Oleh:
GINA EVA MARSIANA
I1A008046
Pembimbing:
dr. Meriah Sembiring, Sp.A
Juli, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
kejadian berkisar 469 orang penduduk dengan angka mortalitas sebesar 15 orang.
Dari data yang di dapat mulai bulan Januari-Juni 2014 di dapatkan angka kejadian
DBD sebanyak 161 orang penduduk dan angka mortalitas sebesar 6 orang. Angka
kejadian dan mortalitas dari DBD ini akan terus meningkat.3
Indonesia sehat tahun 2010 difokuskan pada preventif yaitu pencegahan
penyakit, tingginya berbagai wabah penyakit menunjukan bahwa program
preventif yang diaplikasikan di masyarakat belum dilaksanakan dengan benar.
Diantaranya adalah wabah penyakit demam berdarah atau DBD. Sampai saat ini
di tiap pelosok baik kota maupun desa selalu ada kematian yang ditimbulkan oleh
penyakit tersebut.4
Penularan DBD dapat terjadi di tempat-tempat umum dan salah satu
tempat yang potensial, yaitu di sekolah. Hal ini didukung studi yang telah
dilakukan sebelumnya yang menyatakan bahwa 32,2% penularan DBD terjadi di
sekolah.1
Secara umum 2,5 sampai 3 milyar orang beresiko terserang penyakit DBD,
Aedes aegypti merupakan vektor epidemi utama, penyebaran penyakit ini,
diperkirakan terdapat 50 sampai 100 juta kasus per tahun, 500.000 kasus
menuntut perawatan di Rumah Sakit, dan 90 % menyerang anak-anak dibawah 15
tahun, rata-rata angka kematian (Case Fatality Rate/CFR ) mencapai 5 %, secara
epidemis bersifat siklis (terulang pada jangka waktu tertentu), dan belum
ditemukan vaksin pencegahnya (Depkes RI, 2000).3
Demam berdarah merupakan penyakit yang bisa dicegah, salah satu cara
pencegahanya adalah dengan kebersihan lingkungan dan diri sendiri, selain hal
tersebut apabila terjadi penyakit demam berdarah keluarga juga bisa mencegah
melalui penataksanaan pertama agar tidak terjadi kegawatan lebih lanjut. Tujuan
kesehatan dewasa ini dititikberatkan pada preventif dan promotif yaitu
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Ibu-ibu rumah tangga salah satu
dari kelompok perantara dalam rangka upaya promotif dan preventif ini. Upaya
pencegahan diantaranya adalah dengan melakukan penyuluhan kesehatan tentang
demam berdarah.4
Berikut akan dilaporkan sebuah kasus demam berdarah dengue grade III
pada seorang anak laki-laki berumur 6 tahun yang dirawat di Ruang Anak RSUD
Banjarmasin sejak tanggal 26 Juli 2014 sampai tanggal 1 Juli 2014.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Definsi
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh infeksi virus dengue. Sedangkan manifestasi klinis dari infeksi
virus dengue dapat berupa demam dengue dan demam berdarah dengue 4,5,6.
II.
Etiologi
Demam berdarah dengue disebabkan oleh infeksi virus dengue yang
mempunyai 4 serotipe yaitu den-1, den-2, den-3, dan den-4. Virus dengue serotipe
den-3 merupakan serotipe yang dominan di Indonesia dan paling banyak
berhubungan dengan kasus berat 4.
Virus dengue berbentuk batang, yang berukuran kecil sekali yaitu sekitar
35-45 nm, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan
natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70oC 7,8.
III.
Epidemiologi
Saat ini, infeksi virus dengue menyebabkan angka kesakitan dan kematian
biasa. Incidence rate meningkat dari 0,005 per 100,000 penduduk pada tahun 1968
menjadi berkisar antara 6-27 per 100,000 penduduk (1989-1995). Mortalitas DBD
cenderung menurun hingga 2% tahun 1999. 1,2,3,4,5
Di Kalimantan Selatan angka kejadian kasus DBD masih cukup tinggi dari
tahun ke tahun. Data survei dari tahun 2011-Juni 2014, angka kejadian DBD
cukup tinggi yaitu pada tahun 2011, angka kejadian 400 orang penduduk dengan
mortalitas sebanyak 7 orang. Pada tahun 2012, angka kejadian 541 orang
penduduk dengan angka mortalitasnya sebanyak 4 orang. Pada tahun 2013, angka
kejadian berkisar 469 orang penduduk dengan angka mortalitas sebesar 15 orang.
