Anda di halaman 1dari 9

Tegas sejarah seni rupa indonesia

Nama : Muhammad abror


Nim

: 1509530030

Definisi Ras Mongoloid


Difenisi ras berarti pengelompokan masyarakat berdasarkan ciri ciri fisiknya, bukan
budayanya. Jadi,Ras Mongoloid adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Asia Utara,
Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur Afrika, beberapa bagian India
Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Oseania.
Ciri khas utama anggota ras ini ialah rambut berwarna hitam yang lurus, bercak mongol pada
saat lahir dan lipatan pada mata yang seringkali disebut mata sipit. Selain itu anggota ras
manusia ini seringkali juga lebih kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid. Anggota ras
Mongoloid biasa disebut berkulit kuning, namun ini tidak selalu benar.
Pembagian Ras Mongoloid
Pembagian ras Mongoloid yaitu :
1. Asiatik Mongoloid (Ras Asia Utara) yang telah menetap di daerah tropis dan beradaptasi
terhadap iklim setempat. Menurut Luigi Luca Cavalli-Sforza, daerah perbatasan tempat
permukiman antara ras Asia Tenggara dan ras Asia Utara ialah sungai Yangtze di sebelah selatan
Tiongkok.
Namun berkat invasi dan juga migrasi dari China Utara, maka anggota ras Asia Utara juga
sudah banyak tersebar di Asia Tenggara. Dengan ciri fisik wajah relative oval, bermata sipit
dengan bola mata hitam kecoklatan dan berkulit putih
2. Malayan Mongoloid (Ras Asia Tenggara) telah menyebar di Asia Tenggara, Oseania dan
bahkan di pulau Madagaskar lepas pantai Afrika bersamaan dengan penyebaran bahasa AustroAsia dan bahasa Austronesia. Bahkan mereka telah sebagian besar menghapus keberadaan ras
Australoid.
Keberadaan mereka hanya tinggal di beberapa kantung saja, misalkan orang Asli di
Semenanjung Melaka dan orang Negrito di Filipina. Dengan ciri fisik yaitu wajah berbentuk
cembung seperti perisai (wajah khas ras mongoloid), bermata lebih lebar dengan bola mata
hitam/coklat dan berkulit lebih gelap daripada Ras Asiatik Mongoloid.
3. American Mongoloid. Wilayah penyebarannya meliputi penduduk asli benua amerika
utara dan selatan serta orang-orang eskimo di Amerika Utara sampai penduduk Terra del fuego di
Amerika Selatan. Dengan ciri-ciri fisik, hidung mancung, kulit putih kemerahan, mata sedang
dengan bola mata berwarna kebiru-biruan.
4. Melayu Mongoloid. Golongan Melayu Mongoloid adalah golongan terbesar yang
ditemukan di Indonesia dan dianggap sebagai nenek moyang bangsa Indonesia. Ciri-cirinya
adalah rambut ikal atau lurus dan muka bulat. Golongan ini dibagi atas: Golongan Melayu Tua
(Proto Melayu) seperti Suku Batak, Toraja, dan Dayak. Golongan Melayu Muda (Deutro
Melayu) seperti Jawa, Bali dan Banjar.
Faktor Pembeda Ras
Ciri-ciri fisik setiap ras berbeda karena faktor-faktor berikut :

