Anda di halaman 1dari 20

MODUL PERKULIAHAN

REKAYASA
TRANSPORTASI

Karakteristik Pengguna Jalan


Karakteristik Kendaraan
Kapasitas Jalan (Pendahuluan)
Fakultas

Program Studi

Teknik

TeknikSipil

Tatap Muka

03

Kode MK

Disusun Oleh

11020

Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE

Abstract

Kompetensi

Penjelasan tentang karakteristik


pengguna jalan, satuan mobil
penumpang, piev, karakteristik
kendaraan.

Mahasiswa memahami tentang


pentingnya mempelajari karakteristik
pengguna jalan dan karakter
kendaraan,

Pendahuluan
Arus lalu lintas adalah hasil dari pengaruh gabungan antara manusia sebagai pengguna
jalam, kendaraan dan jalan itu sendiri.Manusia sebagai pengemudi dan pejalan kaki dalam
keadaan normal mempunyai kemampuan dan kesiagaan yang berbeda-beda (waktu reaksi,
konsentrasi dll).Perbedaan-perbedaan tersebut masih dipengaruhi oleh keadaan fisik dan
psikologi, umur serta jenis kelamin dan pengaruh-pengaruh luar seperti cuaca, penerangan
dan land use.Dalam suatu arus lalu lintas jalan raya tabiat dan kelakuan seseorang
merupakan faktor yang sangat penting yang menentukan karakter dari lalu lintas tersebut.

Manusia/User

Kendaraan

Jalan

Faktor manusia dalam pengaruhnya terhadap arus lalu lintas sebagai pengguna jalan dapat
digolongkan sebagai pengemudi dan sebagai pejalan kaki. Modul ini akan membahas :
1. Faktor manusia sebagai pejalan kaki
2. Faktor manusia sebagai pengemudi
a. Karakteristik Psikologi/Mental Pengemudi
b. Karakteristik Fisik Pengemudi
c. Waktu Reaksi Pengemudi
d. Kondisi Lingkungan
3. Karakteristik Kendaraan

2016

Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Faktor Manusia Sebagai Pejalan Kaki


Karakteristik manusia sebagai pejalan kaki adalah salah satu faktor utama dalam
perancangan,

perencanaan

maupun

pengoperasian

dari

fasilitas-fasilitas

transportasi.Sebagian besar mobilisasi pejalan kaki bersifat lokal dan dilakukan di jalur
pejalan kaki.Sama halnya dengan analisa arus lalu lintas kendaraan, pejalan kaki sebagai
unsur lalu lintas dapat ditinjau dengan beberapa parameter.

Parameter Pejalan Kaki


Beberapa parameter yang digunakan dalam analisa pejalan kaki adalah sebagai berikut :

1. Kecepatan Pejalan Kaki.


Adalah kecepatan rata-rata berjalan pejalan kaki, dinyatakan dalam satuan
m/detik.Kecepatan berjalan kaki rata-rata setiap pejalan kaki bervariasi tegantungdari
waktu dan kondisi efektif pejalan kaki. Telah disebutkan bahwa usia dan jenis
kelamin pejalan kaki merupakan faktor yang berpengaruh penting. Selain itu tingkat
kemiringan jalan dapat mempengaruhi kecepatan berjalan rata-rata pejalan
kaki.Pada saat pejalan kaki harus berjalan naik maka kecepatan cenderung menurun
sedangkan pada waktu pejalan kaki berjalan menurun kecepatan cenderung
meninggi.
Tabel Kecepatan Berjalan Pejalan Kaki

Sumber
1. Sleight (1972)
2. Trans. And Traffic
Eng.
Handbook (1976)
3. Weiner (1968)

4. Endang Widjajanti

2016

Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE

Jenis Pejalan Kaki


Orang tua dan dewasa
Anak-anak
Rata-rata
Pejalan kaki lambat

Kecepatan (m/dtk)
1,4
1,6
1,2
0,9 1

Rata-rata
Wanita
Platoon Pria
Platoon Wanita
Pria
Wanita
Rata-rata

1,29
1,13
1,17
1,11
1,02
0,83
0,93

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

2. Jumlah Aliran Pejalan Kaki.


Adalah jumlah pejalan kaki yang melintasi suatu titik dalam 1 (satu) satuan waktu
tertentu, biasanya dinyatakan dalam pejalan kaki/menit atau pejalan kaki/15 (lima
belas) menit.

