Anda di halaman 1dari 8

MODEL ANALISIS DATA DALAM

PENELITIAN LINGUISTIK DAN SASTRA

A. Pendahuluan
Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah
ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek
kajiannya atau lebih tepat lagi, seperti yang disebutkan Martinet
(1987:19), telaah ilmiah mengenai bahasa. Dalam berbagai buku mungkin
rumusannya

agak

berbeda,

tetapi,

bahwa

bahasa

menjadi

kajian

linguistik, kiranya tidak perlu diperdebatkan lagi.

Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum. Artinya, ilmu


linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, seperti bahasa
Indonesia atau bahasa Jepang, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa
pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia,
yang dalam peristilahan Perancis disebut langage. Ada dua pendekatan
dalam studi bahasa, yaitu pendekatan linguistik dan pendekatan humanis
(Alwasilah, 2008:66). Pendekatan yang pertama memiliki tujuan untuk
mendeskripsikan bahasa secara alamiah, sedangkan yang kedua memiliki
tujuan mendeskripsikan bagaimana manusia berkomunikasi.

Dewasa ini penelitian tentang bahasa dengan berbagai aspeknya


dilakukan orang dengan sangat intensif, sehingga linguistik berkembang
dengan sangat pesat, luas, dan mendalam. Namun dalam kenyataannya,
seorang peneliti mengalami kendala dalam melakukan analisis data. Oleh
karena itu, dalam bab ini akan dipaparkan beberapa model analisis data
dalam penelitian linguistik dan sastera.

B. Konsep Dasar

1. Pengertian Model
Untuk memudahkan penjelasan mengenai model/metode analisis
data dalam penelitian linguistik dan sastera, berikut ini akan disajikan
beberapa pengertian dari model/metode dan analisis data.
Model

adalah

rencana,

representasi,

atau

deskripsi

yang

menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa


penyederhanaan atau idealisasi (Wikipedia). Sedangkan menurut Kaplan
(1964:258), menyatakan bahwa model adalah something eminently
worthy of imitation, an exemplar or ideal, yakni sesuatu yang ideal yang
sangat wajar untuk ditiru.

2. Pengertian Analisis data


Analisis data adalah suatu proses pengklasifikasian, pengkategorian,
dan elaborasi data yang telah terkumpul dapat diberikan makna untuk
menjawab masalah penelitian yang telah dirumuskan untuk mencapai
tujuan penelitian, Sedangkan langkah-langkah yang harus ditempuh
dalam analisis data adalah:
Mengorganisasi data
Menguraikan data menjadi satuan yang dapat diatur
Mensintesis data
Mencapai pola
Menemukan yang penting
Memutuskan yang akan dilaporkan

C. Ranah Penelitian
Penelitian linguistik terfokus pada dua ranah, yaitu ranah bahasa
dan ranah manusia. Kedua ranah tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut.

1.Ranah Bahasa
Penelitian linguistik pada ranah bahasa adalah sebagai berikut:
a.

Karena bahasa adalah bunyi ujaran, maka linuistik melihat


bahasa sebagai bunyi, artinya bagi linguistik bahasa lisan adalah
primer, sedangkan bahasa tulis adalah sekunder. Dalam studi
bahasa secara tradisional yang tidak mendekati bahasa seperti
linguistik modern, biasa kita dapati pernyataan-pernyataan
seperti kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang
dimulai dengan huruf besar dan diakhiri dengan titik.

b. Karena bahasa itu bersifat unik, maka linguistik tidak berusaha


menggunakan kerangka suatu bahasa untuk dikenalkan kepada
bahasa lain. Misalnya, dulu banyak ahli bahasa yng meneliti
bahasa-bahasa di Indonesia dengan menggunakan kerangka atau
konsep yang berlaku dalam bahasa Latin, Yunani atau Arab
sehingga kita sekarang mewarisi konsep-konsep yang tidak
cocok untuk bahasa di Indonesia seperti konsep kata majemuk,
konsep tekanan kata, dan konsep artikulus. Pendekatan terhadap
bahasa dilakukan oleh para peneliti dahulu tidak melihat bahwa
setiap bahasa mempunyai keunikan atau ciri khas masingmasing, meskipun diakui memiliki diakui ada juga kesamaankesamaan system antara bahasa yang satu dengan bahasa yang
lain.
c.

