Anda di halaman 1dari 8

Salah satu limbah industri yang menjadi kontributor utama penyebab

pencemaran air adalah limbah zat warna yang dihasilkan dari proses pencelupan
pada suatu industri tekstil. Zat warna disintesis tidak mudah rusak oleh perlakuan
kimia maupun perlakuan fotolitik. Untuk itu, bila dibuang ke perairan akan
mengganggu estetika dan meracuni biota air di dalam badan air tersebut. Hal ini
dikarenakan berkurangnya oksigen yang dihasilkan selama proses fotosintesis
akibat terhalangnya sinar matahari untuk masuk ke dalam badan air akibat
keberadaan limbah zat warna (Van der Zee, 2002).
Van der Zee. 2002. Anaerobic azo dye reduction [Thesis].
Wageningen University. Netherlands.
Sukarta I. N., & I. M. Gunamantha, N. L. H. Karniawan. Tanpa Tahun.
Pemanfaatan Jamur Pelapuk Kayu Jenis Pleurotus sp Untuk Mendegradasi Zat
Warna Tekstil Jenis Azo. Analis Kimia FMIPA Undiksha
Gambut adalah salah satu material yang dapat digunakan untuk
mengurangi ion logam berat dari larutan (Brown dkk., 2000). Sekalipun sudah
diteliti, penggunaan gambut untuk minimisasi ion logam berat masih memiliki
cukup banyak ruang untuk penelitian-penelitian lanjutan.
Gambut adalah material yang kompleks dengan komponen utama yang
terdiri dari lignin dan selulosa. Senyawa-senyawa tersebut, khususnya lignin
memiliki berbagai gugus fungsi seperti alkohol, aldehida, keton, asam
karboksilat, fenolik, hidroksil dan eter yang dapat berperan dalam pembentukan
ikatan kimia. Karena sifat polar yang dimilikinya, gambut memiliki daya serap
yang relatif tinggi terhadap bahanbahan terlarut seperti logam dan senyawa
organik polar. Karakteristik ini menjadi dasar utama dari berbagai studi tentang
penggunaan gambut untuk pemurnian air limbah yang mengandung logamlogam berat (Brown dkk., 2000; Akinbiyi, 2000). 9). Beberapa jenis gambut juga
sudah pernah diteliti sebagai sorben untuk ion seng, misalnya gambut lumut
(Leslie, 1974), gambut Cina (Zhipei dkk., 1984), serta gambut tropis (Gosset
dkk., 1986).
Brown, P.A.; Gill, S.A; Allen, S.J., Metal removal from wastewater using
peat, Water Research, 2000, Vol. 34(16), 3907-3916.
Akinbiyi, A., Removal of Lead from Aqueous Solutions by Adsorption Using
Peat Moss, Master Thesis, University of Regina, Canada, 2000, 26-63.
Gosset, T.; Trancart, J.L.; Thevenot D.R., Batch metal removal by peat
kinetics ad thermodynamics, Water Research, 1986, Vol. 20(1), 21-26.
Leslie, M.E., Peat: New medium for treating dye house effluent, American
Dyestuff Reporter, 1974, Vol. 63(8), 15-18.
Zhipei, Z.; Junlu, Y.; Zenghui, W.; Piya, C., A Preliminary Study of The
Removal of Pb2+, Cd2+, Zn2+, Ni2+, Cr2+ from Wastewater with Several
Chinese Peat, in Proceeding of the 7th International Peat Congress, Dublin, 1984,
147-152.

Munawar. 2010. Kesetimbangan Sorpsi Ion Seng(II) Pada Partikel Gambut.


Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol.9 No.3 Hal:91-98. Teknik Kimia Politeknik
Negeri Lhokseumawe : Aceh.
Salah satu kandungan limbah industri yang dapat menimbulkan dampak
negatif adalah logam berat seperti timbal, tembaga, krom, kadmium, raksa dan
arsen [1]. Kasus keracunan krom secara insidental cukup berbahaya bagi
manusia, yakni mengakibatkan kanker paru-paru, luka bernanah kronis dan
merusak selaput tipis hidung [2].
Krom di lingkungan terdapat dalam beberapa spesies dengan toksisitas
yang sangat berbeda [3]. Spesies utama krom (VI) terlarut adalah H 2CrO4,
HCrO4- , CrO42- , dan Cr2O72-[4,5]. Spesies krom (VI) di perairan mempunyai
kelarutan tinggi dan bersifat sangat toksik, korosif serta karsinogen karena
diperkirakan membentuk kompleks makromolekul dalam sel. Sebaliknya spesies
krom(III) sangat kurang toksik dibandingkan krom (VI), tidak korosif maupun
iritasi, bahkan dalam jumlah kecil merupakan bahan pokok yang diperlukan untuk
metabolisme karbohidrat [4,5], glukosa, lemak dan protein [3] dalam mamalia,
sebagai ko-faktor untuk aktifitas insulin serta berperan di sekitar hormon.
Sumber pencemaran krom di lingkungan dapat dilacak dari air buangan
industri-industri pelapisan krom, pabrik cat, pabrik tinta, penyamakan kulit, pengilangan minyak dan pabrik tekstil. Sasirangan merupakan kain khas Kalimantan
Selatan yang dihasilkan dari pewarnaan tekstil secara jumput. Limbah cair
pewarna industri kain sasirangan yang mengandung logam berat krom,
kebanyakannya dibuang ke perairan yang ada disekitarnya, yang merupakan
lahan Gambut.
Haryadi, 1996, Heavy Metal Content in Industrial Wastes in Indonesia, in
Symposium and Workshop on Heavy Metal Bioaccumulation, IUC
Biotechnology, UGM, Yogyakarta, September 18-20 1996.
Klaasen, C.D., Amdus, M.O. dan Doull, J., 1986, Toxicology, the Basic
Science of Poison, 3 ed., McMillan, New York.
Subramanian, K.S., 1988, Determination of Chromium (III) by Amonium
Pyrolidine Carboditionate Methyl Isobutil Ketone with Furnace Atomic
Spectrometry, Anal. Chem., 60: 11-15.
Rai, D., Sass, B.M., dan More, D.A., 1987, Inorg. Chem., 65: 2590-2595.
Sperling, M., Xu, S. dan Welz, B., 1992, Anal. Chem., 64: 3101-3108.
Januarita R. & Herdiansyah. 2003. Adsorpsi Cr(VI) pada Air Hitam.
Indonesian Journal of Chemistry, 3 (3), 169-175. Universitas Lambung Mangkurat
Kain sasirangan merupakan kain khas daerah Kalimantan Selatan yang
diproduksi oleh masyarakat Banjar dalam skala home industry. Menurut data dari
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kalimantan Selatan, jumlah home indutry
ini sebanyak 103 unit.
Utami U. B. L & R. Nurmasari. 2007. Pengolahan Limbah Cair Sasirangan
Secara Filtasi Melalui Pemanfaatan Arang Kayu Ulin Sebagai Adsorben. J. Sains