3. Aliran Per Satuan Lebar.


Adalah rata-rata aliran pejalan kaki per satuan lebar efektif jalur jalan, dinyatakan
dalam satuan pejalan kaki/menit/meter.

4. Platoon/Kelompok
Platoon menggambarkan sejumlah pejalan kaki berjalan berjajar atau berkelompok,
biasanya tanpa disengaja dan disebabkan antara lain oleh faktor lampu lalu lintas
atau faktor lain. Pejalan kaki yang berjalan bersama-sama (platoon) mengakibatkan
pejalan kaki yang sebenarnya dapat berjalan cepat tidak dapat berjalan seperti
biasanya, karena terhalang oleh pejalan kaki yang ada di depannya.

5. Kepadatan Pejalan Kaki.


Adalah jumlah rata-rata pejalan kaki per satuan luas di dalam jalur berjalan kaki atau
daerah antrian, yang dinyatakan dalam pejalan kaki/meter2. Semakin padat jalannya
maka kecepatan berjalan akan menjadi semakin rendah begitu pula sebaliknya.

6. Ruang Pejalan Kaki.


Adalah rata-rata ruang yang tersedia untuk setiap pejalan kaki dalam daerah jalur
berjalan kaki atau antrian, dinyatakan dalam meter2/pejalan kaki.Parameter ini
adalah kebalikan dari kepadatan dan merupakan satuan yang praktis untuk analisa
fasilitas.

Karakteristik Pejalan Kaki


Karakteristikpejalan kaki yang mempengaruhi arus lalu lintas :
1. Faktor Fisik.
Secara fisik seorang pejalan kaki mungkin mengalami keterbatasan seperti cacat
dan buta.Selain itu pendengaran juga merupakan faktor fisik yang sangat penting
untuk pejalan kaki.

2016

Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

2. Faktor Edukasi.
Banyak pejalan kaki tidak banyak mengetahui peraturan-peraturan lalu-lintas.Pejalan
kaki bisa saja buta huruf.

3. Faktor Emosi.
Manusia sebagai pengguna jalan khususnya sebagai pejalan kaki tidak terlepas dari
emosi mereka ketika berhadapan dengan situasi lalu lintas.Pejalan kaki bisa tidak
memahami dan tidak menuruti atau sukar diatur terhadap rambu-rambu lalu lintas
yang telah disediakan khususnya bagi pejalan kaki.
4. Waktu reaksi pejalan kaki lebih panjang dari pengemudi yaitu rata-rata 4 5 detik.

Faktor Manusia Sebagai Pengemudi


Mengemudikan kendaraan merupakan pekerjaan kompleks.Selama mengemudi, pengemudi
langsung berinteraksi dengan kendaraan lainnya, juga menerima dan menerjemahkan
rangsangan di sekelilingnya terus menerus. Kondisi jalan dengan perkerasan yang stabil
dan nyaman berdampak pada pengemudi yang merasa nyaman dalam mengemudikan
kendaraannya. Kondisi ini mendorong pengemudi menjalankan kendaraannya dengan
kecepatan tinggi. Apabila kewaspadaan pengemudi menurun, maka akan dapat berakibat
timbulnya kecelakaan. Karakteristik manusia sebagai pengemudi merupakan faktor utama
dalam perancangan, perencanaan maupun pengoperasian dari fasilitas-fasilitas transportasi.
Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Faktor Psikologi/Mental
2. Faktor Fisik
3. Waktu Reaksi
4. Kondisi Lingkungan

Faktor Psikologi / Mental


Tiap-tiap individu penguna jalan berbeda perilakunya sehingga mempunyai karakteristik
yang berbeda pula. Ada 6 faktor yang mempengaruhi karakteristik mental pengguna jalan
yaitu :

2016

Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

1. Motivasi
Pertimbangan

tujuan

ataumotivasi

untuk

melakukan

sebuah

perjalanan

merupakan bagian dasar yang dipelajari dalam perencanaan lalu lintas.


