Anda di halaman 1dari 13

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI

MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONTRASI

Makalah
Diajukan Untuk Melengkapi salah satu Syarat Kenaikan
Pangkat/Golongan melalui Angka Kredit Golongan IV/a ke IV/b

DISUSUN
Oleh :

RATUPAN SUSANTO
NIP. 19651123 199003 1 003

PEMERINTAH KOTA LANGSA


DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 2 LANGSA
TAHUN 2011

BAB I
PENDAHULUAN
Rasional
Atletik adalah event asli dari Olimpiade pertama ditahun 776 sebelum Masehi
dimana satu-satunya event adalah perlombaan lari atau stade Ada beberapa Games
yang digelar selama era klasik Eropa: Panhellenik Games The Pythian Game(dimulai 6
Sebelum Masehi) digelar di Argolid setiap dua tahun. The Isthmian Game (dimulai 523
Sebelum Masehi) digelar di Isthmus dari Corinth setiap dua tah The Roman Games
Berasal dari akar Yunani murni, Roman Games memakai perlombaan lari dan melempar.
Bukannya berlomba kereta kuda dan bergulat seperti di Yunani, olahraga Etruscan
memakai pertempuran galiatoral, yang nuga sama-sama 527 Sebelum Masehi) digelar di
Delphi tiap empat tahun. The Nemean Games(dimulai 51 memakai panggung.
Masyarakat lain menggemari kontes atletik, seperti bangsa Kelt, Teutonik, dan Goth yang
juga digemari orang Roma. Tetapi, olahraga ini sering dihubungkan dengan pelatihan
tempur. Di masa abad pertengahan anak seorang bangsawan akan dilatih dalam berlari,
bertarung dan bergulat dan tambahan berkuda, memanah dan pelatihan senjata. Kontes
antar rival dan sahabat sangat umum di arena resmi maupun tidak resmi.
Beberapa indicator yang menjadi tolok ukur keberhasilan dalam pembangunan
pendidikan nasional: a). Sistem pendidikan yang efektif, efisien. b). Pendidikan nasional
yang merata dan bermutu. c). Peran serta masyarakat dalam pendidikan. Keberhasilan tim
olimpiade di kancah internasional dalam meraih medali, belum cukup untuk dijadikan
sebagai tolok ukur keberhasilan pendidikan di tanah air. Karena keberhasilan tersebut
hanya dicapai oleh beberapa siswa saja dari jutaan siswa Indonesia yang sebagian besar
dapat dikatakan kualitasnya masih kurang. Kenyataan ini terindikasi dari standar nilai
kelulusan (dalam ujian nasional yang masih diperdebatkan keberadaannya) dari tiga mata
pelajaran yang diujikan (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika) nilai
kelulusan yang ditetapkan minimal 4,25. Dengan Permainan estafet garis siswa dapat
aktif dalam pembelajaran. Siswa terlibat langsung dalam memperoleh materi pelajaran.
Siswa diajak berperan langsung dengan memegang dan menggerakkan model yang
dipakai sebagai alat peraga.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat difokuskan rumusan
masalah yaitu bagaimanakah peningkatan Atletik Modern pada siswa kelas X SMA
1

Negeri 2 Langsa. Bagaimanakah peningkatan aktivitas siswa kelas X SMA Negeri 2


Langsa dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani bidang Estafet.
Tujuan Umum

