Makalah
Diajukan Untuk Melengkapi salah satu Syarat Kenaikan
Pangkat/Golongan melalui Angka Kredit Golongan IV/a ke IV/b
DISUSUN
Oleh :
RATUPAN SUSANTO
NIP. 19651123 199003 1 003
BAB I
PENDAHULUAN
Rasional
Atletik adalah event asli dari Olimpiade pertama ditahun 776 sebelum Masehi
dimana satu-satunya event adalah perlombaan lari atau stade Ada beberapa Games
yang digelar selama era klasik Eropa: Panhellenik Games The Pythian Game(dimulai 6
Sebelum Masehi) digelar di Argolid setiap dua tahun. The Isthmian Game (dimulai 523
Sebelum Masehi) digelar di Isthmus dari Corinth setiap dua tah The Roman Games
Berasal dari akar Yunani murni, Roman Games memakai perlombaan lari dan melempar.
Bukannya berlomba kereta kuda dan bergulat seperti di Yunani, olahraga Etruscan
memakai pertempuran galiatoral, yang nuga sama-sama 527 Sebelum Masehi) digelar di
Delphi tiap empat tahun. The Nemean Games(dimulai 51 memakai panggung.
Masyarakat lain menggemari kontes atletik, seperti bangsa Kelt, Teutonik, dan Goth yang
juga digemari orang Roma. Tetapi, olahraga ini sering dihubungkan dengan pelatihan
tempur. Di masa abad pertengahan anak seorang bangsawan akan dilatih dalam berlari,
bertarung dan bergulat dan tambahan berkuda, memanah dan pelatihan senjata. Kontes
antar rival dan sahabat sangat umum di arena resmi maupun tidak resmi.
Beberapa indicator yang menjadi tolok ukur keberhasilan dalam pembangunan
pendidikan nasional: a). Sistem pendidikan yang efektif, efisien. b). Pendidikan nasional
yang merata dan bermutu. c). Peran serta masyarakat dalam pendidikan. Keberhasilan tim
olimpiade di kancah internasional dalam meraih medali, belum cukup untuk dijadikan
sebagai tolok ukur keberhasilan pendidikan di tanah air. Karena keberhasilan tersebut
hanya dicapai oleh beberapa siswa saja dari jutaan siswa Indonesia yang sebagian besar
dapat dikatakan kualitasnya masih kurang. Kenyataan ini terindikasi dari standar nilai
kelulusan (dalam ujian nasional yang masih diperdebatkan keberadaannya) dari tiga mata
pelajaran yang diujikan (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika) nilai
kelulusan yang ditetapkan minimal 4,25. Dengan Permainan estafet garis siswa dapat
aktif dalam pembelajaran. Siswa terlibat langsung dalam memperoleh materi pelajaran.
Siswa diajak berperan langsung dengan memegang dan menggerakkan model yang
dipakai sebagai alat peraga.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat difokuskan rumusan
masalah yaitu bagaimanakah peningkatan Atletik Modern pada siswa kelas X SMA
1
Pembelajaran
dengan
menggunakan
media
dan sarana
amat mulia atas dasar panggilan yang teramat suci. Sebagai komponen sentral dalam
system pendidikan, pendidik mempunyai peran utama dalam membangun fondamenfondamen hari depan corak kemanusiaan. Corak kemanusiaan yang dibangun dalam
rangka pembangunan nasional kita adalah manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya diri disiplin,
bermoral dan bertanggung jawab. Untuk mewujudkan hal itu, keteladanan dari seorang
guru sebagai pendidik sangat dibutuhkan. Dapat dikatakan bahwa guru dalam proses
belajar mengajar mempunyai fungsi ganda, sebagai pengajar dan pendidik.
