Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi 8
Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru kedalam tubuh
yang diproyeksikan lewat senjata api atau persentuhan peluru dengan tubuh. Yang termasuk
dalam luka tembak adalah luka tembak masuk maupun luka tembak keluar. Luka tembak
masuk terjadi apabila anak peluru memasuki suatu objek dan tidak keluar lagi, sedangkan
pada luka tembak keluar, anak peluru menembus objek secara keseluruhan. Umumnya luka
tembak ditandai dengan luka masuk yang kecil dan luka keluar yang lebih besar. Luka ini
biasanya juga disertai dengan kerusakan pada pembuluh darah, tulang, dan jaringan sekitar.
Luka tembak terjadi karena energi dari peluru saat menembus tubuh. Semakin besar
energi yang dihasilkan peluru, semakin parah luka yang dapat terjadi. Energi akan meningkat
seiring besar, berat dan kecepatan pelurunya. Secara umum, peluru berukuran besar yang
ditembakkan dari senapan menyebabkan luka yang lebih besar dibandingkan dengan peluru
berukuran kecil yang ditembakkan dari pistol.

Identifikasi Luka Tembak6


Berdasarkan ciri-ciri yang khas pada setiap tembakan yang dilepaskan dari berbagai
jarak, maka perkiraan jarak tembak dapat diketahui, dengan demikian dapat dibuat
klasifikasinya.

Gambar 1. Gambaran luka tembak

Klasifikasi yang dimaksud antara lain :


Luka tembak masuk1,3
Ciri luka tembak masuk biasanya dalam bentuk yang berentetan dengan abrasi
tepi yang melingkar di sekeliling defek yang dihasilkan oleh peluru. Abrasi tepi
tersebut berupa goresan atau lecet pada kulit yang disebabkan oleh peluru ketika
menekan masuk kedalam tubuh. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi ke dalam
kulit, maka hal tersebut akan menghasilkan abrasi tepi yang konsentris, yaitu goresan
pada kulit berbentuk cincin dengan ketebalan yang sama, oleh karena peluru masuk
secara tegak lurus terhadap kulit. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi pada kulit
dengan membentuk sudut, maka hal ini akan menghasilkan tepi yang eksentris, yaitu
bentuk cincin yang lebih tebal pada satu area. Area yang tebal dari abrasi tepi yang
eksentris mengindikasikan arah datangnya peluru. Sebagai tambahan, semakin tebal
abrasi tepi, semakin kecil sudut peluru pada saat mengenai sudut kulit.
Luka tembak masuk yang tidak khas berbentuk ireguler dan mungkin memiliki
sobekan pada tepi luka. Jenis luka masuk seperti ini biasanya terjadi ketika peluru
kehilangan putaran oleh karena menembak di dalam laras senjata. Bahkan dalam
perjalanannya dengan terpilin, peluru bergerak secara terhuyung ketika menabrak
kulit sehingga sering memberikan gambaran bentuk D pada luka. Luka tembak masuk
yang tidak khas dapat disebabkan oleh senjata yang tidak berfungsi baik atau oleh
karena amunisis yang rusak, tetapi lebih sering dihasilkan dari peluru jenis Ricochets
atau peluru yang mengenai benda lain terlebih dahulu, seperti jendela yang bergerak
otomatis, sebelum mengenai tubuh. Jenis lain dari luka tembak masuk yang tidak khas
terjadi ketika mulut senjata apu mengalami kontak langsung dengan kulit diatas
permukaan tulang, seperti padan tulang tengkorak atau sternum. Ketika senjata
ditembakkan, maka hal ini akan menghentikan gas secara langsung dari mulut senjata
ke dalam luka di sekitar peluru. Gas akan mengalami penetrasi ke dalam jaringan
subkutan, dimana gas tersebut meluas sehingga menyebabkan kulit disekitar luka
tembak masuk menjadi meregang dan robek. Luka robek atau laserasi menyebar dari
bagian tengah dengan memberikan defek berbentuk stellata atau penampak seperti
bintang.
Luka tembak masuk dapat dibedakan menjadi :
1. Luka tembak tempel (contact wounds)

Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan ditembakkan.
Bila tekanan pada tubuh erat disebut hard contact, sedangkan yang tidak erat

disebut soft contact.


Umumnya luka berbentuk bundar yang dikelilingi kelim lecet yang sama

lebarnya pada setiap bagian.


