Anda di halaman 1dari 27

UNIVERSITAS INDONESIA

PERBANDINGAN PERKEMBANGAN INDIKATOR


EKONOMI DAN KEMAKMURAN INDONESIA DENGAN
NEGARA-NEGARA TETANGGA

Oleh:
ROCHMAT BASUKI
1506701256

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
JAKARTA
APRIL 2016
Statement of Authorship

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas


terlampir adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang
lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk
makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya menyatakan dengan jelas
bahwa saya/kami menyatakan bahwa saya menggunakannya.
Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak
dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Mata Ajaran
Judul Makalah
Tanggal
Dosen

: Perekonomian Indonesia
: Perbandingan Perkembangan Indikator Ekonomi dan
Kemakmuran Indonesia dengan Negara-Negara Tetangga
: 29 April 2016
: Prof. Susijati B. Hirawan, SE., M.Sc., Ph.D

Nama
NPM
Tanda Tangan

: Rochmat Basuki
: 1506701256
:

ABSTRAK
Melalui makalah ini, penulis melihat indikator ekonomi suatu negara
berdasarkan

tiga

penggangguran,

hal,

dan

yaitu:

tingkat

tingkat

inflasi.

pertumbuhan

Sedangkan

produksi,

terkait

dengan

tingkat
tingkat

kemakmuran negara, penulis menggunakan indikator berdasarkan nilai Gross


Domestic Product (GDP) per kapita. Penelitian yang dilakukan dalam makalah ini
adalah menggunakan data tingkat pertumbuhan produksi, tingkat penggangguran,
tingkat inflasi, serta nilai GDP per kapita di Indonesia pada periode tahun 2003
s.d. 2014. Selanjutnya, penulis meneliti data yang sama pada 6 (enam) negara
tetangga, yaitu: Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, India, dan China agar
dapat dilakukan perbandingan indikator ekonomi dan kemakmuran negara negaranegara tersebut pada periode yang sama. Penulis menggunakan data-data sekunder
utama tersebut dari databank pada website World Bank serta mengambil referensi
data dari website International Monetary Fund, Badan Pusat Statistik dan Bank
Indonesia. Berdasarkan perbandingan data-data dimaksud, Indonesia menempati
urutan kelima untuk GDP per kapita, urutan keempat pada tingkat pertumbuhan
produksi, urutan ketujuh/terendah pada tingkat penggangguran, serta urutan kedua
tertinggi dari tingkat inflasi.
.

DAFTAR ISI

Statement of Authorship..........................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
PENDAHULUAN...................................................................................................1
LANDASAN TEORI...............................................................................................2
1.Tingkat Pertumbuhan Produksi (Output Growth Rate)....................................2
2.Tingkat Pengangguran (Unemployment Rate).................................................3
3.Tingkat Inflasi (Inflation Rate)........................................................................3
GAMBARAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA......................................5
1. Data Perkembangan Indikator Ekonomi dan Kemakmuran di Indonesia......5
2. Data Perkembangan Indikator Ekonomi dan Kemakmuran di Beberapa
Negara ASEAN...............................................................................................6
3. Data Perkembangan Indikator Ekonomi dan Kemakmuran di India dan
China...............................................................................................................9
ANALISIS DAN PEMBAHASAN.......................................................................11
1. Perbandingan Data Perkembangan GDP per Kapita....................................11
2. Perbandingan Data Perkembangan Pertumbuhan GDP Per Tahun..............13
3. Perbandingan Data Perkembangan Tingkat Pengangguran..........................14
4. Perbandingan Data Perkembangan Tingkat Inflasi Tahunan........................16
5. Permasalahan dan Pemecahan Masalah dalam Perekonomian Indonesia....17
KESIMPULAN......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Grafik Perbandingan GDP per Kapita (constant 2011 international $)12
Gambar 2 Grafik Perbandingan Pertumbuhan GDP Per Tahun (%)......................14
Gambar 3 Grafik Perbandingan Tingkat Pengangguran........................................15
Gambar 4 Grafik Perbandingan Tingkat Inflasi Tahunan (%)...............................17

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kondisi Perekonomian Indonesia...............................................................5
Tabel 2 Kondisi Perekonomian Malaysia................................................................6
Tabel 3 Kondisi Perekonomian Thailand.................................................................7
Tabel 4 Kondisi Perekonomian Singapura...............................................................7
Tabel 5 Kondisi Perekonomian Filipina...................................................................8
Tabel 6 Kondisi Perekonomian India.......................................................................9
Tabel 7 Kondisi Perekonomian China...................................................................10
Tabel 8 Perbandingan GDP per Kapita (constant 2011 international $)................11
Tabel 9 Perbandingan Pertumbuhan GDP Per Tahun (%).....................................13
Tabel 10 Perbandingan Tingkat Pengangguran (% dari total angkatan kerja).......14
Tabel 11 Perbandingan Tingkat Inflasi Tahunan (%).............................................16
Tabel 12 Perbandingan Rata-rata Indikator Ekonomi dan Kemakmuran Negara..19