Umumnya seseorang yang melakukan perjalanan bisa dimotivasi oleh beberapa
hal.Berbagai motivasi yang mendorong manusia melakukan perjalanan bisa
dibagi menjadi:
a) Rekreasi/motivasi cultural. Banyak orang melakukan perjalanan ke berbagai
tempat yang belum pernah dikunjunginya. Melihat sesuatu yang unik yang
memiliki nilai keindahan merupakan suatu kebutuhan dari manusia karena
manusia juga memiliki sifat ingin tahu. Umumnya perjalanan yang dilakukan
tidak tergesa-gesa, terencana dan dalam keadaan yang menyenangkan.
b) Sosial atau Interpersonal Motivation.Motivasi yang mempunyai sifat sosial,
seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan
hal yang dianggap mendatangkan kepuasan diri dan melakukan ziarah.
c) Kerja, Usaha dan Bisnis. Motivasi ini mendorong manusia sebagai pengguna
jalan melakukan aktifitas perjalanan di sepanjang hari baik yang berpergian di
pagi hari atau perjalanan pulang di sore hari.

2. Kecerdasan/Intelegensia.
Kecerdasan yaitu kemampuan pengemudi untuk menginterpretasikan apa yang
dilihat dan menyesuaikan diri sesuai dengan motivasinya sendiri. Secara umum,
kecerdasan (intelegensia) merupakan suatu konsep abstrak yang diukur secara
tidak langsung oleh para psikolog melalui tes inteligensi untuk mengestimasi
proses intelektual / kesanggupan mental untuk memahami, menganalisis secara
kritis cermat dan teliti, serta menghasilkan ide-ide baru secara efektif dan efisien,
sehingga kajian-kajian kecelakaan yang terkait dengan kecerdasan menunjukkan
semakin tinggi kecerdasan akan semakin baikmenganalisis keadaan untuk
mengambil langkah pengemudian kendaraan yang lebih tepat.
3. Proses Belajar
Pengemudi belajar dari pengalaman untuk mengenali dan berhadapan dengan
situasi lalu lintas tertentu.Disamping itu untuk bisa mengendalikan kendaraan
dalam lalu lintas dengan sempurna, pengguna jalan senantiasa harus
meningkatkan keahliaannya dan pengetahuannya.Semakin berpengalaman
seorang pengemudi baik dalam adaptasi dan penguasaan kendaraan semakin

2016

Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

baik mengemudikan kendaraannya dan semakin rendah pelanggaran yang


dilakukannya.
4. Emosi
Emosi seorang pengemudi akan mempengaruhi keputusan yang akan dibuatnya
atas dasar pengalaman yang dimilikinya, kecerdasannya serta pengendalian
yang dilakukan atas jalannya operasional lalu lintas. Usia seseorang juga
mempengaruhi emosi dalam berlalu lintas. Ketidak sabaran adalah kesalahan
pengemudi yang paling biasa dilakukan, yang bisa mengakibatkan pengemudi
menjalankan kendaraannya diluar kendali dan melakukan pergerakan yang tidak
terkontrol dalam menyalip kendaraan lain. Karena emosi pengguna jalan dapat
mengikuti perilaku-perilaku pengguna jalan lainnya.

Faktor Fisik
Ada beberapa karakteristik fisik utama yang digunakan dalam klasifikasi kendaraan yaitu :
1. Pendengaran.
Pendengaran sangat membantu bagi pengemudi dalam situasi lalu lintas yang
membutuhkan penggunaan klakson kendaraan.Di Indonesia, penggunaan
klakson kendaraan sudah lazim dilakukan pengemudi sehari hari untuk
menghindarkan diri dari terjadinya tabrakan, baik antar sesame pengemudi
kendaraan atau dengan pejalan kaki.Dengan adanya kemajuan tehnologi saai ini
dengan adanya alat navigasi (GPS system) maka arah perjalanan dapat
dibimbing dengan suara yang disampaikan oleh alat navigasi tersebut. Begitu
pula untuk kendaaran yang akan parkir, maka sensor akan berbunyi bila jarak
kendaraan terlalu dekat dengan kendaraan laiinya.

Gamabar Sensor Pada Kendaraan


2016

Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Gambar Alat Navigasi GPS

2. Pandangan/Penglihatan.
Karakteristik fisik yang paling penting dari seorang pengemudi adalah
kemampuannya untuk bisa melihat dengan jelas objek berupa jalan dan fasiitas
pendukung jalan.
Ada beberapa karakteristik penglihatan :

Penglihatan samar-samar.
Kemampuan untuk melihat dalam cahaya remang-remang, sorotan lampu
jauh, penyesuaian secara cepat dari terang ke gelap dan membedakan
warna pada malam hari

Pengenalan warnaterhadap lampu lalu lintas


Dapat mengenal dengan baik lampu lalu lintas baik dipersimpangan maupun
lampu peringatan untuk berhati-hati.