Jaringan subkutan 5-7,5 cm di sekitar luka tembak masuk mengalami laserasi.
Di sekeliling luka tampak daerah yang berwarna merah atau merah cokelat,

yang menggambarkan bentuk dari moncong senjata, ini disebut jejas laras.
Rambut dan kulit sekitar luka dapat hangus terbakar.
Saluran luka akan berwarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir mesiu,

jelaga dan minyak pelumas.


Tepi luka dapat berwarna merah, oleh karena terbentuknya COHb.
Bentuk luka tembak temple sangat dipengaruhi oleh keadaan / densitas

jaringan yang berada dibawahnya, dengan demikian dapat dibedakan :


a. Luka tembak tempel di daerah dahi
b. Luka tembak tempel di daerah pelipis
c. Luka tembak tempel di daerah perut
- Luka tembak temple di daerah dahi mempunyai ciri :
a. Luka berbentuk bintang
b. Terdapat jejas laras
- Luka tembak temple di daerah pelipis mempunyai ciri :
a. Luka berbentuk bendar
b. Terdapat jejas laras
- Luka tembak temple di daerah perut mempunyai ciri :
a. Luka berbentuk bundar
b. Kemungkinan besar tidak terdapat jejas laras
2. Luka tembak jarak dekat (close range wounds)
- Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban masih dalam
jangkauan butir-butir mesiu (luka tembak jarak dekat) atau jangkauan jelaga
-

dan api (luka tembak jarak sangat dekat).


Luka berbentuk bundar atau oval tergantung sudut masuknya peluru, dengan
di sekitarnya terdapat bintik-bintik hitam (kelin tato) dan atau jelaga (kelim

jelaga).
Ukuran luka lebih kecil dibanding peluru.
Di sekitar luka dapat ditemukan daerah yang berwarna merah atau hangus

terbakar.
Bila terdapat kelim tato, berarti jarak antar moncong senjata dengan korban

sekitar 60 cm (50-60 cm), yaitu untuk senjata genggam.


Bila terdapat pula kelim jelaga, jaraknya sekitar 30 cm (25-30 cm)
Bila terdapat juga kelim api, maka jarak antara moncong senjata dengan

korban sekitar 15 cm.


3. Luka tembak jarak jauh ( long range wound)

Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban diluar
jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau

terbakar sebagian.
Jarak diatas 45 cm
Ukuran luka jauh lebih kecil dibandingkan peluru.
Warna kehitaman atau kelim tattoo tidak ada.
Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim lecet.
Bila senjata sering dirawat (diberi minyak) maka pada kelim lecet dapat dilihat
pengotoran berwarna hitam berminyak, jadi ada kelim kesat atau kelim lemak.

Luka tembak keluar1,3


Jika peluru yang ditembakkan dari senjata api mengenai tubuh korban dan
kekuatannya masih cukup untuk menembus dan keluar pada bagian tubuh lainnya, maka luka
tembak dimana peluru meninggalkan tubuh itu disebut luka tembak keluar.
Luka tembak keluar mempunyai ciri khusus yang sekaligus sebagai perbedaan pokok
dengan luka tembak masuk. Ciri tersebut adalah tidak adanya kelim lecet pada luka tembak
keluar, dengan tidak adanya kelim lecet, kelim-kelim lainnya juga tertentu tidak ditemukan.
Disekitar luka tembak keluar mungkin pula dijumpai daerah lecet bila pada tempat
keluar tersebut terdapat benda yang keras, misalnya ikat pinggang, atau korban sedang
bersandar pada dinding.
Luka tembak keluar umumnya lebih besar dari luka tembak masuk akibat terjadi
deformitas anak peluru, bergoyangnya anak peluru dan terikutnya jaringan tulang yang pecah
keluar dari luka tembak keluar. Pada anak peluru yang menembus tulang pipih, seperti tulang
atap tengkorak, akan terbentuk corong yang membuka searah dengan gerak anak peluru.
Adapun faktor-faktor yang menybabkan luka tembak keluar lebih besar dari luka tembak
masuk adalah:
Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru berada dalam tubuh dan
membentur tulang
Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak, misalnya karena
terbentur bagian tubuh yang keras, peluru bergerak berputar dari ujung ke ujung (end to end),
keadaan ini disebut tumbling
Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan , disebut yawning

Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini menyebabkan luka


tembak keluar menjadi lebih besar.
Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut terbawa keluar, maka
fragmen tulang tersebut akan membuat robekan tambahan sehingga akan memperbesar luka
tembak keluarnya.
Luka tembak keluar mungkin lebih kecil dari luka tembak masuk bila terjadi pada
luka tembak tempel/kontak, atau pada anak peluru yang telah kehabisan tenaga pada saat
keluar meninggalkan

tubuh, bentuk luka tembak keluar

tidak khas dan sering tidak

beraturan. Pada beberapa keadaan luka tembak keluar lebih kecil dari luka tembak masuk, hal
ini disebabkan:
Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar berkurang, sehingga
kerusakannya (lubang luka tembak keluar) akan lebih kecil, perlu diketahui bahwa
kemampuang peluru untuk dapat menimbulkan kerusakan berhubungan langsung dengan
ukuran peluru dan velocity
Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru akan keluar
yang berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembakkeluar akan lebih kecil bila
dibandingkan dengan luka tembak masuk
Bentuk dan jumlah luka tembak keluar tidak dapat diprediksi. Luka tembak keluar
sebagian (parsial exit wound), hal ini dimungkinkan oleh karena tenaga peluru tersebut
hampir habis atau ada penghalang yang menekan pada tempat dimana peluru akan keluar,
dengan demikian luka dapat hanya berbentuk celah dan tidak jarang peluru tampak menonjol
sedikit pada celah tersebut. Jumlah luka tembak keluar bisa lebih banyak dari pada luka
tembak masuk, hal ini dimungjkinkan karena:
Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat sendiri luka tembak keluar
Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan tulang tersebut terdorong keluar pada
tempat yang berbeda dengan tempat keluarnya peluru.
Dua pelurunya masuk kedalam tubuh melalui satu luka tembak masuk (tandem
bullet injury) dan di dalam tubuh ke dua peluru tersebut berpisah dan keluar melalu tempat
yang berbeda.

Peluru jarang dapat dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang tipis seperti
scapula dan ileum atau bagian tipis dari tengkorak. Anak peluru yang mengenai lokasi yang
tidak biasa dapat menyebabkan luka dan kematian tetapi luka tembak masuk akan sangat
sulit untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping hidung, mulut, ketiak, vagina, dan rektum.

Mekanisme Kerja Senjata10


Mekanisme kerja senjata, baik senjata angin atau senajata api pada prinsipnya sama
yaitu memanfaatkan tekanan tinggi dari udara atau gas untuk melontarkan anak proyektil atau
anak peluru keluar dari laras dengan kecepatan tinggi.
Pada senjata angin, tekanan yang tinggi itu diperoleh dengan cara memanfaatkan
udara atau dengan merubah CO2 cair menjadi gas dalam ruangan yang volumenya tetap.
Sedang pada senjata api, tekanan yang tinggi diperoleh dari pembakaran mesiu sehingga
dalam waktu sekejap berubah menjadi gas dengan volume yang besar didalam ruangan yang
volumenya tetap. Dari saru gram mesiu dapat dihasilkan gas (CO2,CO,hydrogen sulfanida,
dan methane) antara 200-900 mililiter dengan suhu yang sangat panas.
Fungsi picu itu sendiri pada senjata angin sebetulnya untuk melepaskan udara yang
tekanannya telah dibuat tinggi guna melontarkan proyektil, sedang pada senjata api untuk
membuatnya, pin atau pemukul penggalak melakukan tugasnya sehingga menimbulkan
percikan api pada penggalak (primer) guna membakar mesiu. Selanjutnya, anak peluru atau
proyektil yang telah memiliki gaya kinetic itu, sesudah meninggalkan laras jalannya amat
dipengaruhi oleh banyak hal; seperti misalnya berat massa, bentuk dan diameternya, gravitasi
serta tahanan (resistensi) udara yang dilaluinya. Akibat dari gravitasi itu maka arah anak
oeluru atau proyektil akan membentuk kurva. Semakin jauh moncong, pengaruh gravitasi
semakin dominan sehinggga bentuk kurvanya semakin tampak nyata.
Menembak seseorang dari depan dan dari belakang penting untuk membedakan lukatembak
masuk dengan luka tembak keluar. Luka tembak masuk khusus biasanya berbentuk bulat
dengan tepi abrasi melingkar yang mengelingi cacat yang disebabkan oleh senjata. Garis tepi
abrasi merupakan lecet atau kikisan kulit yang disebabkan oleh peluru saat ia mendorong ke
dalam. Garis tepi mungkin konsetntrik atau eksentrik. Ketika peluru masuk ke dalam kulit, ia
akan menyebabkan abrasi tepikonsentrik, karena ia masuk perpendikuler kulit. Ketika ujung
peluru memfenetrasi kulit pada suatu sudut, ia akan menyebabkan garis tepi abrasi yang
eksentrik. Daerah marginabrasi eksentrik yang tebal mengindikasikan sudut peluru yang lebih
dangkal saat ia peluru menembus kulit.