BAB I
PENDAHULUAN
Ekonomi merupakan salah satu aspek penting dalam pertumbuhan suatu
negara. Pertumbuhan ekonomi yang baik menjadi salah satu indikasi yang
menunjukkan kondisi perekonomian suatu negara untuk menuju ke arah yang
yang lebih baik. Untuk menilai kondisi perekonomian sebuah negara, diperlukan
indikator-indikator ekonomi seperti, Gross Domestic Product (GDP), tingkat
pengganguran, dan tingkat inflasi. Indikator-indikator ekonomi tersebut dapat
menunjukkan kondisi pertumbuhan ekonomi atau ekspansi ekonomi suatu negara.
Indikator ekonomi tersebut dapat mempengaruhi kemakmuran suatu negara yang
dapat dilihat dari pendapatan nasional di setiap negara. Indikator ekonomi ini
berbanding lurus dengan tingkat kemakmuran negara tersebut.
Penelitian yang dilakukan dalam makalah ini adalah bertujuan untuk
melihat perkembangan dari indikator ekonomi melalui tingkat pertumbuhan
produksi, tingkat penggangguran, dan tingkat inflasi, sedangkan dari sisi
kemakmuran negara dilihat melalui pendapatan per kapita masing-masing negara
tersebut. Penelitian dilakukan dengan melakukan pengolahan data sekunder utama
yang diperoleh dari website World Bank serta mengambil referensi dan
perbandingan data dari website International Monetary Fund, Badan Pusat
Statistik, Bank Indonesia, dan lain-lain.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk

mengetahui

perkembangan indikator ekonomi dan kemakmuran Indonesia serta melakukan


perbandingan dengan 4 (empat) negara ASEAN (Malaysia,Thailand, Singapura,
dan Filipina), serta India dan China untuk periode 2003 s.d. 2014. Di samping itu,
makalah ini juga bertujuan untuk mencari masalah yang paling menonjol serta
harus segera dicari pemecahannya untuk mendukung perekonomian Indonesia.

BAB II
LANDASAN TEORI
Pengertian Indikator Ekonomi dan Kemakmuran Negara Penelitian ini
memfokuskan kepada dua hal, yaitu indikator ekonomi dan kemakmuran negara.
Menurut Blanchard dalam Lesmana (2014), Indikator perekonomian suatu negara
dapat dilihat dari beberapa variabel sebagai berikut ini:
1. Tingkat Pertumbuhan Produksi (Output Growth Rate)

Pengukuran keseluruhan output yang dihasilkan suatu negara disebut


dengan Gross Domestic Product (GDP). GDP bisa dalam bentuk income,
expenditure, dan output/value added. GDP dapat didefinisikan ke dalam tiga
bentuk: (1) GDP adalah nilai dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi suatu
negara dalam suatu periode tertentu. Barang dan jasa yang dimaksud dalam GDP
tersebut adalah Final Goods bukan Intermediate Goods. Final goods adalah
barang yang merupakan akhir dari proses produksi yang dapat langsung
dikonsumsi. Sedangkan intermediate goods adalah barang yang masih diperlukan
dalam produksi barang lain, contoh: ban yang digunakan untuk produksi mobil.
(2) GDP adalah keseluruhan dari nilai tambah di dalam ekonomi selama periode
tertentu. Nilai tambah adalah nilai dari keseluruhan produksi perusahaan dikurang
dengan nilai intermediate goods yang digunakan dalam produksi. (3) GDP adalah
keseluruhan pendapatan ekonomi selama periode tertentu.
Pengukuran GDP terbagi menjadi 2, yaitu: (1) Nominal GDP atau Dollar
GDP atau GDP In Current Dollars. Nominal GDP adalah jumlah dari kuantitas
barang akhir yang diproduksi dikali dengan harga sekarangnya. Nilai dari nominal
GDP ini pasti akan terus meningkat, baik karena kuantitasnya yang naik atau
harganya yang naik. (2) Real GDP atau GDP in Term of Goods atau GDP in
Constant Dollars atau GDP Adjusted for Inflation atau GDP in 1996 Dollars.
Real GDP adalah jumlah dari kuantitas barang akhir yang diproduksi dikali
dengan harga konstan. Real GDP ini lebih disukai karena real GDP focus pada
bagaimana produksi didalam ekonomi yang berubah-ubah. Rumus dari GDP
Growth yaitu:

Pertumbuhan
yang

positif

sedangkan

disebut
pertumbuhan

GDP
ekspansi,
GDP

yang negatif berarti negara tesebut sedang mengalami resesi ekonomi.

