Disusun Oleh:
ROSLANI EKA MURNIATI
PENDAHULUAN
Sektor industri diyakini sebagai sektor yang memegang peranan penting dalam
pelaksanaan pembangunan ekonomi. Data BPS pada tahun 2015 menunjukkan
sektor industri berkontribusi sebesar 18.18% pada PDB Indonesia non-migas atas
dasar harga konstan. Kontribusi sektor industri terhadap PDB Indonesia adalah
yang paling besar dibandingkan dengan sektor lain.
Salah satu sektor industri yang menjadi andalan Indonesia adalah industri Tektil
dan Produk Tekstil (TPT). Di tahun 2013, sumbangan terbesar dalam ekspor TPT
Indonesia berasal dari ekspor pakaian jadi yang mencapai 60,86%, diikuti oleh
ekspor serat dan benang sebesar 36,03% dan ekspor kain sebesar 3,10%
dengan Amerika Serikat sebagai negera tujuan ekspor TPT terbesar mencapai
32,29% dari total ekspor TPT Indonesia ke dunia negara tujuan ekpor. Negara
tujuan ekpor Indonesia antara lain adalah Amerika Serikat, Jepang, Turki, Korea
Selatan, Inggris, Uni Emirat Arab, RRT, Brasilia, Malaysia, Belgia, Italia, Belanda,
Spanyol, Kanada, Saudi Arabia, Thailand, Prancis, Vietnam, dan Taiwan
(kargonews.com).
Indonesia yang merupakan salah satu negara produsen dan eksportir TPT
terbesar di dunia memandang bahwa perdagangan global merupakan peluang
bagi kegiatan ekspor TPT yang cukup terbuka. Di sisi lain hal ini dipandang
sebagai tantangan untuk meningkatkan daya saing agar dapat menghasilkan
TPT yang semakin kompetitif di pasar internasional. Kinerja dari industri pakaian
jadi masih sangat berpeluang untuk dapat terus ditingkatkan mengingat masih
adanya beberapa tantangan dan hambatan yang harus dilalui (Fanani, 2009).
Dalam tulisan ini Amerika Serikat adalah negara mitra dagang yang strategis
bagi Indonesia sendiri. Amerika Serikat yang sebagai negara tujuan ekspor,
merupakan salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Alasan
pemilihan di bidang industri pakaian jadi adalah dikarenakan saat ini Amerika
Serikat memiliki marker share paling luas dari TPT Indonesia. Kondisi ini
menjadikan Amerika Serikat sebagai pangsa pasar yang potensial dari segi
industri.
Terdapat perubahan dalam perkembangan volume ekspor TPT Indonesia ke
Amerika Serikat terkait aktivitas perekonomian global. Beberapa factor yang
mempengaruhi perkembangan volume ekspor pakaian jadi Indonesia antara lain
harga volume ekspor per ton, PDB dan kurs Rupiah. Oleh sebab itu perlu untuk
mengetahui pengaruh harga, PDB Amerika Serikat dan nilai tukar Rupiah
terhadap dollar (kurs Rupiah) secara simultan dan parsial terhadap volume
ekspor pakaian jadi Indonesia tahun 2000-2014.
KAJIAN PUSTAKA
A.
1.
Perdagangan Internasional
Definisi perdagangan internasional
Faktor pendorong
negara
melakukan
perdagangan
b.
c.
d.
Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi
e.
Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk
menjual produk tersebut.
f.
Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja,
budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil
produksi dan adanya keterbatasan produksi.
g.
h.
Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari
negara lain.
i.
Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat
hidup sendiri.
B.
Harga
Harga barang merupakan aspek pokok dalam pembahasan teori ekonomi dan
pembentukan harga dari suatu barang terjadi di pasar melalui suatu mekanisme.
Dalam mekanisme ini terdapat dua kekuatan pokok yang saling berinteraksi,
yaitu penawaran dan permintaan dari barang tersebut. Apabila pada suatu
tingkat tertinggi kuantitas barang yang diminta melebihi kuantitas barang yang
ditawarkan maka harga akan naik, sebaliknya bila kuantitas barang yang
ditawarkan pada harga tersebut lebih (Purba, 2011).
C.