Dari data yang di dapat mulai bulan Januari-Juni 2014 di dapatkan angka kejadian
DBD sebanyak 161 orang penduduk dan angka mortalitas sebesar 6 orang. Angka
kejadian dan mortalitas dari DBD ini akan terus meningkat.
IV.
Penularan
Penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes
V.
Masa Inkubasi/Tunas
Masa tunas/inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus
darahnya. Virus ini dapat hidup dan berkembangbiak di tubuh nyamuk dan juga
terbawa pada telur nyamuk yang mana akan hidup hingga telur-telur tersebut
menjadi nyamuk dewasa. Virus tersebut dimasukkan ke tubuh manusia oleh
gigitan nyamuk dan dalam 4 hari berkembangbiak memperbanyak dirinya
sehingga timbul siklus demam DBD 10.
VI.
Patogenesis
Menurut sejarah perkembangan patogenesis demam berdarah dengue dapat
dibagi menjadi dua teori patogenesis, yaitu: pertama, virus dengue mempunyai
sifat tertentu, dan yang ke dua, pada manusia yang terinfeksi mengalami suatu
proses imunologi yang berakibat kebocoran plasma, perdarahan, dan berbagai
manifestasi klinik. Dapat pula kemungkinan patogenesis campuran dari kedua
mekanisme tersebut 11.
Patogenesis DBD belum sepenuhnya dapat dipahami, namun terdapat dua
perubahan patofisiologis, yaitu 11,12 :
1) Meningkatnya permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya
plasma, hipovolemia, dan terjadinya syok. Pada DBD terdapat kejadian
unik yaitu terjadinya kebocoran plasma ke dalam rongga pleura dan
rongga peritoneal. Kebocoran plasma terjadi singkat (24-48 jam).
2) Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopeni,
dan koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan.
hepatomegali
trombositopenia
Manifestasi perdarahan
Permeabilitas vaskular naik
Dehidrasi
hipovolemia
syok
anoksia
meninggal
10
infeksi ke-2 oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang penderita dengan
kadar antibodi anti dengue yang rendah, respon antibodi anamnestik yang akan
terjadi dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi
limfosit imun dengan menghasilkan titer tinggi antibodi Ig G anti dengue 13.
Virus replication
Complement activation
Complement
Ht
Na+
Fluid in the serous cavities
Hypovolemia
SHOCK
Anoxia
Acidosis
VII.
Manifestasi Klinis
11
Infeksi virus dengue mempunyai spektrum klinis yang luas mulai dari
asimptomatik (silent dengue infection), demam dengue (DD), demam berdarah
dengue (DBD), dan demam berdarah dengue disertai syok (sindrom syok dengue,
SSD) 4.
12
10. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit
akibat pecahnya pembuluh darah.
Pemeriksaan darah perifer: Hb, leukosit dan hitung jenis, hematokrit, dan
trombosit.
Pada DBD berat/SSD : monitor hematokrit tiap 4-6 jam, trombosit, AGD,
kadar elektrolit, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, protein serum, PT dan
APTT.
Dikenal 5 uji serologik yang biasa dipakai untuk menentukan adanya
13
Jarang dipakai karena cara pemeriksaan yang agak rumit dan memerlukan
tenaga pemeriksa yang berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi hanya
bertahan di dalam tubuh sekitar 2-3 tahun saja.
IX.
Diagnosis
14
1. Kriteria klinis
Hepatomegali.
Syok
2. Kriteri laboratoris
Kriteria
Demam disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya
DBD derajat I
manifestasi perdarahan ialah uji torniquet positif.
Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau
DBD derajat II
perdarahan lain.
15
DBD derajat IV
tekanan darah tidak dapat diukur.
Tanda bahaya yang harus diketahui pada penyakit DBD adalah tanda
perdarahan kulit (bintik merah), hidung, gusi atau berak darah warna kehitaman
dan berbau. Apabila panas yang berangsur dingin, tetapi anak tampak lesu dan
pada perabaan dirasakan ujung-ujung tangan atau kaki dingin 14.