2. Tingkat Pengangguran (Unemployment Rate)

Tuna karya atau pengangguran adalah seseorang yang tidak memiliki


pekerjaan, tidak memiliki mata pencaharian atau yang sedang mencari pekerjaan.
Pengangguran umumnya terjadi karena jumlah yang tidak bekerja tersebut tidak
sebanding (lebih tinggi) dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena,
produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat
menimbulkan kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Ketiadaan
pendapatan menyebabkan tuna karya mengurangi pengeluaran konsumsi yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan suatu negara.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dari rasio orang yang tidak bekerja dengan
jumlah orang yang dapat bekerja (labor force).

3. Tingkat Inflasi (Inflation Rate)

Tingkat inflasi merupakan deflator GDP seperti Customer Price Index


CPI (indeks Harga Konsumen - IHK) sebagai salah satu dasar pengukuran.
Menurut Bank Indonesia, Indeks harga konsumen adalah salah satu indikator
ekonomi yang memberikan informasi mengenai harga barang dan jasa yang
dibayar oleh konsumen. Perhitungan IHK dilakukan untuk merekam perubahan
harga beli di tingkar konsumen (purchasing cost) dari sekelompok tetap barang
dan jasa (fixed basket) yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat. Selain
Indeks Harga Konsumen, tingkat inflasi dapat juga dilihat dari Indeks Harga
Perdagangan Besar (IHPB). Menurut BPS, IHPB adalah indeks yang mengukur
rata-rata perubahan harga antar waktu dari suatu paket jenis barang pada tingkat

perdagangan besar atau penjualan secara partai besar. Indeks harga ini merupakan
salah satu indikator untuk melihat perkembangan perekonomian secara umum
serta sebagai bahan dalam analisa pasar dan moneter, dan disajikan dalam bentuk
indeks umum dan juga sektoral yang meliputi pertanian, pertambangan dan
penggalian, industri, impor, dan ekspor.
Tingkat kemakmuran suatu negara dapat diukur dari GDP per kapita
negara tersebut. GDP per kapita merupakan besarnya pendapatan rata rata
penduduk di suatu negara. Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolak
ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara. Semakin besar
pendapatan perkapitanya, semakin makmur negara tersebut. Hasil GDP per kapita
dapat menunjukan rata-rata standard hidup masyarakat di suatu negara. GDP per
kapita dihitung dengan cara GDP total dibagi dengan populasi suatu negara. GDP
per kapita ini baru akan berarti apabila dibandingkan dengan suatu kondisi GDP
per kapita dari Negara lain.

BAB III
GAMBARAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA
1. Data Perkembangan Indikator Ekonomi dan Kemakmuran di Indonesia
Berdasarkan data sekunder utama yang diperoleh dari website World Bank,
kondisi perekonomian yang meliputi: GDP per kapita, tingkat pertumbuhan GDP,
tingkat penggangguran, serta tingkat inflasi di Indonesia untuk periode 2003 s.d.
2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Kondisi Perekonomian Indonesia

Sumber: World Development Indicators, World Bank, April 2016

Berdasarkan data di Tabel 1, dapat disimpulkan bahwa:


a) Nilai GDP Per Kapita Indonesia selalu mengalami pertumbuhan positif
(expansions) sehingga menunjukkan bahwa masyarakat mengalami kenaikan
pendapatan tiap tahun. Kenaikan GDP per kapita tersebut terjadi karena:
Peningkatan investasi yang masuk ke Indonesia.
Penggunaan APBN yang efektif dan tepat waktu pembelanjaannya.
Peningkatan ekspor dan impor yang seimbang.
Daya beli masyarakat yang terjaga.
b) Tingkat pertumbuhan GDP berkisar antara 4,63% 6,35%. Pertumbuhan GDP
mengalami penurunan cukup signifikan pada tahun 2009 dari 6,01% turun ke
4,63% sebagai dampak dari krisis finansial global. Namun pada tahun
berikutnya, Indonesia kembali dapat meningkatkan pertumbuhan tersebut ke
6,22%. Penurunan pertumbuhan GDP tersebut karena dampak dari krisis
finansial global yang mulai dirasakan pada triwulan III 2008.
c) Tingkat penggangguran di Indonesia mengalami kondisi yang baik karena
mengalami kecenderungan penurunan, bahkan selalu menurun dari tahun ke
tahun 2005 hingga tahun 2012. Penurunan ini merupakan dampak positif dari

pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat stabil. Penurunan ini juga