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Produk (GDP), dalam
pengertiannya menurut definisi para ahli mengatakan bahwa pengertian Produk
Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Produk (GDP) adalah jumlah produksi
barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi pada suatu daerah di
saat tertentu. Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan alat pengukur dari
pertumbuhan ekonomi dimana alat pengukur pertumbuhan ekonomi adalah PDB,
PDB perkapita dan Pendapatan per jam Kerja. Sebagai alat pengukur dalam
pertumbuhan ekonomi PDB memiliki rumus dalam mencari PDB dan PDB juga
memiliki empat komponen sebagai berikut.
Komponen-Komponen Produk Domestik Bruto
a. Konsumsi rumah tangga
b. Investasi
c. Konsumsi pemerintah
d. Ekspor bersih, yang merupakan selisih dari total ekspor dan impor.
Rumus Mencari PDB
Berdasarkan komponen-komponen tersebut, maka dirumuskan seperti dibawah
ini:
PDB = C + I + G + (X-M)
Keterangan:
C: Konsumsi rumah tangga
I: Investasi
G: Konsumsi pemerintah
X: Ekspor
M: Impor
Dari rumus tersebut, dapat dijelaskan bahwa apabila konsumsi bertambah
makan akan berpengaruh pada PDB yang akan meningkat pula. Begitu juga
dengan Investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor bersih apabila mengalami
peningkatan maka jumlah PDB akan meningkat, hal ini dikarenakan komponenkomponen tersebut berada dalam satu fungsi linier. Oleh karena itu, setiap
negara selalu berusaha untuk meningkatkan konsumsi, investasi, pengeluaran
pemerintah, dan nilai ekspor bersih.
Secara kasar PDB dapat dijadikan ukuran kesejahteraan ekonomi suatu negara,
akan tetapi ukuran ini tidak terlalu tepat. Mengapa dikatakan tidak tepat karena
jika hanya melihat PDB, perhitungan tersebut masih mengabaikan faktor jumlah
penduduk. (http://www.artikelsiana.com)
D.
Kehidupan perekonomian global dewasa ini, hampir tidak ada satupun negara di
dunia yang dapat menghindarkan perekonomiannya dari pengaruh pergerakan
valuta asing, khususnya dari hard currencies (valuta asing yang nilainya kuat)
seperti US Dollar. USD telah menjadi semacam mata uang internasional sehingga
setiap negara mengandalkan mata uang ini. Contoh sederhana yaitu semua
negara pasti mencadangkan devisanya dalam bentuk dollar. Selain itu kegiatan
ekspor maupun impor selalu berpatokan pada mata uang ini.
Nilai tukar (kurs) mata uang asing adalah harga di mana penjualan atau
pembelian valuta asing berlangsung atau jumlah uang dalam negeri yang harus
dibayarkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Di dunia terdapat 3
macam sistem penetapan nilai tukar, sistem tersebut meliputi:
1.
Sistem nilai tukar tetap dan stabil diperlukan agar arus perdagangan dan
investasi internasional atau antar negara dapat berjalan lancar.
2.
Dalam sistem ini nilai tukar atau forex rate suatu mata uang atau valas
ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran pada bursa valuta asing.
3.
Sistem nilai tukar ini dilakukan dengan mengaitkan nilai mata uang suatu negara
dengan nilai mata uang negara lain atau sejumlah mata uang tertentu. Sistem ini
dilakukan oleh beberapa negara di Afrika yang mengaitkan nilai mata uangnya
dengan mata uang Prancis.
METODE TULISAN
A.
1.
Variabel Tulisan
Identifikasi Variabel
Variabel terikat adalah variabel yang dalam tulisan tergantung atau dipengaruhi
oleh variabel bebas. Dalam tulisan ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah
Volume Ekspor Pakaian Jadi. Dalam tulisan ini menggunakan data Volume Ekspor
Pakaian Jadi tahunan yang ada di Badan Pusat Statistik Indonesiamulai tahun
2000-2014.
b.
Variabel ini diukur dengan koefisien slope regresi dari Volume Ekspor Pakaian Jadi
dan tingkat Harga volume per ton. Adapun koefisien slope regresi adalah sebagai
berikut :
Y = a + X1 + e
2)
PDB AS
Variabel ini diukur dengan koefisien slope regresi dari Volume Ekspor Pakaian Jadi
dan tingkat PDB AS. Adapun koefisien slope regresi adalah sebagai berikut :
Y = a + X2 + e
3)
Y = a + X3 + e
Nilai Tukar Rupiah adalah harga mata uang Rupiah dalam ukuran mata uang
asing (USD). Variabel ini diukur dengan koefisien slope regresi dari Volume
Ekspor Pakaian Jadi dan nilai tukar Rupiah. Adapun koefisien slope regresi adalah
sebagai berikut :
B.