Tanda bahaya lain yang menyertai adalah penampilan anak tampak sangat
gelisah, kesadarannya menurun, kejang dan napas sesak. Pada keadaan tersebut
penderita harus segera dibawa ke dokter, bila terlambat akan menimbulkan
komplikasi yang berbahaya seperti syok, perdarahan kepala, perdarahan hebat di
seluruh tubuh atau gangguan fungsi otot jantung 14.
X.
Diagnosa Banding
1.
Demam dengue
Pada demam dengue terdapat peningkatan suhu secara tiba-tiba, disertai
sakit kepala menyeluruh atau berpusat pada supraorbital dan retroorbital,
nyeri yang hebat pada otot terutama dirasakan bila tendon dan otot perut
ditekan serta tulang, mual, kadang muntah dan batuk ringan. Terjadi
leukopenia pada demam dengue 15.
2. Morbili
Gejala klinis dari morbili yaitu suhu naik mendadak ketika ruam muncul
dan sering mencapai suhu 40-40,5oC. Ruam biasanya sebagai makula
16
tidak jelas pada bagian atas lateral leher, di belakang telinga, sepanjang
garis pertumbuhan rambut dan pada bagian posterior pipi. Lesi sendirisendiri menjadi semakin makopapuler sebagai ruam yang menyebar
dengan cepat pada seluruh muka, leher, lengan atas dan bagian atas dada
pada sekitar 24 jam pertama 16.
3.
4.
5.
Malaria
Malaria merupakan penyakit yang bersifat akut dan kronik, yang
disebabkan oleh protozoa genus plasmodium. Manifestasi klinik malaria
yaitu demam yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang
(sporulasi), splenomegali, anemia dan ikterik 16.
17
XI.
Komplikasi DBD
Pada DD tidak terdapat komplikasi berat namun anak dapat mengeluh
lemah/lelah (fatigue) saat fase pemulihan. Komplikasi berat dapat terjadi pada
DBD yaitu ensefalopati dengue, gagal ginjal akut, atau udem paru akut 4.
XII.
Penatalaksanaan
Fase demam 4
Monitor keadaan anak (tanda-tanda syok) terutama selama 2 hari saat suhu
turun. Monitor trombosit dan hematokrit secara berkala.
Jenis cairan adalah kristaloid : RL, 5% glukosa dalam RL, atau NaCl.
Syok
18
Kejang
Kesadaran turun
Muntah darah
Berak hitam
19
Pada DSS segera beri infus kristaloid ( Ringer laktat atau NaCl 0,9%) 1020 ml/kgBB secepatnya (diberikan dalam bolus selama 30 menit) dan
oksigen 2 lt/mnt. Untuk DSS berat (DBD derajat IV, nadi tidak teraba dan
20
disertai
penurunan
kadar
21
lanjutkan
cairan
kristaloid
10ml/kgBB/jam.
Pemasangan
CVP
22
menurunkan jumlah fibrinogen serta faktor VIII, terutama bila diberikan lebih dari
1000 ml/24 jam. Pemberian dekstran tidak boleh diberikan pada pasien dengan
KID.2
Golongan Gelatin (Hemacell dan gelafundin merupakan larutan gelatin yang
mempunyai sifat isotonik dan isoonkotik. Efek volume larutan gelatin menetap
sekitar 2-3 jam dan tidak mengganggu mekanism pembekuan darah.2
Hydroxy ethyl starch (HES) 6% HES 200/0,5; 6% HES 200/0,6; 6% HES
450/0,7 adalah larutan isotonik dan isonkotik, sedangkan 10% HES 200/0,5
adalah larutan isotonik dan hiponkotik. Efek volume 6%/10/o HES 200/0,5
menetap dalam 4-8 jam, sedangkan larutan 6% HES 200/0,6 dan 6% HES 450/0,7
menetap selama 8-12 jam. Gangguan mekanisme pembekuan tidak akan terjadi
bila diberikan kurang dari 1500cc/24 jam, dan efek ini terjadi karena pengenceran
dengan penurunan hitung trombosit sementara, perpanjangan waktu protrombin
dan waktu tromboplastin parsial, serta penurunan kekuatan bekuan.2
Ruang Rawat Khusus Untuk DBD/SSD
Untuk mendapatkan tatalaksana DBD lebih efektif, maka pasien DBD
seharusnya dirawat di ruang rawat khusus, yang dilengkapi dengan perawatan
untuk kegawatan. Ruang perawatan khusus tersebut dilengkapi dengan fasilitas
laboratorium untuk memeriksa kadar hemoglobin, hematokrit dan trombosit yang
tersedia selama 24 jam. Pencatatan merupakan hal yang penting dilakukan di
ruang perawatan DBD. Paramedis dapat didantu oleh keluarga pasien untuk
mencatatjumlah cairan baik yang diminum maupun yang diberikan secara
intravena, serta menampung urin serta mencatat jumlahnya.2
23
Setelah masa kritis terlampaui maka pasien akan masuk dalam fase
maintenance/penyembuhan, pada saat ini akan ada ancaman timbul keadaan
overload cairan. Sehingga pemberian cairan intravena harus diberikan dalam
jumlah minimal hanya untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi intra vaskuler, sebab
apabila jumlah cairan yang diberikan berlebihan, akan menimbulkan kebocoran ke
dalam rongga pleura, abdominal, dan paru yang akan menyebabkan distres
pernafasan yang berakibat fatal. Pemberian cairan untuk maintenans ini diberikan
selama 24-48 jam 19.
