Anda di halaman 1dari 28

Laporan Tutorial

Blok 2.2
Skenario 2: INFEKSI BERUNTUN

Tutor:
Dr. Hasnar Hasjim
Disusun Oleh :
Kelompok 10 B
Ketua

: Randy Fitratullah

1210312095

Sekretaris

: Nurul Husna Muchtar

1210312117

Tyara Debi Arrisha

1210313035

Anggota: Cyntia Zulinasari

1210312025

Felicia Octofinna

1210313069

Nadya Novenia

1210312022

Fadhilah Al Hijjah

1210312046

Nidianti Nerissa

1210313043

Nurul Izzah M. Zawawi

1210314001

Titi Isnaini

1110313089

Laporan Tutorial
Blok 2.2
Skenario 2: INFEKSI BERUNTUN

Tutor:
Dr. Hasnar Hasjim
Disusun Oleh :
Kelompok 10 B
Ketua

: Randy Fitratullah

1210312095

Sekretaris

: Nurul Husna Muchtar

1210312117

Tyara Debi Arrisha

1210313035

Anggota: Cyntia Zulinasari

1210312025

Felicia Octofinna

1210313069

Nadya Novenia

1210312022

Fadhilah Al Hijjah

1210312046

Nidianti Nerissa

1210313043

Nurul Izzah M. Zawawi

1210314001

Titi Isnaini

1110313089

MODUL 2
BAKTERI GRAM NEGATIF DAN SPIRAL PATOGEN
SKENARIO 2: INFEKSI BERUNTUN
Pada era serba instan ini makanan dan minuman dapat diperoleh dimanapun. Salah
satunya air minum isi ulang yang dapat dikonsumsi langsung tanpa dimasak terlebih dahulu.
Mela 21 tahun mahasiswi FK Unand berpikir, bahwa air minum yang tidak dimasak akan
berbahaya bagi kesehatan dan dapat menimbulkan sakit perut, mual, muntah, diare dan
demam. Dari kuliah Mila pada bok sistem pencernaan, bakteri E coli yang normal terdapat
dalam feses ditetapkan sebagai indikator Uji Coliform untuk menentukan kualitas air minum
dan makanan secara bakteriologis. Uji ini sebaiknya berlaku juga untuk air minum isi
ulang, kata Mila dalam hati sambil mencari siaran di TV.
Mila melihat berita di TV kasus leptospirosis yang terjadi pada kelompok petani
disuatu desa. Mila ingat pamannya di kampung juga petani pernah menderita demam, sakit
kepala dan ikterus, tidak ada diare. Ketika dibawa ke Puskesmas, dokter merujuk ke rumah
sakit umum dan dianjurkan rawat inap. Kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium dan
didapatkan kadar bilirubin total 7mg%, dan pemeriksaan urine mikroskopis langsung
ditemukan adanya bentuk spiral halus dengan hook pada salah satu ujung. Sekarang paman
Mila sudah sembuh dn dianjurkan berkerja memakai sepatu boot. Anak tetangga Mila juga
dirawat di rumah sakit dengan demam dan kejang, menurut dokter diduga infeksi
Meningococcus.
Bagaimana anda menjelaskan proses terjadinya infeksi pada berbagai kasus di atas?
I.

TERMINOLOGI
1. Bakteri E.coli
Bakteri gram negatif sebagai flora normal di usus besar manusia.
2. Uji Coliform
Uji untuk menentukan ada atau tidaknya bakteri pada sampel air minum dan
memperkirakan jumlahnya.
3. Leptospirosis
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri leptospira dan dapat menyebabkan
meningitis, neritis, hepatitis, bersifat zoonosis da terjadi pada musim- musim
tertentu.
4. Meningokokus
Disebut juga Neiseria meningitis: Bakteri kokus gram negatif yang merupakan
penyebab meningitis

II.

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Mengapa air minum isi ulang dapat dikonsumsi langsung tana harus dimasak
terlebih dahulu?
2. Mengapa air minum ynag tidak dimasak bisa berbahaya bagi kesehatan?
3. Bagaimana komposisi dari air yang tidak matang tersebut, sehingga bisa
menyebabkan sakit perut, mual, muntah, diare dan demam?
4. Bagaiman car uji coliform untuk menentukan ada atau tidaknya bakteri pada
5.
6.
7.
8.

air minum?
Mengapa bakteri E. coli dijadikan sebagai indikator uji coliform?
Mengapa perlu dilakukan uji coliform pada air minum isi ulang?
Apakah hubungan kasus leptospirosis dengan profesi sebagai petani?
Mengapa leptospirosis banyak terjadi pada kelompok petani dan adakah

profesi lain yang berisiko leptospirosis?


9. Mengapa pamannnya yang merupakan petani menderita demam, sakit kepala,
dan ikterus serta, tidak ada diare?
10. Mengapa dokter merujuk kerumsah sakit umum & dianjurkan untuk rawat
inap?
11. Bagaimana interprestasi hasil pemeriksaan labor dan pemeriksaan mikroskopis
langsung dengan apa yang dialami paman Mila?
12. Bagaimana paman Mila bisa sembuh dan dianjurkan untuk menggunakan
sepatu boot untuk berkerja?
13. Bagaimana infeksi meningococcus bisa menyebabkan demam dan kejang pada
tetangga Mila?
III.

ANALISIS MASALAH
1. Air minum isi ulang sudah menjalani proses sterilisasi dengan alat tertentu,
dengan membunuh bakteri yang terkandung didalamnya. Selain itu air minu
isi ulang yang telah memiliki izin dari DepKes telah melalui uji kelayakan
dengan melihat bateri yang ada di dalamnya.
2. Tidak bisa dilihat dengan kasat mata ada atau tidak bakteri di dalam air
tersebut, tetapi jika dimasak terlebih dahulu, minimal bisa mematikan kumankuman yang terkandung didalamnya (khususnya yang tidak tahan panas).
3. Terdapat bermacam- macam bakteri dan logam di dalam air yang tidak
dimasak, sehingga bisa menimbulkan gangguan pada pencernaan hingga
sistemik tubuh kita.
Contoh: Bakteri E. coli dalam jumlah berlebihan akan menyebabkan gangguan
absorbsi usus sehingga menimbulkan gangguan pencernaan.
4. Uji Coliform terdiri dari 4 tahap:
a. Dugaan: menduga jumlah bakteri dengan menggunakan mikroskop
langsung.

b. Penegasan: dalam jangka waktu tertentu dihitung berapa koloni yang


muncul.
c. Kelengkapan: melihat bakteri secara mendetail.
d. Identifikasi: berapa banyak jumlah dan jenis bakteri dengan mikroskopis
langsung.
5. Bakteri E. coli dijadikan sebagai indikator uji coliform, karena
1. E. coli secara normal terdapat pada usus besar berarti kemungkinan
2.
3.
4.
5.

besar air telah tercemar dengan feses.


Punya sensitivitas yang tinggi sehingga mudah dilihat
Bakteri yang banyak terdapat di alam
E. coli mampu bertahan lama pada air yang tenang.
Kemampuan spesifik dari E. coli yang bisa menguraikan laktosa

menjadi asam.
6. Uji coliform pada air minum isi ulang dilakukan untuk menentukan kualitas air
minum itu sendiri.
7. Petani berkerja di sawah dan tidak menggunakan pelindung kaki, sehingga jika
terjadi luka maka Leptospira akan masuk melalui luka. Disawah banyak
terdapat tikus, sementara Leptospira sangat suka hidup di dalam tubuh tikus.
Selain itu di sawah airnya tergenang lama sehingga memperbesar
kemungkinan berkeliarannya Leptospira.
8. Profesi yang berisiko menyebebkan infeksi Leptospira: peternak, orang- orang
yang sering berkontak dengan binatang, nelayan di sungai- sungai yang
dangkal, penggali parit, perkerja tambang.
9. Leptospiral mempunyai antigen yang secara langsung dapat meransang system
imun untuk mengeluarkan berbagai sitokinin yang menyerang pusat
pengaturan suhu di Hipotalamus sehingga menyebabkan demam dan sakit
kepala. Ketika Leptospiral masuk ke dalam tubuh dan sampai ke aliran darah
maka Leptospiral cenderung untuk menetap di organ parenkima hati dan
ginjal. Dan bisa juga menyebabkan hepatitis dan nefritis. Leptospirosis juga
mempunyai kemampuan hemolisis sehingga keberadaan Leptospirosis di hati
menyebabkan banyaknya lisis eritrosit sehingga meningkatkan kadar bilirubin
dan menyebabkan ikterik.
10. Karena masa inkubasinya lama sehingga harus dirawat inap, dan dikarenakan
keadaan umumnya yang berat sehingga membutuhkan pemeriksaan penunjang
serta penatalaksanaan yang lebih intensif.
11. Interprestasi hasil pemeriksaan labor: bilirubin sangat tinggi ikterus
interprestasi hasil pemeriksaan mikroskopis: bakteri spiral dengan hook di
ujung leptospira

12. Penyembuhan leptospirosis dengan pemberian antibiotik, spt: penisilin,


tetrasiklin, tetapi kalau sudah menginfeksi organ, butuh pengobatan lanjutan.
Penyakit infeksi bisa sembuh sempurna
Penyakit degeneratif hanya bisa dikontrol dengan makan obat
seumur hidup.
Menggunakan sepatu boot bertujuan untuk perlindungan sehingga mencegah
kontak kulit dengan bakteri.
13. Virus masuk secara inhalan menetap di traktus respiratorius menyebar
secara hematogen dan menyebabkan lesi pada berbagai jaringan otak, mata,
dan lainnya.
Gangguan di otak menyebabkan gangguan saraf terganggu regulasi
potensial listrik di saraf pusat timbul loncatan- loncatan listrik yang
berlebihan kontraksi otot tak terkendali kejang.

IV.

SISTEMATIKA

Profesi
berisiko
leptospirosi
s
Virulens
i Bakteri
Anjuran

Demam

Diagnosis,
Perawatan,
Terapi
Infeksi
Leptosp
ira
Bakteri
Patogen
Patogene
sis
Meningoko
kus

Pemeriksaan
laboratorium
& mikroskopis
Sterilisa
si

Uji
Coliform
E. coli

Kejang

Gejala
Klinis
V.

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Klasifikasi Bakteri Gram negatif
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Patogenesis Bakteri Kokus Gram Negatif
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Patogenesis Bakteri Batang Gram Negatif

4.
5.
6.
7.
8.
VI.

Mahasiswa mampu menjelaskan Patogenesis Bakteri Spiral Gram Negatif


Mahasiswa mampu menjelaskan Flora normal di tubuh manusia
Mahasiswa mampu menjelaskan Pemeriksaan penunjang
Mahasiswa mampu menjelaskan Farmakoterapi antibiotik
Mahasiswa mampu menjelaskan Pencegahan infeksi oleh bakteri

MENGUMPULKAN INFORMASI DARI BERBAGAI LITERATUR


TERKAIT

VII. BERBAGI INFORMASI


1. Mahasiswa mampu menjelaskan Klasifikasi Bakteri Gram negatif
Bakteri gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat
warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna
merah bila diamati dengan mikroskop. Bakteri gram-positif akan berwarna ungu.
Perbedaan keduanya didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel yang
berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur pewarnaan Gram. Prosedur ini
ditemukan pada tahun 1884 oleh ilmuwan Denmark bernama Christian Gram dan
merupakan prosedur penting dalam klasifikasi bakteri. Bakteri gram positif
seperti Staphylococcus aureus (bakteri patogen yang umum pada manusia) hanya
mempunyai membran plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa
peptidoglikan. Sekitar 90% dari dinding sel tersebut tersusun atas peptidoglikan
sedangkan sisanya berupa molekul lain bernama asam teikhoat. Di sisi lain,
bakteri gram negatif (seperti E. coli) memiliki sistem membran ganda di mana
membran pasmanya diselimuti oleh membran luar permeabel. Bakteri ini
mempunyai dinding sel tebal berupa peptidoglikan, yang terletak di antara
membran dalam dan membran luarnya. Banyak spesies bakteri gram-negatif yang
bersifat patogen, yang berarti mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat
patogen ini umumnya berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel
gram-negatif, terutama lapisan lipopolisakarida (dikenal juga dengan LPS atau
endotoksin).
Bakteri Gram Negatif

Penyakit yang ditimbulkan

Salmonella

Pseudomonas

Escherichia

Vibrio

Shigella

salmonelosis

Neisseria

gastroenteritis/radang saluran cerna

Bordetella

disentri

Legionella

meningitis, gonorea

batuk rejan

Treponema

legionnaires' disease

Chlamydia

infeksi luka bakar

gastroenteritis

kolera

tukak lambung
Campylobacter

bronkitis, pneumonia

Helicobacter

sifilis

Haemophilus

pneumonia, uretritis, trakoma

2. Mahasiswa mampu menjelaskan Patogenesis Bakteri Kokus Gram Negatif


a. Neisseria meningitidis (Meningokokus Neisseriae)
# Ciri
Ciri khas organisma ini adalah diplokokus gram negatif, tidak
bergerak dan tidak membentuk spora. Meningokokus ini terdiri dari 8
golongan, dan yang merupakan patogen adalah golongan A, B, C. Kuman
ini dapat dimatikan cepat dengan pengeringan, sinar matahari, pemanasan
basah dan desinfektan, tetapi tahan pada pembekuan (udara dingin).
# Reservoir
Manusia adalah satu-satunya tuan rumah (reservoir) alami bagi
Neisseriae meningitidis pathogen.
# Penyebaran Infeksi
Meningokokus umumnya ditularkan melalui sekret respirasi, hidung
dan tenggorokan (droplet infection). Hampir semua infeksi didapat dari
carrier yang jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan
kasusnya. Carrier N.meningitidis adalah orang yang mengidap kuman
tersebut tanpa adanya gejala klinis. Kuman tersebut bersarang dalam
nasofaring beberapa bulan lamanya.
Ratio kasus dengan carrier didaerah endemis adalah 1 : 10.000,
sedangkan didaerah epidemi 1 :100. Diperkirakan dengan carrier rate
20% dari suatu populasi dapat merupakan ancaman untuk terjadinya out
break, tetapi perkiraan ini tidak banyak dianut lagi karena out break
dapat terjadi pada carrier rate rendah sedangkan out break lebih
ditentukan oleh sifat virulensi kumannya (WHO 1995).
Penularan pada umumnya melatui kontak Iangsung (erat) dengan kasus
atau Carrier nya. Pada jarak lebih dan 100 cm diduga dapat menghindari
penularan meningokokus (Goldsneider et al, 1969).
Penularan penyakit masih dapat berlangsung terus hingga 24 jam setelah
pengobatan (Benenson 1987).
# Patogenesis
Kuman N. meningitidis masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran
nafas bagian atas. Umumnya wabah Meningitis meningokokusterjadi pada
musim panas yang panjang dan kering. Perbedaan suhu tubuh dan udara
dilingkungannya serta pengaruh udara yang kering dapat menyebabkan
kerusakan sel (lesi epithel mukosa) karena terjadinya denaturalisasi

pencairan
selaput lemak sel sehingga terjadi kerusakan mitochandria yang akan
mengakibatkan terjadinya metabolik asidosis dan hypoxia cellulair. Kondisi
ini akan mempermudah masuknya bakteri kedaiam tubuh yang kemudian
akan berkembang biak di selaput nasofaring.
Orang yang terpajan N. meningitis dapat berkembang menjadi dua
kemungkinan yaitu:
b.

Orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala sakit, walaupun kumannya

bersarang didalam nasofaring, orang tersebut sebagai carrier.


c.
Orang yang terinfeksi menjadi penderita Meningitis meningokokus. Kuman
N. mengitidis akan masuk kedalam tubuh kemudian menyebar lewat aliran darah
yang dapat mengakibatkan lesi metastatik pada berbagai tempat dibadan misalnya
kulit,

meningen,

persendian,

mata

dan

paru-paru.

Manifestasi klinik yang tampak akan bergantung kepada seberapa jauh lokalisasi
metastasenya.
# Kelainan Pasca Meningitis
Penderita Meningitis meningokokus yang sudah diobati dapat
ditemukan gejala sisa (squale), berupa hydrocefalus, tuli, buta dan para
paresis (Benenson 1987, Jannis 1995).
# Masa Inkubasi
Masa inkubasi bervariasi antara 2 - 10 hari, umumnya 3 - 4 hari
b. Neisseria Gonorroeae (gonokokus)
# Ciri Khas
Neisseria gonore adalah organisme gram negative, nonmotil, nonspore forming yang tumbuh sendiri dan berpasangan (dalam bentuk
monokokus dan diplokokus). Neisseria gonore sebagai pathogen yang
eksklusif pada manusia memiliki 3 kopi genom per unit kokus. Poliploidi
ini memungkinkan variasi antigen dan survival organism ini dalam tubuh
host. Gonokokus seperti spesies neiserria lainnya merupakan kuman
aerofilik dan bersifat oksidase positif. Neisseria gonore dibedakan dari
neiserria lainnya dari kemampuannya hidup dalam media selektif dan
menggunakan glukosa, namun tidak dapat menggunakan sukrosa, maltose,
atau laktosa.

# Struktur Antigen
Secara antigenik bersifat heterogen dan dapat mengubah struktur
permukaannya in vitro atau in vivo untuk menghindari pertahanan inang.
- Pili : Alat mirip rambut yang dibangun oleh tumpukan protein Pilin (BM
17.000-21.000) menjulur ke luar beberapa mikrometer dari permukaan
Gonokokus yang membantu perlekatan pada sel inang dan resistensi
terhadap fagositosis. Pada ujung N molekul Pilin mengandung banyak asam
amino hidrofobik. Rangkaian asam amino dekat bagian tengah molekul
berguna untuk melekat pada sel inang dan kurang berguna untuk respon
imun. Urutan asam amino dekat ujung karboksi sangat variabel dan sangat
berperan dalam respon imun. Pilin pada semua strain Gonokokus berbeda
secara antigenik dan satu strain dapat membuat berbagai pilin yang secara
antigenik berbeda.
- Por (Protein I) : Menjulur dari selaput sel Gonokokus dan terdapat dalam
bentuk trimer untuk membentuk pori di permukaan, tempat masuknya
beberapa nutrien ke dalam sel dengan bobot molekul 34.000-37.000. Setiap
strain Gonokokus hanya memiliki satu tipe Por, tetapi Por dari strain lain
secara antigenik berbeda. Penentuan tipe secara serologi alam laboratorium
terhadap Por oleh reaksi aglutinasi dengan antibodi monoklonal berhasil
membedakan 18 serovar PorA dan 28 serovar PorB.
- Opa (Protein II): Berfungsi untuk pelekatan gonokokus di dalam
koloninya dan pelekatan pada sel inang. Satu bagian molekul Opa (BM
24.000-32.000) terdapat pada selaput luar Gonokokus dan sisanya pada
permukaan, dari koloni opak tetapi pada koloni transparan dapat ada atau
tidak. Satu strain Gonokokus kadang dapat memiliki hingga tiga tipe Opa,
meskipun setiap strain mempunyai sepuluh atau lebih gen tiap Opa.
- Rmp (Protein III): Protein reduksi yang dapat dimodifikasi dan
mengalami perubahan pada berat molekulnya (BM ~ 33.000) ketika
tereduksi, secara antigenik dalam semua Gonokokus. Rmp bekerja sama
dengan Por dalam pembentukan pori pada permukaan sel.

- Lipooligosakarida (LOS): LOS (BM 3.000 7.000) tidak mempunyai


rantai samping antigen O panjang disebut Polisakarida. Gonokokus apat
memiliki lebih dari satu rantai LOS yang berbeda antigennya. Racun
infeksi terutama disebabkan pengaruh endotoksik LOS.
-Protein Lain: Beberapa protein antigen Gonokokus belum diketahui
patogenesisnya. Lip (H8) adalah protein permukaan terbuka yang dapat
berubah oleh panas. Fbp (terikat Fe, BM~Por) diekspresikan bila pasokan
besi terbatas (infeksi). Protease IgA1 yang memecahkan dan
menonaktifkan IgA1, imunoglobulin mukosa utama manusia.

3. Mahasiswa mampu

menjelaskan Patogenesis Bakteri Batang Gram

Negatif
a. E.coli
# Ciri Khas
Escherichia coli umumnya merupakan bakteri pathogen yang
banyak ditemukan pada saluran pencernaan manusia sebagai flora normal.
Morfologi bakteri ini adalah kuman berbentuk batang pendek (coccobasil),
gram negatif, ukuran 0,4 0,7 m x 1-3 m, sebagian besar gerak positif
dan beberapa strain mempunyai kapsul.
Bakteri E. Coli bisa berperan sebagai bakteri flora normal tubuh di
saluran pencernaan,yang bisa berfungsi sebagai penghasil nutrisis bagi
manusia (vit K1). E.coli bersifat pathogenic bagi manusia jika E.coli tidak
berada di tempatnya,dan jika jumlahnya berlebihan.
# Manifestasi klinis dan patogenesis:
Infeksi saluran kemih
Gejala klinis:sering berkemih,disuria,hematuria dan piuria,serta nyeri
pinggang.ISK dapat mencapai ginjal,pencapaina itu disebabkan oleh
sejumlah kecil antigen O yang telah merangkai dan memproduksi secara
spesifik factor virulensi yang menfasilitasi kolonisasi dan menyebabkan

infeksi
Diare
E.Coli menyebabkan diare pada manusia melalui beberapa mekanisme:
o E.coli enteropathogenik: Ketika E.coli masuk ke usus maka akan
menyebabkan pendatraan mikrovili. Pembentukan struktur mirip
mangkok, dan alas aktin filamentosa sehingga menyebabkan diare
cair.

o E.Coli eksotoksigenik: E.Coli akan mengeluarkan eksotoksin labil


panas yang secara genetic dikendalikan oleh plasmid, subunit B nya
melekat pada gangliosida GM di brush border sel epitel usus halus
dan mempermudah

masuknya sub unit A kedalam sel dan

mengaktivkan adenilm siklase. Hal ini akan meningkatkan kadar


CAMP secara bermakna sehingga menyebabkan hipersekresi air dan
clorida yang sangat banyak dan terus menerus serta mengahambat
reabsorbsi natrium.Lumen usus teregang oleh air

dan terjadi

hipermotalitas serta diare yang berlangsung beberapa hari.


o E.Coli shiga toxic: Toksin yang di hasilkan oleh E.coli ini ada 2
macam,tokin mirip shiga 1,dan toksin mirip shiga 2.Toksin shiga ini
berkaitan

dengan

colitis

hemoragic,sindrom

uremic

hemolitik,anemia hemolitik mikroangiopaty,trombosipenia

Sepsis
Sepsis terjadi jika E.Coli masuk ke aliran darah
Meningitis
E.Coli dan Streptococcus grup B merupakan penyebab utama meningitis
pada janin E.Coli yang menyebabkan meningitis memiliki antigen K1

b. Shigella
#Ciri Khas
Shigella dalah salah satu bakteri gram negative yang bisa hidup pada
lingkungan anaerob facultative dan aerob.Semua shigella menfermentasikan
Glukosa,Shigella

tidak

menfermentasikan

laktosa

kecuali,Shigella

sonei.Shigella mempunyai antigen yang kompleks,yaitu mempunyai antigen


O.Antigen O ini terdiri dari lipopolisakaruda
#Patogenesis:
Shigella masuk ke dalam tubuh per oral. Karena mampu bertahan
terhadap pH rendah, ia dengan mudah melewati asam lambung. Terjadi
invasi sel epitel kolon, yang diawali dengan melekatnya bakteri, masuk sel
dengan cara endositosis dan berada di sitoplasma. Multiplikasi intraseluler
menyebabkan kerusakan dan kematian sel yang akan berakibat ulserasi
mukosa. Sifat penting lain adalah kemampuan membuat enterotoksin.
Toksin berperan atas patogenesis komplikasi mikroangiopati, hemolytic
uremic syndrome, thrombotic thrombocytopenic purpura. Enterotoksin lain
menyebabkan gangguan transportasi elektrolit dan menyebabkan sekresi
cairan ke lumen usus.

Pada shigellosis permukaan epitel mengalami ulserasi yang


ekstensif. Dengan eksudat terdiri dari sel kolon yang terkelupas, leukosit
PMN, eritrosit. Lamina propria mengalami edema dan hemoragik, serta
mengalami infiltrasineutrofil dan sel plasma. Ulserasi pada tempat tertentu
menyerupai pseudomembran. Perubahan histologi diduga akibat endotoksin
kuman. Imunitas dapat timbul dan bersifat serotipe spesifik (Tjokroprawiro,
2007).
#Gambaran Klinis:
Masa tunas dari beberapi jam-3 hari. Mulai gejala awal sampai
timbulnya gejala khas biasanya cepat. Gejala yang khas adalah
defekasi sedikit-sedikit, terus menerus, sakit perut kolik, tenesmus, muntahmuntah. Suhu badan tinggi, sakit kepala, nadi cepat. Sakit perut dirasakan di
sebelah kiri. Tinja biasanya encer, berlendir, warnakemerah-merahan atau
lendir bening, dan berdarah. Pada pemeriksaan mikroskopis tinja dijumpai
sel darah putih, sel darah merah, sel makrofag. Jika terjadi dalam bentuk
berat fulminan dijumpai tanda dehidrasi dan bisa terjadi renjatan septik.
Daerah anus terdapat luka, nyeri, kadang-kadang prolaps. Hemoroid yang
ada sebelumnya mungkin muncul keluar. Kematian karena :
1. gangguan sirkulasi perifer, anuria, koma uremikum
2. sering pada malnutrisi, kelaparan (Tjokroprawiro, 2007).
Lebih dari setengah kasus pada orang dewasa, demam dan diare
menghilang spontan dalam 2-5 hari. Namun, pada anak-anak dan lanjut
usia, kehilangan air dan elektrolit dapat menimbulkan dehidrasi, asidosis
dan

bahkan

kematian.

Penyakit

yang

disebabkan

oleh S.

dysenteriae kadang-kadang dapat sangat parah.


Pada pemulihan, kebanyakan orang mengeluarkan basil disentri
dalam waktu singkat, tetapi beberapa orang tetap menjadi carrier usus
kronik dan dapat mengalami serangan penyakit secara berulang. Setelah
sembuh dari infeksi, kebanyakan orang membentuk antibodi sirkulasi
terhadap shigella, tetapi antibodi ini tidak mencegah terjadinya infeksi ulang
(Jawtez, 2008).
c. Salmonella
#Ciri Khas

Salmonella merupakan bakteri gram negative yang bersifat motil,


dengan flagella peritriks. Salmonella tidak pernah menfermentasikan
laktosa dan sukrosa. Salmonella membentuk asam dan terkadang
menghasilkan gas dari fermentasi glukosa dan manosa.Salmonella di bagi
menjadi 2 spesies besar, yaitu salmonella enteric dan salmonella bongori. 2
Kelompok besar ini juga dibagi menjadi beberapa subspecies dan serotype.
Salmonella yang menginfeksi manusia terutama Salmonella enteric.
Umumnya salmonella yang meninfeksi manusia masuk melalui oral.
Salmonella dapat berada dalam tubuh manusia tanpa menimbulkan gejala
klinis tapi sering menularkannya ke orang lain.
#Gambaran klinis dan patogenesis:
Sama halnya dengan bakteri lainnya, Salmonella juga memiliki
beberapa antigen diantaranya antigen O, antigen K. Dosis infektif rata-rata
salmonella ntuk dapat

menginfeksi manusia adalah 10 pangkat 5- 10

pangkat 8.
Demam Enterik
Beberapa serotype Salmonella, Salmonella paratypi A, Salmonella
paratypi B, Salmonella typii. Salmonella cholerasuis, menyebabkan
timbulnya demam enteric. Salmonella yang tertelan akan sampai ke usus
halus, dari usus halus salmonella memasuki saluran linfatik dan kemudian
masuk ke aliran darah. Salmonella dibawa ke berbagai organ dalam
darah,salah satunya usus, akhirnya salmonella bereplikasi di dalam usus.
Setelah periode inkubasi selam 10-14 hari timbul demam,malaise, sakit
kepala, konstipasi, bradikadi, dan mialgia. Demam mencapai plato yang
tinggi,limpa dan hati membesar. Meskipun jarang rose spot dapat timbul
sebentar di perut maupun di dada. Lesi utama adalah hyperplasia dan
nekrosis jaringan limfoid, hepatitis, nekrosis fokal pada hepar, peradangan
kandung empedu, periosteum.
Bakterimia dengan lesi fokal
Kondisi ini umumnya disebabkan oleh S.Choleraesus,tetapi bisa
juga disebabkan oleh setiap serotype salmonella. Setelah infeksi oral terjadi
invasi ke aliran darah, lesi fokal paru, tulang, meningen, tetapi sering tidak
menginfeksi di saluran cerna.
Enterocolitis

8-48 jam setelah terinfeksi salmonella ,timbul gejala mual,nyeri


kepala, muntah,diare hebat, dengan sejumlah leukosit dalam feces.Terdapat
peradangan pada usus halus dan usus besar.
d. Kleibsella
Kleibsella sebagian(5%)ada dalam tubuh manusia sehat dan berperan
sebagai flora normal di saluran nafas dan feses.Sebanyak (1%) menyebabkan
pneumonia bakterialis.K.pneumonilalis menyebabkan nekrotikans hemoragik
yang luas pada paru.
e. Seratia
Seratia menyebabkan pneumonia,bakterimia dan
endokarditis,khususnya pada pecandu dan narkotik pada pasien rawat
inap.S.marcescens merupakan pathogen oportunistik pada pasien rawat
inap.Infeksi S.marcescens dapat di terapi dengan pemberias sefalosporin
generasi ke 3.
f. Proteus
Proteus menyebabkan infeksi pada mausia jika bakteri tersebut berada
di luar saluran cerna.P,Mirabilis sering menyebabkan infeksi saluran kemih
pada manusia.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Patogenesis Bakteri Spiral Gram Negatif
a. Treponema
Treponema merupakan salah satu bentuk spiral bacteri gram negative
yang bersifat sangat motil aktif,berotasi stabil dengan endoflagelanya.Spiralnya
sangat tipis sehingga tidak mudah dilihat jika tidak menggunakan pewarnaan
flouroessences.Trepone,a

bersifat

pathogenic,dan

terdiri

dari

species;Treponema Palidum subspecies Pallidum yang menyebabkan sifilis,


Treponema Palidum subspecies pertenue yang menyebabkan frambusia,
Treponema Palidum subspecies endemicum yang menyebabkan sifilis endemic,
Treponema carateumyang menyebabkan pinta
Treponema pallidum
Treponema pallidum memiliki berbagai struktur yang mencegah
akses antibody . Treponema pallidum juga mempunyai hialuridinase yang
memecah

hyalurodonic

acid

pada

substansi

jaringan

dasar

danmemungkinkan peningkatan derajat invasivitas jaringan.Profil protein

T.Pallidum tidak dapat dibedakan karna telah ditemukan lebih dari 100
antigen protein telah ditemukan
#Patogenesis
Infeksi T.Palidum terjadi melalui hubungan seks,kontak langsung
terhadap lesi kulit,atau lesi yang terletak di intrarectal,perianal, atau oral.
Spirocheta berkembang baik secara fokal pada tempat masuk dan beberapa
menyebar ke pembuluh linfe di sekitarnya dan kemudian mencapai aliran
darah.Dalam 2-10 minggu pasca infeksi terbentuk lesi primer,sebuah papul
pada tempat infeksi yang kemudian akan pecah dan membentuk ulkus
dengan

dasar

yang

bersih,keras.Lesi

primer

ini

sembuh

secara

spontan,tetapi 2-10 minggu kemudian muncul lesi sekunder berupa ruam


mukulopapular yang muncul dibagian tubuh manapun termasuk tangan dan
kaki.
b. Borrellia
# Ciri ciri khas organisme
Borrelia recurrentis adalah organisme spiral ( spiroketa ) yang tidak
teratur. Memiliki panjang 10 30 m dan lebar 0,3 m. Jarak antar putaran
spiral berkisar antara 2 - 4 m. Organisme ini sangat lemas dan bergerak
dengan rotasi membelit. Merupakan organisme yang sangat unik , karena
pada selubung luar , mempunyai 15 sampai 22 filamen aksial , kompleks
selaput sitoplasma dan mempunyai dindimg sel dan tabung protoplasma.
Borrelia Recurrentis dapat diwarnai dengan pewarna darah seperti Giemsa
atau Wright.
# Sifat sifat pertumbuhan
Organisme ini dapat bertahan hidup hingga beberapa bulan dalam
darah yang terinfeksi pada suhu 40C. Pada beberapa kutu (tetapi bukan
lice), spiroketa diwariskan dari generasi ke generasi.
# Struktur Antigen
Antibodi berkembang didalam titer tinggi yang kental setelah infeksi
oleh borrelia. Antibodi menghasilkan kinerja/fungsi yang utama sebagai
faktor selektif yang memungkinkan antigen untuk bertahan hanya dari
varian yang berbeda secara antigen. Selama masa satu infeksi saja struktur
antigen organisme dapat berubah-berubah. Akibat perkembang biakan
varian antigen, maka penyakit ini sering mengalami kekambuhan (demam
kambuhan), sehingga inang harus memproduksi anti bodi yang baru.

Namun demam kambuhan pada akhirnya dapat sembuh dengan total setelah
mengalami kekambuhan 3 10 kali, hal ini terjadi setelah muncul anti bodi
terhadap beberapa varian antigennya.
# Patogenesis
Borelia dapat menyebabkan demam relaps.Masa inkubasi borrelia
recurrentis selama 3 10 hari. Penyakit timbul disertai menggigil dan suhu
yang naik dengan drastis dan mendadak. Selama masa inkubasi, dalam
darah orang yang terinfeksi organisme ini terdapat banyak sekali jumlah
spirroketa. Demam berlangsung selama 3 5 hari dan kemudian menurun
menyebabkan
pasien dalam keadaan lemah tetapi tidak sakit. Masa tanpa demam ini
(lemah) berlangsung 4 10 hari dan diikuti serangan serangan kedua berupa
menggigil, demam, sakit kepala hebat dan lelu. Kejadian ini berlangsung
sampai 3 10 kali. Sesudah itu, serangan semakin ringan.
Selama stadium demam (khususnya bila suhu sedang meningkat).
Pada masa inkubasi organisme ini terdapat darah, namun pada masa demam
organisme ini tidak terdapat dalam darah.
c. Leptospiral
Leptospiral memiliki 2 spesies, yaitu L. biflexa yang non pathogen
serta L.

interrogans yang

interrogans yang

bersifat

menginfeksi

pathogen.
manusia,

Beberapa

serovar L.

diantaranya

L.

icterohaemorrhagica dengan reservoir tikus, L. canicola dengan reservoir


anjing serta L. Pomona dengan reservoir sapi dan babi. Leptospira memiliki
morfologi berbelit, tipis, fleksibel, panjangnya 5-15 um, dengan salah satu
ujungnya membengkak membentuk kait. Dengan medium Fletchers dapat
tumbuh dengan baik sebagai obligat aerob.
# Patogenesis
Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir,
memasuki aliran darah dan berkembang, lalu menyebar ke seluruh jaringan
tubuh. Masa inkubasinya sekitar 2-26 hari, biasanya 7-13 hari dan rata-rata
10 hari.
Fese Klinis leptospirosis dibagi menjadi dua fase (bifasik), yaitu fase
leptospiremia (fase akut/fase septikemi) serta fase imun. Fase leptospiremia
ditandai dengan adanya leptospira dalam darah dan cairan cerebrospinal,

yang berlangsung kira-kira 1 minggu (4-7 hari). Lalu setelah agglutinin


terbentuk, leptospira akan cepat menghilang dari sirkulasi, yang kemudian
dilanjutkan dengan fase imun. Pada fase ini, leptospira dijumpai di jaringan
ginjal dan okuler, sehingga fase imun selain ditandai dengan peningkatan
produksi antibody, juga ditandai dengan ekskresi leptospira ke dalam urin
(leptospuria). Leptospirosis dapat dijumpai dalam urin sekitar 8 hari sampai
beberapa minggu setelah infeksi, berbulan bulan, bahkan bertahun tahun
kemudian. Kebanyakan komplikasi yang terjadi pada leptospirosis
berhubungan dengan lokasi leptospira pada jaringan selama fase imun, yaitu
mulai minggu ke 2 pada perjalanan penyakit.
Pada fase leptospiremia, leptospira melepaskan toxin yang
bertanggung jawab atas terjadinya keadaan patologi pada beberapa organ.
Lesi yang muncul merupakan akibat dari kerusakan endotel kapiler. Pada
leptospirosis, derajat gangguan fungsi organ yang terjadi tidak sesuai
dengan lesi histologis yang ditemukan. Lesi histologis yang ringan
ditemukan pada ginjal dan hati pasien dengan kelainan fungsional yang
nyata dari organ tersebut. Perbedaaan ini menunjukkan bahwa kerusakan
bukan pada struktur organ. Selain di ginjal, leptospira juga bertahan di otak
dan mata. Leptospira dapat masuk ke dalam cairan cerebrospinal pada fase
leptospiremia, yang akan menyebabkan meningitis sebagai komplikasi
leptospirosis. Organ yang sering dikenai leptospira adalah hati, ginjal, otot
dan pembuluh darah. Kelainan spesifik pada organ sbb :
1. Ginjal:Interstisial nefritis dengan infiltrasi sel mononuclear merupakan
lesi pada ginjal yang tanpa disertai kelainan fungsi ginjal. Gagal ginjal
terjadi karena tubular nekrosis akut. Adanya peranan reaksi imunologis
berperan menimbulkan kerusakan ginjal.
2. Hati:Nekrosis sentilobuler fokal dengan infiltrasi sel limfosit fokal dan
proliferasi sel kupfer dengan kolestasis. Biasanya organism ini terdapat
dalam sel parenkim.

3. Jantung:Epikardium, miokardium, endokardium dapaat terlibat. Nekrosis


berhubungan dengan infiltrasi neutrofil. Dapat terjadi perdarahan foksl pada
miokardium dan endokarditis.
4. Otot rangka:Perubahan berupa local nekrotis, vakuolisasi dan kehilangan
striata. Nyeri otot disebabkan oleh invasi langsung leptospira, dapa6t juga
ditemukan antigen leptospira pada otot.
5. Mata:Menyebabkan uveitis, karena masuk ke dalam ruang anterior mata
selama fase leptospiremia.
6. Pembuluh darah: Perubahan pembuluh darah akibat vaskulitis yang akan
menimbulkan perdarahan.
7. Susunan Saraf Pusat: Meningitis terjadi saat pembentukan respon
antibody, tidak pada saat memasuki CSS. Mekanisme meningitis terjadi
melalui proses imunologis. Meningitis yang terjadi adalah meningitis
aseptis, paling sering disebabkan oleh L.canicola.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan Flora normal di tubuh manusia


Manusia sehat memiliki beberapa flora normal yang tersebar di
berbagai tempat di tubuh manusia. Flora normal tersebut memiliki banyak
peran yang menguntungkan bagi manusia diantranya, sebagai lini pertahan
pertama menghadapi pathogen,membantu pencernaan, mendegradasi toksin,
berkontribusi dalam pematangan system imun.
#Flora normal manusia dikelompokan kedalam 2 kelompok:
1. Flora residen: terdiri dari mikroorganisme yang relative tetap dan tersususn
secara regular di berbagai tempat tertentu dan umur tertentu.
2. Flora Transien: terdiri dari mikroorganisme nonpatogen atau potensial
pathogen yang menghuni kulit,dan berbagai membrane mukosa selama
beberapa jam,hari,minggu,tidak menimbulkan penyakit dan tidak menetap
secara permanent pada permukaan
# Mikrobiota normal pada kulit manusia

Mikroorganisme resident kulit yang dominan adalah basil difteroid


aerob dan anaerob(missal corynobacterium,propionibacterium),stafilokokus
aerob dan anaero bnonhemolitik (s.epidermidis dan s.koagulase negative
terkadang S.aureus,dan pepthostreptococcus),basil pembentuk spora aerob
gram

positif

yang

terdapat

dimana-mana,streptococcus

hemolitik

alfa(S.Viridans),dan enterococuc(enterococus sp,serta basil coliform gram


negative dan acinotebacter
# Mikrobiota saluran nafas manusia
Flora hidung terdiri dari Korinobacterium yang menonjol,stafilokok
(S.epidermidis, S.aureus dan Streptococus)
# Mikrobiota normal pada mulut manusia
Karies adalah disintegrasi gigi yang dimulai pada permukaan dan
berkembang ke dalam. Pertama email permukaan yang mengalami
dimineralisasi. Hal ini dikaitkan dengan produksi asam fermentasi bakteri.
Dengan komposisi dentin dan semen setelahnya, melibatkan pencernaan
matriks protein oleh bacteri. Bakteri yang berperan dalam fermentasi
laktosa dan menghasilkan asam adalah S.mutans. di dalam mulut juga
terdapat Streptococcus viridians.

# Mikrobiota normal pada saluran cerna manusia


Pada anak-anak yang diberi asi, usus mengandung sejumlah
streptococcus

asam laktat dan laktobacilus.Usus bayi baru lahir di ruang

perawatan intensif cenderung dikolonisasi oleh enterobactericeae, seperti


kleibsela, cirobakter dan enterobacter. Pada kolon dewasa normal flora bacteri
resident

terdiri

Fusobacterium

dari:
sp

Bacteroides
,

sp,

Lactobasilus

terutama
aerob,

Bacteroides
missal;

fragilis,

Bifidobacteri,

Klostridium(C.Perfingens) Dan kokus gram positif anaerob(Peptostreptococus


sp).
# Mikrobiota normal pada uretra manusia

Mikroorganisme yang ditemukan hampir sama dengan yang ditemukan


dikulit dan perineum.
# Mikrobiota normal pada vagina
Flora vagina normal sering meliputi Sreptokokus grup B sebanyak 25%
selam

melahirkan

anak.

Juga

terdapat

streptokokus

hemolitik

alfa,

Streptococuc anaerob(Peptostreptococus), Prevotella, klostridium, Gardenella


Vaginalis, Ureaplasma urealiticum, kadang-kadang listeria atau mobilincus.
# Mikrobiota normal pada conjungtiva
Organisme yang paling banyak di temukan di konjungtiva adalah
Difteroid,S.epidermidis, Sreptococus non hemolitik
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Pemeriksaan penunjang
Meningitis
Pemeriksaan darah
-Darah tepi
* lekositosis/kadang-kadang leukopenia
* Trombosit normal atau menurun
- Kultur
* Diplokokus Gram (-)
* Oxidase (+)
* Fermentasi glucose dan maltose, tetapi tidak pada lactose.
- Pemeriksaan serum secara Eliza dan Bactericidal anti body test.
- Pemeriksaan liquor carebro spinalis (LCS)
*Warna dan kekeruhan (dapat tak berwarna, jernih, dapat keruh).
-Tekanan dengan manometer, biasa 20 cm HG.
-Kuantitative protein dengan Nonne dan Pandy : +
(keruh,penggumpalan).
-Pemeriksaan kualitatif : Cel (PMN & MN)
-Preparat dibanding langsung dengan pewarna : Gram dan BTA.
Pemeriksaan Terhadap orang kontak : dilakukan pengambilan usap
nasofaring, kemudian diperiksa secara makroskopis dan kultur.
Gonorre
Bahan

Nanah dan sekret diambil dari urethra, serviks, rektum,


konjungtiva, tenggorokan atau cairan sinovial untuk biakan dan
sediaan. Untuk penyakit sistemik sistem biakan khusus lebih
berguna karena Gonokokus peka terhadap polianetol sulfonat

pada pembenihan biakan darah standar.


Sediaan Hapus
Sediaan pewarnaan Gram eksudat urethra atau endoserviks
memperlihatkan banyak diplokokus di dalam sel nanah sebagai
diagnosis presumtif. Sediaan apus eksudat urethra pria
bersensitivitas 90% dan spesifisitas 99%, dan sediaan apus
eksudat

endoserviks

mempunyai

sensitivitas

50%

dan

spesifisitas 95%. Sediaan apus berwarna pada eksudat


konjungtiva juga dapat terdiagnostik, tetapi bahan dari

tenggorokan dan rektum umumnya tidak membantu.


Kultur
Nanah (lendir) digoreskan pada biakan selektif diperkaya
(misalnya,

pembenihan

modifikasi

Thayer-Martin)

dan

dieramkan dalam atmosfer mengandung CO2 5% pada suhu


37C. Untuk menghindari pertumbuhan berlebihan oleh
kontaminan, biakan sebaiknya mengandung obat antimikroba.
48 jam setelah pembiakan, dapat teridentifikasi dari pewarnaan
Gram,

hasil

oksidase

(+)

dan

tes

koagulasi,

serta

imunofluoresensi. Spesies bakteri subbiakan dapat ditentukan

reaksi peragian.
Serologi
Serum dan cairan genital mengandung IgG dan IgA terhadap
pili Gonokokus, protein selaput luar dan LPS yang dapat
ditentukan dengan tes Immunoblotting, radioimunoasai dan
ELISA (enzyme linked immunosorbent assay). Namun kurang
berguna, karena keanekaan antigen Gonokokus, tertundanya
pembentukan antibodi infeksi akut dan tingkat antibodi yang
tinggi dalam populasi aktif secara seksual. Beberapa IgM serum

bersifat bakterisidal terhadap Gonokokus in vitro.


Sifilis
Spesimen : berupaCairan yang keluar dari lesi,dan serum darah untuk

pemeriksaan serologi

Pemeriksaan lapangan gelap :Akan terlihat spirochete yang motil dan khas

pada pemeriksaan mikroskop setelah preparat ditetesi minyak insersi

Imunoflurosensi

Uji serologi:
1.
Pemeriksaan non treponemal: digunakan sebagai pemeriksaan skrining
universal sifilis, pemeriksaan ini tersedia secara luas, bianya murah. Dan sering
juga digunakan untuk menilai efektivitas terapi.
2.
Pemeriksaan antibody treponemal: Mengukur antibody terhadap antigen
T.Pallidum. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan apakah suatu hasil positif
dari pemeriksaan nontreponemal adalah positif sejati atau positif palsu.
Leptospirosis
o Kultur : sampel dari darah ataupun CSS, segera pada gejala awal,
sebelum ddiberikan antibiotic.
o Serologi : pemeriksaan dengan cepat, dengan menggunakan PCR,
silver strain atau fluroscent antibody stain, dan mikroskop lapangan
gelap
Infeksi Borrella
o Spesimen : Darah diperoleh waktu demam meningkat, untuk sediaan
smear dan hewan percobaan
o Smear : Smear darah yang tebal maupun tipis diwarnai dengan Giemsa atau
wrigh menunjukkan adanya spiroketa dengan belitan longgar diantara sel darah
merah
o In okulasi Hewan : Tikus muda di inokulasi secara intraperitoneal dengan
darah. 2-4 hari kemudian, warna film dari darah diuji untuk spiroketa
o Serologi : Spiroketa yang tumbuh dalam kultur dapat bekerja sebagai
antigen pada tes CF, tetapi preparasi untuk memunculkannya sulit dibuat. Pasien
yang mengalami demam relaps yang endemik menghasilkan VDRL yang positif.
Infeksi Shigella
Spesiment yang digunakan bisa berupa feses segar, Diagnostik dapat
dilakukan dengan metode kultur, serologi.
Infeksi Salmonella
Spesimen dapat berupa kultur darah,sering kali positif

pada minggu

pertama pasca infeksi,kultur urin mungkin positif pada minggu ke dua,kultur feses
juga bisa dijadikan specimen dan biasanya positive pada minggu ke 2 dan ke3.

Kultur dapat dilakukan pada berbagai macam media, diantarnya pada


medium diferensial, medium selektif, medium diperkaya.
Metode serologis juga dapat dilakukan, melalui uji aglutinasi dan uji
aglutinasi pengenceran dalam tabung.
Infeksi E. coli
Menggunakan Kultur dengan media agar seperti EMB dan agar
macConcey. Kultur ini bertujuan untuk menilai ada atau tidaknya
fermentasi Lakstosa. Nilai positive bila muncul warna pink,hasil
negative jika tidak ada warna.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan Farmakoterapi antibiotik
Infeksi meningokokus

Antibiotik empiris (pengobatan tanpa diagnosis yang pasti)


hendaknya langsung diberikan, meskipun sebelum diketahui
hasil punksi lumbal dan analisis LCS. Pilihan pengobatan awal
sebagian besar bergantung pada jenis bakteri yang menyebabkan
meningitis di suatu tempat dan populasi tertentu. Contohnya;
sefalosporin generasi ketiga
(seperti sefotaksim atau seftriakson), vankomisin, kloramfenikol
baik

sendiri

maupun

digabungkan

dengan ampisilin akan

bekerja sama baiknya.

Steroid

Pengobatan ajuvan dengan kortikosteroid (biasanya deksametas


on) Karena sebagian besar manfaat pengobatan terbatas pada
pasien yang mengalami meningitis pneumokokus, beberapa
panduan menyarankan agar deksametason tidak dilanjutkan
apabila diketahui penyebab lain dari meningitis. Mekanisme
yang terjadi adalah penekanan terhadap radang yang berlebihan.

Infeksi Gonokokkus
Terapi awal adalah pemberian antibiotik. Bila keadaan tidak
membaik, karena ada beberapa golongan antibiotik yang sudah resisten
terhadap gonore yaitu quinolones, Penisilin, Tetrasiklin, dan obat-obat

golongan sulfa. Bila demikian, disarankan untuk kultur dari spesimen,


serta mengganti golongan obat tersebut.
Infeksi Sifilis

Peinsilin dengan konsentrasi 0,003U/Ml.Untuk sefilis yang kurang dari


1 tahun diinjeksi tunggal penisilin G benzatin intramuscular.

Infeksi Shigella
Siprofloksasin, ampisilin, deoksisilin, trimeoprim sulfametoksasol

Infeksi Salmonella
Untuk demam enteric dan bakterimia perlu diberikan anti
mikroba,namun unruk enterocolitis tidak terlalu dibutuhkan.Namun
untuk

enterocolitis

neonates

antimikroba.Antimikroba

yang

penting
dapat

untuk
di

diberikan

berikan

antara

lain;amphisilin,trimetropin-sulfametoksazol,atau sefalosporin generasi


ke tiga.

Infeksi E. coli
Tata
laksananya

bergantung

pada

lokasi

infeksi

dan

keresistenannya.Contoh untuk infeksi Saluran Kemih bisa diatasi


dengan pemberian trimethropin-sulfamethoxazole 1-3 hari
7. Mahasiswa mampu menjelaskan Pencegahan infeksi oleh bakteri
# Infeksi Meningokokkus
Untuk beberapa kasus meningitis, perlindungan jangka panjang
dapat dilakukan dengan pemberian vaksinasi, atau jangka pendek dengan
penggunaan antibiotik. Beberapa perubahan perilaku dapat juga efektif.
# Infeksi Gonokokkus kencing nanah

Cara yang paling pasti untuk mencegah penyebaran penyakit menular


seksual adalah dengan tidak melakukan hubungan seks.
Berhubungan seks secara monogami, pastikan pasangan tidak terinfeksi.

Penggunaan kondom dapat mengurangi risiko penularan penyakit.


Pastikan toilet yang digunakan higienis, hindari penggunaan toilet duduk di
tempat umum.
Segera obati bila ada keluhan seperti di atas

# Infeksi E. coli

Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi active


maupun passive.

Memperhatikan kebersihan makanan/ dan minuman yang akan di

konsumsi.
Memelihara kebersihan tubuh.

# Sifilis
Pencegahan

untamanya

adalah

mencegh

penularan,termasuk

mencegah hubungan seks bebas.Selanjutnya tibdakan pengendalian


bergantung pada:
o Terapi segera dan adekuat semua kasus yang ditemukan
o Follow-up sumber infeksi dan kontak,sehingga mereka dapat diobati
o Hubungan seks yang aman dengan menggunakan kondom
# Leptospirosis
o Pengobatan suportif dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan
mengatasi dehidrasi, hipotensi, perdarahan dan gagal ginjal sangat
penting pada leptospirosis. Pada beberapa pasien membutuhkan
tindakan hemodialisis kontemporer.
o Pemberian antibiotic harus dimulai secepat mungkin, 4 hari setelah
onset cukup efektif. Untuk kasus berat biasa digunakan intra
venapenissilin G, amoxicillin, ampisillin, eritromisin. Pada kasus
ringan, digunakan antibiotic oral tetrasiklin, doksisiklin, ampisilin,
amoksisilin, atau sefalosporin.
# Infeksi Borrella
Spiroketa terdapat pada seluruh jaringan kutu dan ditularkan melalui
gigitan (air liur kutu) atau dengan memencet kutu. Penyakit yang
ditularkan oleh kutu tidak epidemik. Bila seseorang yang terinfeksi
mempunyai tuma , lalu tuma menjadi terinfeksi karena mengisap
darah ; 4 5 hari kemudian tuma dapat berperan sebagai sumber infeksi
bagi

orang

lain.

Pencegahan

penyakit

ini

dilakukan

dengan

menghindari kontak dengan sengkenit atau tuma dan menghilangkan


tuma (kebersihan, insektisida). Namun jika sudah tergigit tuma (tuma
menempel dan sudah menusuk kulit) cabut tuma tersebut dengan hatihati sehingga bagian mulut tuma tidak tertinggal didalam kulit. Tidak
ada vaksin untuk penyakit ini

Anda mungkin juga menyukai