Anda di halaman 1dari 12

Analisis Kebijakan Luar Negeri Indonesia: Poros

Maritim
Dengan Tiga Model Kebijakan Luar Negeri

Nama: I Gusti Putu A R C


NPM: 2014330190
Kelas: A

Abstrak
Dalam paper ini, penulis akan membahas tentang kebijakan
luar negeri Indonesia, yaitu Poros Maritim. Alasan penulis
mengangkat kebijakan luar negeri tersebut menarik untuk dibahas
dan sedang hangat dibicarakan akhir-akhir ini dengan tujuan
memajukan negara Indonesia. Penulis akan menganalisa kebijakan
luar negeri tersebut dengan memakai tiga model kebijakan luar
negeri, yaitu prospect theory, bureaucratical process dan
organizational process. Pembaca diharapkan mengerti tentang
bagaimana kebijakan dan berdasarkan apa kebijakan tersebut
dibentuk.

Bab I
Latar Belakang
Poros maritim merupakan kebijakan luar negeri Indonesia
yang lebih menjadi fokus di bawah pemerintahan Joko Widodo. Pada
dasarnya, konsep ini merepresentasikan visi nasional Indonesia, dan
merupakan agenda pembangunan untuk membangun Indonesia
menjadi negara dengan kekuatan maritim yang besar. 1 Joko Widodo
berkata bahwa dalam pencapaian visi Indonesia sebagai poros
maritim dunia, ini memiliki 5 pilar utama, yaitu:
1. Membangun kembali countrys maritime culture. Sebagai
negara kepulauan, Indonesia harus sadar akan identitasnya
yang memiliki beribu-ribu pulau dengan sumber daya alamnya
2.
3.
4.
5.

yang begitu melimpah;


Penjagaan dan pengelolaan sumber daya laut;
Membangun infrastruktur dan konektivitas maritim;
Kerjasama maritim melalui diplomasi;
Pembangun kekuatan pertahanan maritim.2

1 Iis Gindarsah, Adhi Priamarizki, Indonesias Maritime Doctrine and Security


Concerns, RSiS, hal 2
http://mercury.ethz.ch/serviceengine/Files/ISN/190288/ipublicationdocument_singl
edocument/cdf824e7-a0cd-4d49-840d-f1a64d40d8bd/en/PR150409_IndonesiasMaritime-Doctrine.pdf

Dengan peningkatan pengelolaan sumber daya alam yang ada di


laut, Indonesia akan dapat membangun sea-highways, logistical
networks, meningkatkan pariwisata maritim, industri perikanan dan
industri ekspedisi. Kebijakan luar negeri ini berorientasikan maritim
dengan cara: 1. menekankan maritim diplomacy yang bertujuan
untuk memberikan resolusi terhadap permasalah terkait batas-batas
negara;

2.

mempertahankan

integritas

nasional,

kedaulatan

maritim, dan mewujudkan keamanan dan kesejahteraan sosial di


pulau yang dekat perbatasan,; 3. mempertahankan sumber daya
nasional

dan menjaga Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia; 4.

meningkatkan diplomasi pertahanan; 5. dan mengurangi persaingan


maritim di antara negara-negara besar dan mendorong perdamaian
terkait konflik teritori garis perbatasan.

Inilah Prioritas Politik Luar Negeri Indonesia 5 Tahun ke Depan, Sekretariat


Kabinet Republik Indonesia, accessed Oct 11, 2016, http://setkab.go.id/inilahprioritas-politik-luar-negeri-indonesia-5-tahun-ke-depan/

Bab II
Isi
2.1. Bureaucratic Process
Apabila kebijakan luar negeri ini dilihat dari bureaucratic
model, pemegang keputusan ada di tangan Jokowi. Visi poros
maritim yang dicetuskan Jokowi ini merupakan visi yang beliau bawa
semenjak beliau menjadi kandidat presiden. Karena sekarang posisi
Jokowi adalah sebagai seorang presiden, kepala negara dan kepala
pemerintahan RI, beliau mempunyai pengaruh yang besar dalam
menentukan
Kedudukannya

dikeluarkan
sebagai

atau

tidaknya

seorang

presiden

suatu

kebijakan.

menuntunnya

untuk

mewujudkan visi kebijakan luar negeri yang telah beliau rancang.