Fase penyembuhan
Secara umum, sebagian besar pasien DBD akan sembuh tanpa komplikasi dalam
waktu 24-48 jam setelah syok. Indikasi pasien masuk ke dalam fase penyembuhan
adalah 19 :
Diuresis cukup
Cairan intravena harus dihentikan segera apabila memasuki fase ini. Jus buah atau
larutan oralit dapat diberikan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.
Kriteria memulangkan pasien 4 :
24
Hematokrit stabil
XIII. Prognosis
Kematian oleh karena Demam Berdarah Dengue terjadi pada 40-50%
penderita dengan syok, tetapi dengan pengobatan yang adekuat dapat diturunkan
hingga kurang dari 2%. Prognosa pada pasien ini adalah dubia ad bonam. Dasar
penentuan diagnosa ini adalah karena pasien datang berobat lebih cepat sehingga
diagnosa ditegakkan dan pengobatan dapat diberikan.
XIV.
Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain
dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,
modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan
manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:
25
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan
jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).
3. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
Pengasapan/fogging
(dengan
menggunakan
malathion
dan
Memberikan
bubuk
abate
(temephos)
pada
tempat-tempat
penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lainlain.
26
27
BAB III
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS
1. Identitas penderita :
Nama penderita
: An. RS
Jenis Kelamin
: Laki-laki
: 6 tahun 2 bulan
Ibu
Nama
: Tn. M
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Buruh
Alamat
Nama
: Ny. D
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
Alamat
ANAMNESIS
Kiriman dari
:-
Dengan diagnosa
:-
Aloanamnesa dengan
: Ibu Pasien
Tanggal/jam
: 30 Juni 2014
28
Spontan/tidak spontan
: Spontan
Nilai APGAR
: 3100 gram
: 49 cm
Lingkar kepala
: Ibu lupa
Penolong
: Bidan
Tempat
: Rumah
29
Riwayat Neonatal
Anak langsung menangis dan gerak aktif, sakit kuning (-), kejang (-).
5. Riwayat perkembangan :
Tiarap
: 7 bulan
Merangkak
: 8 bulan
Duduk
: 5 bulan
Berdiri
: 10 bulan
Berjalan
: 11 bulan
Saat ini
meneruskan sekolah di SD. Prestasi anak baik, anak juga tidak ada
hambatan dalam aktivitas sehari-hari.
6. Riwayat imunisasi :
Nama
BCG
Polio
0
2
Hepatitis B
0
DPT
2
Campak
Kesimpulan : Imunisasi lengkap
0
3
1
3
4
6
4
Ulangan
(Umur dalam bulan)
-
7. Makanan :
30
8. Riwayat keluarga :
Ikhtisar keturunan :
Ayah
Ibu
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Sakit
Susunan keluarga :
No
.
1.
2.
3.
4.
Nama
Tn. M
Ny. D
An. RS
An. N
Umur
L/P
Keterangan
36 th
28 th
6 th
6 Bln
L
P
L
L
Sehat
Sehat
Sakit sekarang
Sehat
31
terdiri dari 4 jendela dan 2 pintu dengan penerangan yang cukup. MCK
menggunakan air sungai dan minum menggunakan air PDAM yang di
masak. Sampah dibuang pada tempat pembuangan sampah. Anak tinggal
bersama orang tua nya di daerah kumuh.
