Anda di halaman 1dari 7

Nama : Dini Permatasyari

NRP : 121130038
Matkul : Tata Kota dan Daerah
Quiz / Tugas 3
Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk dalam setiap wilayah seluas satu kilometer
persegi. Kepadatan penduduk dibedakan menjadi dua yaitu kepadatan penduduk aritmatik dan
kepadatan penduduk agraris. Kepadatan penduduk aritmatik adalah perbandingan jumlah
penduduk dengan luas seluruh wilayah dalam setiap km 2. Kepadatan penduduk agraris adalah
perbandingan antara penduduk yang mempunyai aktivitas di sektor pertanian dengan luas tanah
(daerah) yang dapat diolah untuk pertanian.
Kepadatan penduduk suatu kawasan/kota yang ideal adalah apabila luas dalam suatu daerah
sesuai dengan jumlah penduduk per Ha. Dalam satu RW kepadatan ideal adalah 100 - 400 orang
tiap Ha dan bila diperhitungkan fasilitas lain seperti infrastruktur, maka kepadatan yang ideal
adalah 80 - 300 orang per Ha.
1. Perbedaan antara istilah rumah dan hunian
Rumah diartikan sebagai salah satu bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu
tertentu, bisa juga diartikan sebagai tempat tinggal manusia maupun hewan, sedangkan hunian
diartikan sebagai tempat tinggal atau sesuatu yang dihuni. Perbedaan antara rumah dan
hunian adalah dimana istilah hunian hanya dikaitkan kepada manusia dan bersifat jangka
panjang sedangkan rumah bisa dikaitkan dengan manusia dan juga hewan dan bersifat selama
jangka waktu tertentu.
2. Perbedaan antara istilah Koefisien Dasar Bangunan dan Koefisien Luas Bangunan
Jika Koefisien Dasar Bangunan hanya melibatkan luas lantai dasar untuk dibandingkan dengan
luas kavling untuk nilai persen yang didapat, sedangkan Koefisien Luas Bangunan juga
melibatkan seluruh lantai yang kita desain termasuk lantai dasar itu sendiri untuk dibandingkan
dengan luas kavling untuk nilai persen yang didapat.
3. Perbedaan antara istilah perumahan dan pemukiman
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan infrastruktur dan sarana lingkungan sedangkan
pemukiman adalah bagian dari Lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa
kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai tempat Lingkungan tempat tinggal
atau Lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung pengkehidupan dan penghidupan.
Perbedaan antara perumahan dengan pemukiman adalah dimana perumahan dilengkapi
dengan infrastruktur dan sarana lingkungan hidup sedangkan pemukiman tidak dilengkapi
dengan infrastruktur dan sarana lingkungan hidup.
4. Perbedaan antara istilah fasilitas umum dan fasilitas sosial
Fasilitas umum adalah fasilitas yang diadakan untuk kepentingan umum sedangkan fasilitas
sosial adalah fasilitas yang diadakan oleh pemerintah atau pihak swasta yang dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat umum dalam lingkungan pemukiman.
5. Perbedaan antara istilah sarana dan prasarana

