MAKALAH
JESSLYN ERRYSTA
NIM: 121310026
ABSTRAK
Kata Kunci:
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya, sehingga makalah yang berjudul Sejarah Penyusunan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK): SAK IFRS) dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
proses pembuatan makalah ini, yaitu:
1.
2.
3.
Ibu Dian Wijayanti, SE., M.Sc. selaku kepala Program Studi Akuntansi
yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam penyelesaian
makalah.
4.
Bapak Daniel Stephanus Sugama, SE., MM., MSA., Ak., CA., selaku
dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Keuangan Indonesia yang telah
memberikan inspirasi, motivasi, semangat dan bantuan dalam pembuatan
makalah.
5.
Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Universitas Ma
Chung yang membantu kelancaran studi dan penyelesaian makalah.
6.
Pada akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh
dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisan kata. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan
bermanfaat untuk menyempurnakan makalah ini. Makalah ini diharapkan dapat
memberikan banyak manfaat bagi penulis dan pembaca, akademis, dan berbagai
pihak-pihak yang membutuhkan. Atas dukungan yang telah diberikan, penulis
mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1
1.2
1.3
iii
3.2
3.3
4.2
Simpulan ......................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan salah satu media atau sumber informasi
tersebut
tidak
dapat
terpenuhi,
apabila
perusahaan-perusahaan
masih
menggunakan prinsip pelaporan keuangan atau standar akuntansi yang berbedabeda. Amerika menggunakan FASB dan US GAAP, Indonesia menggunakan
PSAK, Uni Eropa menggunakan IAS dan IASB (Gamayuni, 2009). Kondisi
tersebut yang melatarbelakangi perlunya standar akuntansi yang digunakan secara
internasional.
Standar akuntansi yang dapat diberlakukan secara internasional diperlukan
adanya harmonisasi, dengan tujuan agar menghasilkan informasi keuangan yang
dapat diperbandingkan, mempermudah dalam analisis kompetitif, dan hubungan
baik dengan para pemakai laporan keuangan. Namun, proses harmonisasi
memiliki hambatan antara lain nasionalisme dan budaya tiap-tiap negara,
perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan
nasional yang sangat memengaruhi proses harmonisasi antar negara, serta
tingginya biaya untuk merubah prinsip akuntansi (Widiastuti, 2011).
Berdasarkan kondisi tersebut, maka Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap
perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang memengaruhi dunia
usaha dan profesi akuntan. Sehingga, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah
menerbitkan standar yang mengatur pembuatan laporan keuangan atau biasa
disebut dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). PSAK tersebut
secara bertahap oleh IAI dilakukan perubahan dengan melakukan adopsi
International Financial Reporting Standard (IFRS), sehingga pada tahun 2012
seluruh PSAK menjadi hasil adopsi dari IFRS (Herdiani, 2012).
b.
c.
1.2
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut
1.
2.
3.
1.3
Manfaat Penulisan
a.
Manfaat Teoretis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca
mengenai sejarah penyusunan Standar Akuntansi Keuangan (SAK IFRS),
dan memberikan pemahaman terkait mengenai kendala-kendala dan
pengaruh yang dihadapi pada saat proses penerapan IFRS di Indonesia,
serta upaya-upaya untuk mengantisipasi pemberlakuan IFRS di Indonesia.
Selain itu, makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para
pembaca.
b.
Manfaat Praktis
Makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak internal dan
eksternal dalam memahami serta mengetahui terkait mengenai mengenai
sejarah penyusunan Standar Akuntansi Keuangan (SAK IFRS) dan
memberikan pemahaman terkait mengenai kendala-kendala dan pengaruh
yang dihadapi pada saat proses penerapan IFRS di Indonesia, serta upayaupaya untuk mengantisipasi pemberlakuan IFRS di Indonesia.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
2.1.1
2.
3.
2.1.2
Indonesia (IAI) mengacu pada teori-teori yang berlaku dan memberikan tafsiran
dan penalaran yang mendalam dalam hal praktik, terutama dalam penyusunan
laporan keuangan dalam mengolah informasi yang akurat sehubungan data
ekonomi. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan suatu kerangka dalam
prosedur pembuatan laporan keuangan, agar terjadi keseragaman dalam penyajian
laporan keuangan.
