Anda di halaman 1dari 17

Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari.

, Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan


tanah Pertanian Kabupaten Kupang

STUDI KINETIKA DEGRADASI PARAQUAT


(1,1-DIMETIL-4,4-BIPIRIDILIUM) DALAM LINGKUNGAN TANAH
PERTANIAN KABUPATEN KUPANG
1

Hermania Em Wogo*, Sherlly M.F. Ledoh* , Philiphi de Rozari*


ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang kajian kinetika degradasi paraquat dalam media
filtrat tanah pertanian kota Kupang pada dua kondisi, yaitu kondisi gelap dan terang
dengan penyinaran cahaya matahari secara langsung 8 jam perhari. Untuk mempelajari
pengaruh material tanah dan mikroorganisme dilakukan proses degradasi dalam dua
belas media yaitu media akuades steril dan tidak steril, media air sumur steril dan tidak
steril, media filtrat tanah Oematanunu steril dan tidak steril, media filtrat tanah Oesao
steril dan tidak steril, media filtrat tanah Nonbaun steril dan tidak steril, serta media
filtrat tanah Takari steril dan tidak steril. Pada setiap interval waktu tertentu, konsentrasi
paraquat tersisa ditentukan dengan spektrofotometer UV-Vis, dengan mengukur
absorbansi larutan hasil reduksi oleh natrium dithionit dalam suasana basa pada maks =
604 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sinar matahari dapat meningkatkan laju
degradasi paraquat lebih besar dibandingkan degradasi paraquat akibat pengaruh
material tanah dan mikroorganisme. Degradasi paraquat dalam media yang dikaji
mengikuti kinetika degradasi orde satu. Konstanta laju degradasi dalam media filtrat
-1
tanah Takari tidak steril (0,07467 0,00556 hari ) > filtrat tanah Oesao tidak steril
-1
(0,07281 0,00527 hari ) > filtrat tanah Nonbaun tidak steril (0,07264 0,00383 hari
1
-1
) > filtrat tanah Oematanunu tidak steril (0,06998 0,00336 hari ) > filtrat tanah
-1
Takari steril (0,06794 0,00320 hari ) > filtrat tanah Oesao steril (0,06702 0,00537
-1
-1
hari ) > air sumur tidak steril (0,06217 0,00317 hari ) > filtrat tanah Nonbaun steril
-1
-1
(0,06148 0,00319 hari ) > filtrat tanah Oematanunu steril (0,06086 0,00285 hari )
-1
> air sumur steril (0,04720 0,00182 hari ) > akuades tidak steril (0,03458 0,00252
-1
-1
hari ) > akuades steril (0,02984 0,00408 hari ).

*Staf Pengajar Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknik-UNDANA


Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010

Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang

Pestisida merupakan salah satu bahan kimia yang banyak memberikan jasanya dalam bidang
pertanian bahkan telah menjadi bagian dari sistem pertanian di Indonesia. Pestisida adalah
semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan sebagai
pemberantas atau pencegah hama atau penyakit yang dapat merusak tanaman atau hasil
pertanian (Peraturan pemerintah No.7 Tahun 1973 dalam Sudarmo, 1988). Pestisida sering
menjadi pilihan utama para petani dalam memberantas organisme pengganggu tanaman, sebab
pestisida mempunyai daya bunuh yang tinggi, penggunaannya mudah dan hasilnya cepat
diketahui. Penggunaan pestisida yang semakin meningkat dari tahun ke tahun juga disebabkan
oleh formulasi produk pestisida yang telah terdaftarkan dan diizinkan penggunaannya di
Indonesia semakin banyak (Sudarmo, 1988). Kebutuhan pestisida akan terus meningkat sebelum
ditemukan adanya cara-cara lain yang lebih baik dalam mengendalikan organisme penggangu
tanaman yang menyebabkan menurunnya produktivitas pertanian.
Herbisida adalah salah satu jenis pestisida yang mengandung senyawa kimia beracun
dan digunakan untuk mengendalikan gulma atau tumbuhan penggangu yang tidak dikehendaki.
Karena herbisida aktif terhadap tumbuhan, maka herbisida bersifat fitotoksik. Penggunaan
herbisida juga menguntungkan dalam menghemat waktu dan tenaga kerja.
Salah satu jenis herbisida yang banyak diproduksi dan dipasarkan serta digunakan
secara luas di berbagai Negara termasuk di Indonesia adalah gramoxone. Bahan aktif
gramoxone adalah paraquat (1,1-dimetil-4,4-bipirilidium). Paraquat merupakan salah satu
herbisida golongan ammonium kuartener yang merupakan herbisida kontak (Sudarmo, 1988)
dan bersifat tidak selektif (Bangun dan Pane, 1984). Paraquat dikenal sebagai senyawa yang
sangat toksik. Keberadaannya di dalam tanah (20 ppm) mampu menghambat pertumbuhan
bakteri Azetobacter dan Rhizobium yang berperan dalam fiksasi nitrogen sehingga dapat
menghambat kesuburan tanah. Paraquat juga diketahui menghambat pertumbuhan bakteri E.coli
dan alga di dalam tanah.
Penggunaan paraquat yang semakin meningkat dalam jangka panjang dapat
mengganggu keseimbangan ekosistem oleh karena keberadaan residunya di dalam tanah. Jika
hal tersebut dibiarkan berlanjut akan menimbulkan permasalahan lingkungan yang serius. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian guna memahami perilaku paraquat dalam tanah untuk
mencegah bahaya yang ditimbulkannya terhadap lingkungan.
Degradasi merupakan salah satu proses selain adsorpsi dan desorpsi yang sangat
penting untuk memperkirakan prilaku herbisida di dalam tanah, seperti penentuan laju dan
mekanisme paraquat sehingga dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengurangi
dampak negatif penggunaan paraquat di lingkungan. Diketahui bahwa sinar matahari dapat
meningkatkan jumlah paraquat yang terdegradasi, penyinaran selama 50 hari ( 8 jam/hari)

Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010

Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang

mampu mendegradasi paraquat sebesar 76,91-96,77 % tergantung medianya (Wogo, 2004). Oleh
karena itu dilakukan penelitian mengenai degradasi paraquat pada tanah Kota Kupang guna
memperkirakan perilaku paraquat di dalam tanah yang dipengaruhi oleh material tanah dan
keberadaan mikroorganisme. Sampel tanah yang diambil berasal dari empat lokasi yang berada
di Kota Kupang yaitu : Desa Oematanunu Kecamatan Kupang Barat, Desa Oesao Kecamatan
Kupang Timur, Desa Nonbaun Kecamatan Fatuleu dan Desa Takari Kecamatan Takari.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: spektrofotometer UV-Vis, oven,
ayakan 60 dan 80 mesh, neraca analitik, sentrifius fischer, botol film, kertas karbon, kertas
saring Whatman 42, pH meter, shaker, autoklaf, desikator dan peralatan penunjang berupa alatalat gelas laboratorium.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: tanah pertanian yang berasal dari
Kota Kupang (sampel tanah diambil dari empat lokasi yang mewakili jenis tanah yang dominan
di Kota Kupang, yaitu : Desa Oematanunu Kecamatan Kupang Barat, Desa Oesao Kecamatan
Kupang Timur, Desa Nonbaun Kecamatan Fatuleu dan Desa Takari Kecamatan Takari), larutan
gramoxone 276 g/L, kristal natrium hidroksida, kristal natrium dithionit, kertas saring Whatman
42, air sumur dan akuades.
Cara Kerja
Preparasi sampel tanah pertanian
Sampel diambil pada kedalaman 0-30 cm dari permukaan tanah dan merupakan top soil.
Sampel tanah dikering anginkan dan diayak menggunakan ayakan 60-80 mesh. Kemudian hasil
ayakan dioven 4 jam pada suhu 70 oC untuk menurunkan kadar air dalam tanah. Jika belum
digunakan untuk penelitian, tanah disimpan dalam desikator.
Persiapan pembuatan sampel
a. Seratus gram tanah pertanian desa Oematanunu Kecamatan Kupang Barat dicampur dengan
satu liter air sumur sedikit demi sedikit dan diaduk dengan menggunakan shaker selama 3
jam. Campuran didiamkan selama 24 jam, disentrifius dan disaring dengan menggunakan
kertas saring Whatman 42. Dengan cara yang sama dibuat sampel dari tanah pertanian Desa
Oesao Kecamatan Kupang Timur, Desa Nonbaun Kecamatan Fatuleu dan Kecamatan
Takari.
b. Lima ratus mililiter hasil penyaringan disterilkan dengan autoklaf. Selain itu dilakukan
sterilisasi juga untuk akuades dan air sumur sebagai pembanding.

Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010

Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang

c. Wadah yang digunakan adalah botol film sebanyak 480 buah. Sebelum digunakan, botol
film dicuci dan dikeringkan. Dua ratus empat puluh botol diantaranya dibalut kertas karbon
untuk kondisi gelap.
d. Membuat media A yaitu larutan hasil penyaringan tanpa sterilisasi. Diambil 1,1 mL larutan
paraquat 2760 mg/L (hasil pengenceran 100 kali paraquat stok) dan diencerkan sampai 100
mL dengan larutan hasil penyaringan tanpa sterilisasi sehingga diperoleh larutan paraquat
dengan konsentrasi 30,36 mg/L. Pengenceran dilakukan sebanyak empat kali sehingga
diperoleh 400 mL larutan paraquat dengan pelarut filtrat tanah pertanian Desa Oematanunu
Kecamatan Kupang Barat tidak steril 30,36 mg/L.
e. Membuat media B yaitu larutan hasil penyaringan dengan sterilisasi dengan cara yang sama
seperti media A sehingga diperoleh 400 mL larutan paraquat dengan pelarut filtrat tanah
pertanian Desa Oematanunu Kecamatan Kupang Barat yang disterilkan sehingga
konsentrasinya 30,36 mg/L.
f.

Media C dan D dibuat dari filtrat tanah pertanian Desa Oesao Kecamatan Kupang Timur
tanpa sterilisasi dan dengan sterilisasi yang konsentrasinya 30,36 mg/L.

g. Media E dan F dibuat dari filtrat tanah pertanian Desa Nonbaun Kecamatan Fatuleu tanpa
sterilisasi dan dengan sterilisasi yang konsentrasinya 30,36 mg/L.
h. Media G dan H dibuat dari filtrat tanah pertanian Desa Takari Kecamatan Takari tanpa
sterilisasi dan dengan sterilisasi yang konsentrasinya 30,36 mg/L.
i.

Membuat media I yaitu akuades steril dengan cara yang sama seperti media A sehingga
diperoleh 400 mL larutan paraquat dengan pelarut akuades steril sehingga konsentrasinya
30,36 mg/L.

j.

Membuat media J yaitu akuades tidak steril dengan cara yang sama seperti media A
sehingga diperoleh 400 mL larutan paraquat dengan pelarut akuades tidak steril sehingga
konsentrasinya 30,36 mg/L.

k. Membuat media K yaitu air sumur steril dengan cara yang sama seperti media A sehingga
diperoleh 400 mL larutan paraquat dengan pelarut air sumur steril sehingga konsentrasinya
30,36 mg/L.
l.

Membuat media L yaitu air sumur tidak steril dengan cara yang sama seperti media A
sehingga diperoleh 400 mL larutan paraquat dengan pelarut air sumur tidak steril sehingga
konsentrasinya 30,36 mg/L.

m. Larutan dari tiap media (A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L) masing-masing diambil 10 mL


dan dimasukan ke dalam botol film sehingga terdapat 40 wadah dimana 20 wadah tanpa
kertas karbon dan 20 wadah lain dibalut seluruh permukaan botolnya dengan kertas karbon
untuk kondisi gelap.

Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010

Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang

n. Seluruh sampel disinari dengan sinar matahari. Sampel yang dikondisikan untuk kondisi
terang saat dijemur harus dibuka tutupan botolnya sehingga sinar matahari dapat masuk
tanpa dihalangi. Sedang yang dikondisikan untuk kondisi gelap tetap tertutup seluruh
permukaannya dengan kertas karbon. Penjemuran dilakukan selama 8 jam sehari dengan
waktu antara jam 07:00 sampai 15:00 WITA. Kehilangan volume karena penguapan segera
diganti sesudah dilakukan penjemuran sehingga volume sampel tetap. Sampel diambil untuk
dianalisis pada hari ke 0, 1, 2, 5, 7, 10, 14, 26, 38 dan 50. Setiap pengambilan sampel
langsung dilakukan preparasi dan ditentukan jumlah paraquat hari itu juga.
Penetapan panjang gelombang maksimum
a. Diambil 1 mL larutan paraquat stok (konsentrasi 276 gram/L) dan diencerkan 100 kali
dengan akuades sehingga diperoleh larutan paraquat dengan konsentrasi 2760 mg/L.
b. Diambil 1,1 mL paraquat 2760 mg/L dan diencerkan 100 kali dengan akuades sehingga
diperoleh larutan paraquat dengan konsentrasi 30,36 mg/L.
c. Ditimbang 0,05 gram natrium dithionit dan dilarutkan dengan 5 mL larutan NaOH 4 % b/v
sehingga diperoleh larutan natrium dithionit 1 % dalam NaOH 4 % b/v.
d. Dari 10 mL larutan paraquat 30,36 mg/L kemudian ditambah 2 mL larutan 1 % natrium
dithionit dalam NaOH 4 % dan direkam spektra absorbansinya pada antara 500 sampai
800 nm dengan menggunakan spektrofotometer. Hasil pengukuran absorbansi ditampilkan
dalam bentuk grafik A vs dan dapat ditentukan panjang gelombang maksimumnya.
Penetapan konsentrasi paraquat dalam sampel dengan spektrofotometer
a. Pembuatan kurva standar untuk digunakan pada saat menetapkan konsentrasi
sampel.
1. Paraquat dengan konsentrasi 27,6 mg/L diambil masing-masing 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 dan 6,0
mL dan dimasukan pada labu takar 10 mL kemudian diencerkan dengan akuades, sehingga
diperoleh seri larutan paraquat dengan konsentrasi berturut-turut: 2,76; 5,52; 8,28; 11,04;
13,8 dan 16,56 mg/L. Diambil juga 1,0 mL paraquat 27,6 mg/L dan dimasukan dalam labu
takar 25 mL kemudian diencerkan dengan akuades sehingga diperoleh larutan paraquat
dengan konsentrasi 1,104 mg/L.
2. Masing-masing konsentrasi larutan standar diambil 10 mL dan ditambah dengan 2,0 mL
larutan natrium dithionit 1 % dalam larutan NaOH 4 % dan direkam absorbansinya pada
panjang gelombang maksimum. Dari data tersebut dapat dibuat kurva standar Absorbansi
lawan konsentrasi.
3. Untuk setiap pengukuran konsentrasi paraquat dalam sampel dibuat seri larutan standar
terlebih dahulu.
b. Pengukuran absorbansi sampel.

Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010

Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang

Pengukuran absorbansi sampel dilakukan pada hari ke 0, 1, 2, 5, 7, 10, 14, 26, 38 dan
50 dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Setiap media diambil dua botol sampel yang dikondisikan dalam keadaan terang dan dua
botol sampel yang lain dikondisikan dalam keadaan gelap.
2. Larutan sampel dengan volume 10 mL masing-masing ditambahkan 2 mL larutan natrium
dithionit 1 % dalam larutan NaOH 4 % dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum.
3. Penambahan 2 mL larutan natrium dithionit 1 % dalam NaOH 4 % dilakukan saat akan
diukur absorbansi sampelnya dengan spektrofotometer UV-Vis.
c. Penetapan konsentrasi paraquat.
1. Data absorbansi sampel yang diperoleh diekstrapolasikan ke kurva standar dan diperoleh
konsentrasi sampel dari tiap media pada masing-masing kondisi.
2. Hasil akhir berupa grafik konsentrasi vs waktu untuk tiap media yang masing-masing terdiri
dari kondisi gelap dan terang.
3. Kemudian dilakukan penentuan konstanta laju degradasi paraquat pada kondisi terang dan
gelap untuk mengetahui kinetika degradasi paraquat.
Penentuan pH sampel
Penentuan pH sampel dilakukan dengan menggunakan pH meter dan diukur untuk
keadaan sampel sebelum dan setelah ditambahkan paraquat. Pengukuran pH sampel dilakukan
sebagai pembanding untuk mengetahui keadaan sampel secara fisik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Paraquat Secara Spektrofotometri UV-Vis
a. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Paraquat (1,1-dimetil-4,4-bipiridilium) sebagai zat aktif dari Gramoxone merupakan
salah satu golongan senyawa amonium kuartener. Kation paraquat memiliki kemampuan
menyerap sinar UV sebagai akibat dari transisi elektronik ( ke *) pada ikatan rangkap
terkonjugasi dalam gugus bipiridil. Oleh karena itu, analisis paraquat dapat dilakukan secara
langsung dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Panjang gelombang serapan paraquat
pada 260 nm (Hassal, 1982). Masalah yang dihadapi adalah hampir semua sampel yang berasal
dari lingkungan telah banyak mengandung pengotor.
Salah satu cara untuk mengatasi kesulitan dalam menganalisis paraquat di lingkungan
adalah mengikuti metode analisis yang dikembangkan oleh Constenla (1990), yaitu mereduksi
paraquat dengan natrium ditionit dalam suasana basa. Reduksi paraquat akan menghasilkan
warna biru pada larutan dengan serapan pada panjang gelombang sekitar 600 nm. Syarat

Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010

Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang

terjadinya reaksi adalah dalam suasana basa maka digunakan larutan natrium dithionit 1 % yang
dilarutkan dalam larutan NaOH 4 %.
Pengukuran panjang gelombang serapan maksimum dilakukan pada panjang gelombang
antara 500 sampai 800 nm, seperti terlihat pada Gambar 1. Hasil pengukuran dengan
menggunakan spektofotometer UV-Vis diperoleh panjang gelombang serapan maksimum adalah
604 nm. Pada pengukuran absorbansi paraquat perlu diperhatikan stabilitas reduktor natrium
dithionit, karena reduktor ini sangat menentukan besarnya nilai absorbansi yang akan diukur
oleh alat. Hasil reduksi paraquat berupa radikal kation mempunyai sifat kurang stabil. Radikal
kation berwarna biru ini akan mengalami autooksidasi karena keberadaan air dan oksigen
sehingga terbentuk kembali ion paraquat yang tidak berwarna. Mengingat sifat paraquat
tereduksi yang kurang stabil maka pengukuran absorbansi paraquat dengan metode ini
dilakukan secepat mungkin.