Karena sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan,
Jokowi mempunya kedudukan paling tinggi di antara menterimenteri yang lain dalam pemerintahan. Kedudukan yang paling
tinggi berarti kekuatan yang paling besar untuk menentukan
kemana arah kebijakan luar negeri Indonesia ini akan berjalan.
Seperti

yang

kita

tahu,

Indonesia

merupakan

negara

kepulauan yang dapat dikatakan besar. Sehubungan dengan hal


tersebut, kebijakan luar negeri Indonesia, poros maritim dunia,
memiliki tujuan untuk

meninangkatkan perekonomian dengan

landasan maritim sebagai pengacunya. Sumber daya alam dan


luasnya wilayah perairan yang ada di Indonesia sangatlah besar,
maka dari itu Jokowi berniat untuk memanfaatkannya. Keunggulan
yang Indonesia miliki haruslah diolah oleh Indonesia itu sendiri,
bukan orang lain. Yang mana nantinya akan dibangun industriindustri perikanan dan infrastruktur penunjang pengolahan akan
sumber daya alam di laut Indonesia.
2.2. Organizational Process

Hal yang menjadi landasan bagi doktrin poros maritim ini


tertuang dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3, yang menyebutkan
bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya

dikuasai

oleh

kemakmuran rakyat.3
kebijakan

luar

negara

dan

dipergunakan

untuk

Dan jika dilihat dari organizational process,

negeri

poros

maritim

ini

dilihat

dari

proses

pengerjaannya. Seperti yang sudah dituliskan, ada 5 pilar utama


yang digagaskan oleh Jokowi mengenai kebijakan luar negeri ini,
yaitu: 1. Membangun kembali countrys maritime culture; 2.
Penjagaan dan pengelolaan sumber daya laut; 3. Membangun
infrastruktur dan konektivitas maritim; 4. Kerjasama maritim melalui
diplomasi;

dan 5.

Pembangun

kekuatan

pertahanan

maritim.

Dengan pilar-pilar ini, Jokowi dapat membagi tugas dari masingmasing pilar. Melalui penjabaran jobdesk tersebut, kita akan bisa
mengetahui

Standrard

of

Organizational

Process

(SOP)

nya

bagaimana, programnya dan repertoires nya apa saja. Yang pasti


jobdesk yang akan dibagikan ini akan dilakukan oleh masing-masing
kabinet yang sesuai dengan bidang-bidangnnya, seperti bidang
kemiliteran, bidang perekonomian, bidang infrastruktur, bidang
perikanan, bidang sumber daya alam dan jasa, dan bidang IPTEK,
bidang sumber daya manusia, dan lainnya. Oleh karena itu,
Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang ahli dalam
bidang kemaritiman.
Secara garis besar, berikut merupakan jobdesk untuk mewujudkan
pembangunan poros maritim:
1. mendorong ekspansi pengembangan ekonomi kelautan perlu
kebijakan

umum

yang

berkaitan

dengan

Kedaulatan (sovereignty), Keamanan(security), Pembangunan


ekonomi (prosperity) dan Konservasi sumber daya alam dan
lingkungan (sustainability).

3 Indrita Hardiana, Menuju Indonesia sebagai Negara Poros


Maritim, Sekretariak Kabinet RI, accessed Oct 10, 2016,
http://setkab.go.id/menuju-indonesia-sebagai-negara-poros-maritim/

2. ekspansi

pengembangan

ekonomi

kelautan

dapat

dilaksanakan melalui pembangunan klaster-klaster industri


kelautan, dengan mempertimbangkan aspek-aspek perlunya
jenis industri yang sesuai, jumlah industri yang sesuai dengan
skala ekonomi, penerapan sistem rantai produksi terpadu hulu
sampai

hilir,

penerapan

teknologi

tepat

guna/mutakhir,

penggunaan energi baru terbarukan lokal, daya saing tinggi,


inklusif dan ramah lingkungan/budaya, pembangunan yang
terintegrasi dengan sektor-sektor lain seperti kesehatan,
rekreasi, pemukiman dan penerapan pola kawasan ekonomi
khusus.
3. penyediaan infrastruktur oleh pemerintah, regulasi khusus
berkaitan dengan perizinan, perpajakan dan bea cukai,
penyediaan SDM yang berkualitas termasuk pembangunan
sekolah nelayan dan optimalisasi fakultas perikanan, kredit
perbankan

khusus,

iklim

investasi

yang

kondusif

dan

intensifikasi pembelajaran dari kesuksesan negara lain.