Menurut Martani & Veronica (2012), standar akuntansi yang berlaku di
Indonesia terdiri dari empat standar, sering disebut sebagai 4 Pilar Standar
Akuntansi, dan SAK-UMKM, serta PSAK PAPI yaitu sebagai berikut
a.
yang digunakan oleh entitas yang terdaftar atau dalam proses pendaftaran
di pasar modal atau entitas fidusia (yang menggunakan dana masyarakat
seperti asuransi, perbankan, dan dana pensiun). Standar ini mengadopsi
IFRS mengingat Indonesia (melalui IAI) telah menetapkan untuk
melakukan adopsi penuh IFRS pada tahun 2012.
b.
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAKETAP), adalah standar akuntansi yang digunakan untuk entitas yang tidak
memiliki akuntabilitas publik signifikan dalam penyusunan laporan
keuangan tujuan umum (general purpose financial statement).
c.
d.
e.
Standar Akuntansi Keuangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (SAKUMKM), yaitu standar akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan
keuangan bagi usaha-usaha kecil dan menengah yaitu dengan omzet
kurang dari 4,8 miliyar.
f.
2.2
2.2.1
10
dipublikasikan
secara
berkala
setiap
beberapa
bulan.
Pada
11
12
2.2.4
berikut
1.
2.
3.
4.
5.
2.2.5
2.
3.
4.
13
2.2.6
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.3
yaitu diawali pada tahun 1973 hingga 1984. Pada perioda tersebut Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) telah membentuk Komite Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia
untuk menetapkan standar-standar akuntansi, yang kemudian dikenal dengan
Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Kemudian, dilanjutkan pada perioda
1984 hingga 1994, yaitu komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973
dan kemudian menerbitkan PAI 1984. Menjelang akhir 1994, Komite Standar
Akuntansi memulai suatu revisi besar atas Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia
14
15
(DSAK IAI). Pada perioda 2012 hingga saat ini, Indonesia telah mengadopsi
penuh standar IFRS dan berlaku serta digunakan untuk entitas yang memiliki
akuntabilitas publik, yaitu standar yang digunakan oleh entitas yang terdaftar atau
dalam proses pendaftaran di pasar modal atau entitas fidusia (yang menggunakan
dana masyarakat seperti asuransi, perbankan, dan dana pensiun).
2.3.1
16
dua macam strategi adopsi yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Kedua
strategi adopsi tersebut dijelaskan sebagai berikut
1.
17
2.
Gradual Strategy
Gradual strategy merupakan strategi dengan mengadopsi IFRS secara
bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara-negara berkembang, seperti
Indonesia.
2.3.3
berdasarkan tingkat adopsi IFRS dapat dibagi dalam lima tingkat yaitu sebagai
berikut
1.
Full Adoption, mirip dengan big bang strategy yaitu kondisi dalam suatu
negara mengadopsi seluruh standar IFRS dan menerjemahkan keseluruhan
standar IFRS tanpa mengubah isi di dalamnya.
2.
3.
4.
5.
Not adopted, yaitu tingkat adopsi IFRS dimana suatu negara sama sekali
tidak mengadopsi IFRS atau tidak menjadikan IFRS sebagai referensi
penyusunan standar
18
2.3.4
2.
19
3.
Language barriers.
Terdapat kesulitan dalam menerjemahkan setiap standar dalam IFRS ke
dalam bahasa Indonesia. Seringkali terdapat istilah-istilah teknis yang
kehilangan arti atau membingungkan ketika diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia.
4.
5.
6.
2.3.5
membuat target konvergensi pada tahap ini tidak tercapai. IAI sebagai lembaga
profesi akuntansi yang memiliki peran menentukan arah kebijakan standar
akuntansi menetapkan konvergensi IFRS pada tahap yang kedua dengan target
adopsi penuh pada 1 Januari 2012.
Terdapat sejumlah faktor yang secara spesifik melatarbelakangi keharusan
konvergensi IFRS adalah sebagai berikut (Mandagi, 2014)
1.
20
2.
