Anda di halaman 1dari 12

ANATOMI CAIRAN TUBUH

Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat berubah
tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Pada bayi usia < 1 tahun
cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi usia > 1 tahun mengandung air
sebanyak 70-75 %. Seiring dengan pertumbuhan seseorang persentase jumlah cairan terhadap
berat badan berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki dewasa 50-60% berat badan,
sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat badan. Hal ini terlihat pada tabel berikut: 1
Usia

Kilogram Berat (%)

Bayi prematur

80

3 bulan

70

6 bulan

59

1 - 2tahun

58

11 16 tahun

58 60

Dewasa

40 50

Dewasa dengan obesitas

70 75

Dewasa kurus

70 75

Tabel.1 Perubahan cairan tubuh total sesuai usia

Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada perdarahan,
luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa preoperatif maupun perioperatif, dapat
menyebabkan gangguan fisiologis yang berat. Jika gangguan tersebut tidak dikoreksi secara
adekuat sebelum tindakan anestesi dan bedah, maka resiko penderita menjadi lebih besar.2
Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen intraselular dan
kompartemen ekstraselular. Lebih jauh kompartemen ekstraselular dibagi menjadi cairan
intravaskular dan intersisial.1
- Cairan intraselular
Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada orang dewasa, sekitar
duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular (sekitar 27 liter rata-rata
untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70 kilogram), sebaliknya pada bayi
hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan intraselular. 1
- Cairan ekstraselular
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif cairan
ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar setengah dari
cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun, jumlah cairan

ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total. Ini sebanding dengan
sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70 kg. 1
Cairan ekstraselular dibagi menjadi1:
o Cairan Interstitial
Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar 11- 12 liter
pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial. Relatif terhadap
ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir
dibandingkan orang dewasa. 1
o Cairan Intravaskular
Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya volume
plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6L dimana 3 liternya
merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan platelet.1
o Cairan transeluler
Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu seperti
serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran
pencernaan. Pada keadaan sewaktu, volume cairan transeluler adalah sekitar 1 liter,
tetapi cairan dalam jumlah banyak dapat masuk dan keluar dari ruang transeluler.1
Body
100%

Water
60 % (100)

Intracellular space
40 % (60)

Tissue
40 %

Extracellular space
20 % (40)

Interstitial space
15 % (30)

Intravascular space

5 % (10)

Diagram 1. Distribusi Cairan Tubuh


Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit dan non elektrolit. 1
- Elektrolit

Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik. Elektrolit
dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah kation dan anion
dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen). 1
Kation
Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na ), sedangkan kation
+

utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K ). Suatu sistem pompa


+

terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar sodium dan potassium ini.
Anion
Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl -) dan bikarbonat
(HCO3 ),sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat (PO4
-

3-

).

Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada intinya sama maka
nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan ekstraseluler tetapi tidak
mencerminkan komposisi cairan intraseluler. 1
a. Natrium
Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling berperan di alam
mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135-145mEq/liter. Kadar
natrium dalam plasma diatur lewat beberapa mekanisme:3
- Left atrial stretch reseptor
- Central baroreseptor
- Renal afferent baroreseptor
- Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)
- Atrial natriuretic factor
- Sistem renin angiotensin
- Sekresi ADH
- Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body Water)
Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau 40,5mEq/kgBB dapat
berubah-ubah. Ekresi natrium dalam urine 100-180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dan
keringat 58mEq/liter. Kebutuhan setiap hari = 100mEq (6-15 gram NaCl).4
Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan interstitial
maupun ke dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium
(muntah,diare) sedangkan pemasukkan terbatas maka akan terjadi keadaan dehidrasi
disertai kekurangan natrium. Kekurangan air dan natrium dalam plasma akan diganti

dengan air dan natrium dari cairan interstitial. Apabila kehilangan cairan terus
berlangsung, air akan ditarik dari dalam sel dan apabila volume plasma tetap tidak
dapat dipertahankan terjadilah kegagalan sirkulasi.4
b. Kalium
Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler berperan penting
di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Jumlah kalium dalam tubuh
sekitar 53 mEq/kgBB dimana 99% dapat berubah-ubah sedangkan yang tidak dapat
berpindah adalah kalium yang terikat dengan protein didalam sel.4
Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari 1-3 mEq/kgBB.
Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi H+ ekstraseluler.
Ekskresi kalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72 mEq/liter dan keringat 10
mEq/liter.4
c. Kalsium
Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90% dikeluarkan
lewat faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini tergantung pada
intake, besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolisme kalsium sangat dipengaruhi
oleh kelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis, ovarium, dan hipofisis. Sebagian besar
(99%) ditemukan didalam gigi dan + 1% dalam cairan ekstraseluler dan tidak terdapat
dalam sel.4
d. Magnesium
Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan unruk pertumbuhan 10
mg/hari. Dikeluarkan lewat urine dan faeces. 4
e. Karbonat
Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah satu hasil akhir
daripada metabolisme. Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit sekali
bikarbonat yang akan dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh paru-paru
dan sangat penting peranannya dalam keseimbangan asam basa. 4
- Non elektrolit
Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam cairan. Zat
lainnya termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubin. 1
Proses Pergerakan Cairan Tubuh
Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan mekanisme
transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan energi sedangkan
mekanisme transpor aktif membutuhkan energi. Difusi dan osmosis hdala mekanisme

transpor pasif. Sedangkan mekanisme transpor aktif berhubungan dengan pompa Na-K yang
memerlukan ATP. 1, 4,5
Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung secara:
a. Osmosis
Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran semipermeabel
(permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi
hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga
tekanan osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen sama. Membran semipermeabel ialah
membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun tidak dapat dilalui zat terlarut misalnya
protein. 1,4, 5
Tekanan osmotik plasma darah ialah 285+ 5 mOsm/L. Larutan dengan tekanan
osmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%, Ringer laktat). Larutan
dengan tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik (akuades), sedangkan lebih tinggi
disebut hipertonik. 4, 5
b. Difusi
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan hidrostatik pembuluh
darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori tersebut. Jadi difusi
tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik. 1, 4, 5
c. Pompa Natrium Kalium
Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion natrium keluar
melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar ke dalam.
Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk mencegah keadaan hiperosmolar di dalam
sel. 1, 4, 5
Asupan dan kehilangan cairan dan elektrolit pada keadaan normal
Homeostasis cairan tubuh yang normalnya diatur oleh ginjal dapat berubah oleh stres akibat
operasi, kontrol hormon yang abnormal, atau pun oleh adanya cedera pada paru-paru, kulit
atau traktus gastrointestinal.6
Pada keadaan normal, seseorang mengkonsumsi air rata-rata sebanyak 2000-2500 ml
per hari, dalam bentuk cairan maupun makanan padat dengan kehilangan cairan ratarata 250
ml dari feses, 800-1500 ml dari urin, dan hampir 600 ml kehilangan cairan yang tidak
disadari (insensible water loss) dari kulit dan paru-paru.6

Kepustakaan lain menyebutkan asupan cairan didapat dari metabolisme oksidatif dari
karbohidrat, protein dan lemak yaitu sekitar 250-300 ml per hari, cairan yang diminum setiap
hari sekitar 1100-1400 ml tiap hari, cairan dari makanan padat sekitar 800-100 ml tiap hari,
sedangkan kehilangan cairan terjadi dari ekskresi urin (rata-rata 1500 ml tiap hari, 40-80 ml
per jam untuk orang dewasa dan 0,5 ml/kg untuk pediatrik), kulit (insensible loss sebanyak
rata-rata 6 ml/kg/24 jam pada rata-rata orang dewasa yang mana volume kehilangan
bertambah pada keadaan demam yaitu 100-150 ml tiap kenaikan suhu tubuh 1 derajat celcius
pada suhu tubuh di atas 37 derajat celcius dan sensible loss yang banyaknya tergantung dari
tingkatan dan jenis aktivitas yang dilakukan), paru-paru (sekitar 400 ml tiap hari dari
insensible loss), traktus gastointestinal (100-200 ml tiap hari yang dapat meningkat sampai 36 L tiap hari jika terdapat penyakit di traktus gastrointestinal), third-space loses. 1
FLUID GAINS
Oxidative metabolism

300

ml
Skin

500-600

ml
Oral fluids

1100-1400

ml
Solid foods

800-1000

ml
TOTAL

FLUID LOSES
Kidneys

1200-1500

ml
Skin

500-600 ml

Lungs
ml
GI tract

400
100-200

ml
2200-2700 ml
TOTAL
2200-2700 ml
Tabel.2 Rata-rata harian asupan dan kehilangan cairan pada orang dewasa. 1

FLUID GAINS
Perubahan cairan tubuh
Perubahan cairan tubuh dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu :
1. Perubahan volume
a. Defisit volume
Defisit volume cairan ekstraselular merupakan perubahan cairan tubuh yang paling umum
terjadi pada pasien bedah. Penyebab paling umum adalah kehilangan cairan di
gastrointestinal akibat muntah, penyedot nasogastrik, diare dan drainase fistula. Penyebab
lainnya dapat berupa kehilangan cairan pada cedera jaringan lunak, infeksi, inflamasi
jaringan, peritonitis, obstruksi usus, dan luka bakar. Keadaan akut, kehilangan cairan yang
cepat akan menimbulkan tanda gangguan pada susunan saraf pusat dan jantung. Pada
kehilangan cairan yang lambat lebih dapat ditoleransi sampai defisi volume cairan
ekstraselular yang berat terjadi.6
* Dehidrasi

Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi serum dari natrium
menjadi isonatremik (130-150 mEq/L), hiponatremik (<139 mEq/L) atau hipernatremik
(>150 mEq/L). Dehidrasi isonatremik merupakan yang paling sering terjadi (80%),
sedangkan dehidrasi hipernatremik atau hiponatremik sekitar 5-10% dari kasus.7
Dehidrasi Isotonis (isonatremik) terjadi ketika kehilangan cairan hampir sama
dengan konsentrasi natrium terhadap darah. Kehilangan cairan dan natrium besarnya
relatif sama dalam kompartemen intravaskular maupun kompartemen ekstravaskular.7
Dehidrasi hipotonis (hiponatremik) terjadi ketika kehilangan cairan dengan
kandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan cairan hipertonis). Secara garis
besar terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak dibandingkan air yang hilang.
Karena kadar natrium serum rendah, air di kompartemen intravaskular berpindah ke
kompartemen ekstravaskular, sehingga menyebabkan penurunan volume intravaskular.7
Dehidrasi hipertonis (hipernatremik) terjadi ketika kehilangan cairan dengan
kandungan natrium lebih sedikit dari darah (kehilangan cairan hipotonis). Secara garis
besar terjadi kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang.
Karena kadar natrium tinggi, air di kompartemen ekstraskular berpindah ke
kompartemen intravaskular, sehingga meminimalkan penurunan volume intravaskular.7
Symptom/Sign Mild

Dehydration

Moderate

Dehydration Severe Dehydration

Level of consciousness*
Capillary refill *
Mucous membranes *
Tears*
Heart rate
Reaspiratory rate
Blood pressure

Alert
2 seconds
Normal
Normal
Slight increase
Normal
Normal

Lethargic
2-4 seconds
Dry
Decreased
Increased
Increased
Normal,

Obtunded
Greater than 4 seconds, cool limbs
Parched, cracked
Absent
Very increased
Increased and hyperpnea
Decreased

Pulse
Normal
Skin turgor
Normal
Fontanel
Normal
Eyes
Normal
Urine output
Decreased
* Best indicators of hydration status

orthostasis
Thready
Slow
Depressed
Sunken
Oliguria

but

Faint or impalpable
Tenting
Sunken
Very sunken
Oliguria / anuria

Tabel.3 Tanda-tanda klinis dehidrasi7


DDehidrasi
Ringan
Sedang
Berat
Shock

Dewasa
4%
6%
8%
15 20%

Anak
4% - 5%
5% - 10%
10% - 15%
15 - 20%

Tabel. 4 Derajat dehidrasi8

Terapi untuk dehidrasi (rehidrasi) dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan cairan


untuk rumatan, defisit cairan dan kehilangan cairan yang sedang berlangsung. Beberapa
pendekatan terangkum dalam tabel 5.9

Tabel.5 Pendekatan pada masalah cairan dan elektrolit9

Tabel.6 Rumatan cairan menurut rumus Holliday-Segar7

Strategi untuk rehidrasi adalah dengan memperhitungkan defisit cairan, cairan rumatan
yang diperlukan dan kehilangan cairan yang sedang berlangsung disesuaikan .
Cara rehidrasi8 :
1. Nilai status rehidrasi (sesuai tabel 4 di atas), banyak cairan yang diberikan
(D) = derajat dehidrasi (%) x BB x 1000 cc
2. Hitung cairan rumatan (M) yang diperlukan (untuk dewasa 40 cc/kgBB/24 jam
atau rumus holliday-segar seperti untuk anak-anak)

3. Pemberian cairan :9
o 6 jam I = D + M atau 8 jam I = D + M
o 18 jam II = D + M atau 16 jam II = D + M
b. Kelebihan volume
Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat iatrogenik
(pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan air dan NaCl
ataupun pemberian cairan intravena glukosayang menyebabkan kelebihan air) ataupun
dapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan pada GFR), sirosis, ataupun gagal
jantung kongestif.6,10 Kelebihan cairan intaseluler dapat terjadi jika terjadi kelebihan cairan
tetapi jumlah NaCl tetap atau berkurang.10
2. Perubahan konsentrasi

Hiponatremia
Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan mental, letargi,
iritabilitas, lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar < 110 mg/L maka akan
timbul gejala kejang, koma. Hiponatremia ini dapat disebabkan oleh euvolemia
(SIADH, polidipsi psikogenik), hipovolemia (disfungsi tubuli ginjal, diare, muntah,
third space losses, diuretika), hipervolemia (sirosis, nefrosis). Keadaan ini dapat
diterapi dengan restriksi cairan (Na+ 125 mg/L) atau NaCl 3% sebanyak (140X)xBBx0,6 mg dan untuk pediatrik 1,5-2,5 mg/kg. 3 Koreksi hiponatremia yang sudah
berlangsung lama dilakukan scara perlahan-lahan, sedangkan untuk hiponatremia akut
lebih agresif. Untuk menghitung Na serum yang dibutuhkan dapat menggunakan
rumus11 :
Na

= Na1 Na0 x TBW

Na

= Jumlah Na yang diperlukan untuk koreksi (mEq)

Na1

= 125 mEq/L atau Na serum yang diinginkan

Na0

= Na serum yang aktual

TBW

= total body water = 0,6 x BB (kg)

Hipernatremia
Jika kadar natrium > 160 mg/L maka akan timbul gejala berupa perubahan mental,
letargi, kejang, koma, lemah. Hipernatremi dapat disebabkan oleh kehilangan cairan
(diare, muntah, diuresis, diabetes insipidus, keringat berlebihan), asupan air kurang,

asupan natrium berlebihan. Terapi keadaan ini adalah penggantian cairan dengan 5%
dekstrose dalam air sebanyak : 3
{(X-140) x BB x 0,6}: 140.

Hipokalemia
Jika kadar kalium < 3 mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kalium
dari cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis kadar total
kalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa disritmik jantung,
perubahan EKG (QRS segmen melebar, ST segmen depresi, hipotensi postural,
kelemahan otot skeletal, poliuria, intoleransi glukosa. Terapi hipokalemia dapat
berupa

koreksi

faktor

presipitasi

(alkalosis,

hipomagnesemia,

obat-obatan),

infuspotasium klorida sampai 10 mEq/jam (untuk mild hipokalemia ;>2 mEq/L) atau
infus potasium klorida sampai 40 mEq/jam dengan monitoring oleh EKG (untuk
hipokalemia berat;<2mEq/L disertai perubahan EKG, kelemahan otot yang hebat).13
Rumus untuk menghitung defisit Kalium 11 :
K

= K1 K0 x 0,25 x BB

= kalium yang dibutuhkan

K1

= serum kalium yang diinginkan

K0

= serum kalium yang terukur

BB

= berat badan (kg)

Hiperkalemia
Terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L, sering terjadi karena insufisiensi renal atau obat
yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor, siklosporin, diuretik).
Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf pusat (parestesia, kelemahan
otot) dan sistem kardiovaskular (disritmik, perubahan EKG). Terapi untuk
hiperkalemia dapat berupa intravena kalsium klorida 10% dalam 10 menit, sodium
bikarbonat 50-100 mEq dalam 5-10 menit, atau diuretik, hemodialisis.11
1. Perubahan komposisi
- Asidosis respiratorik (pH< 3,75 dan PaCO2> 45 mmHg)
Kondisi ini berhubungan dengan retensi CO2 secara sekunder untuk menurunkan
ventilasi alveolar pada pasien bedah. Kejadian akut merupakan akibat dari
ventilasi yang tidak adekuat termasuk obstruksi jalan nafas, atelektasis,
pneumonia, efusi pleura, nyeri dari insisi abdomen atas, distensi abdomen dan

penggunaan narkose yang berlebihan. Manajemennya melibatkan koreksi yang


adekuat dari defek pulmonal, intubasi endotrakeal, dan ventilasi mekanis bila
perlu. Perhatian yang ketat terhadap higiene trakeobronkial saat post operatif
adalah sangat penting. 6,11
- Alkalosis respiratorik (pH> 7,45 dan PaCO2 < 35 mmHg)
Kondisi ini disebabkan ketakutan, nyeri, hipoksia, cedera SSP, dan ventilasi yang
dibantu. Pada fase akut, konsentrasi bikarbonat serum normal, dan alkalosis
terjadi sebagai hasil dari penurunan PaCO2 yang cepat. Terapi ditujukan untuk
mengkoreksi masalah yang mendasari termasuk sedasi yang sesuai, analgesia,
penggunaan yang tepat dari ventilator mekanik, dan koreksi defisit potasium
yang terjadi.6,11
- Asidosis metabolik (pH<7,35 dan bikarbonat <21 mEq/L)
Kondisi ini disebabkan oleh retensi atau penambahan asam atau kehilangan
bikarbonat. Penyebab yang paling umum termasuk gagal ginjal, diare, fistula
usus kecil, diabetik ketoasidosis, dan asidosis laktat. Kompensasi awal yang
terjadi adalah peningkatan ventilasi dan depresi PaCO 2. Penyebab paling umum
adalah syok, diabetik ketoasidosis, kelaparan, aspirin yang berlebihan dan
keracunan metanol. Terapi sebaiknya ditujukan terhadap koreksi kelainan yang
mendasari. Terapi bikarbonat hanya diperuntukkan bagi penanganan asidosis
berat dan hanya setelah kompensasi alkalosis respirasi digunakan.6,11
- Alkalosis metabolik (pH>7,45 dan bikarbonat >27 mEq/L)
Kelainan ini merupakan akibat dari kehilangan asam atau penambahan
bikarbonat dan diperburuk oleh hipokalemia. Masalah yang umum terjadi pada
pasien bedah adalah hipokloremik, hipokalemik akibat defisit volume
ekstraselular. Terapi yang digunakan adalah sodium klorida isotonik dan
penggantian kekurangan potasium. Koreksi alkalosis harus gradual selama
perode 24 jam dengan pengukuran pH, PaCO2 dan serum elektrolit yang
sering.6,11

DAFTAR PUSTAKA
1. Heitz U, Horne MM. Fluid, electrolyte and acid base balance. 5 th ed.
Missouri: Elsevier-mosby; 2005.p3-227

2. Pandey CK, Singh RB. Fluid and electrolyte disorders. Indian


J.Anaesh. 2003;47(5):380-387.
3. Leksana E. Terapi cairan dan elektrolit. Smf/bagian anestesi dan
terapi intensif FK Undip: Semarang; 2004: 1-60.
4. Latief AS, dkk. Petunjuk praktis anestesiologi: terapi cairan pada
pembedahan. Ed. Kedua. Bagian anestesiologi dan terapi intensif,
FKUI. 2002
5. Mayer H, Follin SA. Fluid and electrolyte made incredibly easy. 2 nd
ed. Pennsylvania: Springhouse; 2002:3-189.
6. Schwartz SI, ed. Principles of surgery companion handbook. 7 th ed.
7.

New york: McGraw-Hill; 1999:53-70.


Ellsbury DL, George CS. Dehydration. eMed J [serial online] 2006
Mar

[dikutip

Okt

2007].

Tersedia

dari:

URL:

http://www.emedicine.com/CHILD/topic925.htm.
8. Fakultas Kedokteran Unpad. Protokol Tindakan Bedah. Bandung.
2003
9. Graber MA. Terapi cairan, elektrolit dan metabolik. Ed.2. Farmedia;
2003: 17-40.
10.
Silbernagl F, Lang F. Color atlas of pathophysiology. Stuttgart:
Thieme; 2000: 122-3.
11.
Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. Handbook of clinical
anesthesia. 5th ed. Philadelphia: Lippincot williams and wilkins;
2006: 74-97.

Anda mungkin juga menyukai

  • MKK1
    MKK1
    Dokumen27 halaman
    MKK1
    Acitta Raras Wimala
    Belum ada peringkat
  • Cara Pengisiannya
    Cara Pengisiannya
    Dokumen2 halaman
    Cara Pengisiannya
    Acitta Raras Wimala
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Diare
    Penyuluhan Diare
    Dokumen5 halaman
    Penyuluhan Diare
    Acitta Raras Wimala
    Belum ada peringkat
  • Kasus 1 MO - ME
    Kasus 1 MO - ME
    Dokumen10 halaman
    Kasus 1 MO - ME
    Acitta Raras Wimala
    Belum ada peringkat
  • Kontrasepsi P.RDT
    Kontrasepsi P.RDT
    Dokumen19 halaman
    Kontrasepsi P.RDT
    Acitta Raras Wimala
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Diare
    Leaflet Diare
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Diare
    Nano Viand
    87% (15)
  • Case Mata Yandi
    Case Mata Yandi
    Dokumen9 halaman
    Case Mata Yandi
    Acitta Raras Wimala
    Belum ada peringkat
  • Materi Kespro
    Materi Kespro
    Dokumen37 halaman
    Materi Kespro
    Acitta Raras Wimala
    Belum ada peringkat
  • Addison Disease
    Addison Disease
    Dokumen2 halaman
    Addison Disease
    Acitta Raras Wimala
    Belum ada peringkat
  • Portofolio Addison Disease
    Portofolio Addison Disease
    Dokumen10 halaman
    Portofolio Addison Disease
    Acitta Raras Wimala
    Belum ada peringkat
  • Portofolio Pungsi Ascites
    Portofolio Pungsi Ascites
    Dokumen7 halaman
    Portofolio Pungsi Ascites
    Acitta Raras Wimala
    Belum ada peringkat
  • Portofolio Vacuum
    Portofolio Vacuum
    Dokumen22 halaman
    Portofolio Vacuum
    Acitta Raras Wimala
    Belum ada peringkat
  • Referat Miopia DLM Kehamilan
    Referat Miopia DLM Kehamilan
    Dokumen18 halaman
    Referat Miopia DLM Kehamilan
    Hezal Zamzuri Hudaya
    Belum ada peringkat
  • Balok SKDN
    Balok SKDN
    Dokumen5 halaman
    Balok SKDN
    Acitta Raras Wimala
    100% (1)
  • (Pogi or Id) SPMPOGI
    (Pogi or Id) SPMPOGI
    Dokumen150 halaman
    (Pogi or Id) SPMPOGI
    M Fachreza Saputra
    50% (4)
  • Jurnal Translated
    Jurnal Translated
    Dokumen19 halaman
    Jurnal Translated
    Acitta Raras Wimala
    Belum ada peringkat
  • Imun
    Imun
    Dokumen19 halaman
    Imun
    Acitta Raras Wimala
    Belum ada peringkat
  • Refer at
    Refer at
    Dokumen80 halaman
    Refer at
    Acitta Raras Wimala
    Belum ada peringkat
  • Referat Rhinitis Alergi Fin
    Referat Rhinitis Alergi Fin
    Dokumen31 halaman
    Referat Rhinitis Alergi Fin
    Acitta Raras Wimala
    100% (1)
  • Ujian!
    Ujian!
    Dokumen25 halaman
    Ujian!
    Acitta Raras Wimala
    Belum ada peringkat