Anda di halaman 1dari 38

i

Terbitnya Asa
di
Ufuk Barat

KISAH PERJALANAN HIDUP


Halkim Mustamin

2015
ii

Kata Pengantar
Setiap
hidupnya

orang

memiliki

masing-masing.

Ada

kisah
kisah

perjalanan
hidup

yang

menarik, mengesankan maupun kisah hidup yang


memilukan, namun kisah hidup itu terkadang hanya
menjadi kisah perjalanan hidup yang dilupakan. Tidak
sedikit kisah perjalanan hidup orang-orang menjadi
inspirasi hidup menuju kesuksesan.
Kisah perjalanan hidup ini ditulis sebagai bahan
bacaan

dan

semoga

pesan

didalamnya

menjadi

motivasi bagi pembacanya. Kisah yang dituliskan


murni hasil pemikiran dan perjalanan hidup penulis.
Sebagian nama dalam tulisan ini sengaja disamarkan
untuk menjaga nama baik nama tokoh yang dimaksud.
Tulisan ini tidaklah menarik seperti tulisan,
buku atau biografi yang sudah ada sebelumnya.
Tulisan ini dirangkum dari buku harian penulis,
sehingga

bahasa

yang

digunakan

sesuai

dengan

bahasa penulis. Sehingga, penulis menyadari masih


banyak kekurangan dalam penulisan ini. Semoga
tulisan berikutnya jauh lebih baik lagi.
Mamuju, 6 Desember 2015
Penulis,
Halkim Mustamin

iii

CINTA AKHIR KULIAH


Kumulai mencoba untuk menulis sebuah kisah
hidup dari seorang perantau yang penuh dengan cerita
inspiratif. Walaupun sebenarnya aku bukanlah seorang
penulis, namun untuk merangkai kata demi kata
tidaklah menjadi sulit.

Ditemani secangkir kopi dan

kacang, tombol-tombol keyboard notebook ini terus


bergerak

dan seakan mengetahui apa yang ada

dibenakku. Entah ini sudah sesuai kaedah-kaedah


penulisan sebuah novel, buku, biografi atau tidak,
namun itu tidak begitu penting karena bagiku pesan
sampai kepada pembaca dan konten didalamnya tidak
menimbulkan kegelisahan pembacanya.
Hmmm...itu
kisahnya,

Pemuda

sekedar
itu

pengantar

bernama

Kim

dan
nama

ini
yang

kedengarannya mirip nama Korea namun ia asli


Indonesia. Ia lahir di sebuah desa di Kabupaten Bone
Provinsi Sulawesi Selatan, sebuah kabupaten yang
jaraknya sekitar 175 km kearah timur dari kota
Makassar ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Kim
adalah seorang pemuda dengan perawakan tinggi
badan hanya sekitar 150 cm yang bukan ideal untuk
seorang laki-laki, namun kulitnya yang putih dan
wajah tampan menutupi kekurangan tinggi badan yang
kurang ideal itu, Kata orang sih dia manis (kayak gula
aja).

Pada tahun 2001 Kim menyelesaikan studinya


di Madrasah Aliyah Negeri 1 Watampone kemudian
melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Muslim
Indonesia

dengan

peminatan

Fakultas

Teknologi

Industri jurusan Manajemen Industri dengan harapan


setelah menyelesaikan studi dapat langsung diterima
sebagai karyawan di Pabrik Gula Bone

di tempat

ayahnya bekerja saat itu. Namun keadaan berkehendak


lain, Kim merasa jurusan yang dipilihnya ternyata
tidak sesuai kemampuannya. Ini lantaran waktu itu
Kim hanya ikut-ikutan temannya memilih jurusan yang
sama. Akhirnya Kim dan teman-temannya yang merasa
jurusan itu tidaklah pas untuknya dan memutuskan
untuk keluar dari kampus.
Keputusan keluar dari kampus menimbulkan
kegelisahan orang tuanya karena Kim sudah mengikuti
perkuliahan selama 1 semester, sehingga orang tuanya
menawarkan kepada Kim untuk memilih menjadi
seorang guru yang merupakan cita-cita ibunya, tapi
ternyata Kim tidak berminat menjadi seorang guru.
Kim kembali ditawarkan oleh orang tuanya untuk
menjadi seorang perawat dengan harapan setelah
kuliah nanti, Kim dapat bekerja di Klinik Pabrik Gula
Bone.
Tawaran itu membuat Kim semakin bingung,
karena
Fakultas

sebenarnya

Kim

Kesehatan

menginginkan

masuk

di

Masyarakat

Universitas

Hasanuddin.

Walaupun

sebenarnya

Kim

sudah

mengikuti UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi


Negeri) sebanyak dua kali namun tidak lulus, hal ini
tidak mematahkan semangatnya untuk terus berupaya
mencapai keinginannya itu. Kim berprinsip Jika Kali
Ini Gagal, Pasti Suatu Saat Akan Terwujud. Akhirnya
Kim

memutuskan

untuk

mendaftarkan

diri

di

Politeknik Kesehatan Makassar.


Dengan

persetujuan

orang

tuanya

Kim

mendaftarkan diri di Politeknik Kesehatan, namun


tanpa sepengetahuan orangtua Kim memilih jurusan
kesehatan

lingkungan

menyelesaikan
melanjutkan

dengan

pendidikan
pendidikan

harapan

di

diploma

strata

satu

setelah

tiga
di

dapat

Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Karena jurusan yang sesuai


dengan lanjutan di Fakultas Kesehatan Masyarakat
hanyalah kesehatan lingkungan dan jurusan gizi,
hanya saja Kim lebih memilih jurusan Kesling. Padahal
orang tua berharap Kim mendaftarkan diri di jurusan
Keperawatan, namun Kim merahasiakan ini kepada
orang tua dan keluarganya.
Pengumuman pun tiba, akhirnya Kim diterima
pada

jurusan

kesehatan

lingkungan

Politeknik

Kesehatan Makassar jurusan satu-satunya peminatan


pilihannya. Kim diterima sebagai mahasiswa baru pada
tahun

2002,

yang

di

tahun

sebelumnya

harus

merasakan kuliah di Universitas Muslim Indonesia. Di

kampus inilah Kim mulai merajut kisah cinta dengan


beberapa wanita seangkatannya, Kim pernah menjalani
cinta dengan dua wanita sekelas dengan waktu yang
berbeda.
Tak disangkal memang dengan mengandalkan
perawakan yang cukup menarik dan ditambah dengan
keaktifan Kim sebagai ketua himpunan mahasiswa
jurusan makin menjadi daya tarik tersendiri serta
menjadi jimat Kim untuk menggaet beberapa wanita di
kampusnya. Selain keaktifan di organisasi, Kim juga
sibuk