G20 agreement. Proses konvergensi IFRS pada tahap yang kedua ini juga
merupakan konsekuensi dari forum G20. Konvergensi IFRS adalah salah
satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota G20.
3.
IAI selesai pada tahun 2012. Sepanjang tahun 2009, DSAK-IAI telah
mengesahkan 10 PSAK baru, 5 ISAK, dan mencabut 9 PSAK berbasis industri
dan mencabut ISAK. Secara spesifik, sasaran konvergensi IFRS pada tahap kedua
yaitu sebagai berikut
1.
Merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari
2009, yang berlaku efektif pada tahun 2011/2012.
2.
pada tahap kedua, IAI membagi proses ini menjadi 3 tahapan yaitu sebagai berikut
1.
21
2.
3.
Financial Reporting Standards), maka saat ini Indonesia memasuki tahap adopsi
IFRS secara penuh setelah sebelumnya melalui tahap adopsi (2008-2010). Hanya
setahun saja, IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menargetkan tahap persiapan akhir,
karena setelah itu resmi per 1 Januari 2012 Indonesia telah menerapkan IFRS.
2.3.6
(IFRS)
Dengan adanya standar global, memungkinkan keterbandingan dan
pertukaran informasi secara universal. Konvergensi IFRS dapat meningkatkan
daya informasi dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang ada di
Indonesia. Adopsi standar internasional juga sangat penting dalam rangka
stabilitas perekonomian.
Manfaat dari program konvergensi IFRS diharapkan akan mengurangi
hambatan-hambatan
investasi,
meningkatkan
transparansi
perusahaan,
22
2.
3.
2.3.7
Accounting Standard Board (IASB), terdapat 102 negara yang telah menerapkan
IFRS dalam pelaporan keuangan entitas di negaranya dengan keharusan yang
berbeda-beda. Sebanyak 23 negara mengizinkan penggunaan IFRS secara
sukarela, 75 negara mewajibkan untuk perusahaan domestik secara keseluruhan,
dan 4 negara mewajibkan hanya untuk perusahaan domestik tertentu. Sedangkan
standar akuntansi keuangan nasional saat ini, yaitu adopsi secara penuh dengan
International Financial Reporting Standards (IFRS) yang dikeluarkan oleh IASB
(International Accounting Standards Board) sejak tahun 2012. Oleh karena itu,
23
BAB III
KONTROVERSI DAN GAP
24
25
3.1
26
tidak bukan hanyalah manusia itu sendiri, meskipun sedikit dibantu dengan
teknologi informasi. Sehingga, SDM di Indonesia haruslah dapat memahami
dengan baik mengenai konsep IFRS, terutama SDM yang berhubungan langsung
dengan laporan keuangan baik praktisi, pemerintah, hingga akademisi.
Menurut Sarwono, et al., (2016), salah satu kendala dalam proses adopsi
IFRS yaitu adanya kelemahan SDM Indonesia yang mengalami kesulitan dalam
menerjemahkan
IFRS.
Dalam
menerjemahkan
dan
memahami
IFRS
membutuhkan waktu yang tidak singkat. IFRS berganti terlalu cepat, sehingga
pada saat IFRS yang sudah selesai diterjemahkan terkadang IFRS yang tidak lagi
berlaku. Kondisi ini berbanding terbalik dengan negara-negara lain yang langsung
mengambil teks asli IFRS tanpa menerjemahkannya terlebih dahulu.
Standar IFRS yang harus diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan
seringkali terdapat beberapa kendala. Standar IFRS sukar untuk diterjemahkan ke
dalam bahasa lain disebabkan karena sulitnya menemukan terjemahan yang
sesuai, konsistensi penggunaan terjemahan, penggunaan istilah untuk penerapan
konsep berbeda, keterbatasan kosa kata, dan penggunaan istilah yang tidak
sepandan dengan terjemahannya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Elsalam & Weetman (2003),
bahasa turut menentukan keberhasilan penerapan International Accounting
Standards (IAS). Tidak hanya di Indonesia saja, kendala bahasa terkait
terjemahan IAS dalam bahasa Arab menyebabkan berbagai penyimpangan dalam
pengungkapan kondisi keuangan perusahaan. Bahkan bahasa yang sama dengan
budaya yang berbeda juga menyebabkan perbedaan interpretasi terhadap konsep
akuntansi tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tantangan yang
27
3.2
pada US GAAP ke IFRS akan memiliki dampak sangat luas. Setidaknya, para
praktisi di bidang akuntansi dituntut untuk memiliki kompetensi baru seperti yang
disyaratkan IFRS. Pengajaran akuntansi di dunia pendidikan harus segera
28
Register A
Anggota dengan gelar akuntan yang juga telah berpraktik selama beberapa
tahun atau menjalankan usaha praktik akuntansi pribadi atau kepala dari
kantor akuntan pemerintah
b.