Karena bahasa adalah suatu sistem maka linguistik mendekati


bahasa bukan sebagai kumpulan unsur yang terlepas, melainkan
sebagai kumpulan unsur yang satu dengan lainnya mempunyai
jaringan hubungan.

d. Karena bahasa itu dapat berubah dari waktu ke waktu sejalan


dengan perkembangan sosial budaya masyarakat pemakaiannya,
maka linguistik memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang

dinamis.

Lalu

linguistik

dapat

mempelajari

bahasa

secara

sinkronik dan diakronik. Sinkronik bersifat deskriptif, karena


linguistik hanya mencoba memberikan keadaan bahasa itu
menurut apa adanya pada kurun waktu yang terbatas. Studi
diakronik artinya mempelajari bahasa dengan berbagai aspeknya
dan perkembangannya dari waktu ke waktu sepanjang kehidupan
bahasa itu.
e. Bersifat empiris. Linguistik mendekati bahasa secara deskriptif
dan tidak secara preskriptif. Hal ini sangat penting dalam
linguistik, artinya apa yang diungkapkan oleh seseorang (data
empiris) dan bukan apa ynag menurut si peneliti seharusnya
diungkapkan.

2.Ranah Manusia
Dalam dunia keilmuan, tidak hanya linguistik saja yang mengambil
bahasa sebagai objeknya, tetapi ada pula ilmu atau disiplin lain, misalnya
ilmu sastera, ilmu sosial, psikologi, dan fisika.
Ilmu sastera mendekati bahasa atau memandang bahasa sebagai
wadah seni, sabagai sarana atau alat untuk mengungkapkan karya seni.
Bahasa dilihat dan digunakan sebagai sarana menciptakan keindahan,
yang sama halnya dengan garis dan warna pada seni lukis, atau bentukbentuk dalam seni patung, atau bumi dan nada dalam seni musik. Ilmu
sosial atau sosiologi mendekati dan memandang bahasa sebagai alat
interaksi

sosial

di

dalam

masyarakat.

Psikologi

mendekati

dan

memandang bahasa sebagai gejala kelahiran kejiwaan. Sedangkan fisika


mendekati dan memandang bahasa sebagai fenomena alam, yakni
sebagai gelombang bunyi yang merambat dari mulut pembicara ke
telinga pendengar.

D.Metode (Model) Analisis


1.Metode Introspektif
Model dari Fragmen Bahasa (grammar)
Peneliti
Bahasa
Dalam menganalisis data dengan menggunakan metode introspektif
pada penelitian linguistik, peneliti langsung meneliti bahasa sasaran
melalui kompetensinya, artinya disini adalah peneliti tidak terjun langsung
kepada masyarakat penutur bahasa yang menjadi objeknya, melainkan
mangandalkan kompetenasi linguis tingkat tinggi dan intuisi bahasa yang
dimiliki oleh masyarakat penutur yang menjadi objek kajiannya.

2.Metode Analitik
Model dari Fragmen Bahasa (grammar)
Peneliti
Data
Bahasa
Dalam menganalisis data dengan menggunakan metode analitik,
peneliti memiliki pemahaman terhadap bahasa sasaran, namun lebih
bersandar pada generalisasi dari korpus yang digeluti, bukan pada intuisi.
Metode analisis ini pada dasarnya merupakan suatu teknik sistematik
untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau suatu alat untuk
mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka
dari komunikator yang dipilih (Budd, 1967:2). Objek kajian mengenai
analisis wacana dan kritik sastera harus dilakukan dengan menggunakan
metode analitik.

3.Metode Eksperimental
Model dari Fragmen Bahasa (grammar)
Peneliti
Data
Bahasa
Informan

Dalam metode ini, diperlukan adanya kontrol terhadap data yang


diakses peneliti. Penutur sejati diminta memberikan fakta-fakta bahasa
atau

variasi

bahasa.

Metode

ini

berhubungan

dengan

penelitian

psikolinguistik.

