Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan
bagian
terpenting
dari
pembangunan
orang
agar
terwujud
derajat
kesehatan
masyarakat
yang
berbagai
upaya
kesehatan
secara
menyeluruh
melaksanakan
pembinaan
dan
pelayanan
kesehatan
secara
berbagai
faktor
resiko
lingkungan
masyarakat
yang
penderita diare sebanyak 224 baik dari rawat jalan maupun rawat inap.
Berdasarkan masalah diatas maka perlu dianalisa ulang mengenai
kekurangan dalam pelaksanaan program-program puskesmas terutama
program P2M mengenai penyakit diare di Puskesmas Kebasen.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu menganalisa masalah kesehatan dan metode pemecahan
masalah kesehatan di Puskesmas Kebasen
2. Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
C. MANFAAT PENULISAN
1.
2.
3.
4.
5.
II.
A.
Sebelah Utara
b.
Sebelah Selatan
: Kecamatan Patikraja
: Kecamatan Sampang dan Kecamatan
Kroya KabupatenCilacap
c.
Sebelah Timur
Kecamatan
Kemranjen
d.
Sebelah Barat
: Kecamatan Rawalo
2.
a. Tanah Sawah
: 1.049,60 Ha (19,43 %)
: 1.542,33 Ha (28,56 %)
: 1.041,66 Ha (19,29 %)
d. Tanah Kebasen
: 10,800 Ha (0,20 %)
: 916,000 Ha (16,96 %)
: 565,100 Ha (10,44 %)
g. Lain-lain
: 274,025 Ha (5,09 %)
Keadaan Demografi
a.
Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kecamatan Kebasen
tahun 2015, jumlah penduduk Kecamatan Kebasen adalah 66.080 jiwa
terdiri dari 33.540 jiwa laki-laki (50,76 %) dan 32.540 jiwa
perempuan (49,24 %) yang tergabung dalam 16.530 rumah
tangga/KK. Jika dibandingkan dengan tahun 2014, jumlah penduduk
pada tahun 2015 mengalami peningkatan. Jumlah penduduk tahun
2015 yang tertinggi di desa Cindaga sebanyak 11.221 jiwa, sedangkan
terendah di desa Tumiyang 1.607 jiwa. Kepadatan penduduk
b.
1
2
3
4
5
6
Jenis Pendidikan
Tidak/Belum
Tamat
SD/MI
Tamat SD/MI
SLTP/Sederajat
SLTA/Sederajat
Diploma III
Universitas
Perempua Jumlah
Laki-laki
n
7.806
7.866
15.672
9.960
3.481
1.997
392
248
10.197
2.836
1.432
311
158
20.157
6.317
3.429
703
406
B.
Mortalitas
a.
angka
kematian
bayi
menunjukkan
masih
rendahnya status kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang dapat
disebabkan oleh masih rendahnya akses dan kualitas pelayanan
kesehatan masyarakat khususnya pelayanan kesehatan ibu dan
anak, perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat khususnya ibu
saat hamil serta lingkungan masyarakat yang belum sepenuhnya
mendukung pentingnya kesehatan.
waktu
tahun.
AKABA
menggambarkan
tingkat
PHBS
dalam
setiap
tatanan
rumah
tangga,
Morbiditas
a. Penyakit Malaria
Berdasarkan Tabel 22 dalam lampiran buku profil, pada tahun
2015 terjadi kasus Malaria positif sebanyak 1 kasus atau Angka
Kesakitan Malaria (API) 0,0151 per 1000 penduduk. Sedangkan
kejadian kasus Malaria positif pada tahun 2014 sebanyak 4 kasus
atau Angka Kesakitan Malaria (API) sebesar 0,0655 per 1000
penduduk. Hal tersebut menunjukan tidak terjadi peningkatan
kejadian kasus malaria positif. Hal ini bisa dipertahankan dengan
peran aktif tenaga medis, paramedis, petugas surveilans, promkes,
bidan desa dalam preventif dan promotifnya dan juga dibantu oleh
juru malaria desa. Daerah endemis malaria di Kecamatan Kebasen
masih berada di Desa Kalisalak.
b. Kesembuhan penderita TB Paru BTA (+)
Dari Tabel 8 dalam buku profil, pada tahun 2015 ditemukan
kasus baru TB Paru BTA positif sebanyak 23 kasus, klinis 26
dengan perkiraan jumlah kasus BTA positif sebanyak 65 kasus.