Kondisi iklim dan geografis

Faktor perkawinan

Gen
Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
A. Nenek Moyang Indonesia
Nenek moyang bangsa Indonesia bukanlah manusia-manusia jenis Meganthropus
Palaeojavanicus, Pithecantropus Erectus, Homo Soloensis, atau Homo Wajakensis. Walaupun
terdapat di Indonesia, manusia-manusia jenis itu sudah punah. Untuk mengetahui asal nenek
moyang bangsa Indonesia, kita dapat menggunakan dua cara, yakni persebaran rumpun bahasa
dan persebaran kebudayaan bercocok tanam.
1. Rumpun Bahasa Melayu Austronesia
Bahasa yang tersebar di Indonesia termasuk rumpun bahasa Melayu Austronesia. Rumpun
bahasa ini meliputi wilayah yang luas: dari Madagaskar di Afrika sampai ke Melanesia dan
Polinesia di Samudera Pasifik, lalu dan Taiwan sampai ke Indonesia. Penggunaan bahasa Melayu
Austronesia di wilayah yang luas itu erat kaitannya dengan persebaran penduduk yang
menggunakan bahasa tersebut. Para pakar sejarah berpendapat bahwa bahasa Melayu
Austronesia berasal dari Taiwan. Sekitar 5000 SM, masyarakat di Taiwan menggunakan
bahasa yang disebut Proto Austronesia (Austronesia kuno).
Masyarakat di tempat itu telah mengenal cocok tanam dan beternak. Masyarakat itu kemudian
menyebar ke sebelah selatan Cina, Vietnam, Semenanjung Malaya, lalu ke Indonesia. Ada juga
yang mengarungi laut menuju Filipina terus ke arah kepulauan di Indonesia dan Samudera
Pasifik.
2. Masyarakat Tani di Yunan
Peralihan dan kebudayaan berburu dan mengumpulkan makanan pada kebudayaan bercocok
tanam merupakan perubahan amat besar. Perubahan itu tidak mungkin dilakukan oleh
penduduk asli Indon esia yang sudah terbiasa dengan kehidupan berburu dan mengumpulkan
makanan. Para pakar sejarah menyimpulkan bahwa kebudayaan bercocok tanam
diperkenalkan oleh masyarakat pendatang. Mereka ini sudah terbiasa dengan bercocok tanam
dan beternak di tempat asalnya. Kebiasaan itu mereka terapkan di tempat baru di Indonesia.
Pendatang inilah yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia.
Nenek moyang bangsa Indonesia ternyata berasal dan luar Indonesia, yaitu dan daerah Yunan,
di sebelah selatan Cina (sekarang RRC). Kesimpulan tersebut dibuktikan oleh kesamaan artefak
prasejarah yang ditemukan di wilayah itu dengan artefak prasejarah di Indonesia. Dari artefak
yang ditemukan di Yunan, tampak bahwa sekitar 3000 SM, masyarakat di wilayah itu telah
mengenal cocok tanam.
Kemudian, masyarakat Yunan melakukan migrasi ke daerah sekitar Teluk Tonkin, sebelah utara
Vietnam. Di tempat itu mereka mengembangkan kebudayaan bercocok tanam. Dari tempat itu,
mereka melakukan migrasi ke Kepulauan Indonesia. Migrasi dilakukan secara bergelombang.
Gelombang yang satu dengan yang berikut bejarak waktu lebih dan 1000 tahun.
B. Kedatangan Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Menurut pakar sejarah, setelah kepunahan manusia jenis Meganthropus, Pithecantropus, dan
Homo, Kepulauan Indonesia dihuni oleh manusia dan ras Austromelanosoid. Belum dapat
dipastikan apakah mereka penduduk asli atau pendatang. Berdasarkan keserupaan artefak
mesolithikum yang digunakan dengan artefak di Bacson-Hoabinh, dapat diperkirakan bahwa
mereka berasal dan Teluk Tonldn. (Bacson Hoabinh terletak di Teluk Tonkin).
1.
Kedatangan
Proto-Melayu
Sekitar 2000 SM, penduduk dan ras Melayu Austronesia dan Teluk Tonkin bermigrasi ke
Kepulauan Indonesia. Mereka biasa disebut Proto melayu atau Melayu Tua. Kedatangan mereka
itu mendesak penduduk dan ras Austromelaneoid ke pedalaman, bahkan ke Indonesia bagian
timur. Penduduk ras itu menjadi nenek moyang menduduk Papua sekarang.
Memasuki Kepulauan Indonesia, Proto-Melayu menempuh dua jalur, sesuai dengan jenis
kebudayaan yang dibawa.
a. Jalur pertama menyebar ke Sulawesi, Maluku, dan Papua. Masyarakat Proto Melayu yang
menempuh jalur ini membawa kebudayaan Neolithikum berupa kapak lonjong. Itulah
sebabnya, di bagian timur Indonesia banyak ditem ukan artefak Neohithikum berupa kapak
lonjong. Keturunan Proto-Melayu yang menempuh jalur ini antara lain masyarakat Toraja.
b. Jalur kedua menyebar ke Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Masyarakat
Proto-Melayu yang menempuh jalur ini membawa kebudayaan Neolithikum berupa beliung
persegi. Itulah sebabnya, di bagian barat Indonesia banyak ditemukan artefak
c. Neolithikum berupa beliung persegi. Keturunan Proto-Melayu yang menempuh jalur ini antara
lain masyarakat Nias, Batak, Dayak, dan Sasak.
2. Kedatangan Deutero-Melayu
Sekitar 500 SM, datang lagi gelombang migrasi penduduk dan ras Melayu Austronesia dan Teluk
Tonkin ke Kepulauan Indonesia. Mereka biasa disebut Deutero-Melayu atau Melayu Muda.
Kedatangan mereka mendesak penduduk keturunan Proto-Melayu yang telah lebih dahulu
menetap. Memasuki Kepulauan Indonesia, masyarakat Deuto-Melayu menyebar ke sepanjang
pesisir. Ada juga di antara mereka yang masuk ke pedalaman. Keturunan Deutero-Melayu antara
lain masyarakat Minang, Jawa, dan Bugis.
Masyarakat Deutero-Melayu membawa kebudayaan perunggu, yang dikenal dengan sebutan
Kebudayaan Dong Son. Donon son adalah tempat di Teluk Tonkin tempat asal kebudayaan
perunggu di Asia Tenggara. Artefak perunggu yang ditemukan di Indonesia serupa dengan
artefak perunggu dan Dong Son.