Populasi dalam tulisan ini meliputi data tingkat Harga volume per ton, PDB
AS nilai tukar Rupiah dan Volume Ekspor Pakaian Jadi.
Setelah penentuan populasi, langkah selanjutnya yang diambil adalah
menentukan sampel yang diteliti. Adapun sampel dalam tulisan ini adalah
data tahunan dari data tingkat Harga volume per ton, PDB AS, nilai tukar Rupiah
dan Volume Ekspor Pakaian Jadi di Badan Statistik Indonesia dan trading
economics.
C.
Pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan penting, karena dalam teknik
pengumpulan data ini diperoleh data yang akan dianalisis dan hasilnya disajikan
sehingga dapat ditarik kesimpulan. Adapun teknik pengumpulan data dalam
tulisan ini adalah dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh
dengan cara mengambil data dari catatan yang dilakukan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena tertentu dari suatu objek yang diteliti. Dalam
tulisan ini menggunakan data sekunder yaitu data yang diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti. Data sekunder yang digunakan antara lain :
1.
Dari sumber ini diperoleh data Volume Ekspor Pakaian Jadi, Harga Volume per
ton, dan Kurs (Nilai Tukar Rupiah).
2.
id.tradingeconomics.com
Teknik Analisis
Analisis data adalah suatu usaha untuk dapat menemukan jawaban dalam suatu
tulisan. Tujuan analisis data adalah menyederhanakan data ke dalam bentuk-
Analisis Deskriptif
Analisis
ini
digunakan
untuk
menganalisis,
mendeskripsikan
menggambarkan karakteristik dari variabel-variabel yang digunakan.
2.
atau
1)
Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji Normalitas bisa
dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Kaidah
pengambilan keputusan terhadap uji normalitas data adalah apabila
nilai asymptotic significance lebih besar dari 5 % maka dikatakan normal dan
apabila lebih kecil dari 5 % dikatakan tidak normal.
2)
Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti adanya hubungan yang kuat antar variabel bebas yang
satu dengan yang lain dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah yang
tidak terdapat korelasi linier / hubungan yang kuat antara variabel bebasnya. Jika
dalam model regresi terdapat gejala multikolinieritas, maka model regresi
tersebut tidak dapat menaksir secara tepat sehingga diperoleh kesimpulan yang
salah tentang variabel yang diteliti. Pengujian gejala multikolinieritas dengan
cara mengkorelasikan variabel bebas yang satu dengan variable bebas yang lain.
Ghozali (2005, h.91) mengemukakan bahwa multikolinieritas dapat dilihat dari
nilai tolerance atau Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel.
Jika nilai toleransi < 0,10 atau VIF >10 maka terdapat multikolinieritas dan
sebaliknya apabila VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.
3)
Uji Heterokedastisitas
Uji Autokorelasi
d < dU
dL < d < dU
: menolak Ho
d < 4-dU
: menerima Ho
b.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas tingkat
Harga volume per ton , dan nilai tukar Rupiah, terhadap variabel terikat Volume
Ekspor Pakaian Jadi. Adapun persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1+b2X2+b2X3+bnXn
Y
a
b1,b2,b3
X1, X2, X3
= variabel terikat
= konstanta
= koefisien regresi
= variabel bebas Uji Hipotesis
1)
Uji F
Uji F digunakan untuk menguji kebenaran pengaruh dari seluruh variabel bebas
secara simultan (serentak) terhadap variabel terikat, langkah-langkah dalam uji F
antara lain:
a)
Merumuskan hipotesis
Di mana;
R
= koefisien determinasi
= jumlah sampel
d)
Uji t
Merumuskan hipotesis
pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel bebas (X1) terhadap
variabel terikat (Y)
b)
Menentukan tingkat signifikansi atau level of significance () = 5 % dengan
degree of freedom (df) (n-k-1) di mana k adalah jumlah variabel bebas.