Register B
Akuntan publik yang telah diterima oleh pemerintah Indonesia dan telah
berpraktik untuk beberapa tahun
c.
Register C
Akuntan internal asing yang bekerja di Indonesia
d.
Register D
Akuntan yang baru lulus dari fakultas ekonomi jurusan akuntansi atau
memegang sertifikat yang telah dievaluasi oleh komite ahli dan
dipertimbangkan setara dengan gelar akuntansi dari universitas negeri
Kebanyakan dari akuntan di Indonesia adalah akuntan dengan kategori D,
29
yang baru yang harus dipelajari lagi oleh para akuntan. Selain itu, bagi perguruan
tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti kiblat ke IFRS juga menjadi salah satu
hambatan.
Menurut Wahyuni (2011), kendala proses konvergensi ini akan berdampak
terhadap pendidikan yaitu sebagai berikut
1.
2.
berdasarkan
prinsip
akuntansi.
Pengadopsian
IFRS
30
kerangka
konseptual
informasi
keuangan
agar
dapat
dipertanggungjawabkan
dan
mensyaratkan
semakin
banyak
(2006),
menyimpulkan
bahwa
principles-based
standards
31
masing-masing.
Pertanyaan
mengenai
bagaimana
aset
seharusnya diakui di neraca merupakan salah satu isu penting yang harus
dicari solusinya. Untuk itu, baik IASB maupun FASB melakukan
pengujian secara seksama terhadap fair value, tentang arti dari fair value
dan bagaimana seharusnya diaplikasikan. Penggunaan fair value
accounting dalam dunia pendidikan dan dalam dunia bisnis akan
menyebabkan
income
smoothing
menjadi
semakin
sulit
dengan
IFRS selalu berubah dan konsep yang digunakan dalam suatu IFRS dapat
berbeda dengan IFRS lain, misalnya lease menggunakan risk and reward
concept, sedangkan service concession arrangement menggunakan
controllability concept, dan pemutakhiran (updating) IFRS merupakan
suatu keharusan.
5.
32
Buku teks yang terkait dengan IFRS masih sangat kurang atau hampir
tidak ada. Untuk mengatasi hal ini, IAI sudah berinisiatif kerja sama
dengan Australia untuk mencoba menyusun materi IFRS sebagai bahan
pengajaran di kelas.
6.
Peluang riset
Pengadopsian International Reporting Standard (IFRS) juga akan
membawa dampak pada riset akuntansi. Berdasarkan review terhadap
berbagai riset mengenai dampak pengadopsian IFRS, terdapat dua
kelompok
besar
riset
yang
dapat
dilakukan
mengenai
dampak
3.3
IFRS yang dikembangkan oleh IASB masih terkendala oleh aturan-aturan antar
regulator. Pada saat proses penerapan IFRS, para regulator sedang sibuk
berkoordinasi untuk membuat peraturan-peraturan yang selaras dengan IFRS.
33
Skema peta konvergensi standar di Indonesia menuju IFRS dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu sebagai berikut
1.
Pada akhir tahun 2010 diharapkan seluruh IFRS sudah diadopsi dalam
PSAK
2.
3.
terhadap dunia bisnis. Menurut Handayani (2011), dampak positif dan negatif
implementasi IFRS terhadap perusahaan yang berakuntabilitas publik yaitu
sebagai berikut
1.
34
2.
3.
4.
5.
6.
