[35]
[35]
Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang
Pestisida merupakan salah satu bahan kimia yang banyak memberikan jasanya dalam bidang
pertanian bahkan telah menjadi bagian dari sistem pertanian di Indonesia. Pestisida adalah
semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan sebagai
pemberantas atau pencegah hama atau penyakit yang dapat merusak tanaman atau hasil
pertanian (Peraturan pemerintah No.7 Tahun 1973 dalam Sudarmo, 1988). Pestisida sering
menjadi pilihan utama para petani dalam memberantas organisme pengganggu tanaman, sebab
pestisida mempunyai daya bunuh yang tinggi, penggunaannya mudah dan hasilnya cepat
diketahui. Penggunaan pestisida yang semakin meningkat dari tahun ke tahun juga disebabkan
oleh formulasi produk pestisida yang telah terdaftarkan dan diizinkan penggunaannya di
Indonesia semakin banyak (Sudarmo, 1988). Kebutuhan pestisida akan terus meningkat sebelum
ditemukan adanya cara-cara lain yang lebih baik dalam mengendalikan organisme penggangu
tanaman yang menyebabkan menurunnya produktivitas pertanian.
Herbisida adalah salah satu jenis pestisida yang mengandung senyawa kimia beracun
dan digunakan untuk mengendalikan gulma atau tumbuhan penggangu yang tidak dikehendaki.
Karena herbisida aktif terhadap tumbuhan, maka herbisida bersifat fitotoksik. Penggunaan
herbisida juga menguntungkan dalam menghemat waktu dan tenaga kerja.
Salah satu jenis herbisida yang banyak diproduksi dan dipasarkan serta digunakan
secara luas di berbagai Negara termasuk di Indonesia adalah gramoxone. Bahan aktif
gramoxone adalah paraquat (1,1-dimetil-4,4-bipirilidium). Paraquat merupakan salah satu
herbisida golongan ammonium kuartener yang merupakan herbisida kontak (Sudarmo, 1988)
dan bersifat tidak selektif (Bangun dan Pane, 1984). Paraquat dikenal sebagai senyawa yang
sangat toksik. Keberadaannya di dalam tanah (20 ppm) mampu menghambat pertumbuhan
bakteri Azetobacter dan Rhizobium yang berperan dalam fiksasi nitrogen sehingga dapat
menghambat kesuburan tanah. Paraquat juga diketahui menghambat pertumbuhan bakteri E.coli
dan alga di dalam tanah.
Penggunaan paraquat yang semakin meningkat dalam jangka panjang dapat
mengganggu keseimbangan ekosistem oleh karena keberadaan residunya di dalam tanah. Jika
hal tersebut dibiarkan berlanjut akan menimbulkan permasalahan lingkungan yang serius. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian guna memahami perilaku paraquat dalam tanah untuk
mencegah bahaya yang ditimbulkannya terhadap lingkungan.
Degradasi merupakan salah satu proses selain adsorpsi dan desorpsi yang sangat
penting untuk memperkirakan prilaku herbisida di dalam tanah, seperti penentuan laju dan
mekanisme paraquat sehingga dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengurangi
dampak negatif penggunaan paraquat di lingkungan. Diketahui bahwa sinar matahari dapat
meningkatkan jumlah paraquat yang terdegradasi, penyinaran selama 50 hari ( 8 jam/hari)
Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang
mampu mendegradasi paraquat sebesar 76,91-96,77 % tergantung medianya (Wogo, 2004). Oleh
karena itu dilakukan penelitian mengenai degradasi paraquat pada tanah Kota Kupang guna
memperkirakan perilaku paraquat di dalam tanah yang dipengaruhi oleh material tanah dan
keberadaan mikroorganisme. Sampel tanah yang diambil berasal dari empat lokasi yang berada
di Kota Kupang yaitu : Desa Oematanunu Kecamatan Kupang Barat, Desa Oesao Kecamatan
Kupang Timur, Desa Nonbaun Kecamatan Fatuleu dan Desa Takari Kecamatan Takari.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: spektrofotometer UV-Vis, oven,
ayakan 60 dan 80 mesh, neraca analitik, sentrifius fischer, botol film, kertas karbon, kertas
saring Whatman 42, pH meter, shaker, autoklaf, desikator dan peralatan penunjang berupa alatalat gelas laboratorium.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: tanah pertanian yang berasal dari
Kota Kupang (sampel tanah diambil dari empat lokasi yang mewakili jenis tanah yang dominan
di Kota Kupang, yaitu : Desa Oematanunu Kecamatan Kupang Barat, Desa Oesao Kecamatan
Kupang Timur, Desa Nonbaun Kecamatan Fatuleu dan Desa Takari Kecamatan Takari), larutan
gramoxone 276 g/L, kristal natrium hidroksida, kristal natrium dithionit, kertas saring Whatman
42, air sumur dan akuades.