Luka tembak keluar dari senjata berkekuatan tinggi sangat mungkin dikarenakan
olehkecepatan dan energi kinetic yang tinggi amunisi yang ditembakkan. Stellate-shaped exit
wounds, sering ditemukan dan mungkin menyerupai luka tembak masuk kontak.
Walaupun luka tembak keluar dari senjata bisa lebih besar dan mungkin menyebabkan
banyak kerusakan dibandingkan luka tembak keluar dari senjata genggam.Dengan
memperkirakan tepi luka, ada atau tidak adanya tepi abrasi bisa dikonfirmasi.
Normalnya, suatu peluru saat ditembakkan akan mengikuti suatu lengkung arah atau
jalur tertentu. Namun, semakin cepat peluru melesat maka semakin lurus arah dan jalur
peluru tersebut. Disipasi energi adalah bagaimana energi kinetis peluru yang disalurkan ke
tubuhdari suatu kekuatan yang menahannya. Pada kasus proyektil velositas medium dan
tinggi,disipasi energi dipengaruhi oleh Drag (hambatan), Profile (profil) dan
Cavitation(kavitasi).
Drag Faktor-faktor yang memperlambat suatu peluru, termasuk tahanan angin,
hambatan oleh jaringan, dll.
Profile Titik tumbuk peluru merupakan profil dari peluru tersebut. Semakin besar
ukuran titik tumbuk semakin besar energi yang disalurkan.
Cavitation Sering disebut sebagi perluasan alur masuk peluru. Merupakan lubang di
jaringan tubuh yang dihasilkan oleh energi kinetis peluru. Lubang ini lebih besar
daripadalubang masuk peluru. Karenanya,luka yang dihasilkan lebih besar dari diameter
peluru tersebut. Kadang kala, karenaenergi kinetis peluru sedemikian besar, peluru dapat
menembus jaringan di sebaliknya. Oleh karena itu selalu kaji adanya lubang keluar peluru
(exit wound).
Jika luka tembak masuk dan hubungannya dengan luka tembak keluar telah
ditentukan,langkah selanjutnya adalah menentukan arah tembakan. Arah tembakan adalah
jaras jalannya peluru memasuki tubuh melalui luka tembak masuk menuju luka tembak
keluar.
Untuk alasan klaritas dan konsistensi, ahli forensik selalu menggambarkan arah
tembakan sebagaimana tubuh korban dalam posisi anatomis standar saat ia ditembak. Tubuh
korban berdiri penuh dengan tangan ekstensi pada sisi tubuhnya dengan bagian palmar ke
depan. Sebagai contoh luka tembak yang menembus dada kiri dan keluar pada punggung
kanan bawah, arah tembakan digambarkan dari depan ke belakang, kiri ke kanan dan atas
dan ke bawah. Biasanya ahli forensik hanya bisa membuat opini dimana posisi tubuh korban

bisa atau tidak konsisten dengan arah tembakan, dan hanya bisa disesuaikan dengan saksi
mata.