c)
Tahun
Volume
(Ton)
Perkembang Presenta
Nilai
FOB
an
Volume se (%)
(Ribu USD)
(Ton)
2000
143.709,4
2.013.088,0
2001
153.782,0
1.943.387,7
10.072,6
0,070
2002
131.590,3
1.787.856,5
-22191,7
-0,144
2003
129.050,4
1.918.348,6
-2539,9
-0,019
2004
138.082,3
2.218.365,3
9031,9
0,070
2005
176.157,4
2.761.689,2
38075,1
0,276
2006
213.743,2
3.419.024,2
37585,8
0,213
2007
223.923,3
3.526.943,8
10180,1
0,048
2008
229.265,4
3.576.817,2
5342,1
0,024
2009
220.391,9
3.330.977,0
-8873,5
-0,039
2010
261.045,8
3.935.568,3
40653,9
0,184
2011
249.390,9
4.342.369,0
-11654,9
-0,045
2012
238.735,1
3.872.148,7
-10655,8
-0,043
2013
244.384,2
3.887.406,8
5649,1
0,024
2014
226.879,7
3.758.453,5
-17504,5
-0,072
perluasan ekspor pakaian jadi pada tahun tesebut dan menunjukkan kenaikan
permintaan oleh negara tersebut. Penurunan terbesar ekspor pakaian jadi yang
terjadi dari negara Amerika Serikat tersebut sebesar -0,14 persen atau di angka
FOB yaitu 1.787.856,5 ribu USD di tahun 2002. Turunnya harga pakaian jadi
mempengaruhi angka PDB Indonesia atas tekstil secara langsung pada tahun
yang bersangkutan.
Ahli ekonomi seperti Adam Smith menyatakan bahwa dengan adanya
perdagangan luar negeri dapat memberikan sumbangan yang akhirnya dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan internasional
merupakan kegiatan ekspor yang sangat berpengaruh pada keadaan ekonomi di
suatu negara, salah satunya dapat meningkatkan penerimaan negara.
Tabel 2
Perkembangan Volume, Harga Volume/ton, PDB Amerika Serikat, dan Kurs tahun 20
Perubahan
Harga
Volume
(USD)
Tahu
n
Volume
(Ton)
Harga
Volume/Ton
(USD)
PDB
AS (Miliar
USD)
Kurs
(Rp)
2000
143.709,4
0
14.008,05
10.500,00
9.595,0
0
2001
153.782,0
0
12.637,29
11.000,00
10.400,
00
10.072,60
2002
131.590,3
0
13.586,54
11.500,00
8.940,0
0
(22.191,70)
949,25
2003
129.050,4
0
14.865,11
12.100,00
8.465,0
0
(2.539,90)
1.278,57
2004
138.082,3
0
16.065,53
12.500,00
9.290,0
0
9.031,90
1.200,42
2005
176.157,4
0
15.677,40
13.100,00
9.830,0
0
38.075,10
2006
213.743,2
0
15.995,94
13.855,90
9.020,0
0
37.585,80
2007
223.923,3
0
15.750,68
14.477,63
9.419,0
0
10.180,10
(245,27)
2008
229.265,4
0
15.601,21
14.718,58
10.950,
00
5.342,10
(149,47)
2009
220.391,9
15.113,88
14.418,73
9.400,0
(8.873,50)
(487,33)
Perubahan Vo
lume (Ton)
(1.370,76)
(388,13)
318,55
2010
261.045,8
0
15.076,16
14.964,40
8.991,0
0
40.653,90
2011
249.390,9
0
17.411,90
15.517,93
9.068,0
0
(11.654,90)
2012
238.735,1
0
16.219,44
16.155,25
9.670,0
0
(10.655,80)
(1.192,46)
2013
244.384,2
0
15.906,95
16.663,15
12.189,
00
5.649,10
(312,49)
2014
226.879,7
0
16.565,84
17.348,08
12.440,
00
(17.504,50)
(37,72)
2.335,74
658,89
Sumber: Badan Pusat Statistik dan trading economics (data diolah), 2016
Sumber: Badan Pusat Statistik dan trading economics (data diolah), 2016
tahun 2009 sebesar US$ 487,33 Volume/Ton. Sedangkan tahun 2010 sebesar
US$37,72. Tahun 2011 harga pakaian jadi Indonesia mengalami peningkatan
paling tinggi sebesar US$ 2.335,74 Volume/Ton selama tahun 2000-2014. Pada
tahun 2012 harga atas pakaian jadi Indonesia kembali melemah di angka
US$16.219,44 Volume/Ton. Begitu pula tahun 2013, harga pakaian jadi turun
kembali US$312,49. Peningkatan permintaan membuat harga pakaian jadi
Indonesia meningkat sebesar US$16.565,84 atau sebesar US$658,89 pada tahun
2014.