Pembelajaran

dengan

menggunakan

media

dan sarana

pembelajaran Pendidikan Jasmani didalam meningkatkan mutu pendidikan untuk siswa


kelas XI SMA Negeri 2 Langsa.
Pendidikan Jasmani Dan Metode Demontrasi
Atletik adalah event asli dari Olimpiade pertama ditahun 776 sebelum Masehi
dimana satu-satunya event adalah perlombaan lari atau stade Ada beberapa Games
yang digelar selama era klasik Eropa: Panhellenik Games The Pythian Game(dimulai6
Sebelum Masehi) digelar di Argolid setiap dua tahun. The Isthmian Game (dimulai 523
Sebelum Masehi) digelar di Isthmus dari Corinth setiap dua tahThe Roman Games
Berasal dari akar Yunani murni, Roman Games memakai perlombaan lari dan melempar.
Bukannya berlomba kereta kuda dan bergulat seperti di Yunani, olahraga Etruscan
memakai pertempuran galiatoral, yang nuga sama-sama 527 Sebelum Masehi) digelar di
Delphi tiap empat tahun. The Nemean Games(dimulai 51memakai panggung.
Masyarakat lain menggemari kontes atletik, seperti bangsa Kelt, Teutonik, dan Goth yang
juga digemari orang Roma. Tetapi, olahraga ini sering dihubungkan dengan pelatihan
tempur. Di masa abad pertengahan anak seorang bangsawan akan dilatih dalam berlari,
bertarung dan bergulat dan tambahan berkuda, memanah dan pelatihan senjata. Kontes
antar rival dan sahabat sangat umum di arena resmi maupun tidak resmi.
Olahraga tersebut memiliki profil tinggi selama kejuaraan besar, khususnya
Olimpiade, tetapi yang lain kurang populer. AAU (Amateur Athletic Union) adalah badan
pengelola di Amerika Serikat sampai runtuh dibawah tekanan profesionalisme pada akhir
tahun 1970. Sebuah badan baru bernama The Athletic Congress (TAC) dibentuk, dan
akhirnya dinamai USA Track and Field (USATF atau USA T&F). Sebuah tambahan,
organisasi dengan struktural yang lebih kecil, Road Runner Club of America (RRCA)
juga ada di USA untuk mempromosikan balap jalanan. Di masa modern, atlet sekarang
bisa menerima uang dari balapan, mengakhiri sebutan amatirisme yang ada seelumnya.
Sebagian besar orang tua zaman dulu menjadikan profesi guru sebagi idaman
bagi anak-anaknya, karena posisi itu memiliki nilai lebih di mata masyarakat. Ini
tercermin misalnya, pada kebanyakan orang Jawa, sebutan mas atau pak guru masa itu
merupakan sebutan yang sangat istimewa sekaligus sebutan yang mengandung makna
penghormatan. Bahkan, sejak jaman penjajahan atu awal kemerdekan, profesi guru
2

disanjung-sanjung. Guru memiliki strata social yang begitu menjulan gsehingga


mencucuk atap langit. Apalagi di desa-desa, sosok guru bias dikatakan setara dengan
kaum priayi, penuh wibawa dan cukup disegani. Tidak mengherankan kalau waktu itu
setiap orng tua menginginkan anak-anaknyamenjadi guru. Namun hal itu berbeda sekali
dibandingakn dengan posisi guru zaman sekarang.
Tontonan acara-acara televise yang menyesatkan dan tidak sesuai dengan usia
anak-anak semakin memperburuk wajah pendidikan kita. Menhadapi keadaan demikian,
upaya peningkatan profesionalisme guru dalam dunia pendidikan merupakan langkah
awal yang tidak bias ditawar. Hal itu mengingat peran guru daharapkan bias menciptakan
pendidikan yang membebaskan masyarakat dari keterpurukan, kemiskinan, dan berbagi
krisis yang tengah melanda seluruh elemen bangsa ini.
Guru ataupun dikenali juga sebagai pengajar, pendidik, dan pengasuh
merupakan tenaga pengajar dalam institusi pendidikan seperti sekolah maupun tiusyen
(kelas bimbinangan) yang tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Guru sebagai pengajar
Ialah orang yang memiliki kemampuan pedagogi sehingga mampu mengutarakan apa
yang ia ketahui kepada peserta didik sehingga menjadikan kefahaman bagi peserta didik
tentang materi yang ia ajarkan kepada peserta didik. Seorang pengajar akan lebih mudah
mentransfer materi yang ia ajarkan kepada peserta didik, jika guru tersebut benar
menguasai materi dan memiliki ilmu atau teknik mengajar yang baik dan sesuai dengan
karakteristik pengajar yang professional.
Sebagai contoh pengajar yang kompeten sehingga berhasil mencetak siswa-siswa
yang pandai dan menguasai materi adalah Yohanes Surya. Proses pembelajaran (learning
proses) yang dilakukannya dalam membimbing tim olimpiade fisika menuju keberhasilan
di tingkat internasional bias dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran bagi guruguru lainnya. Tidak tanggung-tanggung, mesti para siswa itu hanya berpendidikan SMA
dan satu diantaranya berpendidikan SMP, ilmu yang dipelajari selama masa bimbingan
dalam beberapa aspek setara dengan pengetahuan pascasarjana. Sehingga dengan
kefahaman dan kesiapan yang matang, para siswa tidak canggung dalam menyelesaikan
soal-soal yang diberikan dalam kompetisi olimpade.
Pendidik adalah seiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain
untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi (Sutari Imam Barnado, 1989:44).
Sehinggga sebagai pendidik, seorang guru harus memiliki kesadaran atau merasa
mempunyai tugas dan kewajiban untuk mendidik. Tugas mendidik adalah tugas yang
3