Jenis-Jenis Manusia Purba dan Ciri-Cirinya


Pada Pembahasan ini, Pertama-tama akan dibahas Jenis Manusia Purba dan ciri-cirinya di
wilayah indonesia dan yang kedua akan dibahas jenis manusia purba dan ciri-cirinya diluar
indonesia...
A. Jenis-Jenis Manusia Purba Indonesia dan Ciri-Cirinya
Penelitian fosil manusia purba di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19 Tokoh penelitian
manusia purba di Indonesia adalah Eugene Dubois. Keberhasilannya menemukan fosil atap
tengkorak di Trinil (tahun 1891) menjadi bagian penting dalam sejarah palaeoantropologi.
Peristiwa itu sekaligus mengawali serangkaian penelitian fosil manusia purba di Indonesia.
1. Meganthropus Palaeojavanicus ( Meganthropus Palaeojavanicus: manusia raksasa dari
Jawa kuno)
Fosil manusia purba ini adalah jenis paling tua yang pernah ditemukan di Indonesia. Penemunya
adalah Ralph von Koenzgswald di Fosil yang ditemukan berupa rahang bawah dan atas gigi
lepas. Dengan cara stratigrafi diketahui fosil tersebut berada pada lapisan Puangan. Berdasarkan
umur lapisan tanah, diperkirakan fosil Megantropus Paleojavanicus berumur 1-2 juta tahun.
Ciri-ciri Meganthropus Palaeojavanicus

Berbadan tegap dengan tonjolan tajam di belakang kepala.

Bertulang pipi tebal, dengan tonjolan kening yang mencolok.

Tidak berdagu.

Otot kunyah, gigi, dan rahang besar dan kuat.

Makanannya jenis tumbuh-tumbuhan.

2. Pithecanthropus (Pithecanthropus: Manusia Kera)


Fosil manusia purba jenis Pithecantropus adalah jenis manusia purba yang paling banyak
ditemukan di Indonesia. Dengan cara stratigrafi, diketahui fosil tersebut berada pada lapisan
Pucangan dan Kabuh. Berdasarkan umur lapisan tanah, diperkirakan fosil Pithecanthropus amat
bervariasi umumya, antara 30.000-2 juta tahun.
Ciri-ciri Pithecantropus

Tinggi tubuhnya kira-kira 165 - 180 cm.

Badan tegap, namun tidak setegap Meganthropus.

Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis

Otot kunyah tidak sekuat Meganthropus.

Hidung lebar dan tidak berdagu.