Secara teori hukum penawaran merupakan keterkaitan antara barang dengan
jumlah barang yang ditawarkan. Dalam perdagangan internasional, volume
ekspor menggambarkan jumlah barang yang ditawarkan. Sehingga semakin
tinggi harga barang maka jumlah ekspor juga meningkat, demikian apabila harga
barang yang diekspor menurun maka volume ekspor juga menurun dengan
asumsi cateris paribus.
B.
PDB Amerika Serikat terhadap volume ekspor
Indonesia ke Negara Amerika Serikat tahun 2000-2014
pakaian
jadi
Pada kolom Produk Domestik Bruto atas harga konstan Negara Amerika Serikat
sepanjang tahun 2000-2014 menunjukkan perkembangan yang positif dan
cenderung meningkat. Peningkatan sebesar 500 Milyar USD pada tahun 2001
dibanding tahun 2000 menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto negara
Amerika Serikat mengalami pertumbuhan. Tahun 2001 PDB AS kembali naik
sebesar 500 Milyar USD atau di angka 11.500 Milyar USD. Begitu juga untuk
enam tahun berikutnya yang mengalami perkembangan positif yaitu 600 Milyar
USD pada tahun 2003, 400 Milyar USD tahun 2004, 600 Milyar USD pada tahun
2005, 755,90 Milyar USD di tahun 2006, sebesar 621,73 Milyar USD untuk tahun
2007 dan sebesar 240,95 Milyar USD pada tahun 2008. Memasuki tahun 2009,
PDB Amerika Serikat mengalami penurunan sebesar 299,85 milyar USD atau di
angka 14.418,73 milyar USD apabila dilihat dari perkembangannya.
Memasuki tahun 2010 PDB yang dimiliki Amerika Serikat mengalami kenaikan di
titik 14.964,40 Milyar USD. Tahun 2011, PDB AS meningkat 553,53 Milyar USD,
sebesar 637,32 Milyar USD pada tahun 2012, 507,90 Milyar USD di tahun 2013
dan sebesar 684,93 Milyar USD pada tahun 2014.
Teori Keynes yang menyatakan bahwa pendapatan mempengaruhi besar
kecilnya impor. Apabila PDB per kapita Negara Amerika Serikat mengalami
peningkatan, maka bagi negara Amerika Serikat sendiri akan mengurangi
volume ekspornya. Meningkatnya PDB per kapita mengindikasikan adanya
kenaikan daya beli masyarakatnya dan berimplikasi pada meningkatnya
permintaan sehingga mengurangi volume komoditas yang akan di ekspor.
Menurut Trivena (2013) menyatakan bahwa dua mata uang berbeda yang
ditukarkan disebut sebagai kurs, serta diasumsikan sebagai komparasi harga
dan/atau nilai antara mata uang kedua Negara. Oleh karena itu perdagangan
antar negara dilakukan demi menjauhkan terjadinya defisit anggaran yang
terlalu tinggi dengan memerhatikan mata uang yang sifatnya universal seperti
US$. Dilihat dari Gambar harga, produk domestik bruto negara Amerika Serikat,
dan kurs dollar terhadap rupiah ke negara amerika serikat tahun 2000-2014,
perkembangan kurs dollar Amerika Serikat dari tahun 2000-2014 mengalami
fluktuasi.
Kembali bergairahnya perdagangan global Indonesia dan meningkatnya ekspor
menyebabkan kurs atau nilai tukar rupiah terhadap dollar menguat 0,14 persen
atau sebesar Rp1.460 pada tahun 2002. Lalu kembali menguat pada tahun 2003
sebesar Rp475 atau 0.05 persen. Namun menguatnya rupiah terhadap dollar AS
ini tidak dapat dipertahankan di tahun 2004 yang melemah 0,10 persen. Tahun
2005 nilai tukar Rupiah melemah 0,06 persen. Pada tahun 2006 menguat
sebesar 0,80 persen atau sebesar Rp810. Rupiah melemah 0,04 persen pada
tahun 2007 dan 0,16 pada tahun 2008.
