Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada mulanya hubungan perdagangan hanya terbatas pada satu wilayah Negara
yang tertentu, tetapi dengan semakin berkembangnya arus perdagangan maka
hubungan dagang tersebut tidak hanya dilakukan antara para pengusaha dalam
satu wilayah negara saja, tetapi juga dengan para pedagang dari negara lain,
tidak terkecuali Indonesia. Bahkan hubungan-hubungan dagang tersebut
semakin beraneka ragam, termasuk cara pembayarannya. Kegiatan ekspor
impor didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu Negara yang benar-benar
mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi. Setiap
Negara memiliki karakteristik yang berbeda, baik sumber daya alam, iklim,
geografi, demografi, struktur ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan tersebut
menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang
diperlukan, kualitas dan kuantitas produk. secara langsung atau tidak langsung
membutuhkan pelaksanaan pertukaran barang dan atau jasa antara satu negara
dengan negara lainnya. Maka dari itu antara negara-negara yang terdapat
didunia perlu terjalin suatu hubungan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan
tiap-tiap negara tersebut. Transakasi perdagangan internasional yang lebih
dikenal dengan istilah ekspor impor, pada hakikatnya adalah suatu transaksi
sederhana yang tidak lebih dari membeli dan menjual barang antara pengusahapengusaha yang bertempat tinggal atau berdomisili dinegara-negara yang
berbeda. Namun dalam pertukaran barang dan jasa yang menyeberangi laut
ataupun darat ini tidak jarang timbul berbagai masalah yang kompleks antara
para pengusaha yang mempunyai bahasa, kebudayaan, adat istiadat, dan cara
yang berbeda-beda
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang akan menjadi pembahasan dalam
Kegiatan Ekspor Impor adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
2.
3.
4.
5.
BAB II
KEGIATAN EKSPOR IMPOR
2.1 Pengertian Ekspor dan Impor
Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke
negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor
pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas
dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara
besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim
maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan
internasional, lawannya adalah impor.
Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke
negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor
umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain
ke dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur
tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah
bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah ekspor.
2.2 kondisi Ekspor dan Impor Indonesia
Pengutamaan Ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983.Sejak
saat itu,ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring
dengan berubahnya strategi industrialisasi-dari penekanan pada industri
substitusi impor ke industri promosi ekspor.Konsumen dalam negeri membeli
barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang domestik,menjadi
sesuatu yang sangat lazim.Persaingan sangat tajam antarberbagai produk.Selain
harga,kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu
produk.
Nilai ekspor Indonesia Januari 2012 mencapai US$15,49 miliar atau mengalami
penurunan sebesar 9,28 persen dibanding ekspor Desember 2011. Sementara
bila dibanding Januari 2011 mengalami peningkatan sebesar 6,07 persen.
Ekspor nonmigas Januari 2012 mencapai US$12,52 miliar, turun 7,90 persen
dibanding Desember 2011, sedangkan dibanding ekspor Januari 2011 meningkat
4,40 persen.
Penurunan ekspor nonmigas terbesar Januari 2012 terjadi pada bahan bakar
mineral sebesar US$619,3 juta, sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada
lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$213,5 juta
Adapun selama periode ini pula, ekspor dari 10 golongan barang memberikan
kontribusi terhadap total ekspor nonmigas. Kesepuluh golongan tersebut adalah,
lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, mesin atau peralatan
listrik, karet dan barang dari karet, mesin-mesin atau pesawat mekanik.
Kemudian ada pula bijih, kerak, dan abu logam, kertas atau karton, pakaian jadi
bukan rajutan, kayu dan barang dari kayu, serta timah.
Ekspor nonmigas ke Jepang Januari 2012 mencapai angka terbesar, yaitu
US$1,61 miliar, disusul Cina US$1,36 miliar dan Amerika Serikat US$1,20 miliar,
dengan kontribusi ketiganya mencapai 33,26 persen. Sementara ekspor ke Uni
Eropa (27 negara) sebesar US$1,60 miliar.
Menurut sektor, ekspor hasil industri Januari 2012 naik sebesar 2,08 persen
dibanding bulan yang sama tahun 2011, demikian juga ekspor hasil tambang
dan lainnya naik 14,82 persen sedangkan ekspor hasil pertanian turun sebesar
1,82 persen.
Nilai impor Indonesia Januari 2012 sebesar US$14,57 miliar atau turun 11,57
persen dibanding impor Desember 2011 yang besarnya US$16,48 miliar,
sedangkan jika dibanding impor Januari 2011 (US$12,56 miliar) naik 16,02
persen.