4. dalam implementasi pengembangan klaster industri kelautan,
diusulkan paling sedikit 15 wilayah maritim, antara lain Aceh
Jaya, Kuala Tanjung Barat, Batam, Natuna, Anambas, Pulau
Enggano,

Bulungan,

Mempawah,

Kota

Baru,

Seruyan,

Mandalika dan Minahasa Utara.


5. Untuk Kabupaten Aceh Jaya, pembangunan klaster industri
kelautan dapat dilaksanakan dengan mempertimbangkan
aspek

potensi

ekonomi,

perikanan

tangkap,

budidaya

laut/tambak, pengolahan hasil laut, bioteknologi bahari dan


pariwisata, potensi energi baru terbarukan dari pasang surut,
gelombang, surya, angin dan marin biofuel.
6. untuk pulau-pulau terluar perlu penjaminan/pembangunan
infrastruktur dan pasokan energi agar dapat memanfaatkan
potensi ekonomi kelautan. Hal ini memiliki dampak yang
penting dalam menjaga kedaulatan NKRI.

7. Industri migas, maritim memiliki potensi kontribusi besar bagi


pengembangan industri kelautan. Hal-hal yang perlu dilakukan
adalah pengembangan industri galangan kapal pendukung
yang menunjang industri migas maritim dan sektor ekonomi
kelautan lainnya dan perlu pengembangan konektivitas antara
industri migas maritim dengan sektor kemaritiman lainnya,
seperti pasokan gas, CSR dan lain sebagainya.4
Untuk pengoperasian di bidang militer, Indonesia mengerahkan
pasukan TNI AL nya dalam melakukan patroli di wilayah perairan
Indonesia. Fungsi utama dari TNI AL yakni adalah untuk menjaga
dan menjamin keamanan ruang hidup yang dimiliki agar dapat
dikelola

untuk

meningkatkan

kesejahteraan

bangsa.5

Hal

ini

tertuang pada 3 posisi TNI AL dalam menjalankan fungsinya


tersebut yaitu: 1. Menegakan kedaulatan negara di laut dengan
bentuk tindakan kepolisian terhadap kegiatan ilegal di laut, seperti
pencurian ikan, pembajakan, penyelundupan, dan lainnya; 2.
Menjaga wilayah perbatasan Indonesia dengan negara lain di
kawasan perairan; 3. Melaksanakan diplomasi Angkatan Laut untuk
mengurangi kegiatan ilegal di kawasan perairan.6
2.3. Prospect Theory
Jika dilihat melalui kacamata prospect theory, dalam mewujudkan
poros maritim ini, tentu ada possible loss dan potential gainnya.
Dengan dana Indonesia yang masih sangat terbatas, dan kurangnya
4 Hari Nusantara 2015: Optimalisasi Pengelolaan Sumber Daya Laut dalam
rangka Membangun Poros Maritim Dunia, LITBANG ESDM, accessed Oct 10 2016,
http://litbang.esdm.go.id/berita/hari-nusantara-2015-optimalisasi-pengelolaansumber-daya-laut-dalam-rangka-membangun-poros-maritim-dunia
5 Dispenal Mabesal, KASAL: Poros Maritim Dunia Merupakan Aktualisasi dari
Maritime Domain Awareness, TNI AL, accessed Oct 9, 2016.
http://www.tnial.mil.id/tabid/79/articleType/ArticleView/articleId/29550/Default.asp
x
6 Umar Abukbakar, Posisi TNI AL Dalam Poros Maritim Dunia, Forum Kajian
Pertahanan dan Maritim, accesse Oct 9 2016, http://www.fkpmaritim.org/posisitni-al-dalam-poros-maritim-dunia/

minat dari sektor swasta, Indonesia harus siap untuk mengambil


resiko

dari

tindakannya

dalam

membangun

infrastruktur-

infrastruktur kemaritiman. Seperti tutur seorang peneliti Puslit


Ekonomi LIPI, Zamroni Salim, saat ini biaya logistik di Indonesia
masih cukup tinggi. Hal itu menunjukkan bahwa sektor logistik tidak
efisien.