mengurusi

usaha

percetakan

sablon

yang

dibangunnya bersama ketiga temannya Jamal, Emming


dan Amir. Usaha percetakan dengan nama SKETSA
merupakan

usaha

yang

dibangun

untuk

belajar

mandiri dan diharapkan menjadi pendukung biaya


hidup dan biaya kuliah dikampus. Namun tanpa
manajemen yang baik usaha itu tidak berjalan lancar,
akhirnya Kim memutuskan untuk menutup usaha
yang sudah berjalan 2 tahun itu.
Setelah

lulus

kuliah

di

tahun

2005,

Kim

mencoba peruntungan untuk mendaftar seleksi CPNS


(calon pegawai negeri sipil) di Kota Makassar yang
menjadi dambaan setiap alumni kampus dan orang tua
beberapa daerah di Sulawesi, yang dianggap mampu
mendongkrak strata keluarga dan status sosial. Namun
keberuntungan belum berpihak, Kim belum diterima
sebagai

PNS Kota Makassar.

Baginya itu adalah

langkah awal untuk investasi usaha masa depannya.


Akhirnya

Kim

memutuskan

untuk

kembali

ke

kampung halaman untuk mengisi hari-hari penantian


hingga ada lowongan pekerjaan.
Di kampung halaman di desa kelahirannya Kim
ditawarkan untuk bekerja di Klinik Perusahaan di
tempat ayahnya bekerja. Di klinik itu tenaga perawat
(Mantri) hanya satu orang saja yang sebentar lagi juga
akan pensiun. Kim dengan kalimat halus menolak
tawaran

itu

lantaran

Kim

menyadari

bahwa

ia

bukanlah seorang perawat (tenaga medis). Karena


semua keluarga, mengira Kim seorang perawat namun
Kim tetap merahasiakan ini lantaran takut disesali oleh
keluarga dan orangtua yang menganggapnya salah
memilih jurusan. Tanpa menyesali keadaan Kim pun
mengisi hari-harinya dengan mengabdikan diri sebagai
guru ngaji di tempat ibunya mengajar ngaji. Dengan
honor

45

ribu

rupiah

Kim

menikmati

honor

pertamanya dan bersyukur yang di dapatkan sekarang.


Kita tinggalkan cerita itu, kita ikuti kisah cinta
Kim yang mungkin tidak terlalu menarik namun tidak
ingin dilewatkan. Setelah Kim menjalani cinta dengan
beberapa wanita dikampus, Kim ternyata diam-diam
menaruh simpati kepada seorang wanita yang juga
berasal dari kampus yang sama. Kali ini Kim ingin
menjalaninya dengan serius, hanya saja kali ini Kim
menjalaninya dengan jarak jauh. Wanita yang bernama

May tinggal di sebuah desa di Kabupaten Polewali


Mandar (yang dulunya Kabupaten Polmas) Provinsi
Sulawesi Barat yang umum di kenal dengan kampung
Jawa

yang

masyarakatnya

mayoritas

masyarakat

transmigrasi yang kira-kira jaraknya kurang lebih 300


km kearah barat daya dari Kota Makassar.
Cinta jarak jauh itu tidak membatasi Kim untuk
selalu berkomunikasi dengan May. Kim yang mulai
jenuh dan mulai merasa malu karena tidak bekerja
kemudian menceritakannya ke May. Lalu May pun
menyarankan kepada Kim untuk menghubungi salah
seorang teman kuliah yang ada di Mamuju (ibu kota
Provinsi

Sulawesi

Barat),

semoga

ada

lowongan

pekerjaan disana. Kim pun mencoba menghubungi


temannya yang bernama Aan yang sudah bekerja
sebagai PNS di Mamuju. Aan yang sudah lama ingin
menghubungi Kim seperti menyesali Kim yang baru
menghubunginya, ini dikarenakan beberapa waktu lalu
ada

lowongan

pekerjaan

yang

ingin

ditawarkan

kepadanya tetapi pendaftaran sudah tertutup sehari


yang lalu tepatnya di hari Jumat. Apakah Kim
Menyesal ?
Rupanya Aan berupaya mencari jalan keluar
dan menghubungi panitia penerimaan seleksi Pegawai
Tidak Tetap (PTT) untuk daerah terpencil, tertinggal
dan

perbatasan.

Beruntungnya

panitia

belum

mengirimkan berkas calon peserta ke Kementerian

Kesehatan dan masih memberikan kesempatan kepada


Kim untuk memasukkan berkas serta tes wawancara
pada hari minggu pagi sebelum berkas dikirimkan pada
hari senin. Tanpa berpikir panjang Kim pun langsung
berangkat hari itu juga tepatnya sabtu pagi menuju
Kota Makassar yang kemudian lanjutkan perjalanan ke
Mamuju pada malam harinya agar dapat tiba di
Mamuju pada hari minggu pagi.

PERSAHABATAN NINJA
Setibanya di Mamuju, Kim langsung dijemput
oleh

Aan

menuju

tempat

pendaftaran.

Di

sesi

wawancara Kim mengutarakan semua kesiapannya


untuk siap ditugaskan dimana saja asalkan dapat
diterima sebagai PTT, baginya ditempatkan didaerah
terpencil sudah resiko, walaupun daerah ini pertama
kali

di

kunjunginya.

Sebulan

kemudian

tepatnya

Desember 2006 Kim akhirnya diterima sebagai Pegawai


Tidak Tetap dengan kontrak selama 6 bulan masa
percobaan dengan gaji (diatas gaji pokok PNS) yang
lumayan buat pegawai baru. Inilah jawaban atas usaha
dan doa yang terus dipanjatkan setiap 1/3 malam. Kim
yakin atas semua yang sudah dilakukan dan tak ada
yang sia-sia.
Tanpa terduga Kim ditugaskan di puskesmas
dimana Aan saat itu bertugas, puskesmas itu letaknya
pas disamping Bandar Udara Mamuju. Dengan penuh
suka cita, Kim menjalankan tugasnya sebagai abdi
negara

yang

dijalaninya

penuh

semangat

dengan

pengalaman baru. Kepala puskesmas yang biasa disapa


Uwe

(sebutan

untuk

orang

tua

dari

keturunan

bangsawan di Mamuju) memberi fasilitas rumah dinas


kepada Kim bersama kedua temannya Rony dan Dika
untuk tempat tinggal. Rumah dinas itu baru saja
ditinggalkan penghuninya yang pindah tugas ke RSUD

Mamuju, namun tak ada pegawai lain di puskesmas


yang ingin tinggal di rumah dinas tersebut lantaran
sebagian dari mereka sudah memiliki rumah sendiri.
Kim, Rony dan Dika adalah tiga pemuda yang
tinggal bersama dan menjadi sahabat baru. Walaupun
sebenarnya rumah orang tua Rony dan Dika

masih

berada di satu kecamatan tempat Puskesmas itu


berada, namun mereka lebih senang untuk tinggal
bersama di rumah dinas. Di rumah dinas inilah kisah
dan

cerita

mereka

mereka

begitu

bergabungnya

begitu

kental

salah

menarik.
ditambah

seorang

Persahabatan
lagi

pegawai

dengan

puskesmas

bernama Randy.
Berbeda dengan Kim, Rony dan Dika, Randy
memang sudah berkeluarga dan memiliki 2 orang anak
laki-laki. Namun, jiwa mudanya membawa Randy
bergabung

dengan

ketiga

sahabat

ini.