Sarana adalah suatu alat yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan
prasarana memiliki sifat yang lebih kuat dimana prasarana adalah suatu hal yang menjadi
penunjang atas terlaksananya suatu kegiatan, proses dan lain sebagainya.
6. Definisi kota menurut kajian Teknik Sipil
Menurut saya sebagai tenaga ahli dari bidang kajian Teknik Sipil, kota adalah suatu kawasan
terbangun yang terletak saling berdekatan atau terkonsentrasi, yang meluas dari pusat hingga ke
wilayah pinggiran atau wilayah geografis lainnya, dimana terdapat berbagai macam bangunan
dan sarana/prasarana yang dibangun untuk membantu mempermudah pekerjaan masyarakat yang
tinggal di dalamnya yang bersifat urban dan memiliki mobilisasi yang tinggi.
7. Mengapa tidak jarang kota dan daerah sebagai suatu wilayah yang secara planning
telah ter-hirarki dan ter-sistem tidak dapat terinteraksi
Kota dan Daerah adalah suatu wilayah yang secara planning telah ter-hirarki dan ter-sistem
sedemikian rupa, keduanya bisa saling bersinergi, namun tidak jarang keduanya tidak dapat
terinteraksi dengan baik, dikarenakan kota dan daerah terus tumbuh dan berkembang, dimana
terkadang saat melakukan pengembangan kota dan daerah sering terjadi perbedaan antara satu
pihak dengan pihak yang lain. Selain itu, biasanya ketika pengembangan kota dan daerah
dilakukan, ada aspek-aspek lainnya yang tidak ditinjau atau luput dari perhatian sehingga sinergi
yang telah ada perlahan demi perlahan hilang dan tidak dapat berinteraksi secara baik.
8.
9. Menghitung jumlah lantai menggunakan KDB dan KLB
Diketahui:
- ukuran kavling = 200 x 200 m
- dibangun sebuah Wisma Peristirahatan yang bisa disewakan
Ditanyakan:
bila KDB = 60 % dan KLB = 1,6. Berapa jumlah (lapis) lantai yang bisa dibangun?
Penyelesaian:
Luas lahan = 200 x 200 = 40000 m2
Luas lantai dasar bangunan (KDB) = Luas lahan x % KDB = 40000 x 60 % = 24000 m2
Luas lantai keseluruhan (KLB) = Luas lahan x KLB = 40000 x 1,6 = 64000 m2
Jumlah Lantai = KLB / KDB = 64000 / 24000 = 2,67 2 lantai
10. Pengertian dan ruang lingkup sejarah kota
Sejarah kota adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian
yang telah terjadi pada masa lampau dalam proses pembentukan suatu kota. Terdapat lima ruang
lingkup sejarah kota, yaitu yang pertama adalah perkembangan ekologi kota. Ekologi kota ialah
interaksi antara manusia dan alam sekitarnya, dan perubahan ekologi terjadi apabila salah satu
dari komponen itu mengalami perubahan. Penggunaan tanah kota untuk berbagai keperluan telah
mengubah kedaan alamiah lahan ke dalam berbagai sektor, seperti pemukiman penduduk,
industri, dan pemerintahan. Yang kedua adalah transformasi sosial ekonomi. Industrialisasi dan
urbanisasi adalah bagian dari perubahan/transformasi sosial ekonomi. Yang ketiga adalah sistem

sosial. Kota sebagai sebuah sistem sosial menunjukkan kekayaan yang tidak pernah habis
sebagai bidang kajian. Yang keempat adalah problem sosial. Perkembangan ekologi dapat
menyebabkan berbagai permasalahan sosial yang terjadi di kota, mulai dari kriminalitas,
kepadatan penduduk, kemiskinan, dan sebagainya. Dan yang terakhir adalah mobilitas sosial.
Kota merupakan tujuan urbanisasi. Orang berbonding-bondong mengadu nasib di kota.
Mobilitas sosial ini telah mengubah banyak hal di kota.
11. Tahap-tahap perkembang kota
Terdapat tiga pendapat mengenai tahap perkembangan kota:
a. Menurut Lewis Mumford, tingkat perkembangan kota ada 6 tahap:
1. Tahap eopolis: Tingkatan perkembangan desa yang sudah teratur menuju arah kehidupan kota
2. Tahap polis: Tingkatan dimana suatu kota yang sebagian penduduknya masih agraris
3. Tahap metropolis: Tingkatan dimana suatu kota yang kehidupannya sudah mengarah ke
industri
4. Tahap megapolis: Tingkatan dimana wilayah perkotaan yang terdiri dari beberapa dari
beberapa kota metropolis
5. Tahap tryanopolis: Tingkatan dimana suatu kota yang ditandai dengan adanya kekacauan,
kemacetan lalu lintas, dan tingkat kriminalitas yang tinggi
6. Tahap necropolis: Tingkatan dimana suatu kota yang mulai ditinggalkan penduduknya / kota
mati
b. Menurut teknologi dan peradaban ada 3 fase perkembangan kota :
1. Fase Mezo Teknik: Perkembangan kota yang menyandarkan eksploitasi manusia atas sumber
daya angin dan air.
2. Fase Paleo Teknik: Perkembangan kota yang sumber tenaga yang digunakan uap air dan mesin
mesinnya dikonstruksi dari besi dan baja.
3. Fase Neo Teknik: Perkembangan kota yang sumber tenaga yang digunakan bensin dan uap air.
c. Menurut Griffith Taylor, tingkat perkembangan kota ada 4 tahap :
1. Tahap infantile, pada tahap ini ditandai dengan tidak adanya tempat pemisah antara pusat
perekonomian dengan tempat peumahan sehingga biasanya dijadikan satu antara toko dan
perumahan.
2. Tahap Juvenile, pada tahap ini ditandai dengan munculnya rumah-rumah baru diantara rumahrumah lama atau tua dan mulai nampak terpisahnya antara toko atau perusahaan atau perumahan.
3. Tahap Mature, pada tahap ini ditandai adanya pengaturan tempat ekonomi dan perumahan atau
sudah adanya perencanaan tata kota yang baik
4. Tahap sinile, pada tahap ini kota kembali menjadi rumit karena adanya pengembanganpengembangan kota yang lebih luas lagi sehingga terjadi pembongkaran dan penggusuran
perumahan maupun untuk dipindahkan keluar kota.
12. Karakteristik kota
Karakteristik suatu kota dapat dilihat dari:
i. Dari aspek morfologi, terdapat perbedaan bentuk fisik antara kota dan pedesaan, seperti cara
membangun bangunan-bangunan tempat tinggal yang berjejal dan mencakar langit (tinggi) serta
bangunan yang serba kokoh. Tetapi pada prakteknya karakteristik tersebut sulit dipakai, karena
banyak kita temukan dibagian-bagian kota yang terlihat seperti desa misalnya, didaerah