Implikasi

dari

tingginya

biaya

logistik

adalah

tidak

kompetitifnya perekonomian.7 Karena hal ini, tidak dapat dipungkiri


mengapa produk barang dan jasa yang dihasilkan Indonesia tidak
kompetitif di pasarnya. Begitu pula dengan pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang kian merosot. Apakah Indonesia akan mampu
mendanai semua industri kemaritiman di seluruh pelosok Indonesia
secara merata? Ini merupakan sebuah gambling bagi Indonesia
sendiri apakah untuk melanjutkan atau menghentikannya saja
sebelum

Indonesia

menghentikan

justru

proyeknya

menyesal
di

atas

pertengahan

tindakannya
jalan

yang

dan
sudah

ditempuh.
Indonesia memiliki keunggulan wilayah perairan yang lebih dominan
daripada wilayah darat, tetapi tidak memiliki kekuatan militer yang
memadai di wilayah keunggulan Indonesia tersebut. Selain itu,
dengan dikerahkannya pasukan TNI AL juga, Indonesia harus
menanggung biaya yang tidak sedikit untuk dana pendidikan para
pasukan, alusista yang dibutuhkan, menyediakan sarana dan
prasarana bagi para pasukan, dan kapal-kapal yang akan dilayarkan
untuk mendukung fungsi dari TNI AL dalam mewujudkan kebijakan
luar negeri ini. Dalam masalah teknologi, kapal patroli TNI masih
kalah dibandingkan dengan kapal nelayan asing yang mencuri ikan
di perairan Indonesia.8 Selain itu, kapal-kapal yang diamankan oleh
7 Ningsih, Penting, Pembangunan Infrastruktur di Sektor Maritim, Pusat
Penelitian Ekonomi LIPI, accessed 10 Oct, 2016,
http://www.ekonomi.lipi.go.id/id/media-ekonomi-lipi/penting-pembangunaninfrastruktur-di-sektor-maritim

8 Teknologi Kapal Patroli TNI AL Kurang Memadai, Kapal ASing Leluasa Menjarah
Ikan, Militer HANKAM, accessed 9 Oct, 2016,
http://www.militerhankam.com/2015/05/teknologi-kapal-patroli-tni-al-kurang.html

TNI AL hanyalah kapal-kapal kecil, dikarenakan oleh radar TNI AL


yang kurang canggih dan tidak dapat mendeteksi kapal asing besar
yang jauh lebih canggih, karena itu sangatlah sering bagi Indonesia
untuk merasakan kecolongan di wilayah perairan. Hal ini diperkuat
oleh argumen seorang panglima TNI Jenderal Moeldoko yang
berkata, Kalau kita turun ke laut begitu panjang batas garis pantai
kita 81.000 kilometer dengan kekuatan angkatan bersenjata yang
angkatan lautnya yang masih belum memadai, ditmbah lagi
dukungan. Sehingga di beberapa sektor kita kerapkali kecolongan.9
Tetapi jika kita berhasil mewujudkan poros maritim dunia tersebut,
kita

dapat

membanyak

keuntungan

seperti

dengan

berhasil

dibangunnya infrastruktur kemaritiman, perekonomian Indonesia


dapat

melaju

pesat.

Dengan

seiring

majunya

perekonomian,

keamanan Indonesia wilayah perairan juga akan ikut meningkat


dengan diberikannya dana yang lebih besar bagi sarana dan
prasarana yang dibutuhkan TNI AL. Selain itu, dalam sektor logistik
dan pariwisata juga akan lebih dipermudah dikarenakan adanya
infrastruktur yang telah dibangun. Sumber daya alam dapat dikelola
dan dijaga dengan baik, dengan begitu kerja sama dengan negaranegara besar dapat terwujudkan.