Keakraban

mereka pun terlihat ketika setiap kegiatan dilakukan


bersama. Mereka selalu berkumpul di rumah dinas
dengan berbagai kegiatan. Randy yang seorang mantri
(perawat laki-laki) di puskesmas itu, sering mengajak
ketiga rekannya untuk mengunjungi pasiennya. Tidak
dipungkiri

memang,

jika

Randy

memiliki

banyak

pasien/pelanggan yang datang ke tempat prakteknya.


Tak jarang Randy juga meminta bantuan beberapa
rekannya di puskesmas untuk melayani sebagian
pasien yang minta dikunjungi. Terkadang di musim

liburan, banyak tawaran sunat untuk anak-anak.


Randy yang kebanjiran panggilan sunatan (circum)
menawarkan sebagian tawaran itu kepada Dika, Rony
dan Kim, mereka pun digelari Maling Mantari Keliling
(Mantari sebutan untuk mantri di daerah Mamuju).
Kim yang bukan seorang perawat, mendapatkan
pengalaman berharga ketika ikut membantu kedua
rekannya melakukan sunatan keliling. Mereka pun
menikmati

profesi

baru

sebagai

Maling,

namun

maling yang diberi upah. Berbeda dengan maling


berdasi yang mengambil upah orang lain (sindir aja).
Mereka mendapatkan upah 75 ribu rupiah per anak
yang disunat, namun terkadang mereka harus rela
dibayar dengan pisang, ubi dan ikan bagi mereka yang
tidak memiliki uang tunai. Tidak ada tarif yang
ditetapkan untuk anak yang akan di sunat, hanya saja
bagi ketiga pemuda ini dengan bayaran yang ada
cukuplah untuk membeli bahan habis pakai dan biaya
keperluan sehari-hari Asalkan dapur ngepull, hidup
tidak ngibull begitulah prinsip pemuda itu.
Kesibukan mereka membuat waktu istirahat
berkurang, hingga terkadang mereka harus pulang di
malam hari. Mereka yang akif dimalam hari namun
istirahat

di

siang

hari,

membuat

salah

seorang

temannya bernama Wayan (dipastikan nama untuk


orang Bali) menjuluki mereka dengan sebutan Ninja
Julukan yang dianggap pas untuk mereka berempat.

10

Wayan ini berasal dari daerah transmigrasi yang ada di


Kabupaten Mamuju. Dimana Mamuju itu dikenal
dengan Indonesia Mini dengan masyarakatnya yang
heterogen dan terdiri dari berbagai suku bangsa yang
ada di Indonesia.
Setelah enam bulan berjalan, kontrak Kim
sebagai PTT daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan
sudah selesai dan tidak ada lagi perpanjangan kontrak
untuk tahun berikutnya karena pembiayaan program
ini bermasalah dan perlu dikaji ulang. Kim pun
berencana

untuk

kembali

ke

kampung

halaman,

namun Aan dan Uwe (kepala puskesmas) menawarkan


kepada Kim untuk tetap tinggal mengabdi di Mamuju
walaupun sebagai tenaga sukarela sambil menunggu
pendaftaran CPNS kembali dibuka. Dengan segala
pertimbangan Kim menerima tawaran tersebut dan
beralih status Kepegawaian dari PTT menjadi Tenaga
Sukarela yang konsekuensinya tanpa menerima gaji.
Sebagai tenaga sukarela memang tak ada beban
untuk program yang diamanahkan kepada Kim, hanya
saja tanggungjawablah yang membuat Kim tetap harus
menjadikan

pekerjaaannya

sebagai

kepercayaan.

Dipercaya mendampingi bendahara walaupun status


sebagai

sukarela,

pengalaman

baru.

Kim
Kim

kembali
juga

mendapatkan

dipercaya

untuk

mengoperasikan komputer yang saat itu jumlahnya


hanya satu unit komputer. Pada saat itu, Sebagian

11

kecil

dari

pegawai

puskesmas

yang

mampu

mengoperasikan komputer dan tak jarang pula dari


mereka yang ingin diajarkan untuk mengoperasikan
komputer. Kim memang sudah memiliki bekal untuk
mengoperasikan

komputer

sejak

kuliah

yang

didapatkan dari teman-temannya.


Dari

keterampilannya

itulah

salah

seorang

pegawai puskesmas menawarkan kepada Kim untuk


menjadi operator komputer di usaha percetakan foto
copynya, yang kebetulan waktu itu operator yang
sebelumnya baru saja mengundurkan diri lantaran
ingin

membuka

usaha

sendiri

di

kampung

halamannya. Kim tidak menolak, hanya saja Kim


terkendala mengoperasikan aplikasi editing dan cuci
cetak foto yang belum pernah dipelajarinya. Namun,
Kim

tidak

serta

merta

mundur,

dibukanya

laci

komputer ia menemukan buku atau modul aplikasi


sederhana

Photoshop.

Ia

pun

mempelajarinya

semalam suntuk.
Editing foto yang di kerjakannya memang tidak
sehalus atau sebaik operator sebelumnya, namun
membuat pelanggan puas itu sudah terasa cukup.
Walaupun di awal-awalnya ia harus mengerjakannya
tidak sesuai standar waktu yang disepakati karena
terlalu lama. Tapi baginya yang terpenting pemilik
usaha dan pelanggan semua puas.

12

Dengan tambahan penghasilan 500 ribu per


bulan Kim sudah merasa cukup untuk menopang
keperluannya sehari-hari. Hanya saja ia merasa terlalu
lelah dan capek, karena ia harus bekerja mulai pukul
06.00 wita sampai dengan

pukul

07.00 wita di

percetakan fotocopy kemudian pada pukul 08.00 wita


sampai dengan pukul 13.00 wita di puskesmas. Pada
siang harinya setelah istirahat sejenak, ia kembali
harus bekerja di percetakan fotocopy mulai pukul
14.00

wita

hingga

pukul

22.00

wita

dan

itu

berlangsung setiap hari.