MIPA, Vol. 13, No. 3, Hal.: 190 - 196. FMIPA Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru
Logam kromium (Cr) merupakan salah satu logam berat yang
keberadaannya di lingkungan dapat berasal dari pembuangan air limbah
industry kimia, seperti plating logam, penyamakan kulit, zat warna dan cat.
Dalam larutan berair Cr dapat ditemukan sebagai Cr(III) yang berbentuk kationik
dan Cr(VI) yang berupa anionik. Cr(VI) telah diketahui mempunyai sifat toksik
yang lebih tinggi daripada Cr(III), karena Cr (VI) yang berupa anion HCrO4-,
CrO42-, dan Cr2O72- mampu menembus membran sel darah dengan cepat dan
berikatan dengan fraksi globin dari hemoglobin, yang tidak dapat terjadi pada
kation Cr3+. Oleh karena itu ambang batas Cr (VI) di dalam perairan yang
diizinkan relatif sangat rendah yaitu 0,05 mg/L [1]. Hal ini mendorong
dilakukannya pengembangan metode pengolahan Cr(VI) dalam larutan guna
menurunkan konsentrasi atau bahkan menghilangkan anion tersebut.
Beberapa metode
penurunan konsentrasi anion Cr(VI) yang telah
dilaporkan antara lain bioadsorpsi [2,3], adsorpsi dengan tanah gambut [4],
Anonim, 1991, Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup, No. Kep. 03/MENKLH/1991 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu
Lingkungan, Sekretariat Menteri Negara KLH-RI, Jakarta.
Mulyani, B., 2001, Pemanfaatan Saccaromyces cerevisiae sebagai
Boadsorben Krom (III) dan Krom (VI), Tesis S-2, Pascasarjana UGM, Yogyakarta
Koesnarpadi, S., 2001, Transformasi Kromium (VI) menjadi Kromium (III)
oleh Bakteri Pseudomonas putida, Tesis S-2, Pascasarjana, UGM Yogyakarta
Herdiansyah, 2001, Adsorpsi Ion Bikromat oleh Tanah Gambut, Tesis-S2
Pascasarjana, UGM Yogyakarta.
Wahyuni E. T., & Mudasir, S. Sinambela. 2002. Kajian Fotoreduksi Ion
Cr(VI) yang Terkatalisis oleh CdO-Zeolit. Indonesian Journal of Chemistry, 2002,
2 (2), 113-119. Faculty of Mathematics and Natural Sciences Gadjah Mada
University, Yogyakarta
Gambut adalah salah satu material yang layak dipilih sebagai adsorben
alternative untuk penyisihan ion zink (Munawar, 2009). Disamping tersedia cukup
melimpah di Indonesia, gambut diketahui memiliki daya serap yang relatif
terhadap bahan-bahan terlarut seperti logam dan senyawa organic polar (Brown
dkk, 2000; Akinbiyi, 2000).
Munawar, 2009, Penggunaan Gambut Oligotropik Sebagai adsorben Untuk
Penyisihan Ion Zink(II), Journal Teknologi, Vol. 9, No. 2, Oktober 2009, Hal. 5763.
Penanggulangan cemaran logam-logam merupakan studi yang terus
berkembang hingga saat ini. Salah satu teknik yang digunakan adalah adsorpsi.
Adsorpsi memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan teknik lain. Kelebihan
teknik adsorpsi dalam penanggulangan cemaran logam-logam adalah
pengerjaannya yang mudah, biaya yang murah, relative aman dari kontaminasi
zat-zat kimia serta tidak memberikan polusi bagi lingkungan [1]. Metode adsorpsi

pada prinsipnya menggunakan adsorben sebagai penyerap adsorbat[2].