Memasuki tahun 2009 rupiah cukup menguat yaitu sebesar Rp1.550 atau di 0,14
persen. Kemudian disusul dengan sedikit kembali menguat nilai tukar rupiah
pada tahun 2010 yaitu di angka 0,04 persen atau sebesar Rp409. Penguatan
rupiah ini dipicu oleh kembali menguatnya perekonomian global yang dimulai di
awal April 2009. Memasuki tahun 2011 rupiah kembali melemah 0,01 persen
persen. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah meningkat terus. Melemahnya rupiah
ini berlanjut hingga tahun 2012 yaitu sebesar Rp602 atau mengalami depresiasi
0,07 persen. Tahun 2013 rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,26 persen atau
berada pada level Rp12.189 per 1 dollar AS.
Memasuki tahun 2014, nilai tukar rupiah kembali melemah atau depresiasi
sebesar 0,02 persen atau sebesar Rp251. Menurut BI, sepanjang tahun 2014,
euro melemah 13 persen dan yen melemah 12 persen. kebijakan moneter
(quantitative easing/QE) diambil agar pasar mata uang pemakai euro dan yen
lebih kompetitif. Imbasnya, kondisi ekonomi negara-negara berkembang menjadi
tak stabil dan mata uang mereka cenderung melemah.
D.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis maka harus dilakukan Uji Asumsi Klasik.
Salah satu syarat untuk bisa menggunakan persamaan regresi berganda adalah
terpenuhi asumsi klasik. Persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah
terbatas dari uji normalitas, multikolinieritas, heterokedastisitas, dan
autokorelasi:
1.
Uji Normalitas
probabilitas hasil Kolmogorov Smirnov lebih besar dari 0,05 (5%) maka
terdistribusi normal dan apabila sebaliknya maka terdistribusi tidak normal.
Tabel 3
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N
16
.0000000
Std. Deviation
Most
Extreme Absolute
Differences
Positive
Negative
2.04879838E4
.132
.109
-.132
Kolmogorov-Smirnov Z
.527
.944
Sumber: Badan Pusat Statistik dan trading economics (data diolah), 2016
Hasil pengujian menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,94% > 0,05 sehingga
asumsi normalitas terpenuhi.
2.
Uji Multikolinieritas
Tabel 4
Model
1 (Constant)
236176.2
9281.85
22
5
Harga
per
-11.291 18.559
Volume Ekspor
PDB AS
Kurs Rupiah
Standardized
Coeff.
Collinearity
Statistics
Toleranc
Sig. e
VIF
-.03
.969
9
-.209
-.60
.555 .335
8
2.987
29.521
12.497
.939
2.36
.038 .250
2
4.007
-3.785
14.491
-.068
-.26
.799 .589
1
1.697
Sumber: Badan Pusat Statistik dan trading economics (data diolah), 2016
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk variabel independen (tingkat
Harga volume per ton, PDB AS, dan Kurs) tidak terjadi multikolinieritas dengan
ditunjukkan nilai VIF yang lebih kecil dari 10.
3.
Uji Heterokedastisitas
Tabel 5
Uji Heteroskedastisitas
Harga per
PDB
Volume
AS
Ekspor
Spearma Harga
n's rho
Volume
Ekspor
per Correlation
Coefficient
PDB AS
Kurs
Unstandardi
Rupiah zed Residual
1.000
.732** .236
-.132
Sig. (2-tailed)
.002
.398
.639
15
15
15
15
Correlation
Coefficient
.732**
1.000 .389
-.189
Sig. (2-tailed)
.002
.152
.499
15
15
15
15
.236
.389
1.000 -.111
Sig. (2-tailed)
.398
.152
.694
15
15
15
15
-.132
-.189
-.111
1.000
Sig. (2-tailed)
.639
.499
.694
15
15
15
15
Unstandardi Correlation
zed Residual Coefficient
Sumber: Badan Pusat Statistik dan trading economics (data diolah), 2016
Hasil pengujian di atas menunjukkan semuanya nilai Sig. > 0,05 berarti tidak
terdapat gejala heteroskedastisitas atau H0 diterima. sehingga asumsi
heteroskedastisitas tidak terpenuhi.
4.
Uji Autokorelasional
Watson yang bisa dilihat dari hasil regresi uji berganda. Secara konvensional
dapat dikatakan bahwa suatu Durbin Watson mendekati dua atau lebih. Aturan
keputusannya adalah jika nilai DW lebih kecil dari minus dua (-2), maka bisa
diartikan terjadi gejala autokorelasi positif. Jika nilai DW lebih besar dari dua (2),
maka bisa diartikan terjadi gejala autokorelasi negatif. Sedangkan jika nilai DW
antara minus dua (-2) sampai dua (+2), maka dapat diartikan tidak terjadi gejala
autokorelasi. Dari pengujian yang telah dilakukan didapatkan nilai Durbin Watson
sebesar 1,424 yang berarti terjadi tidak terjadi gejala autokorelasi. Berikut hasil
perhitungan.