didukung oleh menurunnya persentase angkatan kerja di Indonesia.
d) Dibandingkan ketiga indikator ekonomi di atas, tingkat inflasi di Indonesia
merupakan indikator yang bergerak paling fluktuatif. Tingkat inflasi Indonesia
terbesar dirasakan yaitu pada tahun 2006 sebesar 13,11%, sedangkan tingkat
inflasi terkecil dirasakan pada tahun 2012 sebesar 4,28%. Kenaikan inflasi di
tahun 2006, terjadi lonjakan di akhir tahun 2005 sebagai dampak dari pengaruh
peningkatan harga minyak bumi dunia
2. Data Perkembangan Indikator Ekonomi dan Kemakmuran di Beberapa
Negara ASEAN
Selanjutnya, kondisi perekonomian (GDP per kapita, tingkat pertumbuhan
GDP, tingkat penggangguran, serta tingkat inflasi) di Indonesia untuk periode
2003 s.d. 2014 di 4 (empat) negara ASEAN (Malaysia,Thailand, Singapura, dan
Filipina) untuk periode 2003 s.d. 2014 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2 Kondisi Perekonomian Malaysia

Sumber: World Development Indicators, World Bank, April 2016

Berdasarkan data di Tabel 2 di atas, dapat disimpulkan bahwa:


a) GDP per kapita masyarakat di Malaysia meningkat stabil dari tahun ke tahun,
hanya sekali terjadi penurunan di tahun 2009 sebagai dampak dari krisis global.
b) Pertumbuhan GDP Malaysia tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 6,30%
dan pertumbuhan terendah terjadi di tahun 2009 pada saat dunia mengalami
krisis global sehingga mengalami pertumbuhan negatif sebesar -1,51%.
c) Tingkat pengangguran di Malaysia cenderung stabil di angka 3%.
d) Tingkat inflasi Malaysia tertinggi terjadi di tahun 2008 yaitu sebesar 5,44%,
namun dapat dikendalikan lagi pada tahun berikutnya sehingga pada tahun
2009 ketika Malaysia membuat tingkat inflasi hanya sebesar 0,58%.

Tabel 3 Kondisi Perekonomian Thailand

Sumber: World Development Indicators, World Bank, April 2016

Berdasarkan data Tabel 3, dapat disimpulkan bahwa:


a) GDP per kapita negara Thailand, mengalami peningkatan yang stabil dari
sebesar $10.506 di tahun 2003 hingga tahun 2014 sebesar $15.012.
b) Sama dengan Malaysia, tingkat pertumbuhan GDP Thailand mengalami
penurunan paling rendah di tahun 2009 sebesar -0,74% namun mengalami
peningkatan tajam pada tahun selanjutnya menjadi sebesar 7,51%.
c) Thailand mempunyai tingkat pengangguran yang sangat rendah dengan
tingkat pengangguran tertinggi hanya sebesar 1,50%.
d) Tingkat inflasi tertinggi di Thailand juga terjadi pada tahun 2008, namun
mengalami deflasi pada tahun berikutnya.
Tabel 4 Kondisi Perekonomian Singapura

Sumber: World Development Indicators, World Bank, April 2016

Berdasarkan data Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa:


a) Singapura merupakan negara ASEAN yang mepunyai nilai GDP per Kapita
tertinggi dengan nilai pada tahun 2014 sebesar 78,958 dan terendah terjadi
pada tahun 2005 sebesar 54,515.

b) Pertumbuhan GDP terendah di Singapura terjadi di tahun 2008 yang


mengalami penurunan dratis dari 9,11% menjadi sebesar mencapai 1,79% di
tahun 2008 dan mengalami pertumbuhan negatif di tahun 2009 hingga
sebesar -0,79% (mengalami resesi ekonomi). Namun demikian, Singapura
dapat memperbaiki pertumbuhan tersebut pada tahun 2010 hingga mencapai
peningkatan pertumbuhan GDP yang signifikan di tahun 2010 menjadi
sebesar 15,24%.
c) Tingkat pengangguran di Singapura masih cukup rendah dengan nilai sebesar
2,80% s.d. 5,20% pada periode tahun 2003-2014.
d) Nilai Inflasi Singapura cukup stabil dengan inflasi tertinggi terjadi pada tahun
2008 yang mencapai 6, 52%.
Tabel 5 Kondisi Perekonomian Filipina

Sumber: World Development Indicators, World Bank, April 2016

Berdasarkan data Tabel 5, dapat disimpulkan bahwa:


a) GDP per kapita negara Filipina mengalami kecenderungan kenaikan dari
awalnya sebesar $4.445 dk tahun 2003 menjadi sebesar $6.649 di tahun 2014.
b) Pertumbuhan GDP Filipina bergerak cukup stabil namun mengalami
penurunan paling rendah di tahun 2009 dengan nilai sebesar 1,15% dan
mengalami peningkatan paling tinggi di tahun berikutnya dengan nilai sebesar
7,63%.
c) Di tahun 2003 dan 2004, Filipina memiliki tingkat pengangguran yang
berkisar di angka 11%, namun di tahun 2005 s.d2014, Filipina memiliki
tingkat pengangguran yang stabil di kisaran angka 7-8%.
d) Inflasi tertinggi yang dialami Filipina yaitu terjadi di tahun 2008 sebesar
8,26%, naik dari inflasi pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 2,90%.