Kim mulai merasa lelah dan jenuh dengan
pekerjaan itu, Ia pun memutuskan untuk berhenti
bekerja di percetakan fotocopy tersebut. Tak lama
setelah ia berhenti ia dikabarkan ingin menikah, yang
dianggap sebagian orang keputusan berani untuk
orang yang belum bekerja seperti Kim. Tapi bagi Kim
Pintu rezeki akan bertambah setelah menikah, ada
Allah yang menjaminnya dan itulah keyakinannya.

13

MELAMAR, MENIKAH DAN MANDIRI


Niat menikah itu berawal ketika Kim merasa
sudah tidak sanggup mengatur keuangannya sendiri
yang

dihabiskan

kebutuhannya.

untuk
Pada

keperluan

suatu

yang

waktu,

bukan

niat

itu

disampaikan kepada kedua orang tuanya. Mendengar


hal itu, orang tuanya pun kaget lantaran Kim belum
ada penghasilan tetap. Tetapi dengan pengertian orang
tua yang baik, Kim pun menyambut izin kedua orang
tuanya

untuk

menikah

dan

ia

pun

langsung

mengabarkannya kepada sahabatnya Rony.


Skenario

pun

dijalankan,

Kim

dan

Rony

memohon izin kepada kepala puskesmas untuk ke


kampung halaman Rony yang ada di perbatasan
Majene dan Pol-Man. Kedua sahabat ini pun berangkat
menggunakan sepeda motor Kim yang diperoleh dari
penghasilannya
melanjutkan
Sementara

sendiri.

perjalanan
Rony

sendiri

Kim

memutuskan

menuju

Kampung

menunggu

di

untuk
Jawa.

kampung

halamannya.
Setibanya di Kampung Jawa, Kim kemudian
mengutarakan niat baiknya kepada orang tua May
(pujaan hatinya) untuk melamar May. Orang tua May
pun terkejut dan tak menyangka ada pemuda yang
berani datang sendiri untuk melamar anak gadisnya.
Ini memang tak lazim dilakukan sebagian orang yang

14

dianggap tidak menghormati dan menghargai adat.


Namun, bagi Kim itulah tantangan yang harus ia ubah.
Niat baik jangan dianggap buruk begitupun sebaliknya
Niat buruk jangan dianggap baik. Beruntungnya ia
menemukan camer calon mertua yang pengertian.
Walaupun perawakan calon mertuanya tinggi besar
dan kelihatan menakutkan ternyata baik dan penuh
pengertian.
Lamaran Kim disambut baik oleh keluarga
besar May dan kemudian langsung membicarakan
waktu

pelaksanaan

pernikahan

yang

tidak

perlu

ditunda-tunda lagi. Kim pun segera mengabarkan ini


kepada keluarganya dan memintanya untuk langsung
berkomunikasi antar sesama calon besan (cihuii). Rony
yang penasaran dengan itu, segera menelepon Kim
yang masih ada di kampung Jawa. Kim pun dengan
suka-cita menjelaskan panjang lebar ceritanya, tak
disangka Rony menjebak Kim dengan menghubungkan
komunikasi teleconfrence tiga arah dengan Uwe. Cerita
pun

terbongkar,

namun

mereka

sepakat

untuk

merahasiakannya kepada teman-teman yang lain.


Tepatnya sebulan sebelum acara pernikahan
dilangsungkan, Kim kembali mengajak teman-teman
seperjuangannya di rumah dinas (yang mereka sebut
asrama) untuk jalan-jalan ke Kampung Jawa dengan
alasan untuk mengenalkan kekasihnya. Terdiri dari 4
sepeda

motor,

sebagian

dari

mereka

saling

15

berboncengan diantaranya Nas bersama Dika, Andy


bersama Ary dan Kim serta Rony masing-masing satu
sepeda motor.
Setibanya di Kampung Jawa teman-teman Kim
terkejut dengan situasi yang ditemuinya. Dirumah May
sudah

dipenuhi

hiasan

lamming

(dekorasi

acara

pengantin), mereka pun bertanya-tanya ini kok ada


acara? Kenapa Kita tidak diberitahu sebelumnya? Tidak
ada persiapan pakaian rapih. Mereka sedikit agak risih
dengan berpakaian seadanya. Hmmm...Kim pun hanya
menjawab dengan senyuman kecil, Katanya : Kita liat
saja nanti.
Kim membisikkan sesuatu kepada Nas untuk
mewakilkan keluarganya untuk menyerahkan biaya
belanja acara pernikahan kepada calon mempelai
wanita. Setelah penyerahan biaya belanja pernikahan,
para sahabat ini pun tertawa lepas karena skenario
yang telah direncanakan oleh Kim dan Rony. Mereka
seolah tak percaya yang baru saja dialaminya, tapi bagi
mereka kebahagiaan saudara atau sahabat adalah
kebahagiaan bersama.
Sampailah pada hari yang membahagiakan
yaitu tepatnya senin tanggal 24 Desember 2007 di
acara pernikahan Kim dan May. Kim waktu itu berusia
25 tahun dan May 23 tahun. Usia yang sebagian orang
dianggap terlalu muda untuk menikah. Namun bagi

16

Kim itulah usia ideal untuk menikah, seperti Nabi


Muhammad mencontohkan menikah di usia tersebut.
Setelah

menikah,

Kim

mengajak

May

ke

Mamuju ditempatnya mengabdi. Sebagai istri yang taat


pada suami May pun ikut serta ke Mamuju dengan
harapan disana terbuka jalan pekerjaan untuk mereka.
Di Mamuju, May pun ikut mengabdi sebagai tenaga
sukarela

di

puskesmas

yang

sama.