Angka Penemuan Penderita TB Paru BTA positif (CDR) di
Kecamatan Kebasen sebesar 35,38%. Dibanding periode yang
sama pada tahun 2014 ditemukan kasus baru BTA positif sebanyak
25 kasus dengan perkiraan jumlah kasus BTA positif sebanyak 65
kasus dengan CDR sebesar 38,46 %. Dengan demikian ada
penurunan CDR pada tahun 2015 dibanding tahun 2014. Hal ini
dimungkinkan karena kurangnya skrining dari pemegang program
pneumonia
dan
bisa
disebabkan
masih
kurangnya
c. HIV
Dari Tabel 11 dalam buku profil, pada tahun 2015 di
Kecamatan Kebasen tidak ditemukan kasus HIV, walaupun untuk
angka laporan dari kabupaten ada sekitar 3-5 kasus. Hal ini
dimungkinkan karena tidak adanya open status dari pihak rumah
sakit ataupun dari DKK, terutama untuk pasien yang dirujuk ke
Rumah Sakit dengan suspek HIV. Begitu pula di tahun 2013 adalah
0 kasus.
d. Acute Flaccid Paralysis
Standar penemuan kasus polio adalah 2 per 100.000
penduduk usia kurang dari 15 tahun. Target penemuan kasus di
Kabupaten banyumas adalah 2 kasus. Bila dilihat dari tabel 18
dalam buku profil ini, di Kecamatan Kebasen pada tahun 2015
tidak ditemukan kasus AFP.
e. Demam Berdarah Dengue
Dari Tabel 21 dalam buku profil, jumlah kasus DBD di
Kecamatan Kebasen pada tahun 2015 sebanyak 8 kasus dengan
angka kesakitan DBD sebesar 12,1 per 100.000 penduduk.
Sedangkan pada tahun 2014 jumlah kasus DBD sebanyak 9 kasus
dengan angka kesakitan DBD sebesar 14,7 per 100.000 penduduk.
Dengan demikian terjadi penurunan kasus DBD pada tahun 2015
dibanding tahun 2014. Untuk Insidence rate terhitung masih tinggi.
Hal ini dapat disebabkan oleh semakin tingginya mobilitas
penduduk,
masih
kurangnya
kesadaran
masyarakat
untuk
oleh
infeksi
bakteri
Mycobacterium
leprae.
Status gizi
a. Presentase berat bayi lahir rendah
Berat bayi lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram, terjadinya kasus BBLR ini
disebabkan antara lain oleh ibu hamil mengalami anemia,
kurangnya suplai gizi sewaktu dalam kandungan atau terlahir
belum cukup bulan. Bayi BBLR ini perlu penanganan serius karena
pada kondisi ini bayi mudah sekali mengalami hipotermia dan
belum sempurnanya pembentukan organ-organ tubuhnya yang
biasanya akan menjadi penyebab utama kematian bayi.
Jumlah bayi BBLR di kecamatan Kebasen tahun 2015 Tabel
37 ada 52 kasus atau 5,4 %. Dibandingkan tahun 2014 terdapat 19
kasus atau 2,0%, hal ini menunjukan adanya peningkatan jumlah
bayi BBLR ditahun 2015. Perlu adanya peningkatan promotif dan
preventif pada setiap pertemuan di posyandu ataupun di kelas ibu
baik oleh bidan desa, bidan puskesmas, petugas gizi, promkes
ataupun medis.
b. Presentase balita dengan gizi buruk
Dari Tabel 44 dalam buku profil, pada tahun 2015 terdapat
1057 bayi dan 7759 anak balita dengan bayi mendapat vitamin A
satu kali sebanyak 1057 bayi (100%), anak balita mendapat vitamin
A dua kali sebanyak 7759 (100%). Dan pada Tabel 48 ditemukan
kasus balita gizi buruk 2 kategori BB/U dan semuanya sudah
mendapat PMT pemulihan dari anggaran APBN (BOK), dengan
pengawasan dan evaluasi dari petugas kesehatan baik medis,
pemegang program gizi dan dibantu oleh bidan desa akhirnya 6
yang terkategori gizi buruk mengalami peningkatan BB yang
signifikan.
C.
INPUT
1.
Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga Puskesmas Kebasen yang ada menurut data tahun 2015
berjumlah 8 orang dengan rincian sebagai berikut:
2.
a.
Dokter Umum
: 3 orang
b.
Dokter Gigi
: 1 orang
c.
Perawat
: 11 orang
d.
Perawat gigi
: 1 orang
e.
Bidan
: 24 orang
f.
Ahli Gizi
: 1 orang
g.
Sanitasi
: 2 orang
h.
Promkes
: 3 orang
i.
Laborat
: 1 orang
j.
Rontgen
: 1 orang
k.