Tinggi mata pengemudi.


Tinggi rata-rata mata pengemudi dapat mempengaruhi banyak aspek dari
desain kendaraan dan prasarana jalan

Ketajaman penglihatan.
Merupakan kemampuan mata untuk menangkap dan memfokuskan objek
secara cepat

Kedalaman penglihatan.
Perkiraan terhadap jarak, khususnya terhadap perubahan jarak selama
kendaraan berjalan.

2016

Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Bidang penglihatan.
Bidang penglihatan dapat dikelompokkan atas:
a. Kerucut penglihatan tajam 3 sampai 10 disekitar pusat pandangan yang
biasanya digunakan untuk membaca, terfokus pada objek yang dilihat.
b. Kerucut cukup jelas 10 to 12 disekitar pusat pandangan warna dan
bentuk dapat terlihat dengan jelas, rambu dipinggir jalan terlihat.
c. Pandangan sekeliling 90 kekiri kanan pusat pandangan, adanya
pergerakan disini masih terdeteksi. Sudut pandang semakin mengecil
dengan bertambahnya kecepatan, khususnya kalau melihat dari ruang
kemudi seperti ditunjukkan dalam gambarberikut:

Gambar Bidang Penglihatan

Gambar Sudut Penglihatan

2016

Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Titik Buta.
Dalam berkendara adalah bagian dari sekeliling kita yang tidak bisa kelihatan
pada saat mengemudikan kendaraan, karena beberapa alasan seperti
jangkauan pandangan yang terbatas cermin, terhalang oleh muatan yang
dibawa.

Gambar Titik Buta

Kendaraan biru bisa melihat kendaraan hijau tetapi tidak bisa melihat
kendaraan merah (di titik buta) melalui cermin yang ada di kendaraan.Letak
titik buta tergantung kepada jenis kendaraan yang digunakan.
Titik buta mobil penumpang adalah di sebelah kiri dan kanan pengemudi
seperti ditunjukkan dalam gambar.
Untuk kendaraan box, pandangan melalui cermin tengah tidak ada jadi
mereka tergantung kepada cermin pintu.Kendaraan yang tinggi tidak bisa
melihat di sekitar mereka yang rendah.
Truk dengan kereta gandengan dan truk dengan kereta tempelan juga
mempunyai kelemahan dalam melihat kaca sepion terutama pada saat
membelok, yang mengaikibatkan dia tidak bisa melihat apa yang terjadi di
belakangnya, selain itu kendaraan lain juga bisa berjalan terlalu dekat di
belakang truk trailer untuk berlindung dari terpaan angin, dan hal ini sangat
berbahaya sebab kendaraan yang di belakang tidak mengetahui kalau tibatiba truk trailer yang di depan mengerem kendaraannya.

2016

10

Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Langkah untuk mengurangi pengaruh titik buta.


Ada beberapa langkah yang dilakukan untuk menghilangkan pengaruh titik
buta antara lain dengan :

Menggunakan cermin cembung untuk memperluas pandangan,

Menggunakan beberapa cermin sekaligus, sehingga dapat diperoleh


gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan disekeliling kendaraan,

Menambah cermin di belakang yang biasa digunakan pada minibus,

Penggunaan kamera video sehingga dapat melihat kondisi di belakang


kendaraan secara lebih jelas, bahkan ada layar yang ditempatkan
didashboard dilengkapi dengan lintasan yang akan dilewati.

Dipasang sensor jarak yang dipergunakan pada saat kendaraan sedang


berjalan ataupun berjalan mundur.

Waktu Reaksi Pengemudi


Kendaraan yang bergerak tidak bisa dihentikan seketika tetapi melalui suatu proses yang
terkait dengan waktu reaksi sebelum mengambil langkah, semakin cepat kendaraan berjalan
akan semakin rawan terhadap terjadinya kecelakaan. Pengemudi bereaksi terhadap
rangsangan, dengan kecepatan yang dipengaruhi oleh karakteristik fisik maupun mental.