Adsorben dapat diklasifikasikan secara garis besarnya menjadi dua bagian yakni
adsorben organik dan adsorben anorganik[3].
Penggunaan adsorben anorganik seperti pasir kuarsa, zeolit maupun
matrial silika dan alumina sintesis telah banyak dilaporkan pemakaiannya[4].
Salah satu yang menarik dari penggunaan adsorben anorganik yakni proses
adsorpsi yang menekankan pada pori atau permukaan sehingga proses adsorpsi
lebih mengarah kepada gejala fisik dengan interaksi fisik yang terlibat
didalamnya [5].
Hal yang berbeda terjadi apabila penggunaan adsorben organik dalam
proses penyerapan adsorbat. Adsorben organik seperti kitin, kitosan, tanah
gambut, alga dan lainnya memiliki fenomena yang berbeda dalam proses
interaksinya dengan ion-ion logam [6]. Interaksi yang terjadi antara adsorben
organic dengan ion-ion logam dapat berupa interaksi fisik maupun interaksi
kimia. Interaksi kimia terjadi karena adsorben organik memiliki gugus-gugus
fungsi yang bertindak sebagai ligan atau donor electron ke ion-ion logam untuk
berikatan. Sebagai hasilnya maka terjadi ikatan kimia seperti ikatan ion, ikatan
kovalen maupun pembentukan kompleks. Oleh karena itu pada makalah ini
dilaporkan kajian adsorpsi menggunakan adsorben.
Oscik, 1982, Adsorption, John Wiley, Chichester. Adamson. A.W, 1990,
Physical Chemistry of Surfaces, 5th ed, John Wiley and Sons, New York.
Lynam. M.M, Kilduff. J.E, Weber. Jr. W.J, 1995, Adsorption of p-nitrophenol
From Dilute Aqueous Solution: An Experiment in Physical Chemistry With an
Environmental Application, Journal of Chemical Education, 72,1,80.
Fahmariyanti, Lesbani. A, Ratna Ayu Wulandari. L.P, 2006, Pengaruh
Kandungan Ligan Pada Pasir Kuarsa Terhadap Interaksi Kation Zn(II), Jurnal
Penelitian Sains, FMIPA Universitas Sriwijaya, 19, 52-59.
Lesbani. A, 2011, Studi Interaksi Vanadium dan Nikel Dengan Pasir
Kuarsa, Jurnal Penelitian Sains, 14,4, 14410-43-46.
Santosa. S.J, Narsito, Lesbani. A, 2006, SorptionDesorption Mechanism
of Zn(II) and Cd(II) on Chitin, Indonesian Journal of Chemistry, 6,1
Lesbani A., & S. Yusuf, Y. Iswanti. 2013. Studi Kompetisi Interaksi Besi(II)
dengan Seng(II) pada Asam Humat. Jurnal Penelitian Sains Volume 16 Nomor 1.
FMIPA, Universitas Sriwijaya, Indonesia
Adsorbsi dengan mengunakan karbon aktif dan resin penukar ion telah
umum digunakan sebagai penyerap polutan (Gicquel,1997) , .tapi sayang sekali
harganya relative mahal, sehingga para peneliti mulai mencari alternative
material lain yang dapat digunakan sebagai penyerap. Limbah dari hasil samping
proses industri berupa limbah padat, limbah cair dan limbah gas sering dibuang
tanpa dilakukan pengelolaan terlebih dahulu. Limbah cair pada umumnya
mengandung komponen-komponen anorganik seperti senyawa metan, fenol,
sianida dan pestisida serta komponen-komponen anorganik seperti logam-logam
berat yang berbahaya bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya baik
secara langsung ataupun bertahap (Greene,1986)

Green, B.Hosea, M. Mc pherson, R Henzi, M.M .1986.Interaction of Gold (I)