Keduanya

menikmati pekerjaan sebagai tenaga sukarela dan


mereka tinggal di rumah dinas ditempat Kim tinggal
bersama sahabatnya.
Rony dan Dika pun harus mengkondisikan
dirinya sebagai bujangan yang tinggal bersama dengan
Kim beserta istrinya. Terkadang Rony dan Dika tinggal
bersama teman lainnya yang juga masih bujangan
ditempat Nas dan Sri di rumah dinas yang disebut
sebagai asrama. Tinggal di kompleks puskesmas, Kim
memanfaatkan
untuk

pekarangan belakang

bercocok

tanam

rumah

sayur-sayuran

dinas
untuk

kebutuhan sehari-hari. tidak sedikit dari pegawai


puskesmas yang menikmati hasil cocok tanam yang
ditanam Kim.
Waktu terus berlalu, di bulan keempat setelah
menikah May mulai merasa aneh dengan keadaannya
yang selalu mual-mual. Hmmm...Kim mulai penasaran,
akankah ini pertanda baik? Untuk membuktikan rasa
penasarannya Kim lalu membeli plano test (tes cepat

17

kehamilan). Plano test menunjukkan bahwa May positif


hamil, namun Kim belum begitu yakin dengan tes
pertama kemudian ia melakukannya berulang dan
hasilnya tetap sama jika plano test menunjukkan May
positif hamil. Kim dan May pun sujud syukur tak
terhingga atas nikmat ditiupkannya roh manusia
kedalam perut May.
Kim terus berdoa agar diberi kekuatan dan
kesehatan kepada istrinya agar dapat dilancarkan
hingga pada saat persalinan nanti. Kim juga mulai
merasa

gelisah

dengan

keadaannya

yang

belum

memiliki penghasilan tetap, ia pun berpikir keras


untuk

menyiapkan

segala

kebutuhan

dan

biaya

persalinan nanti. Disela-sela statusnya sebagai tenaga


sukarela di puskesmas, Kim juga aktif di beberapa
organisasi

kepemudaan

yang

ia

teman-teman aktivis mahasiswa.

bentuk

bersama

Kesibukan itulah

yang membuat Kim terkadang pulang malam dan


meninggalkan serta menitipkan istrinya di rumah
temannya. Sesekali May mengutarakan kesedihannya
bersama Kim, namun ia terus bersabar semoga ada
jalan atas usaha yang dilakukan suaminya.

18

PENGHIANATAN NINJA
Pernah suatu waktu Kim ditawarkan untuk
menjadi Calon Legislatif oleh paman Rony, ia pun
menyanggupinya

dan

berharap

dengan

jalan

itu

keberuntungan dapat berpihak padanya. Pada saat


musim kampanye, Kim bersama Rony serta pamannya
melaksanakan kampanye didaerah terpencil dan harus
menginap didaerah itu. Di saat-saat itulah May sering
ditinggalkan oleh Kim dalam keadaan hamil. Kim
merasa

bersalah

dengan

yang

apa

dilakukannya,

namun berharap semua usahanya adalah investasi


dimasa depan. May terus bersabar agar kuat menjalani
kehidupannya bersama Kim.
Cobaan

pun

kian

datang,

persahabatan

bersama rekan-rekan Ninja sedikit terganggu, lantaran


beberapa teror-teror fitnah berupa sms (short message
service) gelap terus masuk di handphone salah seorang
Ninja dan beberapa pegawai di puskesmas. Isi sms itu
berupa

konten

perselingkuhan

fitnah
salah

yang
seorang

seolah

menceritakan

pegawai

puskesmas

dengan bidan desa. Betul-betul sangat tidak beretika


dan tidak bertanggungjawab.
Seminggu berjalan sms itu kembali menyebar,
saling curiga antar sesama teman di puskesmas pun
mulai muncul, tak terkecuali kepada mereka yang yang
berada di luar lingkungan puskesmas yang tidak

19

mengetahui keadaan puskesmas. Kelompok Ninja pun


berkumpul untuk mencari siapa pelakunya. Informasi
ini awalnya muncul dari Randy yang menerima sms
dari nomor handphone yang tak dikenal, kemudian
menceritakannya kepada Rony, Dika dan Kim. Pernah
juga sebuah

sms

diperlihatkan

kepada Kim dan

meminta kepada Kim untuk melacak pelakunya dan


segera Kim mencatat nomor handphone pengirim sms
tersebut dengan harapan ia dapat melacak pelakunya.
Keesokan harinya tepatnya di hari minggu
siang, Kim duduk santai bersama May di teras
belakang rumah dinas. Tiba-tiba Kim kepikiran untuk
melacak pelaku sms teror tersebut. Ia mencoba untuk
menghubungi

nomor

tersebut

dan

ternyata

aktif,

namun panggilan Kim tidak dijawab oleh pemilik


nomor handphone itu. Kim lalu mencoba mengirimkan
sms yang berbunyi Pak Mohon dicek rekeningnya, saya
sudah mengirimkan uang sejumlah Rp.5.000.000,- di
rekening bapak, mohon di konfirmasi ulang takutnya
saya salah kirim uang ke rekening lain seperti itulah
bunyi sms yang dikirimkan Kim yang seolah sms ini
salah alamat.
Kemudian pemilik nomor handphone itu membalas
Siapa ini?.
Kim juga membalas : Saya Danny pak.
Pemilik nomor handphone itu kembali membalas :
Kamu bukan Danny

20

Kembali Kim membalas : Iya, saya Danny pak anak


bapak.
Balas-membalas sms pun terhenti, sekitar lima
menit. Kim mencoba menghubungi nomor tersebut
namun tidak aktif, tak lama kemudian handphone Kim
kembali berbunyi pertanda ada sms masuk yang
bunyinya kamu bukan Danny, kamu itu Kim alias
Danny Dog, anjing...kamu. Pernah nonton film Danny
and The Dog kan? Seperti itu kamu pendiam tapi
penjilat. Kim pun tersentak kaget dengan balasan sms
itu, lantaran sms dikirim oleh orang yang dia kenali.
Kim berpikir koq bisa ya sms di nomor yang pertama
nyambung dengan sms dengan nomor yang kedua dan
sms itu dikirim oleh orang yang memperlihatkan sms
teror dan memintanya untuk melacaknya.
Akhirnya, Kim menyimpulkan jika selama ini ia
dipermainkan dan dibohongi oleh temannya sendiri.
Kim pun kembali membalas sms dengan nada kecewa :
oh..ternyata kamu, selama ini saya sudah percaya
ternyata

kamu

meminta

saya

mencari

pelakunya

ternyata kamulah pelakunya, sekarang saya sudah


tahu itu kamu, kamu tidak bisa mengelak lagi Kurang
ajar.
Dijawab lagi oleh temannya : Sialan, kenapa kamu sms
saya seperti itu?.
Kim kembali membalas : gimana tidak sms seperti itu
kalo ternyata kamu pelakunya, saya sms di nomor

21

pelakunya koq kamu yang membalas, kamu lupa ya!