Impor nonmigas Januari 2012 sebesar US$11,58 miliar atau turun US$1,25 miliar
(9,72 persen) dibanding impor nonmigas Desember 2011 (US$12,83 miliar).
Sebaliknya jika dibanding Januari 2011 (US$9,57 miliar) maka terjadi
peningkatan, yaitu sebesar US$1,99 miliar atau 20,80 persen.
Impor migas Januari 2012 sebesar US$2,99 miliar atau turun US$0,66 miliar
(18,05 persen) dibanding impor migas Desember 2011 (US$3,65 miliar),
sedangkan jika dibanding impor bulan yang sama tahun sebelumnya (US$2,97
miliar) terjadi peningkatan US$0,02 miliar atau 0,58 persen.
Nilai impor nonmigas terbesar Januari 2012 adalah golongan barang mesin dan
peralatan mekanik dengan nilai US$2,32 miliar. Nilai ini turun 7,81 persen
(US$0,20 miliar) dibanding impor golongan barang yang sama Desember 2011
(US$2,52 miliar). Sementara itu, impor golongan barang tersebut meningkat
US$0,60 miliar (34,57 persen) dibanding impor golongan barang yang sama
Januari 2011 (US$1,72 miliar).
Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar Januari 2012 ditempati oleh
Cina dengan nilai US$2,53 miliar dengan pangsa 21,88 persen, diikuti Jepang
US$1,74 miliar (15,06 persen), dan Singapura US$0,85 miliar (7,31 persen).
Impor nonmigas dari ASEAN mencapai 20,94 persen, sementara dari Uni Eropa
sebesar 9,42 persen.
Nilai impor semua golongan penggunaan barang Januari 2012 dibanding impor
bulan yang sama tahun sebelumnya masing-masing meningkat, yaitu impor
barang konsumsi sebesar 8,71 persen, bahan baku/penolong sebesar 11,19
persen, dan barang modal sebesar 41,26 persen.
Barang Modal adalah barang yang digunakan untuk modal usaha seperti mesin,
suku cadang, komputer, pesawat terbang, dan alat-alat berat. produk impor
indonesia yang berupa hasil pertanian, antara lain, beras, terigu, kacang kedelai
dan buah-buahan. produk impor indonesia yang berupa hasil peternakan antara
lain daging dan susu.
Produk impor Indonesia yang berupa hasil pertambangan antara lan adalah
minyak bumi dan gas, produk impor Indonesia yang berupa barng industri antara
lain adalah barang-barang elektronik, bahan kimia, kendaraan. dalam bidang
jasa indonesia mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri.
2.4 Manfaat Melakukan Ekspor Impor
manfaat perdagangan internasional adalah sebagai berikut.
negara
melakukan
perdagangan
Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk
menjual produk tersebut.
Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat
hidup sendiri.
pengiriman barang sebagai barang konsinyasi belum ada pembeli yang tertentu
diluar negeri.
IV. Package-Deal
Dalam rangka memperluas pasaran hasil bumi Indonesia terutama dengan
negara sosialis, pemerintah adakalanya mengadakan perjanjian perdagangan
(trade agreement) dengan salah satu negara pada perjanjian ditetapkan
sejumlah barang tertentu akan diekspor ke negara itu dan sebaliknya dan dari
negara itu akan diimpor sejumlah jenis barang yang dihasilkan dari negara
tersebut dan yang kiranya kita butuhkan. Pada prinsipnya semacam barter,
namun terdiri dari aneka komoditi.
V. Penyelundupan (smuggling)
Di negara manapun hampir selalu ada, baik perorangan maupun badan-badan
usaha yang hanya memikirkan kepentingan dan keuntungan diri sendiri tanpa
mengindahkan peraturan yang berlaku. Ada saja dalam perdagangan luar negeri
golongan yang berusaha lolos dari peraturan pemerintah yang dianggapnya
merugikan kepentingannya.
BAB III
ISU ISU TERKINI TENTANG EKSPOR IMPOR INDONESIA
3.1 Masalah laporan merkuri dalam ikan ekspor indonesia
Menteri Kelautan dan Perikanan Syarif Cicip Sutardjo menegaskan ikan ekspor
dari Indonesia tak mengandung merkuri seperti tudingan Hong Kong. Pemerintah
belum mendapatkan surat resmi dari negara-negara pengimpor ikan Indonesia
terkait isu kandungan merkuri ikan Indonesia.