Cara Kerja
Preparasi sampel tanah pertanian
Sampel diambil pada kedalaman 0-30 cm dari permukaan tanah dan merupakan top soil.
Sampel tanah dikering anginkan dan diayak menggunakan ayakan 60-80 mesh. Kemudian hasil
ayakan dioven 4 jam pada suhu 70 oC untuk menurunkan kadar air dalam tanah. Jika belum
digunakan untuk penelitian, tanah disimpan dalam desikator.
Persiapan pembuatan sampel
a. Seratus gram tanah pertanian desa Oematanunu Kecamatan Kupang Barat dicampur dengan
satu liter air sumur sedikit demi sedikit dan diaduk dengan menggunakan shaker selama 3
jam. Campuran didiamkan selama 24 jam, disentrifius dan disaring dengan menggunakan
kertas saring Whatman 42. Dengan cara yang sama dibuat sampel dari tanah pertanian Desa
Oesao Kecamatan Kupang Timur, Desa Nonbaun Kecamatan Fatuleu dan Kecamatan
Takari.
b. Lima ratus mililiter hasil penyaringan disterilkan dengan autoklaf. Selain itu dilakukan
sterilisasi juga untuk akuades dan air sumur sebagai pembanding.
Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang
c. Wadah yang digunakan adalah botol film sebanyak 480 buah. Sebelum digunakan, botol
film dicuci dan dikeringkan. Dua ratus empat puluh botol diantaranya dibalut kertas karbon
untuk kondisi gelap.
d. Membuat media A yaitu larutan hasil penyaringan tanpa sterilisasi. Diambil 1,1 mL larutan
paraquat 2760 mg/L (hasil pengenceran 100 kali paraquat stok) dan diencerkan sampai 100
mL dengan larutan hasil penyaringan tanpa sterilisasi sehingga diperoleh larutan paraquat
dengan konsentrasi 30,36 mg/L. Pengenceran dilakukan sebanyak empat kali sehingga
diperoleh 400 mL larutan paraquat dengan pelarut filtrat tanah pertanian Desa Oematanunu
Kecamatan Kupang Barat tidak steril 30,36 mg/L.
e. Membuat media B yaitu larutan hasil penyaringan dengan sterilisasi dengan cara yang sama
seperti media A sehingga diperoleh 400 mL larutan paraquat dengan pelarut filtrat tanah
pertanian Desa Oematanunu Kecamatan Kupang Barat yang disterilkan sehingga
konsentrasinya 30,36 mg/L.
f.
Media C dan D dibuat dari filtrat tanah pertanian Desa Oesao Kecamatan Kupang Timur
tanpa sterilisasi dan dengan sterilisasi yang konsentrasinya 30,36 mg/L.
g. Media E dan F dibuat dari filtrat tanah pertanian Desa Nonbaun Kecamatan Fatuleu tanpa
sterilisasi dan dengan sterilisasi yang konsentrasinya 30,36 mg/L.
h. Media G dan H dibuat dari filtrat tanah pertanian Desa Takari Kecamatan Takari tanpa
sterilisasi dan dengan sterilisasi yang konsentrasinya 30,36 mg/L.
i.