Waktu reaksi adalah waktu yang dipergunakan antara melihat, mendengar atau merasakan
dan mengerjakan sesuatu sebagai tanggapan terhadap sesuatu rangsangan.Sering disebut
waktu PIEV (Perception, Intellection, Emotion, Volition).Waktu reaksi juga sering disebut
perception-reaction time. Proses reaksi tersebut adalah sbb :

1. Persepsi/Perception.
Informasi diterima oleh mata dan dikirim ke otak.Perception, merupakan saat
pandangan mata yang menangkap adanya suatu keadaan/ancaman dihadapan
pengemudi. Waktu yang diperlukan untuk proses ini disebut waktu sadar.

2. Intellection.
Otak menerima dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh mata selanjutnya
dikirim ke otak oleh syaraf mata, informasi diolah oleh otak dengan menggunakan
kecerdasan otak dengan menggunakan ingatan masa lalu ataupun analisis keadaan.
Penelaahan terhadap rangsangan sering tidak langsung berhasil, tetapi melalui
proses pemikiran, proses ini disebut intellection proses.

2016

11

Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

3. Emotion.
Pengambilan keputusan di otak mengenai langkah yang akan dilakukan untuk
menghadapi keadaan/ancaman dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan yang
sering dipengaruhi oleh emosional pengemudi. Emosi adalah merupakan proses
penanggapan terhadap rangsangan setelah proses perception dan intellection.

4. Volition.
Otak mengirim keputusannya dan tubuh bereaksi secara fisik.Volition merupakan
instruksi yang telah diolah untuk diteruskan melalui syaraf kepada tindakan yang
akan diambil oleh tangan, dan kaki pengemudi.
Waktu PIEV seorang pengemudi rata-rata 2,5 detik, tetapi dapat lebih cepat pada orang
orang tertentu seperti pembalap yang harus mengambil tindakan/langkah dengan sangat
cepat.Dalam kondisi yang tertentu atau situasi daerah yang baru/belum dikenal maka
waktu PIEV antara 2 6 detik.
Besarnya waktu reaksi ini penting dalam merancang berbagai perangkat lalu lintas
seperti pada survai arus jenuh pada persimpangan, dalam perhitungan waktu
hijau/merah pada Alat Pengendali Isyarat Lalu Lintas (APILL), penempatan rambu dan
lain sebagainya.Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi adalah :

1. Umur
2. Kelelahan
3. Alkohol dan obat
4. Penyakit dan cacat tubuh
5. Cuaca, altitude dan ventilasi
6. Latihan, pendidikan dan pengalaman
7. Trauma/orang yang mudah mendapat kecelakaan
Dengan diketahuinya waktu reaksi maka dapat dihitung jarak yang ditempuh kendaraan
sebelum pengemudi bereaksi dengan menggunakan rumus berikut:

Dimana:

d = jarak reaksi, m
t = waktu reaksi, detik
S = kecepatan awal kendaraan, km/jam

2016

12

Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Faktor Lingkungan

Berbagai kondisi lingkungan yang mempengaruhi perilaku pengguna jalan yaitu :

1. Lahan. Lahan yang terletak di kiri kanan jalan juga sangat mempengaruhi manusia
sebagai pengemudi. Bila lahan tersebut digunakan untuk pasar atau dijadikan tempat
parkir

maka

hal

tersebut

akan

berpengaruh

kepada

pengemudi

dalam

mengantisipasi adanya gangguan ataupun hal-hal yang mungkin secara mendadak


terjadi (menyebrang jalan).

2. Cuaca dan Suhu


Faktor cuaca yang sangat mempengaruhi manusia sebagai pengemudi adalah
kondisi cuaca dalam keadaan hujan besar, salju atau kabut.
Faktor cuaca ini mempengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak pengereman
menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh karena
penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya hujan
mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan kabut juga bisa
mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan.

3. Fasiitas Jalan
Fasilitas pada ruas jalan juga mempengaruhi manusia sebagai pengguna jalan
khususnya sebagai pengemudi.Fasilitas-fasilitas tersebut adalah :

Ada tidaknya jembatan jembatan penyeberangan jalan

Rambu-rambu lalu lintas yang jelas terlihat, tepat penempatannya dan


berfungsi dengan baik (lampu lalu lintas).

Bahu jalan yang dilengkapi dengan trotoar atau lajur khusus untuk pejalan
kaki dan sepeda.

4. Arus Lalu Lintas.


Arus lalu lintas yang padat dimana bercampur beberapa moda transportasi seperti
sepeda motor, mobil, bus dan juga sepeda ataupun becak memberikan pengaruh
kepada manusia dalam mengendarai kendaraannya.