Gambar 1. Spektra serapan maksimum paraquat tereduksi


b. Sensitivitas dan Batas Deteksi
Kurva kalibrasi dibuat pada rentang konsentrasi 1,104 mg/L sampai 16,56 mg/L untuk
analisis sampel pada hari ke 0, 1, 2, 5, 7, 10, 14, 26, 38 dan 50. Pada setiap kurva kalibrasi
diperoleh persamaan regresi linear (y = bx + a), dengan slop (b) dan intersep (a). Besarnya slop
kurva kalibrasi menunjukkan nilai sensitivitas (Skoog, 1985). Jika dibandingkan slop dari kurva
kalibrasi untuk tiap pengambilan sampel diketahui bahwa besarnya slop hampir sama (Tabel 1),
dengan rata-rata sensitivitas adalah 0,04399 LA/mg. Batas deteksi adalah konsentrasi terendah
yang dapat ditentukan berbeda sangat nyata secara statistik dari pengukuran blanko (Skoog,
1985). Penentuan batas deteksi menurut Miller dan Miller (1991) dapat dihitung sebagai
konsentrasi yang menghasilkan absorbansi sebesar 3 x Sa (standar deviasi intersep). Pada setiap
kurva kalibrasi diperoleh nilai koofisien korelasi (r), yaitu antara 0,9995 sampai 0,9999 (Tabel
1). Nilai koofisien yang mendekati satu menunjukan bahwa metode analisis paraquat memiliki
ketelitian yang cukup tinggi.
Tabel 1. Data Kurva Kalibrasi dan Parameter Analitik
Kurva Kalibrasi

Parameter Analitik

Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010

Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang

Hari

Persamaan regresi linear

0
1
2
5
7
10
14
26
38
50

Y = 0,03792x + 0,01705
Y = 0,03854x + 0,05694
Y = 0,03989x + 0,00857
Y = 0,04242x + 0,01526
Y = 0,04881x + 0,01445
Y = 0,04707x + 0,00971
Y = 0,05267x 0,00344
Y = 0,05075x 0,00136
Y = 0,04120x + 0,02549
Y = 0,04058x + 0,02530

0,99994
0,99958
0,99994
0,99953
0,99964
0,99980
0,99986
0,99968
0,99966
0,99972

Sensitivitas
(LA/mg)
0,03792
0,03854
0,03989
0,04242
0,04881
0,04707
0,05267
0,05075
0,04120
0,04058

Batas deteksi
0,14456
0,38546
0,14478
0,40741
0,35818
0,26397
0,22320
0,33677
0,34924
0,31739

2. Kinetika Degradasi Paraquat


Hasil yang diperoleh pada percobaan di atas diaplikasikan untuk mempelajari kinetika
degradasi paraquat diklorida. Pada percobaan dilakukan dua macam perlakuan yaitu pada
kondisi gelap dengan cara membalut seluruh permukaan wadah sampel dengan kertas karbon
dan kondisi terang dengan pemaparan sinar matahari secara langsung. Perlakuan pada kondisi
gelap dan terang dibedakan lagi berdasarkan kesterilan sampel, yaitu sampel yang disterilkan
dengan autoklaf dan yang tidak disterilkan.
a. Pengaruh Sinar Matahari Terhadap Laju Degradasi Paraquat
Hasil yang diperoleh dari percobaan menunjukan telah terjadi penurunan konsentrasi
paraquat pada kondisi terang untuk dua belas media percobaan yang digunakan. Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 2 yang memperlihatkan penurunan konsentrasi paraquat pada kondisi
terang yang dibandingkan dengan penurunan konsentrasi paraquat pada kondisi gelap.