Membuat media I yaitu akuades steril dengan cara yang sama seperti media A sehingga
diperoleh 400 mL larutan paraquat dengan pelarut akuades steril sehingga konsentrasinya
30,36 mg/L.
j.
Membuat media J yaitu akuades tidak steril dengan cara yang sama seperti media A
sehingga diperoleh 400 mL larutan paraquat dengan pelarut akuades tidak steril sehingga
konsentrasinya 30,36 mg/L.
k. Membuat media K yaitu air sumur steril dengan cara yang sama seperti media A sehingga
diperoleh 400 mL larutan paraquat dengan pelarut air sumur steril sehingga konsentrasinya
30,36 mg/L.
l.
Membuat media L yaitu air sumur tidak steril dengan cara yang sama seperti media A
sehingga diperoleh 400 mL larutan paraquat dengan pelarut air sumur tidak steril sehingga
konsentrasinya 30,36 mg/L.
Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang
n. Seluruh sampel disinari dengan sinar matahari. Sampel yang dikondisikan untuk kondisi
terang saat dijemur harus dibuka tutupan botolnya sehingga sinar matahari dapat masuk
tanpa dihalangi. Sedang yang dikondisikan untuk kondisi gelap tetap tertutup seluruh
permukaannya dengan kertas karbon. Penjemuran dilakukan selama 8 jam sehari dengan
waktu antara jam 07:00 sampai 15:00 WITA. Kehilangan volume karena penguapan segera
diganti sesudah dilakukan penjemuran sehingga volume sampel tetap. Sampel diambil untuk
dianalisis pada hari ke 0, 1, 2, 5, 7, 10, 14, 26, 38 dan 50. Setiap pengambilan sampel
langsung dilakukan preparasi dan ditentukan jumlah paraquat hari itu juga.
Penetapan panjang gelombang maksimum
a. Diambil 1 mL larutan paraquat stok (konsentrasi 276 gram/L) dan diencerkan 100 kali
dengan akuades sehingga diperoleh larutan paraquat dengan konsentrasi 2760 mg/L.
b. Diambil 1,1 mL paraquat 2760 mg/L dan diencerkan 100 kali dengan akuades sehingga
diperoleh larutan paraquat dengan konsentrasi 30,36 mg/L.
c. Ditimbang 0,05 gram natrium dithionit dan dilarutkan dengan 5 mL larutan NaOH 4 % b/v
sehingga diperoleh larutan natrium dithionit 1 % dalam NaOH 4 % b/v.
d. Dari 10 mL larutan paraquat 30,36 mg/L kemudian ditambah 2 mL larutan 1 % natrium
dithionit dalam NaOH 4 % dan direkam spektra absorbansinya pada antara 500 sampai
800 nm dengan menggunakan spektrofotometer. Hasil pengukuran absorbansi ditampilkan
dalam bentuk grafik A vs dan dapat ditentukan panjang gelombang maksimumnya.
Penetapan konsentrasi paraquat dalam sampel dengan spektrofotometer
a. Pembuatan kurva standar untuk digunakan pada saat menetapkan konsentrasi
sampel.
1. Paraquat dengan konsentrasi 27,6 mg/L diambil masing-masing 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 dan 6,0
mL dan dimasukan pada labu takar 10 mL kemudian diencerkan dengan akuades, sehingga
diperoleh seri larutan paraquat dengan konsentrasi berturut-turut: 2,76; 5,52; 8,28; 11,04;
13,8 dan 16,56 mg/L. Diambil juga 1,0 mL paraquat 27,6 mg/L dan dimasukan dalam labu
takar 25 mL kemudian diencerkan dengan akuades sehingga diperoleh larutan paraquat
dengan konsentrasi 1,104 mg/L.