Akuntansi
: 1 orang
Sarana Kesehatan
Berdasarkan profil Puskesmas Kebasen tahun 2015, jumlah sarana
pelayanan kesehatan yang ada di Kecamatan Kebasen pada tahun
2015 terdiri dari :
a. Puskesmas rawat inap
:1
b. Puskesmas Pembantu
:1
c. Poli/BP Swasta
:2
:5
e. Apotek
:2
f. Polindes
: 12
g. PKD
: 12
h. Posyandu
: 78
1) Posyandu Pratama
:0
2) Posyandu Madya
:0
3) Posyandu Purnama
: 70
4) Posyandu Mandiri
:8
Pembiayaan Kesehatan
Penyelenggaraan pembiyaan untuk keluarga miskin dan
masyarakat rentan di Kecamatan Kebasen tahun 2015 meliputi BPJS
dan KBS. Jumlah masyarakat miskin sebesar 29618 jiwa, yang
mendapat pelayanan kesehatan meliputi rawat jalan 21596 (34,4%),
yang mendapat pelayanan rawat inap sebanyak 795 (2,9%).
Dibandingkan dengan standar pelayanan minimal angka tersebut
masih dibawah target yaitu 15% dari total masyarakat miskin, yang
berarti belum semua keluarga miskin tercakup dalam pelayanan
kesehatan Gakin dan Masyarakat rentan. Akan tetapi hal tersebut bisa
terjadi karena masyarakat miskin tidak memanfaatkan hak untuk
berobat karena tidak adanya keluhan kesehatan.
D.
Strength
Man
Puskesmas Kebasen memiliki 3 dokter umum, 11 perawat
umum, dan 3 pelaksana kesling berdasarkan data profil Puskesmas
Kebasen. Dalam pelaksanaan sehari-hari di Puskesmas Kebasen,
terdapat
tenaga
kesehatan
yang
berpengalaman
dalam
kegawatdaruratan
penyakit
Diare,
pemeriksaan
Weakness
Aspek kelemahan dari program Pemberantasan Penyakit Menular
(P2M) Diare terdapat pada aspek input dan proses (penggerakan dan
pelaksanaan program, serta pengawasan dan pengendalian kegiatan).
Input
Man: Terdapat petugas khusus di bidang diare tetapi petugas P2M
diare juga menjabat bidang lain sehingga kurang focus.
Proses
a. Penggerakan dan pelaksanaan program
Kader kesehatan di desa kurang aktif dalam menjalankan
promosi kesehatan khususnya tentang penyakit diare, sehingga
informasi kesehatan yang diperoleh dari penyuluhan kesehatan dari
pihak puskesmas tidak tersampaikan dengan baik kepada
masyarakat. Faktor lain yang ikut berperan yaitu kesadaran
masyarakat yang masih kurang dalam menjalankan PHBS di
lingkungannya.
b. Pengawasan dan pengendalian kegiatan
Pengawasan dan pengendalian kegiatan di tingkat puskesmas
dan dinas kesehatan Banyumas sudah baik, hanya saja kurangnya
pengawasan dari tingkat tiap desa di Kecamatan Kebasen.
Dapat disimpulkan dari aspek proses, kelemahan program P2M
Diare dikarenakan:
Kurangnya sumber daya manusia untuk menangani P2M
Diare secara khusus.
Opportunity
Kesempatan untuk mengatasi permasalahan program P2M diare antara
lain Dinas Kesehatan yang turut aktif dalam pemberantasan penyakit
menular.
4.
Threat
Ancaman kasus Diare terjadi di Kecamatan Kebasen masih tinggi.
Banyak juga warga Kecamatan Kebasen yang belum menyadari pentingnya
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan seharihari.Masyarakat sulit diajak kerja sama dalam kegiatan pemberantasan
penyakit menular. Berdasarkan data per Januari
penyakit diare merupakan masalah yang utama untuk di selesaikan, hal ini
sesuai dengan jumlah angka kejadian diare sebanyak 1226 kasus. Jumlah
penderita diare selalu ada dan memiliki jumlah yang signifikan pada setiap
tahun.
III.
IV.
A. Kesimpulan
1. Program P2M diare dipilih sebagai salah satu masalah dalam program
Puskesmas Kebasen karena berdasarkan 10 penyakit menular salah
satu yang tertinggi di Puskesmas Kebasen dari bulan JanuariDesember tahun 2015 yaitu penyakit diare sebanyak 1226 kasus.
2. Beberapa hal yang menjadi sebab kurang tercapainya program P2M
diare di Puskesmas Kebasen adalah :
kegiatan
yang
telah
dilaksanakan
dan
segera