Kepala
Ketika energi proyektil memasuki tengkorak dan mulai mengalami disipasi, jaringan
otak secara alamiah akan tertekan secara berat (ingat kepala adalah ruang tertutup yang
dibatasi jaringan tulang tengkorak yang kuat).Bila peluru mengenai wajah maka jalan napas
akan rusak atau hancur tergantung pada velositas peluru.
Dada
Jaringan paru relative tahan terhadap kavitasi proyektil. Alveoli membentuk massa
berongga yang mudah bergerak. Sedangkan jantung tidak tahan terhadap kavitasi
sebagaimana paru. Namun lapisan terluar yang meliputi pembuluh pulmoner, aorta dan
jantung merupakan jaringan yang kuat dan elastic. Jaringan ini mungkin mampu menutupi
luka akibat luka tembus velositas rendah,namun tidak mampu mengatasi kavitasi akibat luka
tembus velositas medium dan tinggi.
Bila terjadi cedera di antara garis puting dada dan pinggang, maka selalu curigai
kemungkinan adanya cedera abdominal juga.
Abdomen
Abdomen sering mengalami cedera sekunder saat dada mengalami cedera. Ruang
abdominal merupakan ruang yang besar yang berisi jaringan yang berisi cairan, udara, jaring
padat dan jaringan tulang. Jaringan yang berisi udara dan cairan lebih tahan terhadap kavitasi
daripada jaringan padat.
Ekstremitas
Ekstremitas terdiri dari tulang, otot, pembuluh darah dan jaringan saraf. Luka tembak
sering

menyebabkan

tulang

pecah

dan pecahan

ini dapat mengakibatkan luka

sekunder.Pecahan ini dapat bersifat seperti misil atau proyektil yang merusak jaringan lain
disekitarnya. Akibatnya jaringan di sekitar akan rusak sehingga fungsi sensorik, motorik dan
bahkan aliran sirkulasi akan terhambat atau bahkan hancur.

Luka ledakan terbagi dalam 4 kategori yaitu : primer, sekunder, tertier dan
tambahan. Korban mungkin mengalami luka lebih dari hanya satu mekanisme
tersebut.

Luka ledakan primer disebabkan oleh efek langsung ledakan bertekanan tinggi
terhadap jaringan tubuh. Udara mudah menekan, tidak seperti air. Hasilnya, luka
ledakan primer hampir selalu mengenai struktur yang mengandung udara seperti paru,
telinga dan saluran cerna.

Luka ledakan sekunder disebabkan oleh objek melayang yang menyerang orang
disekitarnya.

Luka ledakan tertier adalah gambaran ledakan energi tinggi. Jenis ini terjadi
ketikaorang-orang terlempar dan menabrak objek lainnya.

Perbedaan Antara Luka Tembak Masuk Dengan Luka Tembak Keluar 1,3
No
1.

Luka Tembak Masuk


Ukurannya
kecil,
karena
menembus

Luka Tembak Keluar


peluru Ukurannya lebih besar dan lebih tidak teratur

kulit seperti bor dengan dibandingkan luka tembak masuk, karena

kecepatan tinggi

kecepatan

peluru

berkurang

sehingga

2.

menyebabkan robekan jaringan


Pinggiran luka melekuk ke arah dalam Pinggiran luka melekuk keluar karena peluru

3.
4.

karena peluru menembus kulit dari luar


menuju keluar
Pinggiran luka mengalami abrasi
Pinggiran luka tidak mengalami abrasi
Pakaian masuk ke dalam luka, dibawa Tidak ada

5.

oleh peluru yang masuk


Pada luka bisa tampak hitam, terbakar, Tidak ada

6.

kelim tattoo, atau jelaga


Pada tulang tengkorak, pinggiran luka Tampak seperti gambaran mirip kerucut

7.

teratur bentuknya
Bisa tampak berwarna merah terang Tidak ada

8.

akibat adanya zat karbon monoksida


Di sekitar luka tampak kelim ekimosis
Tidak ada
Tabel 1. Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar

Pemeriksaan Mikroskopik1
Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu: trauma mekanis dan
termis.

Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat;


1. Kompresi epitel disekitar luka tembak tampak epitel yang normal dan yang mengalami
kompresi, elongasi, dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta elongasi dari inti sel,
2. Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dari butir-butir mesiu.
3. Epitel mengalami nekrose, koagulatif, epitel sembab, vakuolisasi sel-sel basal,
4. Akibat panas jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE akan lebih banyak
mengambil warna biru (basofilic steining)
5. Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling dominan) dan
adanya butir-butir mesiu.
6. Sel-sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi, dan piknotik
7. Butir-butir mesiu tampak sebagai benda-benda tidak beraturan, bewarna hitam atau hitam
kecokelatan,
8. Pada luka tembak tempel hard contact permukaan kulit sekitar luka tidak terdapat butirbutir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir-butir mesiu akan tampak banyak dilapisan
bawahnya, khususnya disepanjang tepi saluran luka.
9. Pada luka tempel soft contact butir-butir mesiu terdapat pada kulit dan jaringan dibawah
kulit
10.Pada luka tembak jarak dekat butir-butir mesiu terutama terdapat pada permukaan kulit,
hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan kulit.
Perubahan progresif epitel akibat panas dan mekanik adalah perubahan yang dapat
dijumpai. Demikian pula kemungkina didapatkannya butir-butir mesiu dalam saluran luka
dan dalam perubahan epitel.