3. Data Perkembangan Indikator Ekonomi dan Kemakmuran di India dan


China
Tabel 6 Kondisi Perekonomian India

Sumber: World Development Indicators, World Bank, April 2016

Berdasarkan data Tabel 6, dapat disimpulkan bahwa:


a) GDP per kapita India mengalami peningkatan secara stabil dari tahun 2003
sebesar $2.813 menjadi sebesar $5.439 di tahun 2014.
b) Pertumbuhan GDP di India cenderung cukup stabil, namun mengalami
penurunan selama di tahun 2008 dan kembali mengalami peningkatan
signifikan di 2 tahun berikutnya.
c) Tingkat pengangguran cukup baik dan stabil yang berkisar antara 3-4% dari
total angkatan kerja.
d) Tingkat inflasi di India cenderung mengalami kenaikan pada periode tahun
2003 s.d. 2010 dengan nnilai tertinggi sebessar 11,99% yang terjadi di tahun
2010 namun turun menjadi sebesar 8,86% di tahun berikutnya.

Tabel 7 Kondisi Perekonomian China

Sumber: World Development Indicators, World Bank, April 2016

Berdasarkan data Tabel 7, dapat disimpulkan bahwa:


a) GDP per kapita di China, semakin meningkat dari tahun ke tahun dari awalnya
sebesar $4.685 di tahun 2003 menjadi sebesar 12.559 di tahun 2014.
b) Tingkat pertumbuhan GDP negara China tergolong cukup baik dan stabil,
bahkan pada saat terjadi krisis global di tahun 2008-2009.
c) Tingkat pengangguran di China relatif sama pada periode tahun ke 2003 s.d.
2014 yang rata-rata sebesar 4%.
d) Secara umum, inflasi yang terjadi di cukup rendah dengan tingkat inflasi
tertinggi terjadi di tahun 2009 sebesar 5,86% namun mengalami deflasi di
tahun berikutnya menjadi sebesar -0,70% ada tahun 2009.
e)

10

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dari data-data kondisi perekonomian yang ditampilkan pada bab


sebelumnya, dapat dilakukan perbandingan indikator ekonomi dan kemakmuran
negara Indonesia dengan 6 (enam) negara tetangga tersebut. Perbandingan data
masing-masing negara dapat dilihat pada tabel dan dijelaskan sebagai berikut:
1

Perbandingan Data Perkembangan GDP per Kapita


Tabel 8 Perbandingan GDP per Kapita (constant 2011 international $)

Sumber: World Development Indicators, World Bank, April 2016

Berdasarkan tabel 8 di atas, dapat disimpulkan bahwa:


a) Indonesia dan 6 (enam) negara tetangga memiliki nilai GDP per kapita yang
cenderung naik dari tahun 2003 s.d. 2016. Hanya Malaysia, Filipina, dan
Singapura yang pernah mengalami sedikit penurunan pada tahun 2009 sebagai
salah satu dampak krisis global yang terjadi pada sebagaian besar negara di
dunia. Namun demikian, ketiga negara tersebut kembali mengalami kenaikan
GDP per kapita secara stabil pada tahun 2010 dan tahun-tahun berikutnya.
b) Salah satu faktor yang menentukan besarnya kecilnya nilai GDP per kapita
adalah jumlah penduduk yang dimiliki oleh suatu negara. Mengingat
banyaknya jumlah penduduk yang dimiliki oleh China, Indonesia, dan India,
yaitu sebesar 1,364 milyar jumlah penduduk China, 1,295 milyar jumlah
penduduk India, dan 254 juta untuk jumlah penduduk Indonesia berdasarkan
data tahun 2014, maka ketiga negara tersebut memiliki nilai GDP per kapita
11

yang cukup rendah. Hal ini berbeda dengan Singapura yang hanya memiliki
jumlah penduduk sebanyak 5,47 juta sehingga hal ini menjadi salah satu faktor
yang menjadikan Singapura menjadi negara dengan GDP per kapita yang
paling besar.
c) Peningkatan nilai GDP per kapita tahun 2014 yang paling tinggi apabila
dibandingkan dengan GDP per kapita tahun 2003 terjadi di negara China
dengan peningkatan nilai sebesar 2,69% dari nilai tahun 2003, sedangkan
peningkatan di keenam negara lain berkisar di angka di bawah 2%. Dengan
adanya peningkatan nilai GDP yang sangat signifikan ini menjadikan China
sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia setelah Amerika
Serikat. Hal ini ditandai dengan banyaknya ekspansi produk-produk China
yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dari China.
Selanjutnya, perbandingan data GDP per Kapita pada tabel 8 di atas dapat
ditampilkan pada grafik sebagai berikut:
Gambar 1 Grafik Perbandingan GDP per Kapita (constant 2011 international $)

