Anda di halaman 1dari 5

1

Pembiasan Lensa (GO-3)


Bella Octavia Nainggolan, Muhammad Rizqi Abdillah, Ni Ketut Sutiniasih, Siti Nur Fatmah, Tuti Nur
Latifah dan Putri Anggraini
Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat
Jln. Brigjen Hasan Basri, Banjarmasin 70123 Indonesia
e-mail: bellanainggolan@gmail.com

AbstrakPercobaan Pembiasan Lensa bertujuan untuk


menentukan jarak fokus lensa positif dan lensa negatif.
Metode percobaan yang digunakan adalah meletakkan benda,
lensa, layar lalu disusun dan digeser-geser layarnya kemudian
ukur jarak bayangan dan jarak fokus benda. Percobaan yang
dilakukan tidak sesuai dengan teori bahwa semakin besar
jarak benda maka semakin kecil jarak bayangan dan jarak
fokus tetap. Data disajikan dengan tabel.
Kata KunciLensa Negatif, Lensa Positif, Pembiasan
Cahaya.

I. PENDAHULUAN
ahaya mempunyai sifat dibiaskan yaitu pembelokkan
cahaya sehubungan dengan perubahan kelajuan cahaya
rambat dari satu medium ke medium lainnya. Pembiasan
cahaya dapat terjadi pada lensa. Lensa adalah benda bening
yang dibatasi oleh 2 permukaan dan minimal salah satu
permukaan itu merupakan bidang lengkung.
Lensa dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
bahkan sangat mudah kita temui. Misalnya: kamera yang
kita gunakan prinsip lensa. Oleh karena itu, sangat penting
dilakukan percobaaan menentukan fokus lensa.
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil rumusan
masalah yaitu Bagaimana menentukan jarak fokus lensa
positif dan Bagaimana menentukan jarak fokus lensa
negative?.
Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan
jarak fokus lensa positif dan menentukan jarak fokus lensa
negatif.

terdapat didepan lensa (f1). ). Titik ini disebut titik fokus


utama lensa. Pada lensa, sinar dapat datang dari 2 arah
sehingga pada lensa ada dua titik fokus f 1 dan f2. Titik fokus
1 dimana sinar sejajar dibiaskan disebut fokus aktif
sedangkan titik fokus 2 di fokus pasif. Jarak fokus aktif f 1
ketitik pusat titik O sama dengan jarak fokus pasif f2 dengan
pusat optik O dan disebut juga jarak fokus (f). F 1 untuk
lensa cembung diperoleh dari perpotongan langsung sinarsinar bias sehingga fokus aktif (f 1) adalah fokus nyata. Oleh
karena itu, jarak fokus lensa cembung (f) bertanda positif
dan lensa cembung disebut lensa positif. Sedangkan, f 1 lensa
cekung fokus maya dan jarak fokus lensa cekung (f) negatif.

II. KAJIAN TEORI


Lensa adalah benda bening (tembus cahaya) yang dibatasi
dua bidang lengkung atau satu bidang lengkung dan satu
bidang datar. Dari definisi tersebut dikenal lensa cembung
(bagian tengah tebal) dan lensa cekung (bagian tengah
tipis). Sinar bias pada lensa cembung ini bersifat
mengumpul (konvergen). Oleh karena itu disebut juga lensa
konvergen. Sedangkan lensa cekung, sinar bias pada lensa
ini bersifat memancar (divergen) dan disebut juga lensa
divergen.
Dari gambar 1 dan 2 tampak bahwa sinar-sinar sejajar
sumbu utama dibiaskan menuju suatu titik atau seakan-akan
berasal dari suatu titik. Untuk lensa cembung, titik ini
terdapat dibelakang lensa (f1. Untuk lensa cekung titik ni

Gambar 1.Lensa cembung bersifat mengumpulkan cahaya

Gambar 2. Lensa cekung bersifat memancarkan cahaya

Hubungan antara jarak benda dengan jarak bayangan


pada lensa tipis memenuhi persamaan :
+

. . .(1)

dengan : s = jarak benda


s = jarak bayangan
f(+) = jarak fokus

Gambar 3. Macam-macam Lensa (abc lensa positif, de lensa negatif)

Menentukan fokus lensa positif:


Jika benda didepan lensa positif, bayangannya dapat
diterima layar maka disebut bayangan tersebut disebut