Secara umum didalam saluran luka pada luka tembak tempel akan mengandung lebih
banyak butir-butir mesiu bila dibandingkan dengan luka tembak dimana moncong sejata tidak
menempel pada kulit.

Pemeriksaan penunjang 6,10


1. X-ray
X-ray penting dilakukan pada pemeriksaan luka tembak. Semua luka tembak harus
dilakukan pemeriksaan rontgen, terutama pada luka tembak keluar.

Kegunaan x-ray antara lain:


1. Untuk melihat apakah peluru atau bagian-bagian dari peliru masih ada didalam tubuh
2. Untuk mementukan letak peluru
3. Untuk menentukan letak dari fragmen-fragmen kecil dari peluru yang ditinggalkan didalam
tubuh sehingga dapat dikeluarkan
4. Untuk mengidentifikasi jenis amunisi dan senjata yang digunakan
5. Untuk mendokumentasikan arah peluru
Untuk menggunakan X-ray dalam menentukan letak peluru akan menyingkat waktu
otopsi. X-ray harus dilakukan tanpa seluruh luka tembak keluar, karena walaupun ada luka
keluar bukan berati kalau perulu memang keluar. Mungkin saja peluru tersebut mempunyai
cukup energi untuk menimbulkan defek di kulit tetapi memantul kembali ke dalam tubuh.
Luka keluar tersebut juga mungkin disebabkan oleh fragmen tulang yang didorong keluar
oleh peluru.
X-ray juga berguna pada kasus dimana selubung peluru dan inti terpisah pada saat
memasuki tubuh, inti bisa saja keluar namun selubungnya terperangkap didalam. Pada otopsi
jika tidak disadari maka pemeriksa akan menarik kesimpulan yang salah bahwa seluruh
peluru telah keluar. Ataupun sebaliknya dimana selubung keluar namun inti terperangkap.

Kesalahan-kesalahan tersebut dapan dihindari dengan x-ray yang akan menunjukan apakah
terjadi pemisahan inti dan selubung.
Pada luka tembus, pecahan-pecahan kecil dari peluru dapat tertinggal disepanjang
luka atau pada tulang yang terperforasi oleh peluru. Pecahan tersebut biasanya terlewatkan
pada otopsi, maka dengan itu perlu dilakukan X-ray sehingga dapat diampbil untuk
pemeriksaan scanning electron microscope. Pemeriksaan ini gunanya adalah untuk
mengetahui asal metal. X-ray juga bisa memperlihatkan luka dari luka tembak lama atau
pecahan-pecahan peluru yang tidak berhubungan dengan kematian. Pada luka lama sudah
terjadi fibrosis dan peluru sudah berwarna hitam karena terjadi oksidasi.
Pada gambaran radiologi juga bisa dilihat apakah terjadi pemantulan dalam. Terdapat
gambaran jejak pecahan-pecahan yang terlihat bolak-balik. Namun X-ray juga mempunyai
beberapa kekurangan, antara lain kaliber dari peluru tidsak dapat ditentukan dengan tepat.
Ini karena pembesaran dari gambaran peluru yang tergantung dari jarak dengan sinar
X-ray. Peluru yang dekat dengan sinar terlihat lebih besar dan batas terlihat kabur daripada
gambaran yang lebih dekat ke film. Namun estimasi kaliber bisa didapatkan. X-ray sebaiknya
diambil pada saat jenazah masih berpakaian agar dapat mendeteksi peluru yang keluar dari
tubuh dan tetinggal di pakaian.
CT-scan adalah alat yang lebih akurat untuk mengevaluasi letak peluru dan pecahan
pecahan tulang. Dapat diketahui sejauh mana peluru menemus organ atau jaringan. Pada luka
tembak kepala, dapat dilihat apa terjadi perdarahan otak, fraktur tulang vertebrae dan lain
lain.
-

Tes paraffin merupakan tes yang tak spesifik, sebab hanya dapat mendeteksi adanya
nitrate dan nitrite saja. Sehingga tes ini juga dapat memberikan hasil positif jik tangan
tercemar tembakau, kacang-kacangan, pupuk atau obat-obatan.