2. Masing-masing konsentrasi larutan standar diambil 10 mL dan ditambah dengan 2,0 mL
larutan natrium dithionit 1 % dalam larutan NaOH 4 % dan direkam absorbansinya pada
panjang gelombang maksimum. Dari data tersebut dapat dibuat kurva standar Absorbansi
lawan konsentrasi.
3. Untuk setiap pengukuran konsentrasi paraquat dalam sampel dibuat seri larutan standar
terlebih dahulu.
b. Pengukuran absorbansi sampel.
Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang
Pengukuran absorbansi sampel dilakukan pada hari ke 0, 1, 2, 5, 7, 10, 14, 26, 38 dan
50 dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Setiap media diambil dua botol sampel yang dikondisikan dalam keadaan terang dan dua
botol sampel yang lain dikondisikan dalam keadaan gelap.
2. Larutan sampel dengan volume 10 mL masing-masing ditambahkan 2 mL larutan natrium
dithionit 1 % dalam larutan NaOH 4 % dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum.
3. Penambahan 2 mL larutan natrium dithionit 1 % dalam NaOH 4 % dilakukan saat akan
diukur absorbansi sampelnya dengan spektrofotometer UV-Vis.
c. Penetapan konsentrasi paraquat.
1. Data absorbansi sampel yang diperoleh diekstrapolasikan ke kurva standar dan diperoleh
konsentrasi sampel dari tiap media pada masing-masing kondisi.
2. Hasil akhir berupa grafik konsentrasi vs waktu untuk tiap media yang masing-masing terdiri
dari kondisi gelap dan terang.
3. Kemudian dilakukan penentuan konstanta laju degradasi paraquat pada kondisi terang dan
gelap untuk mengetahui kinetika degradasi paraquat.
Penentuan pH sampel
Penentuan pH sampel dilakukan dengan menggunakan pH meter dan diukur untuk
keadaan sampel sebelum dan setelah ditambahkan paraquat. Pengukuran pH sampel dilakukan
sebagai pembanding untuk mengetahui keadaan sampel secara fisik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Paraquat Secara Spektrofotometri UV-Vis
a. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Paraquat (1,1-dimetil-4,4-bipiridilium) sebagai zat aktif dari Gramoxone merupakan
salah satu golongan senyawa amonium kuartener. Kation paraquat memiliki kemampuan
menyerap sinar UV sebagai akibat dari transisi elektronik ( ke *) pada ikatan rangkap
terkonjugasi dalam gugus bipiridil. Oleh karena itu, analisis paraquat dapat dilakukan secara
langsung dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Panjang gelombang serapan paraquat
pada 260 nm (Hassal, 1982). Masalah yang dihadapi adalah hampir semua sampel yang berasal
dari lingkungan telah banyak mengandung pengotor.
Salah satu cara untuk mengatasi kesulitan dalam menganalisis paraquat di lingkungan
adalah mengikuti metode analisis yang dikembangkan oleh Constenla (1990), yaitu mereduksi
paraquat dengan natrium ditionit dalam suasana basa. Reduksi paraquat akan menghasilkan
warna biru pada larutan dengan serapan pada panjang gelombang sekitar 600 nm. Syarat
Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang
terjadinya reaksi adalah dalam suasana basa maka digunakan larutan natrium dithionit 1 % yang
dilarutkan dalam larutan NaOH 4 %.
Pengukuran panjang gelombang serapan maksimum dilakukan pada panjang gelombang
antara 500 sampai 800 nm, seperti terlihat pada Gambar 1. Hasil pengukuran dengan
menggunakan spektofotometer UV-Vis diperoleh panjang gelombang serapan maksimum adalah
604 nm. Pada pengukuran absorbansi paraquat perlu diperhatikan stabilitas reduktor natrium
dithionit, karena reduktor ini sangat menentukan besarnya nilai absorbansi yang akan diukur
oleh alat. Hasil reduksi paraquat berupa radikal kation mempunyai sifat kurang stabil. Radikal
kation berwarna biru ini akan mengalami autooksidasi karena keberadaan air dan oksigen
sehingga terbentuk kembali ion paraquat yang tidak berwarna. Mengingat sifat paraquat
tereduksi yang kurang stabil maka pengukuran absorbansi paraquat dengan metode ini
dilakukan secepat mungkin.