Hahaha...
Tak ada balasan sms lagi.
Malam

harinya,

handphone

Kim

kembali

berdering pertanda ada sms masuk. Sms itu berbunyi


saya tidak menyangka kamu itu penjahat, tunggu
balasanku sms itu dikirim oleh nomor yang berbeda
dari kedua nomor handphone tadi. Namun, Kim tidak
menghiraukannya karena baginya itu berupa ancaman
oleh orang yang sudah ketahuaan belangnya. Kim dan
May berusaha untuk merahasiakan ini kepada siapa
pun, karena takutnya ada ancaman yang mengganggu
kehidupan mereka disana baginya cukup mereka
berdua yang tahu.
Keesokan

harinya,

di

hari

senin

kembali

pegawai puskesmas beraktifitas seperti biasanya di


kantor. Namun, ada yang tidak biasa dengan Randy
yang datang bersama anaknya Dinan ke kantor tibatiba menjadi pendiam dan tak ramah lagi kepada Kim.
Tapi Kim berpikir mungkin dia letih atau kurang enak
badan. Kim pun mencoba menghibur dan mengajak
Dinan untuk bermain, tiba-tiba Randy mengajak Dinan
pulang kerumahnya padahal baru beberapa menit tiba
dikantor dan pergi begitu saja bahkan tak menyapa
maupun menoleh kepada Kim. Kim pun menyadari jika
itu dampak dari kejadian kemarin malam akibat saling
mencaci melalui sms.

22

Beberapa hari kemudian, muncullah isu yang


berkembang di puskesmas jika pelaku sms teror itu
telah diketahui. Semua orang di puskesmas menaruh
curiga kepada Kim dan istrinya (pembuktian terbalik)
dan semua orang pun perlahan menghindari Kim
beserta istrinya. Kim merasa terpojok dan istrinya pun
tak

sanggup

diperlakukan

seperti

itu.

Kim

lalu

menceritakan semua yang sebenarnya kepada sahabatsahabatnya Rony, Dika, Nas dan Sri. Mereka pun
memberikan support agar Kim dan May bersabar
menghadapi cobaan. Namun, May yang terus bersedih
karena tidak kuat denga fitnah yang dialamatkan
kepadanya meminta untuk pindah tempat tinggal
keluar dari kompleks puskesmas.
Kim yang diam-diam mencari rumah kontrakan
di ibu kota kecamatan yang jaraknya sekitar 10 km
dari puskesmas. Kim berharap dengan pindahnya
mereka

ke

rumah

kontrakan

dapat

memulihkan

kesedihan May yang juga sedang hamil 3 bulan waktu


itu. Di rumah kontrakan yang bentuknya rumah
panggung kecil terdiri dari 1 kamar dan ketinggian
atapnya yang hanya sekitar 2 meter saja dari lantai,
membuat

mereka

harus

menahan

pengap

dan

gerahnya di dalam rumah. Tapi bagi mereka bukanlah


suasana

tempat

yang

membuat

bahagia,

namun

suasana hatilah yang membuat bahagia.

23

Sahabatnya Rony dan Dika tak kuasa melihat


mereka harus merasa terasing, akhirnya pelan-pelan
mereka menceritakan yang sebenarnya kepada Uwe
dan beberapa teman yang lainnya. Uwe pun mengutus
Aan untuk mengkonfirmasi yang sebenarnya kepada
Kim dan May. Dengan rasa menyesal Aan dan Uwe
pun hanya berupaya menenangkan

dan

memberi

semangat kepada mereka berdua dan berharap mereka


berdua tetap mengabdikan diri di puskesmas. Suatu
saat Allah akan menunjukkan yang benar.
Saling curiga tidak juga berhenti, namun kali ini
beberapa orang sudah mulai curiga dengan Randy yang
akhir-akhir ini jarang masuk kantor. Merasa seperti
dipojokkan dan untuk membenarkan bahwa bukan ia
pelakunya, ia pun menginisiasi kepada beberapa teman
dan Ninja untuk melakukan sumpah di atas Al-quran.
Beberapa orang hadir dalam sumpah itu diantaranya
Randy, Bidan desa, Nas, Kim, May, Rony dan Dika.
Sempat terjadi perdebatan Kim dengan Randy dan
nyaris terjadi perkelahian, namun segera dileraikan
oleh Dika. Tak lama setelah penyumpahan itu Randy
memutuskan pindah tugas ke puskesmas lain.

24

KEBAHAGIAAN YANG TERAKUMULASI


Pernah
merantau

ke

suatu

waktu

Kalimantan

Kim

untuk

berpikir
mencari

untuk
peluang

pekerjaan disana, hanya saja May tidak mengizinkan


karena tak ingin ditinggalkan dalam keadaan hamil.
Kim pun kemudian menuruti May dan mencoba sekali
lagi peluangnya mendaftar CPNS di Mamuju. Targetnya
setelah mendaftar CPNS di Mamuju kemudian tidak
lulus, ia pun akan pulang kampung atau merantau ke
tempat lain.
Sambil menunggu pendaftaran CPNS dibuka,
Kim dan May kembali menjalani aktifitasnya sebagai
tenaga sukarela di puskesmas tanpa digaji. Namun,
kegigihannya dalam bekerja ia diberi kepercayaan oleh
Uwe

untuk

sehingga

menangani

terkadang

ia

program

dapat

di

puskesmas

mengikuti

pelatihan

program dan di beri biaya transport maupun uang


harian

pelatihan

oleh

panitia.

Itulah

yang

Kim

kumpulkan untuk kebutuhan sehari-hari bersama


May.

Perannya

sebagai

pengelola

program

dan

pembantu bendahara di puskesmas, tak jarang ia


diberi uang sebagai pembayaran jasa

oleh kepala

puskesmas. Beberapa pegawai yang sudah gajian pun


terkadang memberi tip kepada Kim.
Dengan keterbatasan dan kekurangan itu, Kim
dan

May

tetap

bersyukur

dapat

memenuhi

25

kebutuhannya sehari-hari. Walaupun terkadang Kim


pernah kehabisan uang dan malu untuk meminjam
kepada orang lain. Di suatu waktu sepulang dari
puskesmas, May memetik daun singkong (masih sisa
tanaman Kim di pekarangan belakang rumah dinas)
untuk dimasak di rumah. Tiba-tiba sore hari datanglah
seorang teman bernama Wayan bertamu di rumah
mereka. Kim dan May saling menoleh was-was, karena
di sakunya tersisa uang tiga ribu rupiah. Untungnya
masih ada tempe dan sayur singkong yang siap untuk
dimasak. Wayan pun memohon ijin untuk menginap,
karena

cuaca

tidak

memungkinkan

ia

untuk

melanjutkan perjalanan ke Tobadak nama sebuah


kampung di Mamuju yang masyarakatnya beragam
suku

dan

agama

yang

juga

terkenal

dengan

perkebunan sawitnya.
Surya pun menampakkan wajahnya, pagi telah
tiba. May berbisik kepada Kim Gimana ini mas, uang
kita tersisa tiga ribu. Kim pun menyarankan May
untuk membuat teh kemudian uang tiga ribu itu
digunakan

untuk

membeli

kue

secukupnya.