pinggiran kota, sebaliknya juga ada desa-desa yang mirip kota, seperti desa-desa di pegunungan
di negara-negara laut tengah.
ii. Dari aspek penduduk, jumlah penduduk dapat dipakai sebagai ukuran yang tepat untuk
membedakan antara karakteristik kota atau desa. Kriteria jumlah penduduk ini dapat secara
mutlak atau dalam arti relatif.
iii. Dari aspek sosial, karakteristik ini dapat dilihat dari hubungan-hubungan sosial (social
interrelation dan social interaction) di antara penduduk warga kota, yakni yang bersifat
kosmopolitan. Hubungan sosial yang bersifat impersonal, sepintas lalu (super-ficial), berkotakkotak, bersifat sering terjadi hubungan karena kepentingan dan lain-lain, orang ini bebas untuk
memilih hubungan sendiri.
iv. Dari aspek ekonomi, karakteristik ini dapat dilihat dari cara hidup warga kota yakni bukan
dari bidang pertanian atau agraria sebagai mata pencaharian pokoknya, tetapi dari bidang-bidang
lain dari segi produksi atau jasa. Kota berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi, perdagangan
industri, dan kegiatan pemerintahan serta jasa-jasa pelayanan lain. Ciri yang khas suatu kota
ialah adanya pasar, pedagang dan pusat perdagangan.
v. Dari aspek hukum, karakteristik ini dikaitkan dengan adanya hak-hak dan kewajiban hukum
bagi penghuni, atau warga kota serta sistem hukum tersendiri yang dianut untuk menunjukkan
suatu wilayah tertentu yang secara hukum disebut kota.
13. Pengertian istilah-istilah city, sub urban, urban fring dan rural urban fring
- City adalah pusat kota yang menjadi pusat sub urban, urban, dan rural area.
- Sub urban / Faubourgh adalah daerah tempat atau area di mana para penglaju atau commuter
tinggal yang letaknya tidak jauh dari pusat kota. Penglaju atau commuter adalah orang-orang
yang tinggal di pinggiran kota yang pulang pergi ke kota untuk bekerja setiap hari.
- Urban fring adalah daerah perbatasan antara kota dan desa yang memiliki sifat yang mirip
dengan daerah wilayah perkotaan. Urban adalah daerah yang penduduknya bergaya hidup
modern.
- Rural urban fring merupakan daerah jalur yang berada di antara desa dan kota.
14. Perbedaan kota dan desa
Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan antara desa dan
kota, antara lain :
a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Jumlah dan kepadatan penduduk di desa sedikit, tanah untuk keperluan perumahan cenderung ke
arah horizontal, jarang ada bangunan rumah bertingkat. Sedangkan kota memiliki penduduk
yang jumlahnya lebih banyak daripada desa.
b. Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup di pedesaan terasa lebih dekat dengan alam bebas. Udaranya bersih, sinar
matahari cukup, tanahnya segar diselimuti berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan berbagai satwa.
Hal tersebut sangat berlainan dengan lingkungan perkotaan yang sebagian besar dilapisi beton
dan aspal, bangunan-bangunan menjulang tinggi saling berdesak-desakan dan kadang-kadang
berdampingan dn berhimpitan dengan gubug-gubug liar dan pemukiman yang padat.