and (III) Comlexes with Alga Biomass. Environ,Sci.tecnol.20: 627-631
Gicquel L,Wolbert D, Laplanche A.1997. Adsorption of Atrazing by
Powdered activated carbon ; Influence of Dissolved organic and Mineral Mater of
Natural water. Environ.Tecnol,18:
Yenti S. R., & E. Munaf, R. Zein. 2012. Penyerapan Ion Logam Kadmium
Pada Tanah Gambut. Fakultas Teknik Universitas Riau
Banyak metode yang telah dilakukan untuk menurunkan kadar logam berat
dalam lingkungan perairan, salah diantaranya adalah adsorpsi (Lelifajri, 2010).
Pengolahan limbah cair industri secara adsorpsi lebih banyak menggunakan
karbon aktif sebagai adsorben (Hartina, 2001).
Lelifajri, 2010, Adsorpsi Ion Logam Cu(II) Menggunakan Lignin dari Limbah
Serbuk Kayu Gergaji, Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, 7 (3) : 126129.
Hartina, 2001, Pengaruh EDTA Terhadap Adsorpsi Cu Pada Karbon Aktif ,
Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Akbar Mukhtadin. 2013. Kinetika Adsorpsi Ion Logam Cu2+ Pada Karbon
Aktif Sekam Padi Yang Diirradiasi Gelombang Ultrasonik. Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar.
Limbah cair yang berwarna dan berbau yang dihasilkan dari pembuatan
kain batik Sasirangan ini merupakan limbah hasil pencelupan dan pencucian kain
yang menggunakan zat warna sintetis dan zat pembentuk warna seperti garam
diazonium, NaOH, asam sulfat, garam hydro, kaustik soda dan lain-lain. Limbah
cair zat warna ketika dibuang langsung ke perairan akan menutupi badan air
sehingga menghalangi sinar matahari yang masuk ke dalam perairan. Selain itu,
badan air yang tercemar oleh limbah tekstil juga sangat berbahaya bila
digunakan oleh manusia untuk kebutuhan sehari-hari. Hal itu dikarenakan
senyawa kimia dari zat warna sintetis ini dapat membahayakan kesehatan
karena bersifat karsinogenik yang menyebabkan kanker kulit pada manusia dan
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan [1].
Bila ditinjau secara kimiawi, limbah dari proses pembuatan kain batik
Sasirangan ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik.
Kehadiran limbah dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu
dilakukan penanganan terhadap limbah [2].
Winarno, F.G. dan Laksmi, S. 1989. Pigmen Dalam Pengolahan Pangan.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
Muis, A. 2011. Pengolahan Limbah Cair Kain Sasirangan dengan Proses
Koagulasi, Filtrasi dan Adsorpsi. Tesis tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.