Untungnya ada tetangga yang menjual kue murah


seharga 500 rupiah per buahnya. May pun membawa
kue

belanjaannya

dijadikan

sarapan

sebanyak
bersama

enam
suami

potong
dan

untuk

temannya

Wayan. Kim dan May pun bernafas lega karena ada


lagi solusi yang diberikan Allah Swt. untuknya. Baginya

26

Petunjuk atau cobaan yang diterimanya hari ini, akan


menjadi Asa untuk kehidupannya yang akan datang.
Beberapa bulan kemudian, tiba-tiba mertua
Kim datang mengunjungi mereka. Tak disangka mereka
sudah tiba duluan di kontrakan Kim dan May.
Tersontak

Kim

kaget

dan

malu

menunjukkan

keadaannya seperti itu. Kedua mertuanya pun tak


sanggup

menutupi

kesedihannya

melihat

kondisi

mereka. Tidur tanpa kasur dan hanya dialasi seprei


membuat mertua Kim membelikan mereka kasur
sebagai alas tidur. Kasur mereka sebelumnya koyak
digigit tikus sewaktu pulang berlebaran. Tak bisa
dibayangkan May yang hamil sudah 7 bulan harus
tidur tanpa kasur.
Di usia kehamilan May yang memasuki 8 bulan,
May

meminta

kampung

kepada

halamannya

Kim
di

untuk

diantarkan

kampung

Jawa.

ke
May

berharap dapat melahirkan nanti di rumah orang


tuanya

yang

juga

menantikan

cucu

pertamanya.

Karena May memang anak sulung dan satu-satunya


wanita dari tiga bersaudara. Pada saat May sudah
berada

di

terbukalah
provinsi

kampung
pendaftaran

dan

jawa
CPNS

Pemerintah

menanti

persalinan,

formasi

Pemerintah

Kabupaten

di

beberapa

daerah. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Kim


dan

May,

bagi

Kim

ini

kesempatan

terakhirnya

mendaftar di Mamuju yang sebelumnya sudah gagal

27

dua kali. Sementara May harus mengikuti seleksi CPNS


di Kabupaten Polman.
Dengan jadwal pendaftaran yang berbeda di
Pemprov dan Pemkab, Kim memilih untuk mendaftar
kedua-duanya. Waktu itu Kim bersama Rony menuju
tempat pendaftaran, tanpa disengaja Kim menemukan
pin emas Korpri didepan loket pendaftaran. Kim lalu
menggenggamnya

dan

menyimpannya

seaman

mungkin. Namun, cobaan datang lagi ketika berkas


Kim ditolak lantaran berkas atau ijazahnya tidak
sesuai

dengan

syarat

legalisir

kampus.

Padahal

pendaftaran tersisa dua hari lagi. Kim kemudian segera


mengirimkan

berkasnya

ke

kampus

asalnya

lalu

menitipkan kepada orang Mamuju yang akan kembali


ke Mamuju hari itu juga.
Keesokan harinya perjalanan sampainya berkas
itu terhambat lantaran jembatan di jalan poros MajeneMamuju

terputus

dan

harus

menunggu

dibuat

jembatan darurat. Padahal pendaftaran tersisa sehari


lagi. Tanpa berpikir panjang Kim lalu memutuskan
untuk menjemput berkasnya dengan menggunakan
sepeda

motor

terputus

agar

menuju

daerah

keesokan

yang

harinya

jembatannya
dapat

segera

disetorkan ke panitia.
Sebulan

setelah

tahapan

seleksi

telah

dilaksanakan tibalah pada masa pengumuman hasil


seleksi, handphone Kim berdering dan bertubi-tubi sms

28

masuk memberi ucapan selamat atas kelulusannya.


Kim pun mengucapkan syukur Alhamdulillah atas
informasi yang ia dapatkan, namun Kim belum terlalu
yakin

jika

belum

pengumuman

melihat

tersebut.

secara

Keesokan

langsung

harinya

Kim

langsung menuju tempat pendaftaran dan benar ia


menemukan namanya sebagai peserta yang lulus
CPNS. Sementara May belum beruntung namanya
tidak tercantum sebagai nama yang lulus di tempatnya
mengikuti seleksi.
Kim pun segera mengikuti tahapan pendaftaran
ulang

bagi

peserta

yang

lulus.

Di

sela-sela

ia

melengkapi dan menyetorkan berkasnya. Kim ditelepon


oleh

May

jika

perasaannya

seperti

sudah

akan

melahirkan. Kim pun segera bersiap mengunjungi May


setelah semua berkasnya sudah beres. Ia pun melaju
dengan

sepeda motornya menuju

kampung

jawa.

Sesampainya di kampung Jawa, Kim terus berdoa


semoga

proses

persalinan

dilancarkan.

Sepanjang

malam May terus merintih kesakitan, akhirnya momen


yang ditunggu-tunggu lahirlah seorang bayi laki-laki
tepatnya

sabtu

tanggal

27

Desember

2008.

Kegembiraan terpancar di wajah keluarga kecil itu, dan


segeralah Kim mengumandangkan adzan di telinga
anaknya.
Kegembiraan mereka tak cukup sampai disitu,
sms kembali bertubi-tubi masuk ke handphone Kim,

29

sebagai ucapan selamat atas kelahiran putera pertama


dan atas kelulusannya. Ternyata beberapa teman
memberi

informasi

kelulusan

Kim

yang

juga

dinyatakan lulus sebagai CPNS di Pemerintah Provinsi


Sulawesi

Barat.

Benar-benar

Kegembiraan

yang

terakumulasi dari usaha-usaha yang terakumulasi.


Mereka

pun

kegembiraannya.

tidak

dapat

Baginya

Allah

menyembunyikan
sudah

menjawab

semua usaha dan doanya. Tetapi Kim harus memilih


diantara satu tempat ia dinyatakan lulus, ia pun harus
mengundurkan diri di salah satunya agar memberi
peluang kepada yang lainnya untuk menggantikan
formasinya. Kim lebih memilih di Kabupaten saja
karena berkasnya sudah masuk dan baginya itu
merupakan rezeki dan tak boleh disesali kemudian hari.
Beberapa waktu kemudian, Kim memboyong
keluarga kecilnya ke Mamuju. Ia pun memutuskan
tinggal di tempat baru karena kontrakan sebelumnya
sudah selesai. Kim tinggal di rumah dinas sekolah yang
tidak digunakan lagi, atas anjuran Aan. Di sekolah itu
ada beberapa rumah dinas yang kosong dan tidak
ditempati

orang. Kepala sekolah

memberinya izin

untuk tinggal di rumah dinas itu secara gratis asalkan


Kim memperbaiki sebagian bagian bangunannya yang
rusak.
kecilnya

Tak masalah buat Kim beserta keluarga


yang

sudah

terbiasa

dengan

keadaan

seadanya.