Sumber: World Development Indicators, World Bank, April 2016

12

4. Perbandingan Data Perkembangan Pertumbuhan GDP Per Tahun


Tabel 9 Perbandingan Pertumbuhan GDP Per Tahun (%)

Sumber: World Development Indicators, World Bank, April 2016

Berdasarkan tabel 9 di atas, dapat disimpulkan bahwa:


a) China merupakan negara dengan rata-rata tingkat pertumbuhan GDP tertinggi
sebesar 10% serta mengalami pertumbuhan GDP yang stabil tiap tahun,
termasuk pada saat terjadi krisis global yang berdampak negatif pada sebagian
besar negara-negara di dunia.
b) Pada saat krisis global tersebut, China bersama dengan India, Indonesia, dan
Filipina merupakan sedikit negara di dunia yang memiliki pertumbuhan GDP
yang tetap positif. Cashmore (2009) menjelaskan bahwa Cina dan India
merupakan dua negara yang akan memimpin produksi di Asia, namun di sisi
lain, dua negara tersebut tidak kaya akan sumber daya alam, sehingga tanpa
bantuan sumberdaya alam negara lain, akan menghambat proses produksinya.
Sedangkan Indonesia merupakan negara penghasil komoditas dan kaya akan
sumber daya alam, dengan letak geografis yang cukup dekat dengan Cina dan
India, yaitu sekitar hanya 3.200 km. Jumlah penduduk yang tinggi pada ketiga
negara tersebut membuat perekonomian tidak terpuruk atas berkurangnya
permintaan dari negara lain karena permintaan domestik yang terjaga, yang
utamanya didorong oleh konsumsi masyarakat yang tetap tinggi.
c) Malaysia, Thailand, dan Singapura termasuk negara yang terkena dampak
negatif dari terjadinya krisis global sehingga mengalami pertumbuhan GDP
negatif pada tahun 2009. Namun demikian, ketiga negara tersebut telah
berhasil melakukan pemulihan ekonomi pascakrisis keuangan global dengan
meraih rekor angka pertumbuhan yang sangat bagus pada tahun 2010 dimana

13

Singapura menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia


sebesar 15,24%.
Selanjutnya, perbandingan data Pertumbuhan GDP Per Tahun pada tabel 9 di
atas dapat ditampilkan pada grafik sebagai berikut:
Gambar 2 Grafik Perbandingan Pertumbuhan GDP Per Tahun (%)

Sumber: World Development Indicators, World Bank, April 2016

5. Perbandingan Data Perkembangan Tingkat Pengangguran


Tabel 10 Perbandingan Tingkat Pengangguran (% dari total angkatan kerja)

Sumber: World Development Indicators, World Bank, April 2016

Berdasarkan tabel 10 di atas, dapat disimpulkan bahwa:


a) Thailand menjadi negara dengan tingkat pengangguran paling rendah dan
paling stabil, yaitu sebesar 0,70-1,50%. Berdasarkan data Bloomberg, 2005,
disebutkan juga bahwa Thailand merupakan negara dengan tingkat
pengangguran paling rendah di dunia. Sektor pertanian menjadi salah satu
penyebab Thailand memiliki tingkat pengangguran yang sangat rendah. Lebih

14

dari 40% dari 67 juta populasi Thailand, memang bergelut di sektor pertanian.
Bahkan pada tahun 2013, sektor informal dalam perekonomian Thailand,
seperti sektor pertanian, mempunyai andil sebesar 64%. Data-data ini
menunjukkan bahwa negara Thailand mengoptimalkan potensi sektor pertanian
yang

dimiliki

untuk

menciptakan

tenaga

kerja

demi

meningkatkan

pertumbuhan perekonomian negara.


b) Pada tahun 2003-2004, Filipina mempunyai nilai tingkat pengangguran
tertinggi yaitu sebesar 11,20% dan 11,90%. Namun demikian, mulai tahun
2005 s.d. 2014, tingkat pengangguran di negara tersebut stabil di angka 7%.
c) Walaupun tingkat pengangguran di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung
mengalami penurunan, namun rata-rata tingkat pengangguran Indonesia
merupakan yang terbesar apabila dibandingkan dengan keenam negara lain,
termasuk Filippina. Faktor tingginya tingkat pengangguran di Indonesia
disebabkan oleh terbatasnya lapangan pekerjaan dibandingkan dengan jumlah
angkatan kerja yang ada di Indonesia. Kondisi sosial politik dan rumitnya
prosedur dalam berinvestasi menjadi salah satu penyebab calon-calon investor
enggan dalam melakukan investasi di Indonesia. Di samping itu, pemerintah
dan masyarakat kurang mengoptimalkan potensi pertanian dan kelautan yang
dimiliki untuk dimanfaatkan sebagai sarana penyerapan tenaga kerja seperti
yang telah dilakukan oleh Thailand.
Selanjutnya, perbandingan data Tingkat Pengangguran pada tabel 10 di atas
dapat ditampilkan pada grafik sebagai berikut:
Gambar 3 Grafik Perbandingan Tingkat Pengangguran

Sumber: World Development Indicators, World Bank, April 2016

15

6. Perbandingan Data Perkembangan Tingkat Inflasi Tahunan


Tabel 11 Perbandingan Tingkat Inflasi Tahunan (%)

Sumber: World Development Indicators, World Bank, April 2016

Berdasarkan tabel 11 di atas, dapat disimpulkan bahwa:


a) Singapura dan Malaysia menjadi negara dengan tingkat inflasi yang paling
stabil dengan rata-rata paling rendah, yaitu sebesar 2,40% untuk Singapura
serta 2,41 untuk Malaysia. Inflasi tertinggi pada kedua negara tersebut terjadi
pada saat krisis global tahun 2009 dengan tingkat inflasi sebesar 6,52% untuk
Singapura dan 5,44% untuk Malaysia. Namun demikian, kedua negara tersebut
mempunyai pemulihan ekonomi yang baik pasca krisi sehingga inflasi kedua
negara tersebut kembali stabil dan rendah pada tahun-tahun setelah krisis.
b) Indonesia dan India merupakan negara dengan tingkat inflasi yang fluktuatif
dan rata-rata tingkat inflasi yang paling tinggi, yaitu sebesar 7,08% untuk
tingkat inflasi Indonesia serta sebesar 7,58% untuk Indonesia. India mengalami
tingkat inflasi tertinggi pada tahun 2010 sebesar 11,99%, sedangkan Indonesia
mengalami tingkat inflasi tertinggi pada tahun 2006 sebesar 13,11%. Tingginya
inflasi di Indonesia pada tahun 2005-2006 dipengaruhi oleh dampak negatif
dari pengaruh kenaikan harga minyak dunia yang menyebabkan kenaikan harga
BBM menjadi sebesar 126% dari harga normal. Kenaikan harga BBM ini
berpengaruh pada naiknya harga barang dan kebutuhan-kebutuhan lain
sehingga menimbulkan terjadinya inflasi.
c) Thailand dan China merupakan negara yang mengalami dampak deflasi pada
tahun 2009, yaitu dengan tingkat inflasi sebesar -0,85% untuk negara Thailand,
serta sebesar -0,70% untuk negara China. Hal ini disebabkan karena pada saat
krisis global pada tahun 2009, permintaan akan barang-barang ekspor menurun
16

secara drastis yang menyebabkan permintaan produk China dan Thailand


merupakan dua negara yang mempunya nilai ekspor yang tinggi berkurang
sehingga jumlah produksi dalam negeri melimpah. Banyaknya produk yang
dihasilkan yang disertai dengan minimnya permintaan menyebabkan harga
barang-barang produksi menjadi turun sehingga menimbulkan deflasi di kedua
negara tersebut.
Selanjutnya, perbandingan data Tingkat Inflasi Tahunan pada tabel 11 di atas
dapat ditampilkan pada grafik sebagai berikut:
Gambar 4 Grafik Perbandingan Tingkat Inflasi Tahunan (%)

Sumber: World Development Indicators, World Bank, April 2016

7. Permasalahan dan Pemecahan Masalah dalam Perekonomian Indonesia


Berdasarkan perbandingan data-data indikator ekonomi tersebut di atas,
beberapa permasalahan yang menurut penulis dapat menghambat pertumbuhan
perekonomian Indonesia adalah sebagai berikut:
a) Tingginya tingkat pengangguran karena terbatasnya jumlah lapangan pekerjaan
yang ada di dalam negeri.
b) Banyaknya ketergantungan masyarakat Indonesia akan barang-barang produksi
dari luar negeri (import).
c) Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengembangkan jiwa wirausaha
untuk bersaing dengan pengusaha dari negara lain
d) Belum optimalnya pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki (pertanian,
perikanan, kelautan, dan lain-lain) untuk dapat digunakan dalam mendukung
kegiatan perekonomian