2
bayangan nyata. Untuk memperoleh bayangan yang tajam
dilayar, lensa dan atau layar dapat digeser-geser sedemikian
hingga bayangan tersebut diterima jelas layar.
Menentukan fokus lensa negatif:
Ilustrasi pembentukan bayangan dapat dilihat dimana
bayangan lensa negatif dianggap benda oleh lensa positif.
Perhatikan bahwa s(-) = x dan s(+) = x + d, sehingga dari
rumus untuk lensa positif berlaku :
+

. . .(2)

Dari persamaan 2, x apat dihitung. Untuk lensa negative,


karena bayangan yang dibentuk selalu maya (tidak dapat
diterima layar), maka untuk menentukan jarak fokusnya
memakai pertolongan lensa positif yang diketahui f nya.
Selanjutnya untuk lensa negatif, berlaku:
+

. . .(3)

Dari persamaan diatas (3) ini dapat diperoleh nilai f(-).


Menentukan jarak fokus suatu lensa secara eksperimen
yaitu dengan menjatuhkan sebersas sinar sejajar dengan
sumbu lensa dan melihat dimana sinar-sinar sejajar ini
dikumpulkan oleh lensa. Disini kita akan menurunkan
hubungan antara jarak fokus suatu lensa dengan jejari kedua
permukaan dan indeks bias bahan lensa. Hal ini kita dapat
pergunakan hubungan-hubungan yang berlaku untuk
pembiasan pada permukaan sterik untuk memperoleh
hubungan yang kita cari. Untuk lebih jelas, perhatikan
gambar 4.

. . .(7)

Dalam mempergunakan persamaan 4-7 kita harus ingat


untuk memberikan tanda positif atau negative pada R1 dan
R2, sesuai dengan konvensi tanda yang sudah kita bahas
didepan.
Untuk pembentukan bayangan oleh lensa kita tuliskan
jarak obyek s1 sebagai s dan jarak bayangan akhir sebagai
s, sehingga persamaan 4-7 dapat dituliskan sebagai :
+

. . .(8)

Dari persamaan Gauss, yaitu:


+

= . . .(9)

Kita dapatkan bahwa jarak fokus lensa dengan indeks bias


n dan terletak dalam medium dengan indeks bias n,
memenuhi hubungan :
=

. . .(10)

Jika medium tempat lensa berada adalah udara,


maka persamaan 4-1- dapat dituliskan dengan
memasukkan harga n=1, sehingga kita peroleh
hubungan :
= (n- 1)

. . .(11)

Gambar 4. Titik fokus pertama dan kedua dari sebuah lensa konvergen tipis.
Nilai numerik f adalah positif.
Gambar 4. Parameter yang digunakan untuk menentukan jarak fokus suatu
lensa tipis

Jika lensa misalnya terletak dalam medium indeks bias n,


sedang lensa sendiri mempunyai indeks bias n, maka suatu
benda yang terletak pada jarak s1 disebelah kiri lensa oleh
permukaan (1) akan membentuk bayangan pada jarak s 1
menurut hubungan :
+

(4)

Bayangan ini berlaku sebagai benda s2 dari titik vertex


permukaan (2). Jika tebal lensa diabaikan dapat kita
tuliskan s2=s1, sehingga dari persamaan (4) kita peroleh
hubungan :
-

(5)

Sedang pembentukan bayangan oleh permukaan (2)


memberikan :
+

. . .(6)

Sehingga akhirnya kita peroleh hubungan :

Gambar 5. Titik fokus kedua dan titik fokus pertama dari sebuah lensa
divergen tipis. Nilai numerik f adalah negatif.