amat mulia atas dasar panggilan yang teramat suci. Sebagai komponen sentral dalam
system pendidikan, pendidik mempunyai peran utama dalam membangun fondamenfondamen hari depan corak kemanusiaan. Corak kemanusiaan yang dibangun dalam
rangka pembangunan nasional kita adalah manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya diri disiplin,
bermoral dan bertanggung jawab. Untuk mewujudkan hal itu, keteladanan dari seorang
guru sebagai pendidik sangat dibutuhkan. Dapat dikatakan bahwa guru dalam proses
belajar mengajar mempunyai fungsi ganda, sebagai pengajar dan pendidik.
Maka guru secara otomatis mempunyai tanggung jawab yang besar dalam
mencapai kemajuan pendidikan. Begitu besarnya peranan guru sebagi pengajar dan
pendidik, maka harus diakui bahwa kemajuan pendidikan di bidang pendidikan sebagian
besar tergantung pada kewenangan dan kemampuan staff pengajar (guru). Pendidikan
Indonesia akan maju jika staff pengajar (guru) sebagai kemampuan sentral dalam system
pendidikan memiliki kualitas yang baik pula. Pendidikan Indonesia memerlukan guru
yang memiliki kompetensi mengajar dan mendidik yang inovatif, kreatif, manusiawi,
cukup waktu untuk menekuni tugas profesionalnya, dapat menjaga wibawanya di mata
peserta didik dan masyarakat (menjaga profesionalitas conscience) dan mampu
meningkatkan mutu pendidikan. Untuk mendapatkan guru yang demikian, dua hal yang
perlu mendapatkan perhatian yaitu pendidikan mereka (terutama pada pre-service
training atau pemantapan program pendidikan guru, bukan pada in training service) dan
kesejahteraan mereka.
Peningkatan kesejahteraan guru memiliki peran penting dalam usaha
memperbaiki pendidikan Indonesia yang sedang terpuruk. Bank Dunia memberikan mutu
guru guna memacu mutu pendidikan tidak akan berpengaruh maksimal jika kesejahteraan
tidak terpecahkan (Suroso. 2002). Selain itu, peningkatan kesejahteraaan bisa berdampak
positif pada usaha pemberantasan korupsi di sekolah. Sebab, korupsi yang dipraktekkan
guru umumnya didorong factor kebutuhan (corruption by need). Untuk menyiasati
kecilnya gaji, mereka mengutip berbagai biaya ekstra dari murid, seperti menjual soal
ujian atau mengadakan kegiatan ekstrakurikuler.
Beberapa indikator yang menjadi tolok ukur keberhasilan dalam pembangunan
pendidikan nasional: a). Sistem pendidikan yang efektif, efisien. b). Pendidikan nasional
yang merata dan bermutu. c). Peran serta masyarakat dalam pendidikan. Dan lain-lain.
Keberhasilan tim olimpiade di kancah internasional dalam meraih medali, belum cukup
untuk dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan pendidikan di tanah air. Karena
4

keberhasilan tersebut hanya dicapai oleh beberapa siswa saja dari jutaan siswa Indonesia
yang sebagian besar dapat dikatakan kualitasnya masih kurang. Kenyataan ini terindikasi
dari standar nilai kelulusan (dalam ujian nasional yang masih diperdebatkan
keberadaannya) dari tiga mata pelajaran yang diujikan (Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, dan Matematika) nilai kelulusan yang ditetapkan minimal 4,25. Sedangkan kita
lihat negara-negara lain seperti Malaysia memakai standar nilai kelulusan 6 dan
Singapura 8 dan posisi Indonesia hanya sebanding dengan Filipina (Koran Tempo, 17
Juli 2006).