2016

13

Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Karakteristik Kendaraan
Jenis kendaraan merupakan faktor penting dalam mendesain jalan.Hasil survey yang
terklasifikasi

dapat

dikombinasikan

ke

dalam

kategori

kelas

kendaraan

yang

diinginkan.Karakteristik ini sangat perlu diketahui dalam merekayasa lalu lintas khususnya
yang menyangkut perlambatan/pengereman, percepatan, pada saat membelok baik pada
kecepatan rendah untuk perencanaan radius tikung di perkotaan ataupun membelok pada
kecepatan tinggi dalam merencanakan superelevasi.

Karakteristik berbagai jenis kendaraan tersebut dapat dikelompokkan berdasar :


1. Karakteristik fisik
2. Performa / Kinerja
3. Fungsi dan Kegunaan

Karakter Fisik Kendaraan


Ada beberapa karakteristik fisik utama yang digunakan dalam klasifikasi kendaraan yaitu :
1. Dimensi Kendaraan.

Dimensi

kendaraan

putaran.Begitu

digunakan

pula

dengan

untuk

menentukan

karakteristik

lebar

kecepatan,

lajur

dan

percepatan,

radius
dan

pengereman.Ukuran yang umum adalah panjang, lebar dan tinggi.Dimensi


berpengaruh terhadap lebar lajur, lebar bahu yang diperkeras, ruang parkir, jarak
pandang henti dan jarak pandang menyiap, kelengkungan horisontal dan
vertikal.Panjang alas roda mempengaruhi besarnya radius belok.Tinggi kendaraan
menentukan

ruang

bebas

vertikal

terhadap

seluruh

penghalang

(terowongan,jembatan,kabel listrik, telpon, lampu penerangan dll)

2. Berat.

Berat kendaraan yang dimaksud adalah termasuk berat total, berat sumbu dan
kapasitas muat.Hal ini berhubungan dengan desain konstruksi perkerasan dan
penanganan jalan.Pembagiannya berdasarkan padakendaraan ringan, sedang, dan
berat.Kapasitas muat adalah berat maksimum yang dapat dipikul oleh kendaraan
dikurangi berat sendiri.Kapasitas maksimum digunakan untuk disain struktur
kendaraan.Kapasitas muat penting khususnya untuk angkutan umum dan angkutan
barang. Karena kendaraan yang bermuatan lebih akan menyebabkan kerusakan
terhadap kendaraaan dan struktur perkerasan

2016

14

Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Menurut Ditjen Bina Marga (1997), kendaraan yang berada dalam suatu arus lalu
lintas pada ruas jalan luar kota dibedakan menjadi lima jenis kendaraan, yaitu
kendaraan

ringan

(Light

Vehicle),

kendaraan

berat

menengah

(MediumHeavyVehicle), truk besar (Large Truck), bus besar (Large Bus). Jenis
Kendaraan menurut klasifikasi Ditjen Bina Marga (1997) dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel Klasifikasi Kendaraan Pada Ruas Jalan Luar Kota (Ditjen Bina Marga, 1997)

Klasifikasi Kendaraan

Jenis Kendaraan

Kendaraan Ringan (LV)

Kendaraan beroda empat dengan dua gandar


berjarak 2 - 3 meter, seperti: oplet, mikro bis, pickup dan truk kecil

Kendaraan Berat
Menengah (MHV)

Kendaraan bermotor dua gandar dengan jarak 3,5


- 5,0 meter, seperti: bis kecil, truk dua as dengan
enam roda sesuai klasifikasi Bina Marga

Truk Besar (LT)


Bus Besar (LB)
Sepeda Motor (MC)

Truk tiga gandar dan truk kombinasi dengan jarak


gandar (gandar pertama dan kedua) lebih kecil
3,50 meter sesuai dengan klasifikasi Bina Marga
Bis dua atau tiga gandar dengan jarak 5,0 - 6,0
meter
Sepeda motor dengan dua atau tiga roda (meliputi
sepeda motor dan kendaraan roda tiga sesuai
sistem klasifikasi Bina Marga

Performa atau Kinerja Kendaraan


Ukuran dari kinerja kendaraan meliputi :
1. Pengereman/Perlambatan :
Jarak pengereman dibatasi oleh koef. Gesekan antara ban dan permukaan jalan, yang
bervariasi nilainya. Perlambatan yang normal 1-3 m/dt2, lebih dari nilai tersebut akan
menyebabkan ketidaknyamanan. Dalam kondisi darurat perlambatan antara 6-10 m/dt2.