Makanannya bervariasi tumbuhan dan daging hewan buruan.

Jenis-Jenis Pithecanthropus
a. Pithecanthropus Mojokertensis (manusia kera dari Mojokerto)
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan oleh Von Koenigswald di dekat Mojokerto , jawa timur,
pada tahun 1936. Fosil berupa tengkorak. Fosil tersebut disebut juga Pithecanthropus Robustua..
b. Pithecanthropus Erectus (manusia kera yang berjalan tegak)
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1890 di Trinil, Lembah
Bengawan Solo. Fosil berupa tulang rahang, bagian atas tengkorak. geraham, dan tulang kaki.
c. Pithecanthropus Soloensis (manusia kera dari Solo)
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan oleh von Koenigswald dan Openorth di Ngandong dan
Sangiran, di tepi Bengawan Solo, antara tahun 1931 - 1933. Fosil berupa tengkorak dan tulang
kering.
3. Homo (Homo: manusia)
Fosil manusia purba jenis homo adalah paling muda dibandingkan fosil manusia purba jenis
lainnya. Disebut juga homo Erectus (manusia berjalan tegak) atau Homo Sapiens (manusia
cerdas /bijaksana). Dengan cara stratigrafi, diketahui fosil tersebut berada pada lapisan
Notopurpo. Berdasarkan umur lapisan tanah, diperkirakan fosil Homo amat bervariasi umurnya,
antara 25.000-40.000 tahun.
Ciri-ciri Homo

Tinggi tubuh 130 - 210 cm.

Otak lebih berkembang daripada Meganthropus dan Pithecanthropus.

Otot kunyah, gigi, dan rahang sudah menyusut.

Tonjolan kening sudah berkurang dan sudah berdagu.

Mempunyaj ciri-ciri ras Mongoloid dan Austramelanosoid

Jenis-Jenis Homo
a. Homo Soloensis (manusia dan Solo)
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan Von Koenigswald dan Weidenrich pada tahun 193-1934
dilembah Bengawan Solo. Fosil yang ditemuka berupa tengkorak. Dari Volume Otaknya, bukan
lagi manusia kera ( Pithecantropus)
b. Homo Wajakensis (manusia dan Wajak)
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan oleh Dubois pada tahun 1889 di daerah Wajak dekat
Tulungagung. Manusia jenis ini sudah mampu membuat alat-alat dan batu maupun tulang.
Mereka juga telah mengenal cara memasak makanan.

Artiikel Terkait:

B. Jenis Homo Neanderthalensis


Fosil manusia purba jenis Ini ditemukan di lembah sungai Neander, dekat Dusseldorf, Jerman,
oleh Rudolf Virchow. Ciri-ciri manusia purba ini mendekati ciri-ciri Homo Wajakensis.
4. Homo Rhodesiensis
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan oleh Raymond Dart dan Robert Brom pada tahun 1924
di gua Broken Hill, Rhodesia (sekarang menjadi Zimbabwe).
5. Homo Cro-Magnon
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan di gua Cro-Magnon, dekat Lez Eyzies, sebelah barat
daya Prancis. Fosil tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 1868. Ciri-ciri manusia purba
jenis ini mendekati ciri-ciri manusia modern.usia purba juga ditemukan di luar Indonesia, seperti
di Cina, Eropa, dan Afrika. Fosil manusia purba di luar Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Australopithecus Africanus
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan di Taung, dekat Vryburg, Afrika Selatan. Fosil ini
ditemukan oleh Raymond Dart, pada tahun 1924. Diperkirakan manusia jenis ini hidup 2-3 juta
tahun yang lalu.-Jenis Manusia Purba di Luar Indonesia/Di Dunia
Selain di Indonesia, fosil man
2. Sinanthropus Pekinensis
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan di gua Choukoutien, Peking (sekarang Beijing), RRC.
Fosil ini ditemukan oleh Davidson Black pada tahun 1927. Manusia purba jenis ini termasuk
homo sapiens sehingga sering kali disebut juga disebut Homo Pekinensis.
3.

Kapak gaengam zaman batu

Alat perkakas zaman batu

Anda mungkin juga menyukai