BAB II
PELAKSANAAN PERBAIKAN
Waktu pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi dua siklus. Siklus I dilaksakan
pada 10 Maret 2011, sementara Siklus II pada 18 Mai 2011. Mata pelajaran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Pendidikan Jasmani Kelas X, bidang Estafet.
Subyek penelitian yang diambil adalah siswa-siswi kelas X SMA Negeri 2 Langsa
yang berjumlah 20 anak. Masing-masing 12 anak laki-laki dan 8 anak perempuan.
Sebagian besar siswa kelas X SMA Negeri 2 Langsa belum bisa melakukan Estafet.
Padahal, Estafet merupakan materi yang esensial dan harus dikuasai anak kelas X, karena
sangat berhubungan erat dalam kehidupan sehari-hari nantinya
Prosedur penelitian ini diawali dengan persiapan penelitian/rencana tindakan
pemecahan masalah yang dilaksanakan secara bertahap melalui 2 siklus. Tiap siklus 1
kali tatap muka pembelajaran. Pada siklus dilakukan 4 kegiatan yaitu: Perencanaan
(planning),

Pelaksanaan

tindakan

(acting),

Pengamatan

(observing),

Perenungan/pencerminan (reflecting).
Perencanaan

Refleksi

Siklus I

Pelaksanaan

Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Siklus II

Pengamatan

Hasil
Penelitian

Pelaksanaan

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Siklus I
Perencanaan Tindakan
Perencanaan Kegiatan belajar mengajar siklus pertama dilaksanakan pada: Hari
dan tanggal: Selasa, 10 Februari 2011 Kelas: X (sepuluh) Mata Pelajaran: Pendidikan
Jasmani Kompetensi Dasar: Atletik (Estafet) Pada penelitian ini guru merancang
pembelajaran untuk mempermudah siswa dalam memahami Pembelajaran Pendidikan
Jasmani.
Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Pertemuan Pertama
Kegiatan Awal (15 menit)
Siswa di bariskan menjadi empat barisan. Mengecek kehadiran siswa. Menegur
siswa yang tidak berpakaian lengkap. Melakukan gerakan pemanasan yang
berorientasi pada kegiatan inti. Mendemonstrasikan materi inti yang akan di
pelajari. Menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Kegiatan Inti (60 menit)
Melakukan gerakan estafet dengan sentuhan. Melakukan gerakan lari estafet
dengan alat stik. Melakukan lari estafet dengan perpindahan tongkat visual dan non
visual.
Kegiatan Akhir (15 menit)
Siswa di kumpulkan mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi yang di
ajarkan. Memperbaiki tentang kesalahan-kesalahan dan tehnik dalam lari estafet.
Pertemuan Kedua
Kegiatan Awal (15 menit)
Siswa di bariskan menjadi empat barisan. Mengecek kehadiran siswa. Menegur
siswa yang tidak berpakaian lengkap. Melakukan gerakan pemanasan yang
berorientasi pada kegiatan inti. Mendemonstrasikan materi inti yang akan di
pelajari. Menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Kegiatan Inti (60 menit)