II.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran
: komposmentis
GCS
: E4V5M6
2. Pengukuran :
Tanda vital : Tensi
: 90/70 mmHg
Nadi
Suhu
: 37,1 oC
Respirasi
: 28 x/menit
Berat badan
: 18 kg
Tinggi badan
: 110 cm
: 52 cm
Warna
: sawo matang
Sianosis
: tidak ada
Hemangiom
: tidak ada
Turgor
: cepat kembali
Kelembaban
: cukup
Pucat
: tidak ada
32
Lain-lain
4. Kepala : Bentuk
: tidak ada
: mesosefali
UUB
UUK
Lain-lain
: tidak ada
Rambut : Warna
: hitam
Tebal/tipis
: tebal
Mata :
Alopesia
: tidak ada
Lain-lain
: tidak ada
Palpebra
: tidak edema
: tidak anemis
Sklera
: tidak ikterik
: 3 mm/3 mm
: isokor, normal
: jernih
: simetris
Sekret
: tidak ada
Serumen
: minimal
Nyeri
: tidak ada
Hidung : Bentuk
: simetris
33
: tidak ada
Sekret
: tidak ada
Lain-lain
: tidak ada
Mulut : Bentuk
: normal
Bibir
Gusi
Lidah :
Gigi-geligi
: lengkap
Bentuk
: normal
Pucat/tidak
: tidak pucat
Tremor/tidak
: tidak tremor
Kotor/tidak
: tidak kotor
Warna
: merah muda
Faring : Hiperemi
Edema
: tidak ada
: tidak ada
: merah muda
Pembesaran
: tidak ada
Abses/tidak
: tidak ada
: tidak terlihat
: tidak meningkat
34
: tidak ada
Kaku kuduk
: tidak ada
Masa
: tidak ada
Tortikolis
: tidak ada
6. Thorak :
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk
Palpasi
: simetris
Retraksi
: tidak ada
Dispnea
: tidak ada
Pernafasan
: thorakal
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : Suara Napas Dasar : Suara napas vesikuler
Suara Napas Tambahan : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
b. Jantung :
Inspeksi : Iktus
: tidak terlihat
Palpasi
: tidak teraba
: Apeks
Thrill
: tidak ada
Batas atas
Auskultasi :
Frekuensi
: 96 x/menit
Suara dasar
: S1 dan S2 tunggal
35
Bising
: tidak ada
7. Abdomen
Inspeksi
: Bentuk
: datar
Lain-lain
Palpasi
Perkusi
: tidak ada
: Hati
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Ginjal
: tidak teraba
Masa
: tidak ada
: Timpani/pekak : timpani
Asites
: tidak ada
Auskultasi
8. Ekstremitas :
Umum
Neurologis
Lengan
Tanda
Gerakan
Tonus
Trofi
Klonus
Refleks
Fisiologis
Refleks
patologis
Sensibilitas
Tanda
meningeal
Kanan
bebas
eufoni
eutrofi
BPR = +
TPR
Hoffman (-)
Tromner (-)
normal
9. Susunan saraf
Tungkai
Kiri
bebas
eufoni
eutrofi
BPR = +
TPR
Hoffman (-)
Tromner (-)
normal
-
Kanan
bebas
eufoni
eutrofi
BPR = +
TPR
Babinsky (-)
Chaddok (-)
normal
Kiri
bebas
eufoni
eutrofi
BPR = +
TPR
Babinsky (-)
Chaddok (-)
normal
36
10. Genetalia
11. Anus
Tgl : 26-06-2014
Pukul :12.13 Wita
14,2 g/dl
2000 /ul
5,20 juta/ul
42,1 vol%
78000 /ul
14,0 %
MCV
MCH
MCHC
Gran %
Limfosit %
Gran #
Limfosit #
81,1 fl
27,3 pg
33,7 %
36,9 %
51,4 %
0,70 ribu/ul
1,1 ribu/ul
Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematrokit
Trombosit
RDW-CV
MCV
MCH
MCHC
Neutrofil %
Limfosit %
Neutrofil #
Limfosit #
Hasil
Tgl : 27-06-2014
Tgl : 28-06-2014
Pukul : 23.21 Wita Pukul :07.22 Wita
13,4 g/dl
12,3 g/dl
6500 /ul
8200 /ul
4,90 juta/ul
4,69 juta/ul
39 vol%
37 vol%
11000 /ul
22000 /ul
13,6 %
13 %
79,2 fl
27,3 pg
34,5 %
79,3,1 %
5,14 ribu/ul
0,62 ribu/ul
Hasil
Tgl : 30-06-2014 Nilai Normal