17

Selanjutnya, upaya-upaya yang menurut penulis dapat dilakukan untuk


mengatasi permasalahan-permasalah tersebut adalah sebagai berikut:
a) Pemerintah menetapkan kebijakan-kebijakan yang menarik calon-calon
investor untuk dapat menanamkan investasinya di Indonesia sehingga hal ini
akan membuka lapangan pekerjaan yang baru untuk menyerap tenaga kerja dan
mengurangi tingkat pengangguran. Kebijakan-kebijakan yang diambil antara
lain mengurangi prosedur yang dipenuhi dalam penanaman investassi di
Indonesia,

pembangunan

infrastruktur

untuk

mendukung

kegiatan

perekonomian masyarakat, dan lain-lain.


b) Mengurangi ketergantungan masyarakat dengan memberikan pajak import
yang tinggi akan barang-barang tersebut serta memberikan kemudahan dan
fasilitas dalam pengembangan produksi dalam negeri untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri.
c) Pemerintah memberikan stimulus kepada masyarakat untuk berwirausaha
membuka lapangan usaha/pekerjaan sendiri, antara lain dengan memberikan
kemudahan akses dalam memperoleh pembiayaan dan pemasaran produk ke
negara lain.
d) Memaksimalkan sumber daya alam yang dimiliki (pertanian/perikanan)
sehingga Indonesia bisa melakukan swasembada barang kebutuhan pokok
(beras, gula, ikan, daging, garam, dan lain-lain).

18

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan data rata-rata indikator ekonomi, antara lain: tingkat


pertumbuhan GDP, tingkat pengganguran, dan tingkat inflasi pada periode 2003
s.d. 2014, indikator ekonomi Indonesia pada umumnya tidak lebih baik apabila
dibandingkan dengan negara-negara tetangga di ASEAN (Malaysia, Filipina,
Singapura, dan Thailand) serta China dan India sebagai 2 (dua) negara Asia yang
memiliki perkembangan perekonomian yang cukup pesat, khususnya pada saat
terjadi krisis global pada Tahun 2008-2009. Perbandingan rata-rata indikator
ekonomi dan kemakmuran negara-negara tersebut untuk periode 2003 s.d. 2014
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 12 Perbandingan Rata-rata Indikator Ekonomi dan Kemakmuran Negara

Sumber: World Development Indicators, World Bank, April 2016

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari sisi kemakmuran


negara, Indonesia menempati urutan kelima untuk GDP per kapita. Sedangkan
dari sisi indikator ekonomi, Indonesia menempati urutan keempat pada tingkat
pertumbuhan produksi, urutan ketujuh/terendah pada tingkat penggangguran, serta
urutan kedua tertinggi dari tingkat inflasi, hanya sedikit lebih baik jika
dibandingkan dengan India sebagai negara yang memiliki inflasi yang paling
tinggi.
Beberapa permasalahan yang menghambat pertumbuhan perekonomian
Indonesia adalah: tingginya tingkat pengangguran, banyaknya ketergantungan

19

masyarakat akan produksi import, rendahnya keinginan masyarakat untuk


berwirausaha dan bersaing, serta belum optimalnya pemanfaatan sumber daya
alam yang dimiliki untuk mendukung kegiatan perekonomian. Selanjutnya,
penulis mencoba memberikan upaya alternatif untuk mengatasi permasalahanpermasalah tersebut, yaitu: penetapan kebijakan-kebijakan yang menarik caloncalon investor untuk berinvestasi di Indonesia, peningkatan pajak impor dan
pemberian kemudahan/fasilitas dalam pengembangan produksi dalam negeri,
pemberian stimulus kepada masyarakat untuk berwirausaha/membuka lapangan
usaha, serta memaksimalkan sumber daya alam yang ada untuk mewujudkan
swasembada barang kebutuhan pokok.

20

DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, 2009
Bary, Pakasa. Prospek Perdagangan Indonesia, Cina dan India melalui Analisa
Gravity Model. 2009
Blanchard, Olivier and D.H. Johnson, Macroeconomics, 6th ed., New Jersey:
Prentice-Hall Inc., 2013
http://databank.worldbank.org., 2016
http://www.bi.go.id., 2016
https://www.bps.go.id., 2016
https://www.imf.org., 2016
http://www.republika.co.id, 2016
Lesmana, Theresia. Perkembangan Indikator Ekonomi dan Kemakmuran
Indonesia Dibandingkan Dengan 6 Negara Tetangga Periode 2005-2012,
BINUS University, 2014

21

Anda mungkin juga menyukai