Tes Harrison dan Gilroy, menggunakan kassa yang telah dibasahi dengan asam
klorida. Bedanya dengan tes paraffin adalah bahwa tes yang terakhir ini untuk
mendeteksi adanya unsur logam, merkuri, antimony, barium, atau timah hitam. Tentu
harus diperhitugkan apakah pekerjaannya berkaitan dengan logam-logam tersebut.

Tes berikutnya adalah metode Neutron Activation Analysis (NAA), tes ini lebih
sensitif sebab masih dapat mendeteksi antimony, barium, dan copper walaupun tangan

yang digunakan untuk menembak sudah dibersihkan. Dan tes lain yang juga sensitif
adalah tes yang
-

menggunakan metode Atomic Absorbtion Spectroscopy (AAS) atau Flameless Atomic


Absorbtion Spectroscopy (FAAS).

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Luka tembak adalah luka yang disebabkan karena adanya penetrasi peluru kedalam
tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api, umumnya ditandai dengan luka masuk kecil dan
dapat disertai dengan luka keluar yang lebih besar. Luka ini biasanya juga disertai dengan
kerusakan pembuluh darah, tulang dan jaringan disekitarnya.
Terdapat berbagai jenis senjata yang dapat didasarkan pada berbagai macam hal,
antara lain berdasarkan tenaga pendorong yang terdiri dari senjata api dan senjata angin.
Berdasarkan cara penggunaannya senjata genggam, dapat juga didasarkan pada bentuk
permukaaan dalam laras yaitu senjata berlaras rata dan senjata beralur melingkar.
Mekanisme terjadinya senjata, baik senjata angin atau senjata api pada prinsipnya
sama yaitu memanfaatkan tekana tinggi dari udara atau gas untuk melontarkan anak proyektil
atau anak peluru keluar dari laras dengna kecepatan tinggi. Tekanan tinggi tersebut dapat
berasal dari gas co2 atau pembakaran mesiu.
Gambaran luka tembak dapat berupa gambaran makroskopik dan mikroskopik. Pada
gambaran makroskopik dapat dijumpai adanya luka berbentuk bintang maupun oval,
dipinggir luka biasa terdapat adanya kelim pato maupun kelim jelaga. Sedangkan pada
gambaran mikroskopik dapat dilihat perubahan progresif epitel akibat panas dan mekanik.
Demikian pula kemungkinan didapatkannya butir-butir mesiu dalam saluran luka dan pada
permukaan epitel.

Untuk memperoleh gambaran yang lengkap akan luka tembak, maka dapat dilakukan
pemeriksaan radiologis yaitu X-ray dan CT-scan. Umumnya X-ray lebih sering dilakukan
mengingat akan faktor biaya yang lebih terjangkau.

Daftar pustaka
1. Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara;
p.131-168.
2. Donoghue ER, Kalelkar MB, Richmond JM, Teas SS. Atypical gunshot wounds of
entrance:an empirical study. J Forensic Sci1984;29:379388
3. Hueske E. 2006. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks, Practice
and Resource.
4. Di Maio, V.J.M. 1999. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms, Ballistics, and
Forensic Techniques.Second Edition. New York : CRC Press.
5. Chadha P.V. 1995. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi V. Jakarta : Widya
Medika. Hal. 75-81
6. Knight, Bernard. 1996. Forensic pathology.Second Edition. London;Arnold:231-241
7. Tsokos, Michael. 2008. Forensic Pathology Reviews. Volume 5. Berlin,Germany;Humana
Press:139-149
8. Di Maio, V.J.M. 1999. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms, Ballistics, and
Forensic

Techniques.Second

Edition.

New

York

CRC

Press.

(http://id.scribd.com/doc/69391916/Terjemahan-Di-Maio-Forensik)
9. Dahlan, Sofwan. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik. Pedoman Bagi Dokter dan Penegak
Hukum. Cetakan V.Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro:93-106
10. Arnold JL, Halpern P, Tsai MC, Smithline H: Mass casualty terrorist bombings:
acomparison of outcomes by bombing type. Ann Emerg Med 2004 Feb; 43(2): 26373[Medline] (http://id.scribd.com/doc/71559341/LUKA-TEMBAK)

Anda mungkin juga menyukai