Pukul :22.42 Wita
12,9 g/dl
11,0 15,0 g/dl
7900 /ul
4.000 10.500/ul
4,50 6,00 juta/ul
4,93 juta/ul
39 vol%
40 50 vol%
150.000
450.000/ul
26000 /ul
13,3 %
11,5 14,7 %
79 fl
80,0 97,0 fl
26,2 pg
27,0 32,0 pg
33,2 %
32,0 38,0 %
31 %
50,0 70,0 %
55,5 %
25,0 40,0 %
2,40 ribu/ul
2500 7000/ul
4,40 ribu/ul
1250 4000/ul
37
79,3 fl
26,2 pg
33,1 %
17,6 %
79,3,1 %
1,4 ribu/ul
4,70 ribu/ul
Tgl: 29-06-2014
Pukul :10.50 Wita
14 ,4g/dl
5,39 juta/ul
43 vol%
17000 /ul
13,8 %
78,8 fl
26,7 pg
33,9 %
61,7 %
0.94 ribu/ul
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
-
IV.
RESUME
Nama
: An. RS
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 6 tahun
Berat badan
: 18 kg
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Komposmentis
Tensi
: 90/70 mm/Hg
Denyut Nadi
: 96 kali/menit
Pernafasan
: 28 kali/menit
Suhu
: 37,1 oC
38
GCS : 4-5-6
Kulit
Kepala
Mata
Telinga
Mulut
Thorak/paru
V.
Jantung
: S1 dan S2 tunggal
Abdomen
: datar, hati dan limfa tidak teraba, bising usus (+) normal
Ekstremitas
Susunan saraf
Genitalia
Anus
DIAGNOSIS
1. Diagnosa banding :
DHF grade II
Demam dengue
Morbili
Chikungunya haemorrhagic fever (CHF)
Idiopathic Thrombosytopenic Purpura (ITP)
Malaria
2. Diagnosa kerja
: DHF grade II
3. Status gizi
Menurut NCHS
39
PENATALAKSANAAN
1. IVFD RL 20-24 tetes/menit (makro)
2. Parasetamol syrup 3 x 1 1/2 cth
VII.
USULAN PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan darah rutin (Hb, Ht dan trombosit/12 jam)
2. Uji serologi :
-
IgG Elisa
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: Dubia ad bonam
IX.
PENCEGAHAN
40
FOLLOW UP
S
Panas (-)
Sakit perut
(+)
Petekie (+)
Makan (+)
Minum (+)
BAK (+)
BAB (+)
O
TD= 100/80 mmHg
N=68 x/mnt
RR = 30x/mnt,
T= 36oC
KU : tampak sakit
ringan
Kesadaran : kompos
mentis
GCS : 4-5-6
Kulit: pucat (-)
Kepala: tidak ada
kelainan
Mata: anemis (-),
ikterik (-),palpebra
edema (-)
Telinga: tidak ada
kelainan
Mulut: mukosa bibir
basah
Toraks: retraksi (-),
Rh (-/-),Wh(-/-)
Jantung: S1=S2
tunggal, bising (-)
Abdomen:datar,
asites (-),Bising usus
(+) normal
Ekstremitas:akral
hangat, edema tungkai
(-/-), sianosis (-)
Susunan saraf:tidak
ada kelainan
Genitalia: tidak ada
kelainan
41
A
Diagnosis kerja :
DHF Grade II
P
-IVFD
RL
20-24
tetes/menit (makro)
- Parasetamol syrup 3 x 1
1/2 cth
Panas (-)
Sakit perut
(+)
Petekie (+)
Makan (+)
Minum (+)
BAK (+)
BAB (-)
Diagnosis kerja :
DHF Grade II
-IVFD
RL
20-24
tetes/menit (makro)
- Parasetamol syrup 3 x 1
1/2 cth
03/11/08
Panas (-)
Sakit perut
(+)
Petekie (+)
Makan (+)
Minum (<)
BAK (+)
BAB (-)
Diagnosis kerja :
DHF Grade II
-IVFD
RL
20-24
tetes/menit (makro)
- Parasetamol syrup 3 x 1
1/2 cth
42
Panas (-)
Sakit perut
(+)
Petekie (-)
Makan (+)
Minum (<)
BAK (+)
BAB (+)
43
Diagnosis kerja :
DHF Grade II
-IVFD
RL
20-24
tetes/menit (makro)
- Parasetamol syrup 3 x 1
1/2 cth
Jantung: S1=S2
tunggal, bising (-)
Abdomen:datar,
asites (-),Bising usus
(+) normal
Ekstremitas:akral
hangat, edema tungkai
(-/-), sianosis (-)
Susunan saraf:tidak
ada kelainan
Genitalia: tidak ada
kelainan
Anus: tidak ada
kelainan
44
XI.
