.
PT.TWBI berkomitmen untuk berperan sebagai "Bapak Angkat" bagi nelayan-nelayan lokal.

Hasil tangkapan Nelayan seperti ikan, udang dan kepiting segar dapat diperjualbelikan untuk
memenuhi kebutuhan akan hasil laut dan dipasok ke restoran, hotel dan residential area kawasan
pengembangan Teluk Benoa.
Semua ini merupakan bagian dari Revitalisasi Ekonomi dan pemberdayaan masyarakat
khususnya nelayan-nelayan lokal.

Botanical Garden

Konsep Botancial Garden merupakan sebuah konsep edukasi bagi flora dan fauna, selain sebagai
ruang terbuka hijau, konsep ini juga sekaligus sebagai tempat tamasya/ rekreasi bagi masyarakat
sekitar.

http://twbi.co.id/index.php?page=concept
Destinasi Wisata Baru di Teluk Benoa
Teluk Benoa adalah kawasan budi daya yang bisa direvitalisasi.

17 September 2014 16:09

Satoto Budi Lingkungan dibaca: 1548

inShare

Menata sebuah teluk bukan pekerjaan mudah. Di samping butuh keahlian, penataan
itu diyakini menghabiskan dana sangat besar. Upaya itulah yang saat ini tengah
dilakukan PT Tirta Wahana Bahari International, salah satu Grup Artha Graha.

Teluk yang akan ditata menjadi sebuah destinasi wisata baru yang mengedepankan
budaya dan adat tersebut adalah Teluk Benoa. Kami akan merevitalisasi Teluk
Benoa menjadi sebuah destinasi wisata yang nantinya menjadi ikon baru bagi Bali,
ujar Direktur PT Tirta Wahana Bahari International (TWBI) Grup Artha Graha, Marvin
Lieano, dalam sebuah diskusi di Jakarta, pekan lalu.

Menurutnya, revitalisasi ini dimulai dengan membersihkan sampah dan


memperbaiki kondisi tanaman mangrove. Kalau sebelumnya kumuh, sejak ditata
ulang bisa pulih, meski butuh waktu lama, ucapnya.

Meskipun program ini menuai pro dan kontra, Marvin berharap dapat membuktikan
manfaat dari revitalisasi tersebut tidak hanya bagi masyarakat Bali dan Indonesia,
tetapi juga bagi para pendatang dari mancanegara. Tujuan kami salah satunya
membuat Teluk Benoa terbebas dari pendangkalan karena tingginya sedimentasi,
tuturnya.

Ketika disinggung apa saja yang akan dibangun di atas Teluk Benoa, menurut
Marvin, di antaranya adalah pusat budaya Bali dan eksibisi, pusat perdagangan
produk Bali, pusat konvensi dan selebritas dunia, kebun raya, eco park, eco resort,
fasilitas umum dan sosial, infrastruktur jalan alternatif dari timur ke barat, taman
rekreasi berkelas dunia, kawasan water dan waste management, green energy
development, ikon bangunan, ikon jembatan, pusat akomodasi wisata dunia, sarana
pelabuhan untuk yacht dan wisata laut, serta pusat komersial dan pengembangan
lainnya yang berguna bagi masyarakat Bali.

Tidak hanya itu, kami juga akan mengembalikan Pulau Pudut ke luasan asalnya,
yakni 8 kilometer persegi. Saat ini karena abrasi, luasnya tinggal 1 kilometer
persegi. Aliran air laut juga akan direvitalisasi sehingga kawasan tersebut bisa tetap
teraliri air, meski kondisi laut sedang surut, ucapnya.

Ia menambahkan, dalam melakukan revitalisasi tersebut, pihaknya akan melakukan


reklamasi. Rencana ini mendapat tentangan dari berbagai pihak.

Namun, ada juga pihak yang setuju dengan proses tersebut, di antaranya pakar
lingkungan hidup dan Profesor Dietrich. Menurutnya, manfaat reklamasi banyak.
Upaya ini juga dilakukan banyak negara, di antaranya Singapura, Dubai, dan
Jepang. Karena ini dilakukan banyak negara dan memberikan manfaat yang besar,
masalah ini tidak perlu dibesar-besarkan.

Singapura saja sepertiga wilayahnya merupakan hasil reklamasi. Begitu juga yang
ada di Dubai. Dari dua negara tersebut, setidaknya kita bisa belajar tidak melihat
jeleknya program reklamasi, tetapi manfaatnya bagi penyelamatan lingkungan, baik
itu dari sisi sosial, ekonomi, dan budaya, kataya.

Pendapat yang sama disampaikan Asisten Deputi Urusan Pengkajian Dampak


Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Ary Sudiyanto. Menurutnya, Teluk
Benoa adalah kawasan budi daya yang bisa direvitalisasi. Meskipun demikian, para
pihak yang akan menata harus terlebih dahulu memiliki analisis dampak lingkungan
yang saat ini belum diterbitkan karena masih dalam evaluasi, tuturnya.

Sumber : Sinar
Harapanhttp://www.sinarharapan.co/news/read/140917213/destinasi-wisata-baru-diteluk-benoa-span-spanhttp://www.tribunnews.com/nasional/2014/12/25/revitalisasi-teluk-benoa-bisageliatkan-wisata-di-bali

Anda mungkin juga menyukai