2. Percepatan
Gaya percepatan diberikan oleh mesin terhadap roda, dimana gaya tersebut akan
ditahan oleh tahanan udara, gesekan mesin, inertia, tumbukan, tahan gelinding dan
tahanan pada tanjakan.
Percepatan, dipengaruhi oleh massa, dimana tingkat percepatan tipikal adalah :

2016

15

Mobil sedan : 0,85-2,2 m/dt2

Mobil balap : 3,32-4,5 m/dt2

Angkutan umum : 0,21-0,56 m/dt2

Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

3. Kecepatan Maksimum
Kecepatan maksimum terjadi pada saat kombinasi gaya-gaya penahan = besarnya daya
pendorong, sehingga tidak ada gaya percepatan lagi yang terjadi.

4. Perlampuan/Sistem Penerangan.
Ada tiga kondisi jalan yang perlu diperhatikan berkaitan dengan sistem penerangan
kendaraan. Kondisi kondisi jalan tersebut adalah :

Jalan dengan Penerangan Baik


Jalan ini merupakan jenis jalan dimana sumber pencahayaanjalan telah memberikan
penerangan yang cukup untukmemperlihatkan badan kendaraan.

Jalan dengan Penerangan Sangat Kurang


Jalan jenis ini seharusnya hanya boleh terdapat pada daerahperumahan, karena
biasanya jenis jalan ini memberikan peneranganyang hanya cukup untuk pejalan
kaki, bukan penerangan yang cukupuntuk mengetahui kedatangan sebuah
kendaraan.

Jalan Tanpa Penerangan


Jalan jenis ini biasanya banyak terdapat di luar kota maupunpedesaan. Pada jalan
jenis ini penerangan hanya tergantung padasistem penerangan kendaraan itu
sendiri.

Metode umum penerangan kendaraan yang dipakai saat ini untukmengatasi kondisi
tersebutadalah :
-

Dengan menyediakan lampu dekat dan dan lampu jauh yangterdapat pada lampu
depan kendaraan.

Memberikan tambahan lampu quartz halogen pada kendaraan,yang memberikan


sinar dengan intensitas tinggi untuk pengendalian penerangan yang lebih baik pada
arah vertikal danlateral. Lampu quartz halogen ini juga berfungsi untuk menerangi
jalanan di saat berkabut.Adapun fungsi lampu dekat adalah untuk mempertahankan
penerangan sepanjang sisi tepi jalan dan mengurangi sinar pada sisi lain yang
mengarah pada pengemudi yang mendekat.

2016

16

Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Fungsi / Penggunaan
Dari fungsinya kendaraan terbagi atas tiga kelompok :
1. Angkutan pribadi.

Angkutan untuk masing-masing individu dan keluarga yang memiliki kendaraan


untuk keperluan pribadi mereka (termasuk milik perusahaan)
2. Angkutan umum.

Angkutan

yang

tersedia

untuk

umum

dengan

membayar

ongkos

untuk

menggunakannya
3. Angkutan barang.

Angkutan yang berfungsi untuk memuat segala jenis barang (besar-kecil,cairmineral,curah)

Beberapa jenis tahananpada kendaraan :


1. Tahanan guling (rolling resistance)
2. Tahanan udara
3. Tahanan akibat kelandaian
4. Tahanan akibat tikungan
5. Tahanan kelembaman (Inertia resistance)

Satuan Mobil Penumpang (SMP)


Hal penting untuk diketahui bahwa kendaraan terdiri dari beberapa macam jenis.Untuk
mengatasi perbedaan dari berbagai macam jenis kendaraan, maka diperlukan suatu konsep
mengenai satuan arus lalu lintas yang disebut satuan mobil penumpang (smp). Konsep ini
mengambil kendaraan ringan termasuk di dalamnya mobil penumpang sebagai nilai standar
bagi penentuan nilai (smp) jenis kendaraan yang lain. Kendaraan ringan/mobil penumpang
dalam hal ini ditetapkan memiliki satu satuan mobil penumpang (smp).