Tabel 4
Uji Autokorelasi Variabel
Model R
R
Square
.753a .567
Std. Error
Adjusted R
of
the Durbin-Watson
Square
Estimate
.449
48838.664
1.424
25
E.
1.
Variabel
T hitu
Keterangan
Koef. Regresi (B) ng
Sig.
Konstan
-9281.855
Harga
Ekspor
per
Volume
.555
Tidak Signifikan
-11.291
-.608
PDB AS
29.521
Kurs Rupiah
-3.785
-.261
Sumber: Badan Pusat Statistik dan trading economics (data diolah), 2016
Variabel bebas pada regresi ini adalah harga volume per ton (X1), PDB AS (X2),
dan nilai tukar Rupiah (X3), sedangkan variabel terikatnya adalah tingkat Volume
ekspor pakaian jadi (Y). Model regresi berdasarkan analisis diatas adalah:
Y = -9281.855 + -11.291X1 + 29.521X2+ -3.785X3 + e
Adapun interpretasi dari persamaan tersebut adalah:
a.
a = -9281.855
Nilai ini merupakan nilai konstanta, yaitu estimasi Volume Ekspor Pakaian Jadi.
Nilai konstan ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel harga volume
per ton (X1), PDB AS (X2), dan nilai tukar Rupiah (X3), maka nilai Volume Ekspor
Pakaian Jadi sebesar -9281.855.
b.
b1 = -11.291
Nilai parameter atau koefisien regresi b1 ini menunjukkan apabila setiap variabel
harga volume per ton (X1) meningkat 1 % maka Volume Ekspor Pakaian Jadi
akan menurun sebesar 11.291 poin, dengan asumsi variabel yang lain tetap.
c.
b2 = 29.521
Nilai parameter atau koefisien regresi b2 ini menunjukkan apabila setiap variabel
tingkat PDB AS (X2) meningkat 1 % maka Volume Ekspor Pakaian Jadi akan
meningkat sebesar 29.521 poin, dengan asumsi variabel yang lain tetap.
d.
B3 = -3.785
Nilai parameter atau koefisien regresi b3 ini menunjukkan apabila setiap variabel
tingkat nilai tuka Rupiah (X3) meningkat 1 % maka Volume Ekspor Pakaian Jadi
akan menurun sebesar 3.785 poin, dengan asumsi variabel yang lain tetap.
2.
a.
Sum
Squares
1 Regressio
3.431E10
n
of
df
Mean
Square
Sig.
1.144E10
4.795
.023a
2.385E9
Residual
2.624E10
11
Total
6.055E10
14
Sumber: Badan Pusat Statistik dan trading economics (data diolah), 2016
Pada pengujian ini besarnya F signifikan pada 10%, maka Ho ditolak atau H1
diterima. Selanjutnya berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil Uji t dan
besarnya t tabel :
Tabel 9
Hasil Uji t
Unstandardized
Coef.
Model
1 (Constant)
236176.2
9281.85
22
5
Kurs Rupiah
Collinearity
Sig. Statistics
Toleranc
e
VIF
Harga
per
-11.291 18.559
Volume Ekspor
PDB AS
Standardized
Coef.
-.03
.969
9
-.209
-.60
.555 .335
8
2.987
29.521
12.497
.939
2.36
.038 .250
2
4.007
-3.785
14.491
-.068
-.26
.799 .589
1
1.697
Sumber: Badan Pusat Statistik dan trading economics (data diolah), 2016
1)
Variabel Harga volume per ton (X1) tidak signifikan di 5%. Dengan demikian
pengujian menunjukkan Ho diterima atau H1 ditolak. Hasil ini memperlihatkan
bahwa variabel tingkat harga volume per ton tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi.
2)
Variabel
tingkat kurs (X3) tidak signifikan. Dengan
demikian
pengujian
menunjukkan H1 ditolak atau Ho diterima. Hasil ini memperlihatkan bahwa
variabel tingkat kurs tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Volume
Ekspor Pakaian Jadi.