7

Melakukan gerakan estafet dengan sentuhan. Melakukan gerakan lari estafet


dengan alat stik. Melakukan lari estafet dengan perpindahan tongkat visual dan non
visual.
Kegiatan Akhir (15 menit)
Siswa di kumpulkan mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi yang di
ajarkan. Memperbaiki tentang kesalahan-kesalahan dan tehnik dalam lari estafet.
Observasi
Analisis data hasil observasi pada siklus pertama dihitung dengan cara prosentase
dan deskriptif dengan rumus: Penilaian A atau Sangat Baik Lembar observasi tentang
penerapan pendekatan realistik pada pembelajaran Pendidikan Jasmani diperoleh 2
penilaian sangat baik. Jadi presentasenya adalah sebesar 33,33%. Jadi pada lembar
observasi tentang penerapan pendekatan realistik dalam pembelajaran Pendidikan
Jasmani, pada siklus yang pertama peneliti melaksanakan pembelajaran dengan sangat
baik karena dapat dilihat pada hasil observasi sebesar 33,33% peneliti sudah melakukan
kegiatan yang mendukung proses pembelajaran. Penilaian B atau Baik Lembar observasi
tentang penerapan pendekatan realistik pada pembelajaran matematika diperoleh 3
penilaian baik. Jadi prosentasenya adalah sebesar 50%. Jadi pada lembar observasi
tentang penerapan pendekatan realistik dalam pembelajaran Pendidikan jasmani, pada
siklus yang pertama peneliti melaksanakan pembelajaran dengan baik karena dapat
dilihat pada hasil observasi sebesar 50% peneliti sudah melakukan kegiatan yang
mendukung proses pembelajaran. Penilaian C atau Cukup Lembar observasi tentang
penerapan pendekatan realistik pada pembelajaran Pendidikan Jasmani diperoleh 1
penilaian cukup. Jadi prosentasenya adalah sebesar 16,67%. Jadi pada lembar observasi
tentang penerapan pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika, pada siklus
yang pertama peneliti melaksanakan pembelajaran dengan baik karena dapat dilihat pada
hasil observasi sebesar 16,67% peneliti sudah melakukan kegiatan yang mendukung
proses pembelajaran. Berdasarkan data pada tabel 4. 1 dapat diperoleh penilaian tentang
langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan realistik, yakni
penilaian sangat baik sebesar 33,33%, penilaian baik sebesar 50%, dan penilaian cukup
sebesar 16,67%. Jadi penilaian terbesar tentang kegiatan pembelajaran dengan
pendekatan realistik pada siklus pertama adalah baik sebesar 50%.
Refleksi
8

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat diperoleh beberapa


kekurangan pada siklus I sebagai berikut: Guru kurang bertanya jawab dengan siswa dan
siswa kurang memperhatikan penjelasan guru. Dalam refleksi, peneliti bersama pengamat
(teman sejawat) melakukan diskusi untuk tindak lanjut pada siklus selanjutnya. Dari hasil
diskusi yang dilakukan oleh peneliti dengan pengamat (teman sejawat) ada beberapa hal
yang perlu diperbaiki untuk siklus selanjutnya adalah: Guru membimbing siswa agar
lebih paham dan guru lebih memotivasi siswa untuk bertanya. Dalam mengatasi masalah
pada siklus pertama, peneliti melakukan penelitian lagi pada siklus kedua dengan
memperbaikinya.
Deskripsi Hasil Siklus II
Perencanaan Tindakan
Perencanaan Kegiatan belajar mengajar siklus pertama dilaksanakan pada: Hari dan
tanggal: Rabu, 18 Mai 2011 Kelas: X (sepuluh) Mata Pelajaran: Pendidikan jasmani
Kompetensi Dasar: Estafet Pada penelitian ini guru merancang pembelajaran untuk
mempermudah siswa dalam memahami tentang estafet.
Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus ke dua ada dua pertemuan yaitu:
Pertemuan Pertama
Kegiatan Awal (15 menit)
Siswa di bariskan menjadi empat barisan. Mengecek kehadiran siswa. Menegur
siswa yang tidak berpakaian lengkap. Melakukan gerakan pemanasan yang
berorientasi pada kegiatan inti. Mendemonstrasikan materi inti yang akan di
pelajari. Menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Kegiatan Inti (60 menit)
Melakukan gerakan estafet dengan sentuhan. Melakukan gerakan lari estafet
dengan alat stik. Melakukan lari estafet dengan perpindahan tongkat visual dan non
visual.
Kegiatan Akhir (15 menit)
Siswa di kumpulkan mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi yang di
ajarkan. Memperbaiki tentang kesalahan-kesalahan dan tehnik dalam lari estafet.
Pertemuan Kedua
Kegiatan Awal (15 menit)
9