Kedua panjang fokus dalam gambar 4, yang keduanya


ditandai f selalu sama untuk sebuah lensa tipis walaupun
bila kedua sisi itu mempunyai kelengkungan yang berbeda.
Seperti pada cermin cekung, sebuah lensa konvergen
dapat membentuk sebuah bayangan dari sebuah benda yang
dipanjangkan.
Gambar 5 memperlihatkan sebuah lensa divergen; berkas
sinar paralel yang masuk pada lensa ini berpencar sebuah
refraksi. Panjang fokus dari sebuah lensa divergen adalah
sebuah kuantitas negative dan lensa itu dinamakan juga
lensa negatif.
Persamaan :

m=-

= . . .(12)

. . .(13)

adalah persamaan dasar untuk lensa tipis berlaku baik


untuk lensa negative maupun lensa positif. Inilah sebuah
pengamatan : Setiap lensa yang lebih tebal dipusatnya
daripada ditepinya adalah sebuah lensa konvergen dengan f
yang positif dan setiap lensa yang lebih tebal ditepinya
daripada dipusatnya adalah sebuah lensa divergen yang
aktif (asalkan bahwa lensa itu mempunyai indeks refraksi
yang lebih besar daripada material sekelilingnya).
a.

b.

Gambar 6. (a) lensa-lensa konvergen yang meniscus, yang cembung datar,


dan yang double cembung,
(b) menjadi lensa cembung

III. METODE PERCOBAAN


Pada Percobaan Pembiasan Lensa dibutuhkan alat dan
bahan yaitu lensa positif 1 buah, lensa negatif 1 buah,rel
presisi 1 set, kabel secukupnya, dan power supply 1 buah.
Rumusan hipotesis yang digunakan pada percobaan ini
adalah jika jarak benda dan jarak bayangan diperbesar,
maka jarak fokus tetap dan jika semakin besar jarak benda
maka semakin kecil jarak bayangan yang dihasilkan.
Identifikasi variabel yang kami gunakan dibedakan
menjadi 2, yaitu identifikasi variabel untuk lensa positif dan
identifikasi variabel untuk lensa negatif.
Identifikasi variabel pada percobaan untuk lensa positif
yaitu variabel manipulasi, variabel kontrol, dan variabel
respons. Variabel manipulasi yang digunakan adalah jarak
benda (s(+)). Definisi Operasional Variabel Manipulasi yaitu
jarak benda terhadap lensa positif yang diukur
menggunakan penggaris dalam satuan cm. Jarak benda
diubah sebanyak 3 kali dan jarak benda yang digunakan 30
cm, 50 cm, dan 70 cm. Variabel kontrol yang digunakan
adalah intensitas cahaya, benda, jenis lensa, dan layar.
Definisi operasional variabel kontrol yaitu selama
percobaan menjaga tetap intensitas cahaya, benda, jenis
lensa dan layar yang digunakan. Variabel respons yang
digunakan adalah jarak fokus (f(+)) dan jarak bayangan
(s(+)). Definisi operasional variabel respons yaitu
menentukan jauhnya jarak gambar berfokus dari lensa
ketika sinar cahaya paralel memasuki lensa dan
menentukan jarak bayangan terhadap lensa.
Identifikasi variabel pada percobaan untuk lensa negatif
yaitu variabel manipulasi, variabel kontrol, dan variabel
respons. Variabel manipulasi yang digunakan adalah jarak
benda (s(-)). Definisi Operasional Variabel Manipulasi yaitu
jarak benda terhadap lensa negatif yang diukur
menggunakan penggaris dalam satuan cm. Jarak benda
diubah sebanyak 3 kali dan jarak benda yang digunakan 30

cm, 45 cm, dan 60 cm. Variabel kontrol yang digunakan


adalah intensitas cahaya, benda, jenis lensa,jarak antara
lensa negatif dan lensa positif (d),titik fokus lensa, dan
layar. Definisi operasional variabel kontrol yaitu selama
percobaan menjaga tetap intensitas cahaya, benda, jenis
lensa,jarak antara lensa negatif dan lensa positif (d),titik
fokus lensa sebesar 50, dan layar. Variabel respons yang
digunakan adalah jarak fokus (f(-)) dan jarak bayangan
(s(+)). Definisi operasional variabel respons yaitu
menentukan jauhnya jarak gambar berfokus dari lensa
ketika sinar cahaya paralel memasuki lensa dan
menentukan jarak bayangan terhadap lensa positif.
Percobaan ini dilakukan sebanyak 2 kali dengan lensa
yang berbeda yaitu percobaan untuk lensa positif dan
percobaan lensa negatif. Percobaan untuk lensa
negatif,percobaan dimulai dengan meletakkan benda, lensa
positif, layar sedemikian hingga tersusun seperti gambar 7.
Kemudian, dengan rel presisi menggeser layar dan atau
lensa maka layar akan tampak gambar yang tajam. Lalu
mengulang langkah sebelumnya dengan kondisi yang
berbeda, yaitu dengan mengubah jarak benda (s). Mengukur
s untuk setiap kondisi tersebut.
Percobaan untuk lensa negatif, percobaan dimulai dengan
meletakkan lensa negative, lensa positif,dan layar . Dengan
rel presisi, menggeser-geser lensa positif sedemikian
mengupayakan dilayar tampak gambar yang tajam. Kedua,
mengulang langkah pertama dengan mengubah jarak benda
(s(+)). Ketiga, mengukur d dan (s(+)) untuk jarak benda yang
berbeda
kemudian
mencatat
hasil
yang
diperoleh.selanjutnya menentukan jarak fokus lensa negatif
tersebut.
Rancangan percobaan yang kami gunakan
sebagai
berikut:

Gambar 7.Lensa Positif

Gambar 8.Lensa Negatif

Data hasil pengamatan lensa cembung dan lensa cekung


disajikan menggunakan tabel.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Lensa Cembung
No
s (cm)
s (cm)
1
2
3
4
5

Tabel 2.Hasil Pengamatan Lensa Cekung


No
s (cm)
s (cm)
1
2
3

Teknik analisis yang kami gunakan percobaan ini ada dua


yaitu untuk lensa cembung (positif) dan lensa cekung
(negative). Teknik analisis untuk lensa cembung (positif)
sebagai berikut:
+

KR =

xf

PF =
Teknik analisis untuk lensa cekung (negative) sebagai
berikut.
-d

Berdasarkan tabel diatas, jika dibandingkan jarak benda


dengan jarak bayangan yang berbeda maka seharusnya
semakin besar jarak benda maka semakin kecil jarak
bayangan tetapi pada percobaan ada yang sama padahal
jaraknya semakin besar. Hal ini disebabkan beberapa
faktor, antara lain: kesulitan dalam menentukan bayangan
yang paling tajam pada layar dan kurang cermat dalam
menukur bayangan. Dalam menentukan jarak fokus lensa
cembung maka dapat dituliskan dalam persamaan:
+

x 100%

DK = 100% - KR

x=

IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Pada percobaan pembiasan lensa dilakukan menggunakan
jenis yang lensa berbeda yaitu lensa cembung (positif) dan
lensa cekung (negatif).
Pada percobaan lensa cembung yang dilakukan sebanyak
3 kali dengan jarak benda yang berbeda-beda masingmasing sebesar 0,3 m;0,5 m; dan 0,7 m. Jarak bayangan
yang dihasilkan masing-masing sebesar 0,055 m; 0,05
m;dan 0,05m. Perhatikan tabel berikut
No. S (m)
S(m)
1
0,3
0,055
2
0,5
0,05
3
0,7
0,05

= +

Setelah dihitung menggunakan persamaan diatas, maka


jarak fokus ketiga percobaan diperoleh jarak fokus masingmasing sebesar (0,04648 0,0003691)m, (0,04545
0,00004545)m, dan (0,04667 0,0004378)m dengan
ketidakpastian relative masing-masing sebesar 0,79%;0,1%;
dan 0,9%. Jika dibandingkan hipotesis yang saya gunakan ,
percobaan dengan teori tidak sesuai seharusnya jarak fokus
tiap percobaan tetap/sama besar karena nilai f tergantung
pada kelengkungan lensa dan lensa yang digunakan pada
ketiga percobaan.
Pada percobaan lensa negatif yang dilakukan sebanyak 3
kali dengan jarak antara lensa negatif dengan lensa positif
(d) sebesar 0,15 m, jarak fokus lensa positif sebesar 0,05 m,
dan jarak benda lensa negatif masing-masing sebesar 0,3
m; 0,45 m; dan 0,6 m. jarak bayangan lensa positif yang
dihasilkan masing-masing sebesar 0,063 m; 0,061 m; dan
0,06 m. Untuk mencari jarak bayangan lensa negative dapat
dituis dalam persamaan :
x=

KR =

xf

x 100%

DK= 100% - KR
PF =

= . . .(14)

- d . . . (15)