Kesimpulan yang didapat dari hasil pengujian hipotesis di atas adalah bahwa
seluruh variabel bebas (harga volume per ton, PDB AS, dan nilai tukar Rupiah)
berpengaruh signifikan secara simultan (serentak) terhadap variabel terikat,
yaitu Volume Ekspor Pakaian Jadi, namun secara parsial hanya variabel PDB AS
(X2) yang berpengaruh signifikan terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi,
sedangkan variabel tingkat Harga volume per ton (X1) dan kurs (X3) tidak
berpengaruh signifikan.
3.
Koefisien regresi harga volume per ton sebesar -11.291 dan tidak signifikan di 5
%, hal ini menunjukkan apabila harga volume per ton meningkat sebesar 1 %
akan menyebabkan turunnya Volume Ekspor Pakaian Jadi sebesar 11.291 poin,
dengan asumsi variabel lainnya konstan. Nilai ini menunjukkan bahwa
variabel harga volume per ton berpengaruh secara signifikan terhadap Volume
Ekspor Pakaian Jadi. Namun secara parsial (individu) variabel tingkat harga
volume per ton tidakberpengaruh signifikan terhadap Volume Ekspor Pakaian
Jadi.
Berdasarkan hasil pengujian di atas, variabel harga volume per ton sebagai
variabel bebas berpengaruh dengan arah negatif terhadap Volume Ekspor
Pakaian Jadi, atau dapat diartikan kenaikan tingkat harga volume per
ton akan menurunkan Volume Ekspor Pakaian Jadi, begitu juga sebaliknya.
Hal
ini
sejalan
dengan hukum
permintaan bahwa naiknya harga
produk merupakan sinyal negatifbagi pembeli.
b.
Koefisien
regresi
tingkat PDB
AS sebesar 29.521 dan signifikan
di
5
% menunjukkan apabila tingkat PDB AS naik sebesar 1 % menyebabkan naiknya
Volume Ekspor Pakaian Jadi sebesar 29.521poin dengan asumsi variabel lainnya
konstan. Namun secara parsial (individu) variabel tingkat PDB ASberpengaruh
signifikan terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi.
Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa peningkatan Harga volume
per ton merupakan sinyal positif bagi volume ekspor pakaian jadi Indonesia ke
negara Amerika Serikat.
c.
Koefisien regresi harga volume per ton sebesar -3.785 dan tidak signifikan di 5
%, hal ini menunjukkan apabila nilai tukar Rupiah meningkat sebesar 1 % akan
menyebabkan turunnya Volume Ekspor Pakaian Jadi sebesar -3.785 poin, dengan
asumsi
variabel
lainnya
konstan.
Nilai
ini
menunjukkan
bahwa
variabel kurs berpengaruh secara signifikan terhadap Volume Ekspor Pakaian
Jadi. Namun secara parsial (individu) variabel tingkat kurs tidak berpengaruh
signifikan terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi.
Berdasarkan hasil pengujian di atas, variabel kurs sebagai variabel bebas
berpengaruh dengan arahnegatif terhadap Volume Ekspor Pakaian Jadi, atau
dapat diartikan kenaikan tingkat kurs akanmenurunkan Volume Ekspor Pakaian
Jadi, begitu juga sebaliknya.
Kesimpulan
Saran
1.
Produk Domestik Bruto negara Amerika Serikat berperan dominan atas nilai
ekspor pakaian jadi Indonesia ke Negara Amerika Serikat, disarankan dalam
melakukan ekspor lebih memerhatikan perkembangan daya konsumsi
masyarakat terkait pakain jadi Indonesia, karena pertumbuhan PDB suatu negara
menunjukan kekuatan daya beli masyarakat.
2.
Penentuan kebijakan-kebijakan pemerintah dilakukan dengan tepat
sehingga menjaga stabilitas aktivitas ekspor dan impor di Indonesia sesuai
harapan yang ditargetkan.
REFERENSI
https://www.academia.edu/11009500/PENGARUH_KURS_DAN_INFLASI_TERHADAP
_IHSG
http://www.artikelsiana.com/2014/11/pengertian-produk-domestik-brutopdb.htmlhttp://id.tradingeconomics.com/united-states/gdp
https://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1024
http://www.kargonews.com/
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15563 - Analisis integrasi vertikal
industri pakaian jadi (garmen) di indonesia dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
https://www.unud.ac.id/in/tugas-akhir1106105052.html