Siswa di bariskan menjadi empat barisan. Mengecek kehadiran siswa. Menegur


siswa yang tidak berpakaian lengkap. Melakukan gerakan pemanasan yang
berorientasi pada kegiatan inti. Mendemonstrasikan materi inti yang akan di
pelajari. Menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Kegiatan Inti (60 menit)
Melakukan gerakan estafet dengan sentuhan. Melakukan gerakan lari estafet
dengan alat stik. Melakukan lari estafet dengan perpindahan tongkat visual dan non
visual.
Kegiatan Akhir (15 menit)
Siswa di kumpulkan mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi yang di
ajarkan. Memperbaiki tentang kesalahan-kesalahan dan tehnik dalam lari estafet.
Observasi
Dari hasil angket pada tabel 4. 6 diketahui bahwa siswa sangat senang dengan
pembelajaran Pendidikan jasmani yang menggunakan pendekatan realistik sebesar 75%
dan senang dengan pembelajaran matematika sebesar 75%. Dari data pada tabel 4. 6 juga
dapat disimpulkan bahwa siswa memberikan tanggapan yang baik terhadap proses
belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan realistik. Siswa merasa senang ketika
mengikuti pembelajaran Pendidikan jasmani dengan menggunakan pendekatan realistik.
Refleksi
Dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dapat diperoleh data sebagai berikut:
Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan
baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi prosentase
pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. Berdasarkan hasil pengamatan
terhadap respon siswa menunjukkan bahwa siswa sangat senang ketika mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistic. Kekurangan pada siklus I
sebelumna sudah mengalami perbaikan dan peningkatan. Hasil belajar siswa pada siklus
II mengalami ketuntasan. Pada siklus II guru telah menerapkan pendekatan realistik pada
pembahasan Pendidikan jasmani dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa
serta hasil belajar siswa, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah
memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada
pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya dapat menerapkan pendekatan realistik
untuk meningkatakan proses belajar mengajar pada mata pelajaran Pendidikan jasmani.

10

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah dikemukakan hasil penelitian yang dilakukan dari hasil observasi dan tes
pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Langsa, maka dapat disimpulkan bahwa dalam
peningkatan Mutu Pendidikan, guru memiliki peran antara lain: (a) sebagai salah satu
komponen sentral dalam system pendidikan, (b) sebagai tenaga pengajar sekaligus
pendidik dalam suatu instansi pendidikan (sekolah maupun kelas bimbingan), (c) penentu
mutu hasil pendidikan dengn mencetak peseta didik yang benar-benar menjadi manusia
seutuhnya yaitu manusia yang beriman danbertaqwa kepada Tuhan YME, percaya diri,
disiplin, dan bertnggung jawab, (d) sebagai factor kunci, mengandung arti bahwa semua
kebijakan, rencana inovasi, dan gagasan pendidikan yang ditetapkan untuk mewujudkan
perubahan system pendidikan, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan, (e) sebagai pendukung serta pembimbing peserta didik sebagai generasi yang
akan meneruskan estafet pejuang bangsa untuk mengisi kemerdekaan dalam kancah
pembangunan nasional serta dalam penyesuaian perkembangaanjaman dan teknologi
yang semakin spektakuler, (f) sebagai pelayan kemanusiaan di lingkungan masyarakat,
(g) sebagai pemonitor praktek profesi.
Saran
Sebagai tindak lanjut uraian di atas dan guna untuk kesempurnaan penulisan ini
maka ada beberapa saran yang mungkin dapat membantu dan menyempurnakan serta
memajukan pendidikan terutama dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah
yang berhubungan dengan penggunaan metode pembelajaran yang efektif dalam mata
pelajaran Matematika antara lain Pembelajaran Pendidikan jasmani dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam permainan estafet, karena dengan menggunakan permainan
estafet dapat di terapkan siswa dalam kehidupannya sehari-hari. Guru dapat menjadikan
hasil penelitian ini sebagai tambahan pengetahuan atau alternative pembelajarannya

11

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, 2003, Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan
Jasmani SMP/MTs, Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas, 2003, Undang-Undang R. I Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta: Depdiknas
J. Mata Kupan, 2002, Teori Bermain, Jakarta: Universitas Terbuka
Ngalim Purwanto. M, 2003, Ilmu Pendidikan Teori dan Praktik, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Winata Putra Udin, 1994, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka.

12

Anda mungkin juga menyukai