Nurbidayah, E. Suarsini, & U. S. Hastuti. 2014. Biodegradasi dengan Isolat


Bakteri Indigen pada Limbah Tekstil Sasirangan Di Banjarmasin. Malang :
Universitas Negeri Malang
Parameter pencemaran limbah cair sasirangan melebihi baku mutu limbah
cair industry tekstil berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor
036 Tahun 2008 (Rubiyah, 2000).
Rubiyah. 2000. Teknologi Pengolahan Limbah. NICOM. Banjarmasin.
http://www.rubiyah.com/about/limbah.htm. Diakses tanggal 7 Oktober 2009.
Irawati U., U. B. L. Utami, & H. Muslima. 2011. Pengolahan Limbah Cair
Sasirangan Menggunakan Filter Arang Aktif Cangkang Kelapa Sawit Berlapiskan
Kitosan Setelah Koagulasi dengan FeSO4. Banjarbaru : Fakultas MIPA
Universitas Lambung Mangkurat
Sasirangan adalah kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan yang
dibuat dengan teknik tusuk jelujur. Sejak tahun 2007, industri sasirangan
ditetapkan sebagai salah satu dari sepuluh komoditi/produk/jenis usaha (KPJU)
unggulan Kalimantan Selatan (Putra, 2011). Sebagaimana industri tekstil lainnya,
pembuatan kain sasirangan melibatkan proses pewarnaan dan pencelupan
dengan menggunakan pewarna sintetik seperti naphtol, indigosol, reaktif dan
indanthrene yang akan menghasilkan limbah cair berwarna pekat dalam jumlah
yang cukup besar (Hardini, dkk., 2009).Pelepasan air limbah industri tekstil ke
lingkungan tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu dapat merusak
ekosistem badan air penerima dan menjadi racun bagi organisme air, bahkan
beberapa jenis pewarna diduga bersifat karsinogen dan membahayakan
kesehatan manusia (Pinheiro, et al., 2004;Erdem, et al., 2005; Babu,et al., 2007;
Hameed, 2009).
Namun sampai saat ini, teknik adsorpsi dengan menggunakan berbagai
macam adsorben masih merupakan metode yang paling menguntungkan karena
efektifitas dan kapasitas adsorpsinya yang tinggi serta biaya operasionalnya
yang rendah (Syafalni, et al., 2012).
Babu, B. R., Parande, A. K., Raghu, S., and Prem Kumar, T. 2007. Cotton
Textile Processing: Waste Generationand Effluent Treatment. Journal of Cotton
Science. Vol 11. 141153.
Erdem, E., lgeen, G., and Donat, R. 2005. The Removal of Textile
Dyes by Diatomite Earth. Journal of Colloid and Interface Science. Vol. 282. No.
2. 314319.
Pinheiro, H. M., Touraud, E., and Thomas, O. 2004. Aromatic Amines from
Azo Dye Reduction: Status Review With Emphasis on Direct UV
Spectrophotometric Detection in Textile Industry Wastewaters. Dyes and
Pigments, Vol. 61. No 2. 121139.
Putra, M.R.A. 2011.Analisis Peranan Industri Kain Sasirangan Terhadap
Perekonomian Kota Banjarmasin dan Strategi
Pengembangannya. Tesis.
Departemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hardini, R., Risnawati, I., Fauzi, A., dan Noer Komari. 2009. Pemanfaatan
Rumput Alang-Alang (Imperata cylindrica) sebagai Biosorben Cr (IV) pada
Limbah Industri Sasirangan dengan Metode Teh Celup. Jurnal Sain dan Terapan
Kimia. Vol 3. No 1. 57-72.
Syafalni, S., Abustan, I., Dahlan, I., Wah, C.K., and Umar, G. 2012.
Treatment of Dye Wastewater Using Granular Activated Carbon and Zeolite Filter.
Modern Applied Science. Vol 6. No 2. 37-51.
Mizwar A. & N. N. F. Diena. 2012. Penyisihan Warna Pada Limbah Cair
Industri Sasirangan Dengan Adsorpsi Karbon Aktif. INFO TEKNIK, Volume 13
No. 1
Adsorpsi adalah proses akumulasi adsorbat pada permukaan adsorben
yang disebabkan oleh gaya tarik antar molekul adsorbat dengan permukaan
adsorben. Interaksi yang terjadi pada molekul adsorbat dengan permukaan
kemungkinan diikuti lebih dari satu interaksi, tergantung pada struktur kimia
masingmasing komponen (Setyaningtyas, 2005).
Penggunaan adsorben konvensional memerlukan biaya operasional dan
regenerasi yang relatif lebih mahal (Wiloso, 2003). Adsorben konvensional yang
sering digunakan dalam proses adsorpsi adalah alumina, karbon aktif, silika gel,
dan zeolit. Adsorben tersebut mempunyai kemampuan adsorpsi yang baik tetapi
tidak ekonomis. Dewasa ini sedang digalakkan penelitian mengenai penggunaan
adsorben alternatif yang berasal dari alam, karena selain memiliki kemampuan
adsorpsi yang baik, adsorben tersebut juga bersifat lebih ekonomis (Jalali, et al.,
2002).
Nurhasni, Hendrawati, & N. Saniyyah. Penyerapan Ion Logam Cd Dan Cr
Dalam Air Limbah Menggunakan Sekam Padi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Logam berat Kromium (Cr) merupakan logam toksik dengan penanganan
sangat sukar dibandingkan logam toksik lain (Afrianita et al., 2013). Kromium
heksavalen Cr (VI), yang merupakan logam anion toksik dengan penanganan
sangat sukar (selektif) dibandingkan logam kation toksik. Bila terkonsumsi
manusia (lebih dari 0,05 mg/L) dapat menimbulkan keracunan dan gangguan
pada organ vital seperti gangguan syaraf pusat dan kanker (Widihati, 2008).
Adsorpsi merupakan metode yang paling banyak digunakan dibandingkan
dengan metode yang lain karena metode ini aman, tidak memberikan efek
samping yang membahayakan kesehatan, tidak memerlukan peralatan yang
rumit dan mahal serta mudah digunakan.
Afrianita, R., Y. Dewilda dan M. Rahayu. 2013. Studi Penentuan Kondisi
Optimum Fly Ash sebagai Adsorben dalam Menyisihkan Logam Berat Kromium
(Cr). Jurnal Teknik Lingkungan UNAND, 10(2): 104-110.
Widihati, I.A.G. 2008. Adsorpsi Anion Cr(VI) oleh Batu Pasir Teraktivasi
Asam dan Tersalut Fe2O. Jurnal Kimia, 2(1): 25-30.
Zuhroh Naelatuz. 2015. Adsorpsi Krom (Vi) Oleh Arang Aktif Serabut
Kelapa (Cocos nucifera) Serta Imobilisasinya Sebagai Campuran Batako.
Universitas Negeri Semarang