30

Penempatan tugas baru Kim tidak jauh dari


puskesmas sebelumnya, di puskesmas itu Kim kembali
bertemu

Randy

yang

lebih

dahulu

pindah

dari

puskesmas sebelumnya. Allah memang punya maksud


dengan mempertemukan mereka kembali, namun yang
terjadi mereka pun tetap tidak saling menyapa. Kim
juga merasa sudah terlanjur tersakiti akibat fitnah
yang telah disebar Randy yang berakibat Kim bersama
May

dipojokkan

oleh

teman-temannya waktu itu.

Namun semuanya sudah jelas atas bantuan temantemannya

juga.

Merasa

risih

dan

malu

atas

penempatan Kim ditempat yang sama dengannya,


Randy

pun

mengajukan

pindah

ke

kampung

halamannya di Kabupaten Polman.


Randy

sebelumnya

telah

bercerai

dengan

istrinya lantaran diterpa isu perselingkuhan dengan


salah seorang bidan desa. Namun, beberapa orang
tidak menyangkalnya termasuk sebenarnya

Kim dan

para sahabatnya karena sudah menyaksikan langsung.


Ini pun yang juga menjadi kekecewaan para Ninja, yang
harus rela menyembunyikan rahasia ini begitu lama,
namun dikecewakan Randy. Lalu Randy pun menjual
rumahnya lalu pindah tugas ke Polman.
Kini Kim dan keluarga kecilnya hidup tenang
dan damai tinggal di tempat barunya. Mereka memiliki
keluarga baru yaitu tetangga-tetangga yang ramah,
mereka sudah menganggap Kim beserta keluarganya

31

seperti

keluarga sendiri. Zikra putera pertama Kim

juga dibesarkan di lingkungan mereka.


Di tahun berikutnya, pendaftaran CPNS kembali
dibuka. May pun berharap tahun itu menjadi tahun
keberuntungannya

bisa

diterima

menjadi

CPNS.

Keberuntungan pun bersambut, May dinyatakan lulus


sebagai CPNS Pemkab Mamuju. Penempatan tugas May
di puskesmas yang jaraknya kurang lebih 7 km dari
Ibu kota Kabupaten, namun sekitar 10 km dari tempat
tinggalnya. Keduanya pun bekerja sebagai PNS yang
sebelumnya

keduanya

juga

tenaga

sukarela

di

puskesmas. Akhirnya semua terjawab oleh Allah swt


atas usahanya. Baginya Tak ada keberuntungan tanpa
usaha, karena keberuntungan itu adalah akumulasi
usaha yang lalu.
Setahun setelah Kim bertugas di puskesmas, ia
pun

di

tarik

melaksanakan

penugasannya
sebuah

program

ke
baru

kota

untuk

di

kantor.

Berjalan dua tahun lebih Kim pulang-pergi tiap hari


dari kota tempat tugasnya ketempat tinggalnya, ia pun
merasa sudah mulai keletihan dan akhirnya Kim dan
May memutuskan untuk membeli rumah di Ibu Kota
Kabupaten. Karena ia juga merasa tidak boleh terlena
tinggal gratis di rumah dinas yang bukan milik
pribadinya.

Baginya

Barang

milik

negara

untuk

kepentingan kemaslahatan umum bukan untuk pribadi.

32

Setahun kemudian lahir kembali anak mereka


yang kedua seorang puteri cantik diberi nama Zayyan.
Lengkaplah

sudah

kebahagiaan

mereka.

Setelah

Zayyan berumur sebulan mereka pun memutuskan


untuk segera pindah ke kota. Kepindahan mereka ke
kota

sontak mendapat

respon

sedih

tetangganya.

Keakraban seperti keluarga sudah terbina begitu erat.


Tak sedikit dari mereka yang mengantarkan keluarga
Kim pindah ke kota. Itulah anugerah terindah yang
dirasakan keluarga kecil Kim dan May. Perjalanan dan
Penantian

Panjang

mengajarkan

kita

untuk

terus

bersabar hingga Keberuntungan itu datang.


Di tahun 2013, Kim mengajukan permohonan
untuk melanjutkan pendidikan strata satu di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin sebagai
mahasiswa

tugas

belajar,

akhirnya

Kim

diterima

kuliah. Harapannya kini sudah terbayar, kini ia pun


merasakan kuliah di tempat yang di idamkannya,
walaupun pernah dua kali gagal ingin masuk ke FKM
Unhas. Masih ada lagi impian dan harapan yang belum
terwujud, seperti apa?
Bersambung..................................................................

33

Jangan pernah takut untuk memiliki impian,


asalkan dibarengi dengan usaha dan doa pasti terwujud
dan tidak mengubur impian itu hingga benar-benar
terwujud
Masih ada impian dan harapan di masa depan
yang ingin kita wujudkan beserta cerita baru menarik
untuk mengisi kehidupan kita

34

INFORMASI SINGKAT
Lahir di Arasoe Kabupaten Bone Sulawesi
Selatan, 6 Desember 1982. Pendidikan
Dasar di SDN 199 Arasoe tahun 1995
kemudian

menyelesaikan

pendidikan

tingkat SLTP di MTS Mahad Hadits Biru


Kabupaten Bone tahun 1998, tingkat SLTA di MAN 1
Watampone pada tahun 2001. Kemudian Melanjutkan
pendidikan Diploma tiga di Politeknik Kesehatan Makassar
pada tahun 2002. Pendidikan terakhir di FKM-Universitas
Hasanuddin 2015. Bertugas sebagai PTT Daerah terpencil,
tertinggal dan perbatasan di puskesmas Tampa Padang
Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju pada tahun 2007.
Kemudian diangkat menjadi CPNS di Puskesmas RangaRanga Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju pada tahun
2009. Bertugas di Dinas Kesehatan tahun 2010-2013 di
Bidang

P2PL

dan

2015-sekarang

di

Bidang

Promosi

Kesehatan. Semoga bermanfaat dan Terima kasih .

Halkim Mustamin

35

Anda mungkin juga menyukai