Anda di halaman 1dari 7

Perilaku Seksual Anak Usia Pra Remaja di Sekitar Lokalisasi (Yulita A, Nunik P)

PERILAKU SEKSUAL ANAK USIA PRA REMAJA DI SEKITAR


LOKALISASI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
SEXUAL BEHAVIOR OF PRE-TEENAGERS ON PROSTITUTION COMPLEX
AND THE INFLUENCE FACTOR
Yulita Amaliyasari 1), Nunik Puspitasari 1)
ABSTRACT
Prostitution complex usually gather with public residence. In that neighborhood, there are
many children in elementary age. The children that most venerable are in the age pre-teenage (1012 years), where physically and psychologically going to puberty, so they need intense knowledge
concern to sex and reproduction health which are different with other stage of age. Unhealthy
condition of environment is conducive factor for teenage to behave improperly. That research held
to describe sexual behavior of pre-teenagers on prostitution complex in order to finds the solution.
The analysis that been done is analytics, using observational approach with cross sectional
research design. The population is students in IV, V, VI grades in the age between 10 12 years
at Putat Jaya I and V elementary school in Sawahan Distric, Surabaya. Variable that bond is
sexual behavior, while free variable is kinds of sex, sex and reproduction health knowledge,
motivation on sexual behavior, contact with prostitution complex, relative relationship with the
doers in prostitution complex, and sexual information. Sampling was taken by simple random
sampling method in order to get large number of sample in amount of 151 respondents. Data
analysis technique uses logistic regression with significance level 0.05.
The research result describe that almost more than half of the respondents behave sexually
improper such as nasty words, see explicitly concern to sex, sexual fantasies, kissing, hugging,
hold sensitive part of others and rubbed their reproduction tool to other person. The factor that
influences to sexual behavior of respondents is external motivation on sexual behavior, contact of
respondents with the prostitution complex, and sexual information of respondent. Each variable
has huge influence on respondent sexual behavior. Based on the analysis it suggested to the
community to increase the control on children activity outside and inside the house, in the school,
and government control to media spread stick out sex so it not accessible for any age.
Keywords: prostitution complex, sexual behavior, pre-teenage

PENDAHULUAN

Terciptanya Pekerja Seks Komersil (PSK)


umumnya berangkat dari keterpaksaan
menyangkut persoalan keluarga dan
masalah pribadi, traumatik terhadap
kekerasan seksual, dan sulitnya pilihan
mencari pekerjaan di tengah-tengah
persoalan hidup (Novrial, 2004). PSK ini
berkumpul dalam suatu wilayah yang
akhirnya
disebut
sebagai
lokalisasi.
Lokalisasi
biasanya
bersatu
dengan
pemukiman penduduk. Dalam lingkungan
1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

54

pemukiman tersebut, tentu banyak anak


usia Sekolah Dasar (SD). Dari anak usia SD
ini, yang paling rawan adalah usia pra
remaja (10 12 tahun). Di mana secara fisik
maupun
psikologis
mereka
sedang
menyongsong pubertas. Perkembangan
aspek fisik, kognitif, emosional, mental, dan
sosial mereka membutuhkan cara-cara
penyampaian dan intensitas pengetahuan
tentang seks dan kesehatan reproduksi
yang berbeda dengan tahap-tahap usia
yang lain (Kriswanto, 2006). Belum tepat