Sasirangan merupakan kain tradisional Kalimantan Selatan dan diproduksi


pengrajin local Banjar dengan skala industri rumah tangga. Karakter limbah
industri kain sasirangan dapat dinyatakan sebagai penghasil utama limbah cair
disebabkan dari proses penyempurnaan tekstil yang selalu menggunakan air
sebagai bahan pembantu utama dalam setiap tahapan prosesnya. Proses
pembuatan kain sasirangan dalam industri rumah tangga seperti industri tekstil
pada proses pencelupan dan pewarnaan. Mekanisme pewarnaan digunakan
bahan-bahan pewarna sintetis seperti naphtol dan senyawaan garam karena
lebih ekonomis dan produk yang dihasilkan lebih menarik (cerah) dibandingkan
pemakaian dengan bahan alami. Pemakaian bahan pewarna sintesis
mengakibatkan limbah cair yang dihasilkan dari air buangan yang bersifat asam
atau basa dapat menurunkan daya pembersih alamiah (self purification) yang
dimiliki badan air, selain memiliki kandungan bahan kimia pencemar seperti
fenol, senyawa organik sintesis dan logam berat. Potensi pencemaran air
buangan industri sasirangan sangat bervariasi tergantung dari proses yang
dilakukan, kapasitas produksi, jenis bahan baku, bahan pewarna dan bahan
penolong yang digunakan serta kondisi lingkungan tempat pembuangannya.
Parameter yang digunakan untuk menunjukkan karakter air buangan industri
sasirangan dapat disamakan dengan karakter air buangan industry tekstil yang
meliputi parameter fisika seperti suhu, parameter kimia seperti pH dan logam
berat (krom, tembaga).
Yasmi Z., & Yunandar. 2014. Model Instalasi Biofilter Dengan Pemanfaatan
Parupuk (Phragmites karka) Dan Kiambang (Salvinia molesta) Pada Kolam
Limbah Industri. Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat. Jurnal
Bumi Lestari, Volume 14 No. 1, hlm. 53 62
Limbah cair industri yang tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang
akan menyebabkan pencemaran lingkungan, salah satu limbah tersebut dapat
berupa ion logam berat. Ion logam berat adalah ion logam yang memiliki berat
jenis lebih dari 5 g/cm3, bersifat toksis (racun) dan dapat terakumulasi dalam
tubuh makhluk hidup (Mulyono 2001: 198). Ion logam berat dapat mengakibatkan
keracunan apabila terakumulasi dalam tubuh makhluk hidup serta dapat
menyebabkan kematian apabila kadar dalam tubuh melebihi ambang batas.
Mulyono, HAM. 2001. Kamus Kimia untuk Siswa dan Mahasiswa Sains dan
Teknologi. Bandung : PT Ganesindo
Muliaty Eka. 2010. Imobilisasi Asam Humat Oleh Kitosan Sebagai
Adsorben Ion Logam Fe(II). Universitas Negeri Semarang

Anda mungkin juga menyukai