c. Mata Pencaharian
Kegiatan utama penduduk desa berada di sektor ekonomi primer yaitu bidang agraris. Kehidupan
ekonomi terutama tergantung pada usaha pengelolaan tanah untuk keperluan pertanian,
peternakan, dan termasuk juga perikanan darat. Sedangkan kota merupakan pusat kegiatan sektor
ekonomi sekunder yang meliputi bidang industri, disamping sektor ekonomi tertier yaitu bidang
pelayanan jasa. Jadi kegiatan di desa adalah mengolah alam untuk memperoleh bahan-bahan
mentah, baik bahan kebutuhan pangan, sandang, maupun lain-lain bahan mentah untuk
memenuhi kebutuhan pokok manusia. Sedangkan kota mengolah bahan-bahan mentah yang
berasal dari desa menjadi bahan-bahan setengah jadi atau mengolahnya sehingga berwujud
bahan jadi yang dapat segera dikonsumsikan.
d. Corak Kehidupan Sosial
Corak kehidupan sosial di desa dapat dikatakan masih homogen. Sebaliknya di kota sangat
heterogen, karena di sana saling bertemu berbagai suku bangsa, agama, kelompok, dan masingmasing memiliki kepentingan yang berlainan.
e. Stratifikasi Sosial
Sistem pelapisan sosial (stratifikasi sosial) kota jauh lebih kompleks daripada di desa.
f. Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial di kota jauh lebih besar daripada di desa. Di kota, seseorang memiliki
kesempatan lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial, baik vertikal yaitu perpindahan
kedudukan yang lebih tinggi atau lebih rendah, maupun horizontal yaitu perpindahan ke
pekerjaan lain yang setingkat.
g. Pola Interaksi Sosial
Pada masyarakat pedesaan, yang sangat berperan dalam interaksi dan hubungan sosial adalah
motif-motif social
h. Solidaritas Sosial
Solidaritas pada masyarakat pedesaan timbul karena adanya kesamaan-kesamaan
kemasyarakatan, seperti kesamaan adat kebiasaan, kesamaan tujuan, dan kesamaan pengalaman.
Sebaliknya solidaritas pada masyarakat perkotaan justru terbentuk karena adanya perbedaanperbedaan dalam masyarakat, sehingga orang terpaksa masuk ke dalam kelompok-kelompok
tertentu, misalnya saja serikat buruh, himpunan pengusaha, atau persatuan artis.
i. Kedudukan Dalam Hierarki Sistem Administrasi Nasionale. Mobilitas social
15. Ciri-ciri kota masa pra sejarah, masa klasik dan masa modern
16. Jenis kota berdasarkan perkembangannya
Jenis-jenis kota berdasarkan tingkat perkembangannya, antara lain yaitu :
1. Tingkat Eopolis, yaitu desa yang berkembang dan telah menunjukkan ciri-ciri kehidupan
perkotaan atau yang berkembang menjadi kota baru.
2. Tingkat Polis, yaitu suatu kota yang masih memliki ciri-ciri atau sifat agraris. Sebagian besar
kehidupan ekonominya masih ditopang oleh sektor pertanian.
3. Tingkat Metropolis, yaitu kota besar yang perekonomiannya sudah mengarah ke industry
4. Tingkat Megalopolis, yaitu wilayah perkotaan yang terdiri dari beberapa kota Metropolis yang
berdekatan lokasinya sehingga membentuk jalur perkotaan yang sangat besar. Kota pada tingkat
Megalopolis ini telah menunjukkan adanya penurunan kualitas yang mendekati kemunduran.

5. Tingkat Tryanopolis, yaitu kota yang kehidupannya sudah dikuasai, baik yang berupa
kemacetan lalu lintas, tingkat kriminalitas yang tinggi, penurunan pelayanan umum, dan
sebagainya.
6. Tingkat Nekropolis, yaitu suatu kota yang berkembang menuju keruntuhan.
17. Pengertian RTH, KDH, RDTRK dan RTBL
- RTH atau Ruang Terbuka hijau adalah suatu bentuk pemanfaatan lahan pada satu kawasan yang
diperuntukan untuk penghijauan tanaman yang penggunaannya lebih bersifat terbuka.
- KDH atau Koefisien Dasar Hijau adalah angka perbandingan minimal yang diijinkan antara
luas dasar penghijauan yang ada di tapak dengan luas tapak.
- RDTRK atau Rencana Detail Tata Ruang Kawasan adalah suatu rencana yang mengacu pada
pemanfaatan wilayah kota secara terperinci. Pemanfaatan ini diharapkan dapat membawa
perubahan besar dalam masyarakat di Indonesia dalam segi ekonomi, pendidikkan dan lain-lain.
- RTBL atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan adalah panduan rancang bangun suatu
lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan
bangunan dan lingkungan.
18. Luasan Ruang Terbuka Hijau
Menurut Undang Undang (UU) Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang mensyaratkan
ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota, ini
membawa konsekuensi setiap lahan yang kita tempati, idealnya minimal 70 persen digunakan
untuk bangunan dan 30 persen untuk lahan hijau. Selain itu, sesuai pasal 29, ruang terbuka hijau
terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat, proporsi ruang terbuka
hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota.
19. Menghitung luas lantai dasar bangunan, luas lantai keseluruhan (total luas lantai) dan
lapisan lantai (layer) bangunan
Diketahui:
- Luas Tapak (Kavling) Netto = 100 x 100m
- KDB = 60 %
- KLB = 1,8
Ditanya:
- luas lantai dasar bangunan
- luas lantai keseluruhan (total luas lantai)
- lapisan lantai (layer) bangunan
Penyelesaian:
Luas lahan = 100 x 100 = 10000 m2
Luas lantai dasar bangunan (KDB) = Luas lahan x % KDB = 10000 x 60 % = 6000 m2
Luas lantai keseluruhan (KLB) = Luas lahan x KLB = 10000 x 1,8 = 18000 m2
Jumlah Lantai = KLB / KDB = 18000 / 6000 = 3 lantai
20. Dampak urbanisasi yang berlebihan
Adanya urbanisasi yang berlebihan menimbulkan berbagai masalah di Indonesia, diantaranya
adalah :

1. Semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan. Saat ini, lahan kosong di daerah
perkotaan sangat jarang ditemui. Ruang untuk tempat tinggal, ruang untuk kelancaran lalu lintas
kendaraan, dan tempat parkir sudah sangat minim. Bahkan, lahan untuk Ruang Terbuka Hijau
(RTH) pun sudah tidak ada lagi. Selain itu, para pendatang yang tidak memiliki tempat tinggal
biasanya menggunakan lahan kosong sebagai pemukiman liar mereka. Hal ini menyebabkan
semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan.
2. Menambah polusi di daerah perkotaan. Pertambahan kendaraan bermotor roda dua dan roda
empat yang membanjiri kota yang terus menerus, menimbulkan berbagai polusi atau
pemcemaran seperti polusi udara dan kebisingan atau polusi suara bagi telinga manusia. Ekologi
di daerah kota tidak lagi terdapat keseimbangan yang dapat menjaga keharmonisan lingkungan
perkotaan.
3. Penyebab bencana alam. Para pendatang yang tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal
biasanya menggunakan lahan kosong di pusat kota maupun di daerah pinggiran Daerah Aliran
Sungai (DAS) untuk mendirikan bangunan liar baik untuk pemukiman maupun lahan berdagang
mereka. Hal ini membuat lingkungan tersebut yang seharusnya bermanfaat untuk menyerap air
hujan justru menjadi penyebab terjadinya banjir. Daerah Aliran Sungai sudah tidak bisa
menampung air hujan lagi.
4. Pencemaran yang bersifat sosial dan ekonomi. Banyak diantara para pendatang yang datang
ke kota tanpa memiliki keterampilan kecuali bertani. Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk
memperoleh pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa bekerja sebagai buruh harian, penjaga
malam, pembantu rumah tangga, tukang becak, masalah pedagang kaki lima dan pekerjaan lain
yang sejenis. Hal ini akhirnya meningkatkan jumlah pengangguran di kota yang menimbulkan
kemiskinan dan pada akhirnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, orang orang akan
nekat melakukan tindak kejahatan seperti mencuri, merampok bahkan membunuh. Ada juga
masyarakat yang gagal memperoleh pekerjaan sejenis itu menjadi tunakarya, tunawisma, dan
tunasusila.
5. Penyebab kemacetan lalu lintas. Padatnya penduduk di kota menyebabkan kemacetan dimanamana, ditambah lagi arus urbanisasi yang makin bertambah. Para pendatang yang tidak memiliki
tempat tinggal maupun pekerjaan banyak mendirikan pemukiman liar di sekitar jalan, sehingga
kota yang awalnya sudah macet bertambah macet. Selain itu tidak sedikit para pendatang yang
memiliki kendaraan sehingga menambah volum kendaraan di setiap ruas jalan di kota.
6. Merusak tata kota. Banyak pendatang yang mendirikan pemukiman liar di pusat kota serta
gelandangan-gelandangan di jalan-jalan bisa merusak sarana dan prasarana yang telah ada,
misalnya trotoar yang seharusnya digunakan oleh pedestrian justru digunakan sebagai tempat
tinggal oleh para pendatang. Hal ini menyebabkan trotoar tersebut menjadi kotor dan rusak
sehingga tidak berfungsi lagi.

Anda mungkin juga menyukai