Definisi Satuan Mobil Penumpang


Manual kapasitas Jalan Indonesia 1997 mendefinisikan Satuan Mobil Penumpang (smp)
atau Passenger Car Unit (PCU) adalah satuan untuk arus lalu lintas di mana berbagai jenis
kendaraan yang berbeda telah diubah menjadi arus kendaraan ringan (termasuk mobil
penumpang) dengan menggunakan ekivalen mobil penumpang. Sedangkan Ekivalen Mobil
Penumpang adalah faktor konversi dari berbagai tipe kendaraan dibandingkan dengan mobil
penumpang atau kendaraan ringan lainnya sehubungan dengan dampaknya pada perilaku
lalu lintas.
2016

17

Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Kegunaan Satuan Mobil Penumpang


Di dalam perencanaan jalan raya, baik perencanaan jalan baru maupun peningkatan jalan
diperlukan data arus lalu lintas. Perhitungan data arus lalu lintas dilakukan per satuan jam
untuk periode tertentu kemudian dilihat volume lalu lintas jam sibuk (kend/jam), kemudian
volume arus lalu lintas dialihkan dalam satuan mobil penumpang (smp). Volume dalam
satuan mobil penumpang diperoleh dengan cara mengalikan berbagai komposisi kendaraan
dengan ekivalen mobil penumpang masing-masing kendaraan. Nilai ekivalensi mobil
penumpang bergantung pada keadaan lalu lintas, sistem antrian, dan jalan raya yang dipilih.

Selain berguna untuk perencanaan perkerasan jalan, nilai smp juga berguna dalam
perencanaan teknik lalu lintas diantaranya untuk menentukan kapasitas ruas jalan,
kapasitas persimpangan, dan tingkat pelayanan.

Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Tahun 1997 memberikan nilai ekivalen mobil
penumpang (emp) berdasarkan klasifikasi kendaraan sebagai berikut :
1. Kendaraan Ringan / LV (emp = 1)
2. Kendaraan Berat / HV (emp = 1,3)
3. Sepeda Motor / MC (emp = 0,5)
4. Kendaraan tidak bermotor
Nilai EMP berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia untuk ruas jalan luar kota dua
lajur dua arahadalah sebagai berikut:

Tabel EMP Untuk Jalan Luar Kota Dua Lajur Dua Arah(Ditjen Bina Marga, 1997)

Emp
Tipe
Alinyemen

Datar

Bukit

Gunung

2016

18

Arus Total
(kend/jam)

MHV

LB

LT

0
800
1350
1900
0
650
1100
1600
0
450
900
1350

1.2
1.8
1.5
1.3
1.8
2.4
2
1.7
3.5
3
2.5
1.9

1.2
1.8
1.6
1.5
1.6
2.5
2
1.7
2.5
3.2
2.5
2.2

1.8
2.7
2.5
2.5
5.2
5
4
3.2
6
5.5
5
4

Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

MC
Lebar jalur lalu lintas (m)
<6m
6- 8m
>8m
0.8
0.6
0.4
1.2
0.9
0.6
0.9
0.7
0.5
0.6
0.5
0.4
0.7
0.5
0.3
1
0.8
0.5
0.8
0.6
0.4
0.5
0.4
0.3
0.6
0.4
0.2
0.9
0.7
0.4
0.7
0.5
0.3
0.5
0.4
0.3

FD. Hoobs (1995) dalam bukunya Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas memberikan nilai
EMP untuk masing-masing jenis kendaraan seperti dalam tabel berikut :

Tabel Nilai EMP Menurut FD. Hobbs, 1995

Dalam buku Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Lalulintas di Wilayah Perkotaan


(Ditjen Perhubungan Darat, 1999) memberikan nilai ekivalen mobil penumpang (emp)
sebagai berikut :

2016

19

Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. (1997). Manual Kapasitas
Jalan Indonesia 1997
Hobbs, F.D, (1995), Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Penerbit Gadjah Mada University
Press.
Iskandar, H. (2010), Cara pemutakhiran Nilai ekivalensi Mobil penumpang dan Kapasitas
dasar ruas jalan luar kota (Updating of Car Equivalent and Basic Capacity for Inter
urban Road), Puslitbang Jalan dan Jembatan, Bandung.
Papacostas.C.S, Prevendouros.P.D, (1993), Transportation Engineering and Planning,
nd

Prentince Hall,2 edition,

2016

20

Rekayasa Transportasi
Ir. Widodo Budi Dermawan MSCE

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai