BAB III
DASAR TEORI
17
18
Gambar 3.1
Pola Pengeboran Lubang Tembak (PT. Orica Mining Services)
Pemilihan arah pemboran lubang tembak untuk proses peledakan
sangat penting diperhatikan karena akan mempengaruhi terhadap hasil
peledakan tersebut. Oleh karena itu perlu dikaji tentang kelebihan dan
kekurangan dari masing-masing arah lubang tembak seperti yang telah
dijelaskan pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1
Pengaruh Arah Pengeboran (Konya, 1990)
No
.
1
Parameter
Bor Tegak
Bor Miring
Gerakan bit
Lebih cepat
Lebih lambat
Lebih kecil
Lebih besar
Backbreak
Lebih banyak
Lebih kecil
Fragmentasi
Kondisi lantai
tambang
Fly rock
Pengisian bahan
peledak
Pelemparan batuan
Cenderung besar
Lebih kecil
Lebih baik
Toe jarang
terjadi
Lebih besar
Lebih mudah
Lebih sulit
Lebih dekat
Lebih jauh
5
6
7
8
19
ANFO Lepas
0,75 - 0,85
ANFO
0,80 - 1,10
ANFO BI Rendah
0,20 - 0,75
Emulsi
1,1 - 1,30
Campuran Emulsi
Watergels and
Sluries
1,0 - 1,35
1,0 - 1,30
III.2.1.2. Sensitivitas
Sensitivitas adalah ukuran kemudahan suatu bahan peledak untuk
diinisiasi atau energi minimum yang dibutuhkan untuk meledakkan suatu
bahan peledak dan dinyatakan dengan cap sensitivity atau dengan kata lain
sensitivitas
adalah
ukuran
kemudahan
suatu
bahan
peledak
untuk
melakukan propagasi.
III.2.1.3. Ketahanan Terhadap Air
Ketahanan
bahan
peledak
terhadap
air
adalah
ukuran
dari
kemampuan suatu bahan peledak berada dalam air dengan tidak merusak
atau merubah/mengurangi kepekaannya (sensitivity). Secara umum, bahwa
20
bahan peledak komersial tidak ada yang 100% tahan terhadap air. Tetapi
semua bahan peledak yang dikatakan tahan terhadap air dapat dipakai
secara efektif bila bahan peledak dimuatkan ke dalam lubang tembak berair
dengan hati-hati dan segera dinyalakan. Bahan peledak ANFO merupakan
bahan peledak yang sering digunakan dalam pertambangan namun
memiliki ketahanan terhadap air yang sangat buruk. Air akan menyebabkan
butiran AN akan larut. Namun biasanya apabila terdapat lubang basah maka
menggunakan bahan peledak jenis emulsi yang mempunyai ketahanan air
cukup baik.
III.2.1.4. Stabilitas kimia
Sebuah bahan peledak apabila dijaga pada kondisi penyimpanan
tertentu maka secara kimia bahan peledak tersebut tidak berubah. Tandatanda karakteristik perusakan adalah terjadi kristalisasi, terjadi perubahan
warna dan kinerja lapangan buruk.
III.2.1.5. Karakteristik Gas Peledakan
Apabila
dalam
pencampuran
komposisi
bahan
peledak
tidak
sempurna, maka akan terbentuk gas yang beracun. Adanya gas beracun
dapat disebabkan oleh:
21
dapat
diartikan
sebagai
laju
rambatan
gelombang
detonasi
sedangkan
kecepatan
detonasi
bahan
peledak
komersial
22
air.
Suatu
penelitian
memperlihatkan
bahwa
ANFO
yang
Gambar 3.2
Penurunan VOD ANFO akibat kandungan air (Konya, 1990)
III.2.2.2. Tekanan Detonasi
Tekanan detonasi adalah fungsi dari kecepatan detonasi dan density
suatu bahan peledak, merupakan ukuran tekanan didalam gelombang
detonasi. Tekanan detonasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Pd = k x x VOD .....................................................................(3.1)
Keterangan :
Pd
= konstanta (0,25)
VOD
23
salah satu kunci karakteristik yang harus dimiliki bahan peledak jika
digunakan sebagai primer.
III.2.2.3. Tekanan Lubang Tembak atau Tekanan Peledakan
Tekanan lubang tembak menunjukkan bahwa energi gas dari bahan
peledak dan nilainya tergantung kepada pengukungan, jumlah gas yang
dibangkitkan dan temperatur produk reaksi kimia bahan peledak. Tekanan
lubang tembak diakibatkan dari ekspansi gas-gas reaksi kimia bahan
peledak, oleh karenanya tidak mungkin diukur karena tekanan kejutnya
sangat besar dimuka detonasi yang dapat merusak semua peralatan ukur.
Secara umum besarnya nilai tekanan lubang tembak adalah setengah
dari besarnya tekanan detonasi bahan peledak. Namun menurut Bandhari
(1997) besarnya Tekanan lubang tembak besarnya sekitar 45% dari tekanan
detonasi. Walaupun tekanan peledakan lebih kecil dari tekanan detonasi,
namun memberikan energi yang lebih besar dalam proses peledakan karena
periode gelombang tekanan peledakan lebih besar daripada periode
tekanan
detonasi.
Tekanan
peledakan
bertanggungjawab
dalam
peledakan
terdiri
dari
burden,
spacing,
stemming,
24
subdrilling, dan kedalaman lubang tembak. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk mendapatkan nilai variabel-variabel geometri peledakan
tersebut adalah perhitungan geometri peledakan menurut R.L Ash (1968).
Gambar 3.3
Geometri Peledakan Menurut R.L.Ash
III.3.1.1 . Diameter Lubang Tembak
Pemilihan diameter lubang tembak sangat perlu untuk diperhatikan
karena akan berpengaruh terhadap hasil suatu peledakan. Pemilihan ukuran
diameter lubang tembak dipengaruhi oleh tinggi jenjang. Menurut Dyno
Nobel, besarnya nilai diameter lubang tembak (mm) adalah 15 kali tinggi
jenjang (m).
III.3.1.2. Burden (B)
Burden adalah jarak dari lubang tembak dengan bidang bebas yang
terdekat, dan arah di mana perpindahan akan terjadi. Pada daerah ini energi
ledakan adalah yang terkuat dan yang pertama kali bereaksi pada bidang
bebas. Jarak burden yang baik adalah jarak yang memungkinkan energi
secara maksimal dapat bergerak keluar dari kolom isian menuju bidang
bebas dan dipantulkan kembali dengan kekuatan yang cukup untuk
melampaui kuat tarik batuan sehingga akan terjadi penghancuran.
Nilai burden yang optimum akan menghasilkan fragmentasi yang
25
sesuai
dan
perpindahan
dari
pecahan
batuan
sesuai
dengan
yang
Densitas batuan
= 160 lb/cuft
= 12.000 fps
AF 1 = [
1/3
SG . Ve
]
2
SGstd . Vestd
(3.2)
Dimana :
SG
Ve
fps
AF 2 = [
Dstd 1/3
] . (3.3)
D
Dimana :
Dstd = kerapatan batuan standar, 160 lb/cuft
26
= (KB x De)/12...............
= Burden
KB
= Burden Ratio
De
(3.5)
Keterangan :
= spasi, meter.
= burden, meter.
KS
Hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan spasi yaitu apakah ada
interaksi antar muatan yang berdekatan. Bila masing-masing lubang
tembak diledakkan sendiri-sendiri, dengan interval waktu yang panjang
maka tidak akan terjadi interaksi gelombang energi antar muatan yang
berdekatan sehingga memungkinkan setiap lubang tembak akan meledak
dengan sempurna. Jika interval waktu diperpendek atau lubang tembak
diledakkan secara serentak akan terjadi efek ledakan yang kompleks.
Besar Ks menurut interval waktu yang dipergunakan adalah:
Long interval delay
Ks = 1
27
Ks = 1 2
Normal
Ks = 1,2 1,8
menuju
atmosfir
dengan
mudah
dan
cepat,
juga
akan
KT..
.........................(3.7)
Keterangan:
T
= stemming, meter
KT
Gambar 3.4
28
= B x KJ ...................... (3.8)
= subdrilling, meter
KJ
Keterangan:
lubang
tembak
biasanya
ditentukan
berdasarkan
kapasitas produksi yang diinginkan dan kapasitas dari alat muat. Sedangkan
untuk menentukan kedalaman lubang tembak dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
H
= KH x B......................... (3.9)
KH
Keterangan:
= H T...........................(3.10)
PC
= stemming, meter
Keterangan:
29
keuntungan yaitu:
a. Untuk memperbaiki fragmentasi
b. Untuk
mengatur
jumlah
bahan
peledak/lubang
tembak
yang
PF
dr
de
Keterangan :
Tabel 3.3
Powder Factor Peledakan Untuk Beberapa Jenis Batuan (Bandhari,
1997)
30
No
.
1
2
3
4
5
Batuan
Fast soft clay, morainic clay, slate clay,
heavy loam, coarse grit
Marl, brown coal, gypsum, tuff, pumice
stone, anthracite, soft limestone,
diatomite
Clayey sandstone, conglomerate, hard
clay shale, marly limestone, anhydrite,
micaceous shale
Granite, gneisses, synites, limestone,
sandstone, siderite, magnesite, dolomite,
marble
Coarse-grained granite, serpentine,
andesite and basalt, weathered gneiss,
trachyte
PF
(kg/m3)
0,30-0,50
0,35-0,55
0,45-0,60
0,60-0,70
0,70-0,75
0,85
0,90
31
Peledakan
selanjutnya
memiliki
bidang
bebas
yang
diciptakan
Gambar 3.5
Pola Penyalaan Surface Delay
Pemakaian
delay
detonator
dimaksudkan
untuk
mendapatkan
peledakan
secara
beruntun.
Pengaturan
waktu
ini
dapat
diterapkan untuk beruntun dalam satu baris atau beruntun antar baris.
Bila delay detonator digunakan untuk antar lubang dalam satu baris,
maka persamaan yang digunakan adalah :
th = Th x S ......................................................... (3.14)
Keterangan :
th
Th
: Spasi (m)
32
Tabel 3.4
Konstanta Tunda Antar Lubang Tembak (Konya,1990)
Th Constant
(ms/m)
5,9 - 6,9
Tipe Batuan
Sands, loams, marls, coals
Some limestone, rock salt, shales
Compact limestone and marbles, granit
and basalt, quarzite rock, gneisses and
gabbro
Diabase, diabase porphyrites, compact
gneisses and micashists, magnetics
4,9 - 5,9
3,9 - 4,9
2,9 - 3,9
Tr
= Burden (m)
Tabel 3.5
Konstanta Tunda Antar Baris (Konya, 1990)
Tr Constant
(ms/m)
6,5
Hasil
13,1 - 19,6
22,9 - 45,9
Blast Casting
6,5 - 9,8
9,8 - 13,1
33
Tabel 3.6
Pedoman Waktu Tunda (Konya, 1990)
Hasil diinginkan
Pertimbangan Penempatan
Batuan
- tumpukan tinggi dekat permukaan
- tumpukan relatif rata
- tumpukan terpencar
- batuan tercetak (rock casting)
Waktu Tunda
6,5 - 9,8
ms per meter
burden
9,8 - 13,1
ms per meter
burden
13,1 - 19,6
ms per meter
burden
22,9 - 45,9
ms per meter
burden
9,8 - 45,9
ms per meter
burden
Pengontrolan Jenjang
Ukuran Fragmentasi
- rata-rata
- sebaik mungkin
Airblast
- jalan keluar angin dari lubang
belakang
- menjaga runtuhnya dinding
Pengontrolan Flyrock
Getaran Peledakan
- batas minimal diizinkan 8ms
- cukup dekat dengan pemukiman
- pemukiman sekitar daerah
peledakan
34
Gambar 3.6
Rancangan Peledakan
Dyno Nobel memberikan gambaran pertimbangan rancangan waktu
tunda terhadap bentuk tumpukan yang diharapkan yang dapat dilihat pada
Gambar 3.7. Waktu tunda dapat mempengaruhi langsung bentuk dan besar
perpindahan tumpukan material hasil peledakan jika dikaitkan dengan
faktor jarak burden.
35
Gambar 3.7
Rancangan Waktu Tunda Terhadap Bentuk Tumpukan (Dyno Nobel,1996)
Dalam mengilustrasikan bentuk dan perpindahan tumpukan hasil
peledakan, terdapat perbedaan antara Konya (1990) dan Dyno Nobel (1996)
dalam menggambarkan bentuk dan perpindahan tumpukan hasil peledakan
terhadap interval waktu tunda dari burden. Perbedaan tersebut diakibatkan
pertimbangan dari kondisi yang berbeda dalam hal karakteristik massa
batuan yaitu berupa jarak dan orientasi bidang diskontinu.
Peledakan tunda juga dapat bertujuan untuk mengurangi getaran
tanah, sebab setiap waktu tunda menghasilkan masing-masing gelombang
seismik yang kecil dan terpisah, sehingga getaran yang dihasilkan
merupakan kumpulan dari getaran-getaran kecil dan bukan satu getaran
yang besar.