Setelah menggunakan persamaan diatas maka jarak


bayangan lensa negative masing-masing sebesar (-0,2221
0,0006546)m;
(-0,21950,001148)m,
dan
(0,21820,001146)m dengan ketidakpastian relative masingmasing sebesar 0,29%; 0,5%; dan 0,005%. Jarak bayangan
lensa negative bertanda negative menunjukan bayangan
bersifat maya, tegak, diperkecil, dan didepan lensa.
Perhatikan tabel berikut
No
S(-) (m)
X (m)
1
0,3
0,2221
2
0,45
0,2195
3
0,6
0,2182
Berdasarkan tabel diatas, jika dibandingkan jarak benda
dengan jarak bayangan yang berbeda maka seharusnya

5
semakin besar jarak benda maka semakin kecil jarak
bayangan tetapi pada percobaan ada yang sama padahal
jaraknya semakin besar. Hal ini disebabkan beberapa
faktor, antara lain: kesulitan dalam menentukan bayangan
yang paling tajam pada layar dan kurang cermat dalam
mengukur bayangan. Setelah mendapat jarak bayang lensa
negatif (x), maka dapat dicari menggunakan persamaan :
+

. . .(16)

Dari persamaan diatas maka diperoleh jarak fokus masingmasing sebesar (-0,8550,0115)m, (-0,42840,002359)m,
dan (-0,34290,001398)m dengan ketidakpastian relatif
masing-masing sebesar 1,34%;0,5%; dan 0,4%. Jika
dibandingkan hipotesis yang saya gunakan , percobaan
dengan teori tidak sesuai seharusnya jarak fokus tiap
percobaan tetap/sama besar karena nilai f tergantung pada
kelengkungan lensa dan lensa yang digunakan pada ketiga
percobaan. Pada lensa negatif, jarak fokus bertanda negatif
(-).
V. KESIMPULAN
Pada percobaan lensa cekung, jarak benda yang berbedabeda masing-masing sebesar 0,3 m;0,5 m; dan 0,7 m; jarak
bayangan yang dihasilkan masing-masing sebesar 0,055 m;
0,05 m;dan 0,05m; dan jarak fokus masing-masing sebesar
(0,04648 0,0003691)m, (0,04545 0,00004545)m, dan
(0,04667 0,0004378)m . Jika dibandingkan dengan teori
tidak sesuai, seharusnya semakin besar jarak benda maka
semakin kecil jarak bayangan dan seharusnya sama jarak
fokusnya tiap percobaan sama karena lensa yang digunakan
sama maka kelengkungan lensa yang digunakan juga sama.
Pada percobaan lensa cembung, jarak benda lensa negatif
masing-masing sebesar 0,3 m; 0,45 m; dan 0,6 m dan jarak
bayangan lensa negatif (x) masing-masing sebesar (-0,2221

0,0006546)m;
(-0,21950,001148)m,
dan
(0,21820,001146)m. dan jarak fokus masing-masing
sebesar(-0,8550,0115)m, (-0,42840,002359)m, dan (0,34290,001398)m. Jika dibandingkan dengan teori tidak
sesuai, seharusnya semakin besar jarak benda maka
semakin kecil jarak bayangan dan seharusnya sama jarak
fokusnya tiap percobaan sama karena lensa yang digunakan
sama maka kelengkungan lensa yang digunakan juga sama.
Tanda negatif (-) menunjukkan bayangan bersifat maya,
tegak, diperkecil, dan didepan lensa.
VI. UCAPAN TERIMA KASIH
Saya mengucapkan terima kasih kepada asisten
Pembiasan Lensa (GO-3) yaitu Putri Anggraini yang
memberikan bimbingan dan panduan saat melakukan
percobaan. Serta teman-teman praktikum satu kelompok
yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan percobaan
ini.

VII.
[1]

DAFTAR PUSTAKA

Soeharto.2000.Fisika Dasar II Buku Panduan Mahasiswa Bagian II.


Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

[2]
[3]
[4]
[5]

Giancolli,Doughlas.2001.
Fisika
2
Edisi
kelima
jilid
2.Jakarta:Erlangga.
Kanginan, Marthen.2002.Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta:Erlangga.
Sutrisno.1986. Seri Fisika Dasar Gelombang dan Optik. Bandung:ITB.
Tim Dosen Fisika.2015.Modul Praktikum Fisika Dasar II.
Banjarmasin:P.MIPA Fisika FKIP UNLAM.

Anda mungkin juga menyukai