Maka guru secara otomatis mempunyai tanggung jawab yang besar dalam
mencapai kemajuan pendidikan. Begitu besarnya peranan guru sebagi pengajar dan
pendidik, maka harus diakui bahwa kemajuan pendidikan di bidang pendidikan sebagian
besar tergantung pada kewenangan dan kemampuan staff pengajar (guru). Pendidikan
Indonesia akan maju jika staff pengajar (guru) sebagai kemampuan sentral dalam system
pendidikan memiliki kualitas yang baik pula. Pendidikan Indonesia memerlukan guru
yang memiliki kompetensi mengajar dan mendidik yang inovatif, kreatif, manusiawi,
cukup waktu untuk menekuni tugas profesionalnya, dapat menjaga wibawanya di mata
peserta didik dan masyarakat (menjaga profesionalitas conscience) dan mampu
meningkatkan mutu pendidikan. Untuk mendapatkan guru yang demikian, dua hal yang
perlu mendapatkan perhatian yaitu pendidikan mereka (terutama pada pre-service
training atau pemantapan program pendidikan guru, bukan pada in training service) dan
kesejahteraan mereka.
Peningkatan kesejahteraan guru memiliki peran penting dalam usaha
memperbaiki pendidikan Indonesia yang sedang terpuruk. Bank Dunia memberikan mutu
guru guna memacu mutu pendidikan tidak akan berpengaruh maksimal jika kesejahteraan
tidak terpecahkan (Suroso. 2002). Selain itu, peningkatan kesejahteraaan bisa berdampak
positif pada usaha pemberantasan korupsi di sekolah. Sebab, korupsi yang dipraktekkan
guru umumnya didorong factor kebutuhan (corruption by need). Untuk menyiasati
kecilnya gaji, mereka mengutip berbagai biaya ekstra dari murid, seperti menjual soal
ujian atau mengadakan kegiatan ekstrakurikuler.
Beberapa indikator yang menjadi tolok ukur keberhasilan dalam pembangunan
pendidikan nasional: a). Sistem pendidikan yang efektif, efisien. b). Pendidikan nasional
yang merata dan bermutu. c). Peran serta masyarakat dalam pendidikan. Dan lain-lain.
Keberhasilan tim olimpiade di kancah internasional dalam meraih medali, belum cukup
untuk dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan pendidikan di tanah air. Karena
4
keberhasilan tersebut hanya dicapai oleh beberapa siswa saja dari jutaan siswa Indonesia
yang sebagian besar dapat dikatakan kualitasnya masih kurang. Kenyataan ini terindikasi
dari standar nilai kelulusan (dalam ujian nasional yang masih diperdebatkan
keberadaannya) dari tiga mata pelajaran yang diujikan (Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, dan Matematika) nilai kelulusan yang ditetapkan minimal 4,25. Sedangkan kita
lihat negara-negara lain seperti Malaysia memakai standar nilai kelulusan 6 dan
Singapura 8 dan posisi Indonesia hanya sebanding dengan Filipina (Koran Tempo, 17
Juli 2006).
BAB II
PELAKSANAAN PERBAIKAN
Waktu pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi dua siklus. Siklus I dilaksakan
pada 10 Maret 2011, sementara Siklus II pada 18 Mai 2011. Mata pelajaran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Pendidikan Jasmani Kelas X, bidang Estafet.
Subyek penelitian yang diambil adalah siswa-siswi kelas X SMA Negeri 2 Langsa
yang berjumlah 20 anak. Masing-masing 12 anak laki-laki dan 8 anak perempuan.
Sebagian besar siswa kelas X SMA Negeri 2 Langsa belum bisa melakukan Estafet.
Padahal, Estafet merupakan materi yang esensial dan harus dikuasai anak kelas X, karena
sangat berhubungan erat dalam kehidupan sehari-hari nantinya
Prosedur penelitian ini diawali dengan persiapan penelitian/rencana tindakan
pemecahan masalah yang dilaksanakan secara bertahap melalui 2 siklus. Tiap siklus 1
kali tatap muka pembelajaran. Pada siklus dilakukan 4 kegiatan yaitu: Perencanaan
(planning),
Pelaksanaan
tindakan
(acting),
Pengamatan
(observing),
Perenungan/pencerminan (reflecting).
Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Siklus II
Pengamatan
Hasil
Penelitian
Pelaksanaan
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Siklus I
Perencanaan Tindakan
Perencanaan Kegiatan belajar mengajar siklus pertama dilaksanakan pada: Hari
dan tanggal: Selasa, 10 Februari 2011 Kelas: X (sepuluh) Mata Pelajaran: Pendidikan
Jasmani Kompetensi Dasar: Atletik (Estafet) Pada penelitian ini guru merancang
pembelajaran untuk mempermudah siswa dalam memahami Pembelajaran Pendidikan
Jasmani.
Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Pertemuan Pertama
Kegiatan Awal (15 menit)
Siswa di bariskan menjadi empat barisan. Mengecek kehadiran siswa. Menegur
siswa yang tidak berpakaian lengkap. Melakukan gerakan pemanasan yang
berorientasi pada kegiatan inti. Mendemonstrasikan materi inti yang akan di
pelajari. Menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Kegiatan Inti (60 menit)
Melakukan gerakan estafet dengan sentuhan. Melakukan gerakan lari estafet
dengan alat stik. Melakukan lari estafet dengan perpindahan tongkat visual dan non
visual.
Kegiatan Akhir (15 menit)
Siswa di kumpulkan mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi yang di
ajarkan. Memperbaiki tentang kesalahan-kesalahan dan tehnik dalam lari estafet.
Pertemuan Kedua
Kegiatan Awal (15 menit)
Siswa di bariskan menjadi empat barisan. Mengecek kehadiran siswa. Menegur
siswa yang tidak berpakaian lengkap. Melakukan gerakan pemanasan yang
berorientasi pada kegiatan inti. Mendemonstrasikan materi inti yang akan di
pelajari. Menginformasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
10
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah dikemukakan hasil penelitian yang dilakukan dari hasil observasi dan tes
pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Langsa, maka dapat disimpulkan bahwa dalam
peningkatan Mutu Pendidikan, guru memiliki peran antara lain: (a) sebagai salah satu
komponen sentral dalam system pendidikan, (b) sebagai tenaga pengajar sekaligus
pendidik dalam suatu instansi pendidikan (sekolah maupun kelas bimbingan), (c) penentu
mutu hasil pendidikan dengn mencetak peseta didik yang benar-benar menjadi manusia
seutuhnya yaitu manusia yang beriman danbertaqwa kepada Tuhan YME, percaya diri,
disiplin, dan bertnggung jawab, (d) sebagai factor kunci, mengandung arti bahwa semua
kebijakan, rencana inovasi, dan gagasan pendidikan yang ditetapkan untuk mewujudkan
perubahan system pendidikan, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan, (e) sebagai pendukung serta pembimbing peserta didik sebagai generasi yang
akan meneruskan estafet pejuang bangsa untuk mengisi kemerdekaan dalam kancah
pembangunan nasional serta dalam penyesuaian perkembangaanjaman dan teknologi
yang semakin spektakuler, (f) sebagai pelayan kemanusiaan di lingkungan masyarakat,
(g) sebagai pemonitor praktek profesi.
Saran
Sebagai tindak lanjut uraian di atas dan guna untuk kesempurnaan penulisan ini
maka ada beberapa saran yang mungkin dapat membantu dan menyempurnakan serta
memajukan pendidikan terutama dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah
yang berhubungan dengan penggunaan metode pembelajaran yang efektif dalam mata
pelajaran Matematika antara lain Pembelajaran Pendidikan jasmani dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam permainan estafet, karena dengan menggunakan permainan
estafet dapat di terapkan siswa dalam kehidupannya sehari-hari. Guru dapat menjadikan
hasil penelitian ini sebagai tambahan pengetahuan atau alternative pembelajarannya
11
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, 2003, Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan
Jasmani SMP/MTs, Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas, 2003, Undang-Undang R. I Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta: Depdiknas
J. Mata Kupan, 2002, Teori Bermain, Jakarta: Universitas Terbuka
Ngalim Purwanto. M, 2003, Ilmu Pendidikan Teori dan Praktik, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Winata Putra Udin, 1994, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka.
12