OBSERVASI
TD
(mmHg)
Nadi
(x/menit)
RR
(x/menit)
Suhu
(oC)
31-10-2008
23.00
110/80
120
20
37,4
24.00
100/70
120
20
37,6
1-11-2005
100/80
115
22
37,9
04.00
110/70
110
21
38
06.00
100/80
115
22
37,8
12.00
110/70
110
24
37
18.00
100/80
110
26
36,6
24.00
100/70
105
26
36,5
2-11-2005
100/70
102
28
36,6
12.00
110/80
102
28
36,8
18.00
100/70
105
27
37
24.00
100/70
110
28
37
3-11-2005
90/70
110
30
37,4
12.00
100/70
115
29
37,2
18.00
100/80
115
29
36,9
24.00
100/80
114
30
36,6
02.00
06.00
06.00
45
BAB IV
DISKUSI
Pada kasus ini, secara klinis pasien menderita demam berdarah dengue
derajat II dimana diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik
pada pasien dan pemeriksaan laboratorium. Dari anamnesa didapatkan keluhan
utama anak datang ke rumah sakit setelah panas selama 5 hari. Panas mendadak
dan hanya turun sebentar dengan obat penurun panas, tetapi tidak sampai normal.
Anak muntah 3 hari sebelum masuk rumah sakit yang berisi cairan bening 12 sendok makan sekali muntah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan petekie. Petekie merupakan salah satu
manifestasi pendarahan pada kulit. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
trombositopenia. Dimana terjadi penurunan jumlah trombosit (trombosit
100.000/ul).
Pada perhitungan status gizi menurut NCHS didapatkan BB/U - 1,25 (gizi
normal)atau TB/U - 0,8 (normal)atau BB/TB - 1,13 (normal). Berdasarkan CDC2000 didapatkan 92% (normal).
Pada penderita ini, telah dilakukan pemberian terapi cairan IVFD RL 2024 tetes/menit (makro). Menurut gambar penatalaksanaan DBD derajat II tanpa
peningkatan hematokrit, penderita jika masih dapat minum tidak perlu dilakukan
pemberian cairan melalui intravena kecuali jika penderita terus menerus muntah
sehingga tidak mungkin diberi makanan per oral. Diberikannya cairan intravena
RL pada penderita ini karena merupakan cairan kristaloid dan sudah memasuki
hari sakit ke 5 dimana fase syok terjadi pada hari sakit ke 4 5. Medikamentosa
yang diberikan yaitu parasetamol sebagai antipiretik
46
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus demam berdarah dengue yang terjadi pada
seorang anak perempuan berusia 9 tahun 3 bulan dengan keluhan panas
mendadak dan hanya turun sebentar dengan obat penurun panas, tetapi tidak
sampai normal yang dirawat di ruang bangsal bagian anak RSUD Ulin
Banjarmasin. Diagnosis demam berdarah dengue derajat II ditegakkan
berdasarkan alloanamnesa yang dilakukan pada nenek pasien dan Pada
pemeriksaan fisik didapatkan petekie. Dan pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan trombositopenia. Dimana terjadi penurunan jumlah trombosit
(trombosit 100.000/ul). Selama perawatan, anak mendapatkan terapi dan
menunjukkan perbaikan gejala. Pada hari ke 4 perawatan, anak diperbolehkan
pulang.
47
DAFTAR PUSTAKA
48
11. Khomsah.
Penyakit
demam
berdarah
dengue
(www.khomsah@yahoo.com), diakses 10 November 2008
(DBD).
49