E.Sampel Purposif
Purposif
interactional,

atau

purposeful

theoretical,

atau

sering

juga

emergent

diistilahkan

(mencuat)

dengan

yakni

bukan

representative sampling (Alwasilah, 2008:72). Kemudian Patton (1980)


menyebutkan

enam

jenis

pemilihan

sampel

sesuai

dengan

kasus

penelitian yang mungkin ditemui peneliti, yaitu:


1. Extreme or deviant cases: untuk mendapatkan informasi tentang kasus
yang luar biasa, aneh, yang mungkin mengganggu kesimpulan adhoc
atau bahkan memberikan pencerahan bagi temuan.
2. Typical cases: untuk mengetahui informasi yang muncul dari kasus
yang spesifik yang diperlukan untuk memperkaya temuan.
3. Maximum variation: untuk mendokumentasikan variasi yang mungkin
muncul karena adaptasi dengan kondisi yang bermacam-macam.
4. Critical cases: untuk memungkinkan adanya aplikasi secara maksimal
dari temuan terhadap kasus yang sifatnya kritis.
5. Politically important or sensitive cases: untuk menarik perhatian
terhadap studi yang sedang dilakukan.
6. Convenience: yang dilakukan karena alasan kemudahan.
F. Ihwal Penelitian Sastera
Kelahiran sastera di tengah peradaban manusia tidak dapat ditolak,
bahkan sastra mengalami perkembangan yang luar biasa hingga saat ini
dalam hasanah pengkayaan budaya bangsa. Sastera merupakan salah
satu karya kreatif yang patut dikembangkan dalam cakrawala ilmu
pengetahuan yang semakin melaju dan berkembang. Sastera terlahir

disebabkan dorongan dan dasar manusia untuk mengungkapkan dirinya,


menaruh minat terhadap manusia, kemanusiaan, dan menaruh simpati
dan empati terhadap masalah dunia realitas yang berkembang sepanjang
zaman. Sastera yang telah dilahirkan oleh para sastrawan diharapkan
dapat memberi kepuasan estetik dan kepuasan intelek bagi manusia.

1.Pentingnya Penelitian Sastera


Teeuw

(1982:17)

mengungkapkan

bahwa

dalam

dasa

warsa

belakangan ini ilmu sastra internasional berkembang sangat cepat ke arah


yang menjadikan ilmu sastra sangat penting. Hal inilah yang perlu
diperhatikan oleh peneliti, khususnya di Indonesia, agar perkembangan
sastra Indonesia sejalan dengan perkembangan ilmu sastra dunia. Dalam
penelitan sastra, peneliti tidak hanya melakukan kegiatan ilmiah murni,
tetapi juga ikut serta menyebarluaskan dan mencermati segala detil
perkembangan sastra, menyeleksi, menyunting teks menafsirkan, dan
menjelaskan latar belakang sosial budaya dan sejarah perkembangannya.

2.Tujuan Penelitian Sastra


Tujuan penelitian sastra adalah menemukan, mengembangkan, atau
menguji kebenaran suatu pengetahuan secara empiris berdasarkan data
dan fakta, pengembangan atau pengujian kebenaran yang dicapai dengan
penelitian tentulah digunakan sebagai dasar atau fondasi melakukan
tindakan.
Di dalam pengembangan ilmu sastra, teori sastra, kritik sastra, dan
sejarah sastra diberlakukan adanya rangkaian penelitian. Terutama untuk
mengukuhkan dan memverifikasi teori-teori yang telah ada dan kalau
perlu berusaha menemukan teori-teori baru yang relevan.
Penelitian sastera pada intinya ditujukan pada pencerahan kritik
sastera (Altick, 1963:5) yang menurutnya mempersyaratkan lima hal bagi
peneliti sastera, yaitu:

a) Peneliti mencintai sastera demi sastera sebagai seni. Untuk itu ia


mesti seorang pembaca

sastera.

b) Peneliti mesti memiliki rasa sejarah yang tajam, agar mampu


member tafsir kini secara intelektual dan imajinatif terhadap karya
sastera yang berbingkai sejarah masa silam.
c) Peneliti meski bersikap ilmiah, yakni mantap dan disiplin dalam
metodologi.
d) Peneliti siap bekerja secara saksama dan mendetil, sabar, dan tidak
mengenal lelah, agar tidak ada kesalahan.
e) Peneliti pada akhirnya mencari sintesis sebagai kristal-kristal yang
diburu para penerusnya dalam member tafsir akan bukti-bukti
sastera di masa silam.

Anda mungkin juga menyukai