Bab III
Kesimpulan
Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat besar,
dengan sumber daya alamnya yang melimpah dan wilayah perairan
yang sangat luas. Maka dari itu, Jokowi mempunyai visi untuk
mewujudkan Indonesia kembali kepada identitas dirinya kembali,
yaitu dengan kebijakan luar negerinya, yaitu poros maritim. Dengan
konsep poros maritim ini, Jokowi berharap bahwa Indonesia dapat
meningkatkan kualitas kemaritimannya. Hal tersebut dituang pada 5
pilar yang digagaskan oleh Jokowi, yaitu: 1. Membangun kembali
9 Panglima TNI: Radar TNI AL Kurang Canggih, Jakartagreater, accessed 9 Oct
2016, http://jakartagreater.com/panglima-tni-radar-tni-al-kurang-canggih/

countrys maritime culture; 2. Penjagaan dan pengelolaan sumber


daya laut; 3. Membangun infrastruktur dan konektivitas maritim; 4.
Kerjasama maritim melalui diplomasi; dan 5. Pembangun kekuatan
pertahanan
Indonesia

maritim.

Dengan

dapat merebut

pilar-pilar

kembali

tersebut

kedaulatannya

diharapkan
di kawasan

perairan.
Kebijakan luar negeri tersebut dapat dianalisis dengan tiga
model

kebijakan

luar

negeri,

yaitu

bureaucratic

process,

organizational process, dan prospect theory. Dalam kacamata


bureaucratic process, sebagai presiden RI, Jokowi memiliki pengaruh
kekuatan yang paling besar dalam mengambil keputusan kebijakan
luar negeri. Ini dikarenakan jabatannya sebagai presiden adalah
jabatan

paling

tinggi

dalam

pemerintahan

RI.

Selain

itu,

dalampandangan organizational process, ada beberapa tugas,


kebutuhan dan apa saja yang harus dilakukan tiap-tiap bidang di
lapangan dalam mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim.
Seperti TNI AL membutuhkan kapal dan alutsista dalam tugasnya
menjaga garis perbatasan Indonesia dengan negara lain dalam
kawasan perairan, lalu bidang sumber daya alam mempunyai tugas
untuk mengolah sumber daya alam laut yang dimiliki Indonesia, dll.
Selain itu, dalam pandangan prospect theory, Indonesia melakukan
gambling dalam menjalani kebijakan luar negeri ini. Mengapa?
Karena untuk membangun infrastruktur kemaritiman yang matang,
dibutuhkan dana yang tidak sedikit, tetapi Indonesia mengalami
pemerosotan perekonomian yang berarti tidak dapat sepenuhnya
membangun infrastruktur tersebut. Ada juga di sektor pertahanan,
kapal-kapal dan teknologi TNI AL yang tidak memadai sehingga
tidak dapat melaksanakn tugasnya secara maksimal. Tetapi, jika hal
tersebut berhasil, Indonesia akan mendapatkan banyak sekali
keuntungan, seperti perekonomian yang lebih stabil, pendanaan TNI
AL yang meningkat, pariwisata dan sektor logistik juga meningkat,
dan lainnya.

Daftar Pustaka
Arsyad, Rosihan. Poros Maritim Dunia?. Republika. Jul. 15, 2016.
http://www.republika.co.id/berita/koran/opinikoran/16/07/15/oace0c7-poros-maritim-dunia
Ningsih. Penting, Pembangunan Infrastruktur di Sektor Maritim.
Pusat

Penelitian

Ekonomi

LIPI.

Sept.

12,

http://www.ekonomi.lipi.go.id/id/media-ekonomi-lipi/pentingpembangunan-infrastruktur-di-sektor-maritim

2015.

Ningsih. LIPI: Pertumbuhan Ekonomi Tak Seindah Aslinya. Pusat


Penelitian Ekonomi LIPI . http://www.ekonomi.lipi.go.id/id/mediaekonomi-lipi/lipi-pertumbuhan-ekonomi-tak-seindah-aslinya
Oktara, Diko. TNI: Kekuatan Angkatan Laut Masih Kurang. Tempo.
Jan.

26,

2016.

https://nasional.tempo.co/read/news/2016/01/26/078739441/tnikekuatan-angkatan-laut-masih-kurang
Program Kerja. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
Republik Indonesia. http://maritim.go.id/program-kerja/
Sulistyoningrum, Yulianisa. LIPI: Pemerintah Harus Menjembatani
Infrastruktur

Maritim.

Kabar24.

Sept.

11,

http://kabar24.bisnis.com/read/20150911/15/471485/lipipemerintah-harus-jembatani-infrastruktur-maritim

2015.

Anda mungkin juga menyukai