Parameter Analitik
Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang
Hari
0
1
2
5
7
10
14
26
38
50
Y = 0,03792x + 0,01705
Y = 0,03854x + 0,05694
Y = 0,03989x + 0,00857
Y = 0,04242x + 0,01526
Y = 0,04881x + 0,01445
Y = 0,04707x + 0,00971
Y = 0,05267x 0,00344
Y = 0,05075x 0,00136
Y = 0,04120x + 0,02549
Y = 0,04058x + 0,02530
0,99994
0,99958
0,99994
0,99953
0,99964
0,99980
0,99986
0,99968
0,99966
0,99972
Sensitivitas
(LA/mg)
0,03792
0,03854
0,03989
0,04242
0,04881
0,04707
0,05267
0,05075
0,04120
0,04058
Batas deteksi
0,14456
0,38546
0,14478
0,40741
0,35818
0,26397
0,22320
0,33677
0,34924
0,31739
(a)
(b)
Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
Gambar 2
(j)
(k)
(l)
Grafik hubungan antara Konsentrasi Paraquat dan Waktu pada Media: (a)
akuades steril, (b) akuades tidak steril, (c) air sumur steril, (d) air sumur tidak
steril, (e) filtrat tanah Oematanunu steril, (f) filtrat tanah Oematanunu tidak
steril, (g) filtrat tanah Oesao steril, (h) filtrat tanah Oesao tidak steril, (i) filtrat
tanah Nonbaun steril, (j) filtrat tanah Nonbaun tidak steril, (k) filtrat tanah
Takari steril, (l) filtrat tanah Takari tidak steril
Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang
Penurunan konsentrasi paraquat pada kondisi terang disebabkan adanya pengaruh sinar
matahari secara langsung. Sinar UV yang dihasilkan oleh sinar matahari dan terdapat secara
bebas pada atmosfer dapat diserap oleh paraquat sehingga terjadi pemutusan ikatan dalam
molekul organik (Tinsley dalam Connell dan Miller, 1995). Penyerapan sinar UV oleh molekul
paraquat diklorida dapat menyebabkan terjadinya pembukaan salah satu cincin piridin
menghasilkan N-metil-4-karboksipiridinium (Hassal, 1982). Penurunan konsentrasi paraquat
pada kondisi gelap tidak memberikan perbedaan cukup berarti. Hal ini berarti tidak terjadi
peristiwa degradasi paraquat pada berbagai media percobaan untuk kondisi gelap.
Kajian kinetika degradasi dilakukan dengan penentuan orde dan konstanta laju reaksi
seperti disajikan pada Tabel 2. Pada Tabel 2 dapat dilihat urutan konstanta laju degradasi dari
yang terbesar sampai yang terkecil berdasarkan media sampelnya.
Penyinaran dengan sinar matahari secara langsung selama 50 hari (8 jam/hari) mampu
mendegradasi paraquat untuk masing-masing media pada kondisi terang dengan persentase
penurunan konsentrasi paraquat yang bervariasi sesuai jenis medianya. Sinar UV dari sinar
matahari mampu mendegradasi paraquat dengan persentase antara 71,66 sampai 96,64 %
dengan penurunan konsentrasi terbesar adalah pada media yang berisi filtrat tanah Takari.
Tabel 2. Data orde dan konstanta laju degradasi paraquat (k) pada berbagai media
di kondisi terang
Media
Orde
k Standar deviasi (hari-1)
Filtrat tanah Takari tidak steril
1
0,07467 0,00556
Filtrat tanah Oesao tidak steril
1
0,07281 0,00527
Filtrat tanah Nonbaun tidak steril
1
0,07264 0,00383
Filtrat tanah Oematanunu tidak steril
1
0,06998 0,00336
Filtrat tanah Takari steril
1
0,06794 0,00320
Filtrat tanah Oesao steril
1
0,06702 0,00537
Air sumur tidak steril
1
0,06217 0,00317
Filtrat tanah Nonbaun steril
1
0,06148 0,00319
Filtrat tanah Oematanunu steril
1
0,06086 0,00285
Air sumur steril
1
0,04720 0,00182
Akuades tidak steril
1
0,03458 0,00252
Akuades steril
1
0,02984 0,00408
b. Kinetika Degradasi Paraquat
Tanah merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam proses degradasi
sebab dalam tanah terdapat material berupa bahan organik dan bahan anorganik tanah yang
dapat mempengaruhi proses degradasi paraquat. Keempat sampel yang digunakan dalam
penelitian mewakili jenis tanah yang mendominasi wilayah Kupang. Data jenis tanah dan
kandungan material tanah dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data kandungan material tanah pada sampel
No
Sampel tanah pertanian
Kandungan Mineral
1 Oematanunu
Montmorilonit (16 %), quartz (56
Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang
Oesao
Nonbaun
Takari
Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa umumnya semua sampel tanah memiliki
kandungan bahan organik. Keberadaan material humat yang merupakan bahan organik tanah
akan mempercepat fotodegradasi paraquat karena material ini sangat kuat menyerap sinar
matahari dan berperan sebagai fotosensitiser (Binarjo, 2001). Degradasi paraquat yang
dipengaruhi oleh material tanah dapat dilihat pada Gambar 3. Keberadaan material anorganik
tertentu seperti Fe dalam media air sumur diduga dapat mempercepat laju degradasi paraquat
dalam media tersebut. Konstanta laju degradasi paraquat dalam media akuades steril dan tidak
steril jauh lebih kecil dibanding media lain karena tidak terdapatnya material tanah yang dapat
meningkatkan laju degradasi paraquat dalam media tersebut.
35
30
25
20
15
10
5
0
10
20
30
40
50
60
Hari
akuades steril
filtrat tanah Oesao steril
(a)
Konsentrasi paraquat
(mg/L)
Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang
35
30
25
20
15
10
5
0
0
10
20
30
40
50
60
Hari
akuades tidak steril
(b)
Gambar 3. Grafik hubungan antara konsentrasi paraquat dan waktu pada kondisi
terang untuk media (a) steril dan (b) tidak steril
c. Pengaruh Mikroorganisme terhadap Kinetika Degradasi Paraquat
Pada Gambar 4 terlihat bahwa telah terjadi penurunan konsentrasi paraquat pada kondisi
terang untuk sampel dalam dua belas media percobaan. Penurunan konsentrasi paraquat pada
media filtrat tanah tidak steril lebih besar daripada penurunan konsentrasi paraquat pada media
filtrat tanah steril. Hal ini menunjukkan bahwa degradasi paraquat lebih efektif pada media
filtrat tanah yang tidak disterilkan. Demikian juga dalam media akuades dan air sumur dimana
penurunan konsentrasi paraquat lebih efektif pada media tidak steril. Pada media filtrat tanah
yang tidak disterilkan dimungkinkan mengandung mikroorganisme yang dapat meningkatkan
laju degradasi paraquat karena mikroorganisme dapat mendegradasi paraquat menjadi CO 2 dan
produk alami lainnya. Proses degradasi paraquat oleh mikroorganisme dipengaruhi oleh
konsentrasi paraquat dan kandungan bahan organik tanah. Senyawa organik menghasilkan
Konsentrasi
Konsentrasiparaquat
35
30
(mg/L)
paraquat )(mg/L
35
30
25
25
20
20
15
15
10
10
0
0
20
40
60
20
(a)
akuades steril
40
Hari
Hari
air sumur tidak steril
(b)
60
25
20
15
10
5
0
0
20
40
60
35
30
(mg/L)
Konsentrasi paraquat
Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang
35
30
25
20
15
10
5
0
0
Hari
20
(c)
60
(d)
Konsentrasi paraquat
(mg/L)
40
35
30
25
20
15
10
5
35
30
25
20
15
10
5
0
0
0
20
40
20
60
40
60
Hari
Hari
filtrat tanah Nonbaun tidak steril
(e)
(f)
Gambar 4. Grafik hubungan antara konsentrasi paraquat dan waktu pada kondisi terang
untuk media (a) akuades, (b) air sumur, (c) filtrat tanah Oematanunu, (d)
filtrat tanah Oesao, (e) filtrat tanah Nonbaun, (f) filtrat tanah Takari
Salah satu faktor yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi aktivitas
mikroorganisme adalah pH tanah (Soetikno, 1992). pH media sampel mempengaruhi kehidupan
mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan actinomycetes. Jamur dominan pada lingkungan
tanah asam, sedangkan bakteri dan actinomycetes tidak toleran pada lingkungan asam dan
jumlahnya menurun pada pH 5,0. Rentang pH yang cocok untuk kehidupan actinomycetes
adalah 6,5 sampai 8,0. Data pH media sampel paraquat yang digunakan dalam percobaan
disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Data pH Media Sampel Paraquat
Media
Akuades steril
Akuades tidak steril
Air sumur steril
Air sumur tidak steril
Filtrat tanah Oematanunu steril
Filrat tanah Oematanunu tidak steril
Filtrat tanah Oesao steril
Filrat tanah Oesao tidak steril
Filtrat tanah Nonbaun steril
pH
Tanpa paraquat
6,37
6,32
7,20
8,29
8,17
8,33
8,33
8,76
8,42
Dengan paraquat
6,41
6,39
7,66
8,44
7,71
8,07
8,57
9,19
8,57
Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang
8,10
8,32
8,42
8,93
8,59
8,87
) > air sumur tidak steril (0,06217 0,00317 hari-1) > filtrat tanah Nonbaun steril (0,06148
0,00319 hari-1) > filtrat tanah Oematanunu steril (0,06086 0,00285 hari -1) > air sumur
steril (0,04720 0,00182 hari-1) > akuades tidak steril (0,03458 0,00252 hari -1) > akuades
steril (0,02984 0,00408 hari-1).
Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang
DAFTAR RUJUKAN
Bangun, P. dan Pane, H., 1984, Pengantar Penggunaan Herbisida Pada Tanaman
Pangan, Buletin Teknik No.7, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan, Bogor
Binarjo, A., 2001, Kinetika Foto Degradasi Paraquat (Ion 1,1-Dimetil-4,4-Bipiridilium)
Dari Formula Gramoxone Dalam Lingkungan Perairan Laut, Skripsi, Fakultas
Farmasi, UGM
Connell. D.W. dan Miller, G.J., diterjemahkan oleh Koester, Y., 1995, Kimia dan
Ekotoksikologi Pencemaran, UI Press, Jakarta
Constenla, M.A., 1990, Paraquat Behavior in Costa Rica Soils and Residues in Coffee,
Journal Agriculture Food Chemistry, Vol. 38
Hassal, K.A., 1982, The Biochemistry and Uses of Pesticides, 2
Press, New York
nd
edition, Macmillan
Miller, J. C., dan Miller, J. N., diterjemahkan oleh Suroso, 1991, Statistika Untuk Kimia
Analitik, ITB, Bandung
Ndeo, M., 2010, Absorpsi isoterm paraquat pada tanah pertanian Oematanunu
kecamatan Kupang Barat. Proposal hasil penelitian. Kimia FST Undana
Nitsae, 2010, Isoterm Adsorpsi Herbisida Paraquat pada Tanah di Desa Nonbaun
Kecamatan Fatuleu, UNDANA, Kupang
rd