35
Kesiapan SDM
Hambatan yang paling utama dalam proses adopsi IFRS adalah pada
faktor kesiapan SDM. Apabila SDM pada perusahaan tersebut capable
untuk mengaplikasikan IFRS pada laporan keuangan yang dibuat, maka
tidak akan ada kesulitan yang berarti, demikian sebaliknya. Apabila ada
perusahaan yang SDM-nya tidak siap, maka kemungkinan untuk
mengadopsi IFRS pada perusahaan tersebut sangat kecil. SDM yang
memiliki IFRS capability adalah pondasi yang kokoh untuk melakukan
adopsi IFRS. Apabila dari pondasinya saja belum memenuhi kriteria untuk
melakukan proses adopsi, maka segala sesuatu yang dilakukan hanyalah
sia-sia belaka. SDM
juga faktor
36
2.
3.
37
BAB IV
OPINI DAN PEMBAHASAN
4.1
38
39
internasional
yang
transparan,
berkualitas
tinggi,
dan
dapat
40
41
4.2
Upaya
Mengantisipasi
Kendala-Kendala
dalam
Pemberlakuan
42
2.
3.
implementasi IFRS adalah kalangan akademisi, dalam hal ini perguruan tinggi.
Seiring dengan perkembangan perekonomian global yang demikian cepat,
diperlukan penyesuaian-penyesuaian yang cepat pula di bidang pendidikan profesi
akuntan jika tidak ingin terjadi gap yang sangat lebar antara materi yang diajarkan
akademisi dengan perkembangan yang terjadi di lapangan.
43
44
45
46
(Satyo, 2005). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Petreski (2006),
menyatakan bahwa perusahaan perlu melakukan adopsi IFRS dengan tujuan agar
nilai dari laporan keuangan perusahaan dan kinerja manajemen perusahaan naik di
mata publik.
Berdasarkan hasil penelitian Anjasmoro (2010), maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat hambatan-hambatan dalam pengaplikasian IFRS yaitu
sebagai berikut
1.
Kesiapan SDM
Cara mengatasi kurangnya kesiapan SDM dapat diatasi dengan
mempersiapkan SDM yang memiliki IFRS capability. Misalnya dari awal
proses seleksi karyawan, perusahaan dapat mencari SDM yang mampu
membuat laporan keuangan sesuai IFRS. Atau memberikan pelatihan atau
training, kursus dan seminar untuk para karyawan dengan bantuan
konsultan yang ahli dalam bidang ini.
2.
3.
47
BAB V
PENUTUP
5.1
Simpulan
Penerapan IFRS di Indonesia saat ini merupakan suatu langkah tepat
48
49
mengenal IFRS juga perlu diadakan pelatihan atau training, karena dalam
kurikulum pendidikan perguruan tinggi kebanyakan masih menggunakan dan
menerapkan US GAAP. Kondisi tersebut menjadikan biaya untuk mengadopsi
IFRS menjadi lebih mahal.
Namun dengan adanya kendala dan dampak serta pengaruhnya terhadap
proses pemberlakuan IFRS di Indonesia, IFRS tetap dianggap memberikan
keuntungan bagi Indonesia. Kendala dalam pengaplikasian IFRS seharusnya tidak
dianggap sebagai beban, namun dianggap sebagai investasi bagi perusahaan,
sehingga nantinya investasi tersebut dapat bermanfaat bagi masa depan
perusahaan. Hal ini disebabkan karena IFRS membuka peluang untuk
memperbaiki praktik akuntansi di Indonesia. Peluang lain adalah produk
informasi keuangan di Indonesia dapat diterima umum oleh negara lain, sehingga
perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia tidak perlu melakukan
konversi. Demikian sebaliknya, bagi perusahaan Indonesia yang akan go
internasional juga akan memberikan kemudahan untuk penyajian informasi
keuangan karena menggunakan standar yang telah diterima oleh lebih banyak
negara tujuan investasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.iaiglobal.or.id/prinsipakuntansi/seminar_ias41/1Adopsi2IAS
%2041%20dalam%20Rangkaian%20Konvergensi%20IFRS%20di%20In
donesia-%20Roy%20Iman%20W.pdf
Yunus, H. (1990). History of Accounting in Developing Nations: The Case of
Indonesia.Jakarta: Tim Koordinasi Pengembangan Akuntansi.