Demikian disampaikan Cicip menanggapi adanya pernyataan dari atase Hong
Kong mengenai tingginya kandungan Merkuri ikan dari Indonesia melebihi
standard yang ditentukan negara Hong Kong.
Belum ada laporan ke kami, karena kita juga banyak kirim ke negara ke Eropa,
ke Amerika, tidak pernah ada komplain resmi, ujarnya saat ditemui di Kantor
Kemenko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Selasa (24/1/2012).
Cicip menilai jika memang benar pernyataan pihak Hong Kong tersebut, maka
hal tersebut akan ditindaklanjuti dengan pihak lain. Namun, hal tersebut tidak
terjadi.
Begitu ada, pasti tempat-tempat lain akan terimbas, kalau betul, pasti negara
Amerika, Eropa juga akan mempertanyakan masalah ini. Belum tahu persis
karena saya belum dapat secara resmi soal itu, tandasnya.
Sebelumnya, Badan keamanan pangan Hong Kong atau Food and Environmental
Hygiene Department Hongkong (FEHDH) menemukan kandungan merkuri pada
ikan yang diimpor dari Indonesia tahun lalu. Kandungan logam murni pada ikan
dari Indonesia itu dinyatakan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku di Hong
Kong.
Laporan dari Atase Perdagangan Hong Kong 2011 itu menyebutkan, badan
keamanan pangan Hong Kong menemukan kandungan mercuri pada ikan dari
Indonersia sebesar 0,93 parts per million (bagian per juta). Sementara aturan
hukum yang berlaku di Hongkong yang memperbolehkan kandungan mercuri
maksimal sebesar 0,5 bagian per juta.
Selain itu, laporan dari Atase Perdagangan itu juga menyebutkan, ada sembilan
permintaan impor ikan dari Indonesia yang dipesan lewat Konsulat Jenderal
Indonesia di Hong Kong. Delapan dari pesanan impor tersebut datang dari
perusahaan asal Hong Kong dan satu perusahaan asal Indonesia.
3.2 Surplus neraca perdagangan Indonesia
Indonesia berhasil mencetak surplus neraca perdagangan US$ 25,15 miliar
selama periode Januari hingga November 2011. Pada periode 10 bulan di tahun
2011 itu,
Indonesia berhasil mencetak nilai ekspor US$ 186,11 miliar, sementara nilai
impor sebesar US$ 160,96 miliar.
Demikian disampaikan Plt Kepala BPS Suryamin dalam konferensi pers di kantor
BPS, Jalan DR Sutomo, Jakarta, Senin (2/1/2012).
Khusus selama bulan November 2011, nilai ekspor Indonesia mencapai US$
16,92 miliar atau naik 8,25 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2010.
Namun, angka tersbut mengalami turun 0,2 persen jika dibandingkan bulan
Oktober 2011. Untuk ekspor non migas sebesar US$ 13,74 miliar, sementara
migas senilai US$ 3,19 miliar.
Nilai ekspor Indonesia selama Januari-November yang mencapai US$ 186,11
miliar itu berarti naik 32,04 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun
2010.
Untuk ekspor nonmigas pada Januari hingga November totalnya USD 148,45
miliar, jelasnya.
Suryamin menyatakan ekspor terbesar masih komoditas Bahan bakar Mineral
senilai US$ 24,66 miliar dan lemak serta minyak hewan nabati sebesar US$
19,72 miliar.
Sementara negara terbesar tujuan ekspor yaitu China senilai US$ 19,45 miliar,
Jepang US$ 16,74 miliar, Amerika Serikat US$ 14,4 miliar, ASEAN US$ 29,69
miliar dan Uni Eropa US$ 18,75 miliar.
Nilai Impor
Untuk nilai impor pada bulan November tercatat sebesar US$ 15,4 miliar atau
naik 18,37 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun 2010, tetapi
Sejak tahun 1987 ekspor Indonesia mulai didominasi oleh komoditi non
migas dimana pada tahun-tahun sebelumnya masih didominasi oleh
ekspor migas. Pergeseran ini terjadi setelah pemerintah mengeluarkan
serangkaian kebijakan dan deregulasi di bidang ekspor, sehingga
memungkinkan produsen untuk meningkatkan ekspor non migas.
Banyak cara untuk melakukan kegiatan eskpor impor dengan Negara lain
yang membuat produsen tidak pusing memikirkan bagaimana
mengekspor barang atau mengimpor barang dari dan keluar negeri.
SARAN
Banyaknya masalah yang terjadi dengan adanya kegiatan ekspor impor ini
sehingga pemerintah dituntut untuk melakukan kebijakan yang benar dan
tepat sasaran.