(a)

(b)

Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010

Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang

(c)

(d)

(e)

(f)

(g)

(h)

(i)

Gambar 2

(j)

(k)
(l)
Grafik hubungan antara Konsentrasi Paraquat dan Waktu pada Media: (a)
akuades steril, (b) akuades tidak steril, (c) air sumur steril, (d) air sumur tidak
steril, (e) filtrat tanah Oematanunu steril, (f) filtrat tanah Oematanunu tidak
steril, (g) filtrat tanah Oesao steril, (h) filtrat tanah Oesao tidak steril, (i) filtrat
tanah Nonbaun steril, (j) filtrat tanah Nonbaun tidak steril, (k) filtrat tanah
Takari steril, (l) filtrat tanah Takari tidak steril

Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010

Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang

Penurunan konsentrasi paraquat pada kondisi terang disebabkan adanya pengaruh sinar
matahari secara langsung. Sinar UV yang dihasilkan oleh sinar matahari dan terdapat secara
bebas pada atmosfer dapat diserap oleh paraquat sehingga terjadi pemutusan ikatan dalam
molekul organik (Tinsley dalam Connell dan Miller, 1995). Penyerapan sinar UV oleh molekul
paraquat diklorida dapat menyebabkan terjadinya pembukaan salah satu cincin piridin
menghasilkan N-metil-4-karboksipiridinium (Hassal, 1982). Penurunan konsentrasi paraquat
pada kondisi gelap tidak memberikan perbedaan cukup berarti. Hal ini berarti tidak terjadi
peristiwa degradasi paraquat pada berbagai media percobaan untuk kondisi gelap.
Kajian kinetika degradasi dilakukan dengan penentuan orde dan konstanta laju reaksi
seperti disajikan pada Tabel 2. Pada Tabel 2 dapat dilihat urutan konstanta laju degradasi dari
yang terbesar sampai yang terkecil berdasarkan media sampelnya.
Penyinaran dengan sinar matahari secara langsung selama 50 hari (8 jam/hari) mampu
mendegradasi paraquat untuk masing-masing media pada kondisi terang dengan persentase
penurunan konsentrasi paraquat yang bervariasi sesuai jenis medianya. Sinar UV dari sinar
matahari mampu mendegradasi paraquat dengan persentase antara 71,66 sampai 96,64 %
dengan penurunan konsentrasi terbesar adalah pada media yang berisi filtrat tanah Takari.
Tabel 2. Data orde dan konstanta laju degradasi paraquat (k) pada berbagai media
di kondisi terang
Media
Orde
k Standar deviasi (hari-1)
Filtrat tanah Takari tidak steril
1
0,07467 0,00556
Filtrat tanah Oesao tidak steril
1
0,07281 0,00527
Filtrat tanah Nonbaun tidak steril
1
0,07264 0,00383
Filtrat tanah Oematanunu tidak steril
1
0,06998 0,00336
Filtrat tanah Takari steril
1
0,06794 0,00320
Filtrat tanah Oesao steril
1
0,06702 0,00537
Air sumur tidak steril
1
0,06217 0,00317
Filtrat tanah Nonbaun steril
1
0,06148 0,00319
Filtrat tanah Oematanunu steril
1
0,06086 0,00285
Air sumur steril
1
0,04720 0,00182
Akuades tidak steril
1
0,03458 0,00252
Akuades steril
1
0,02984 0,00408
b. Kinetika Degradasi Paraquat
Tanah merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam proses degradasi
sebab dalam tanah terdapat material berupa bahan organik dan bahan anorganik tanah yang
dapat mempengaruhi proses degradasi paraquat. Keempat sampel yang digunakan dalam
penelitian mewakili jenis tanah yang mendominasi wilayah Kupang. Data jenis tanah dan
kandungan material tanah dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data kandungan material tanah pada sampel
No
Sampel tanah pertanian
Kandungan Mineral
1 Oematanunu
Montmorilonit (16 %), quartz (56

Bahan organik (%)


14,88 (Ndeo, 2010)

Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010

Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang

Oesao

Nonbaun

Takari

%), kalsite (19 %) (Ndeo, 2010)


Calcite, magnesian, quartz,
montmorilonit (Seran, 2010)
lempung kaolinit dengan kadar
liat rendah dan bertekstur pasir
(Nitsae, 2010)
kuarsa, klorit dan montmorilonit
(Gadi, 2010)

10,265 (Seran, 2010)


2,77 - 7,22 (Nitsae,
2010)
10,3 (Gadi, 2010)

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa umumnya semua sampel tanah memiliki
kandungan bahan organik. Keberadaan material humat yang merupakan bahan organik tanah
akan mempercepat fotodegradasi paraquat karena material ini sangat kuat menyerap sinar
matahari dan berperan sebagai fotosensitiser (Binarjo, 2001). Degradasi paraquat yang
dipengaruhi oleh material tanah dapat dilihat pada Gambar 3. Keberadaan material anorganik
tertentu seperti Fe dalam media air sumur diduga dapat mempercepat laju degradasi paraquat
dalam media tersebut. Konstanta laju degradasi paraquat dalam media akuades steril dan tidak
steril jauh lebih kecil dibanding media lain karena tidak terdapatnya material tanah yang dapat
meningkatkan laju degradasi paraquat dalam media tersebut.

Konsentrasi paraquat (mg/L)

35

30

25
20
15
10
5
0

10

20

30

40

50

60

Hari

akuades steril
filtrat tanah Oesao steril

air sumur steril


filtrat tanah Nonbaun steril

filtrat tanah Oematanunu steril


filtrat tanah Takari steril

(a)

Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010

Konsentrasi paraquat

(mg/L)

Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang

35
30
25
20

15
10
5
0
0

10

20

30

40

50

60

Hari
akuades tidak steril

air sumur tidak steril

filtrat tanah Oematanunu tidak steril

filtrat tanah Oesao tidak steril

filtrat tanah Nonbaun tidak steril

filtrat tanah Takari tidak steril

(b)
Gambar 3. Grafik hubungan antara konsentrasi paraquat dan waktu pada kondisi
terang untuk media (a) steril dan (b) tidak steril
c. Pengaruh Mikroorganisme terhadap Kinetika Degradasi Paraquat
Pada Gambar 4 terlihat bahwa telah terjadi penurunan konsentrasi paraquat pada kondisi
terang untuk sampel dalam dua belas media percobaan. Penurunan konsentrasi paraquat pada
media filtrat tanah tidak steril lebih besar daripada penurunan konsentrasi paraquat pada media
filtrat tanah steril. Hal ini menunjukkan bahwa degradasi paraquat lebih efektif pada media
filtrat tanah yang tidak disterilkan. Demikian juga dalam media akuades dan air sumur dimana
penurunan konsentrasi paraquat lebih efektif pada media tidak steril. Pada media filtrat tanah
yang tidak disterilkan dimungkinkan mengandung mikroorganisme yang dapat meningkatkan
laju degradasi paraquat karena mikroorganisme dapat mendegradasi paraquat menjadi CO 2 dan
produk alami lainnya. Proses degradasi paraquat oleh mikroorganisme dipengaruhi oleh
konsentrasi paraquat dan kandungan bahan organik tanah. Senyawa organik menghasilkan

Konsentrasi

Konsentrasiparaquat

35
30

(mg/L)

paraquat )(mg/L

unsur-unsur hara yang penting untuk kehidupan mikroorganisme.

35
30

25

25

20

20

15

15

10

10

0
0

20

40

60

20

akuades tidak steril

(a)

akuades steril

40

Hari

Hari
air sumur tidak steril

air sumur steril

(b)

60

Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010

25
20
15
10
5
0
0

20

40

60

Konsentrasi paraquat (mg/L)

35
30

(mg/L)

Konsentrasi paraquat

Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang

35
30
25
20
15
10
5
0
0

Hari

20

fiiltrat tanahHariOesao tidak steril

filtrat tanah Oematanunu steril

filtrat tanah Oesao steril

(c)

60

(d)
Konsentrasi paraquat
(mg/L)

Konsentrasi paraquat (mg/L)

40

filtrat tanah Oematanunu tidak steril

35
30
25
20
15
10
5

35
30
25
20
15
10
5
0

0
0

20

40

20

60

40

60

Hari

Hari
filtrat tanah Nonbaun tidak steril

filtrat tanah Takari tidak steril

filtrat tanah Nonbaun steril

filtrat tanah Takari steril

(e)

(f)

Gambar 4. Grafik hubungan antara konsentrasi paraquat dan waktu pada kondisi terang
untuk media (a) akuades, (b) air sumur, (c) filtrat tanah Oematanunu, (d)
filtrat tanah Oesao, (e) filtrat tanah Nonbaun, (f) filtrat tanah Takari
Salah satu faktor yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi aktivitas
mikroorganisme adalah pH tanah (Soetikno, 1992). pH media sampel mempengaruhi kehidupan
mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan actinomycetes. Jamur dominan pada lingkungan
tanah asam, sedangkan bakteri dan actinomycetes tidak toleran pada lingkungan asam dan
jumlahnya menurun pada pH 5,0. Rentang pH yang cocok untuk kehidupan actinomycetes
adalah 6,5 sampai 8,0. Data pH media sampel paraquat yang digunakan dalam percobaan
disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Data pH Media Sampel Paraquat
Media
Akuades steril
Akuades tidak steril
Air sumur steril
Air sumur tidak steril
Filtrat tanah Oematanunu steril
Filrat tanah Oematanunu tidak steril
Filtrat tanah Oesao steril
Filrat tanah Oesao tidak steril
Filtrat tanah Nonbaun steril

pH
Tanpa paraquat
6,37
6,32
7,20
8,29
8,17
8,33
8,33
8,76
8,42

Dengan paraquat
6,41
6,39
7,66
8,44
7,71
8,07
8,57
9,19
8,57

Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010

Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang

Filrat tanah Nonbaun tidak steril


Filtrat tanah Takari steril
Filrat tanah Takari tidak steril
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian

8,10
8,32
8,42

8,93
8,59
8,87

dan pembahasan yang telah

dilakukan dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut :


1. Sinar matahari dapat meningkatkan laju degradasi paraquat. Material tanah berupa bahan
organik dan bahan anorganik yang terdapat dalam filtrat tanah (Oematanunu, Oesao,
Nonbaun dan Takari) baik steril maupun tidak steril serta keberadaan material anorganik
dalam air sumur tidak steril dan air sumur steril dapat mempercepat laju degradasi paraquat.
Selain itu, fraksi tanah terlarut tanpa sterilisasi mengandung mikroorganisme yang dapat
meningkatkan laju degradasi paraquat.
2. Degradasi paraquat dalam media mengikuti tingkat reaksi orde 1 dengan tetapan laju pada
media : filtrat tanah Takari tidak steril (0,07467 0,00556 hari -1) > filtrat tanah Oesao tidak
steril (0,07281 0,00527 hari-1) > filtrat tanah Nonbaun tidak steril (0,07264 0,00383
hari-1) > filtrat tanah Oematanunu tidak steril (0,06998 0,00336 hari -1) > filtrat tanah
Takari steril (0,06794 0,00320 hari-1) > filtrat tanah Oesao steril (0,06702 0,00537 hari 1

) > air sumur tidak steril (0,06217 0,00317 hari-1) > filtrat tanah Nonbaun steril (0,06148

0,00319 hari-1) > filtrat tanah Oematanunu steril (0,06086 0,00285 hari -1) > air sumur
steril (0,04720 0,00182 hari-1) > akuades tidak steril (0,03458 0,00252 hari -1) > akuades
steril (0,02984 0,00408 hari-1).

Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010

Hermania Em Wogo, Sherlly Ledoh,Philiphi de Rozari., Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1Dimetil_4, 4-Bipiridilium) dalam lingkungan
tanah Pertanian Kabupaten Kupang

DAFTAR RUJUKAN
Bangun, P. dan Pane, H., 1984, Pengantar Penggunaan Herbisida Pada Tanaman
Pangan, Buletin Teknik No.7, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan, Bogor
Binarjo, A., 2001, Kinetika Foto Degradasi Paraquat (Ion 1,1-Dimetil-4,4-Bipiridilium)
Dari Formula Gramoxone Dalam Lingkungan Perairan Laut, Skripsi, Fakultas
Farmasi, UGM
Connell. D.W. dan Miller, G.J., diterjemahkan oleh Koester, Y., 1995, Kimia dan
Ekotoksikologi Pencemaran, UI Press, Jakarta
Constenla, M.A., 1990, Paraquat Behavior in Costa Rica Soils and Residues in Coffee,
Journal Agriculture Food Chemistry, Vol. 38
Hassal, K.A., 1982, The Biochemistry and Uses of Pesticides, 2
Press, New York

nd

edition, Macmillan

Miller, J. C., dan Miller, J. N., diterjemahkan oleh Suroso, 1991, Statistika Untuk Kimia
Analitik, ITB, Bandung
Ndeo, M., 2010, Absorpsi isoterm paraquat pada tanah pertanian Oematanunu
kecamatan Kupang Barat. Proposal hasil penelitian. Kimia FST Undana
Nitsae, 2010, Isoterm Adsorpsi Herbisida Paraquat pada Tanah di Desa Nonbaun
Kecamatan Fatuleu, UNDANA, Kupang
rd

Skoog, D. A., 1985, Principles of instrumental analysis, 3 edition, saunders pubishing,


Philadelphia
Sudarmo, S., 1988, Pestisida Tanaman, Kanisius, Yogyakarta
Wogo, H. E., 2004, Studi Kinetika Degradasi Paraquat (1,1- dimetil- 4,4- bipiridilium)
Dalam Lingkungan Tanah Lombok, Jurnal MIPA, Vol 1, No 1. , Hal. 47-55.
DIKTI

Media Exacta Volume 10 No.2 Juli 2010

Anda mungkin juga menyukai