J. Penelit. Din. Sos. Vol. 7, No. 1, April 2008: 54-60

waktu bagi mereka untuk menerima


informasi dan melihat kegiatan seksual dari
sumber yang salah. Hal tersebut tidak sehat
bagi generasi berikutnya. Anak merupakan
aset negara yang berharga. Sebagai generasi
penerus bangsa, perlu diperhatikan masa
depan mereka.
Tinggal di kawasan lokalisasi dapat
meninggalkan trauma tersendiri bagi anak.
Kremil merupakan salah satu lokalisasi di
Surabaya yang mayoritas dihuni para PSK
yang sudah berusia lanjut. Biasanya para
PSK tersebut berasal dari gang Dolly atau
lokalisasi lain yang karena faktor usia tidak
laku lagi dan pindah ke Kremil. Oleh
karena itu PSK di Kremil terkesan lebih
agresif dibanding PSK di lokalisasi lain.
Keagresifan tersebut dapat dilihat dari
keberanian para PSK menggoda pria yang
lewat tanpa memandang usia, bahkan anak
yang masih duduk di bangku SD.
Akibatnya walaupun masih sekolah di SD
sudah memperoleh pengalaman seksual
yang belum waktunya. Para PSK tidak
peduli dengan masa depan anak, orientasi
mereka adalah uang (Rongrong, 2007).
Anak usia sekolah yang tinggal di
daerah lokalisasi secara tidak langsung
terpengaruh dengan lingkungan tempat
mereka tinggal. Hal ini tidak dapat
dielakkan, sebab orang tua anak tersebut
tinggal di daerah lokalisasi karena harus
mencari nafkah, membuka warung menjual
berbagai kebutuhan dan keperluan para
tamu dan wanita yang menghuni lokasi
tersebut. Tentu salah satu tujuannya adalah
untuk membiayai sekolah anaknya. Karena
dipengaruhi oleh lingkungan tempat
mereka tinggal, akhirnya anak tersebut
memiliki sebuah kebiasaan, yaitu suka
berbicara jorok dan kotor. Kebiasaan ini
terus berlanjut, mulai dari pergaulan
sesama tetangga sampai dibawa ke sekolah.
Banyak anak yang sengaja melubangi
dinding rumahnya agar dapat mengintip
aktivitas PSK. Kelihatannya para orang tua
terkesan tidak peduli dengan pergaulan
dan pendidikan anak. Mereka banyak
berasal dari kalangan menengah ke bawah
dan sebagian besar waktunya habis untuk
bekerja. Begitu juga dengan aparat
setempat. Selama ini belum ada petugas RT

atau RW yang mensosialisasikan ke warga


tentang dampak seks bebas bagi anak dan
masyarakat. Mereka justru menarik iuran
ke PSK dan muncikari. Anak yang tinggal
di kawasan lokalisasi, seperti di Dolly,
Kremil, Bangunrejo, Moroseneng dan
kawasan lainnya, awalnya tidak tahu
menahu dengan segala aktivitas mesum di
lingkungannya. Namun seiring dengan
semakin lamanya mereka berinteraksi,
maka pengaruh itu semakin tebal.
Akhirnya, hal tersebut akan berpengaruh
pada pertumbuhan kejiwaan anak di sana
(Rongrong, 2007).
Dengan melihat fenomena tersebut,
maka
diadakan
penelitian
tentang
bagaimana gambaran perilaku seksual anak
usia pra remaja di sekitar lokalisasi dan
mengetahui
apa
saja
faktor
yang
mempengaruhi perilaku seksual tersebut
serta bagaimana pengaruhnya.
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian


analitik yang dilaksanakan secara cross
sectional. Populasi penelitiannya adalah
seluruh siswa SD Negeri Putat Jaya I dan V
Kelurahan Putat Jaya Kecamatan Sawahan
Kota Surabaya kelas IV, V, dan VI yang
berusia antara 1012 tahun. Sampel
penelitian sejumlah 151 responden yang
diambil dengan metode simple random
sampling. Pengumpulan data primer
dilakukan
dengan
wawancara
menggunakan
alat
bantu
kuesioner
sedangkan pengumpulan data sekunder
diperoleh
dengan
menggunakan
dokumentasi SD yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Data yang terkumpul
dianalisa secara deskriptif dan analitik
menggunakan statistik non parametrik
regresi logistik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis Kelamin Responden

Karakteristik responden yang dijadikan


variabel dalam penelitian ini yaitu jenis
kelamin. Dalam penelitian ini jenis kelamin
tidak berpengaruh terhadap perilaku
seksual responden. Hal ini dikarenakan
adanya kecenderungan pergaulan yang
semakin bebas antara laki-laki dan
perempuan dalam masyarakat yang
55

Perilaku Seksual Anak Usia Pra Remaja di Sekitar Lokalisasi (Yulita A, Nunik P)

mengakibatkan kedudukan perempuan


menjadi setara dengan laki-laki sehingga
baik
laki-laki
maupun
perempuan
mempunyai peluang yang sama. Adanya
perubahan zaman menuju era modernisasi
serta
majunya
tingkat
pendidikan
perempuan yang berakibat meluasnya
peran perempuan kepada hal yang dulunya
hanya dikerjakan oleh laki-laki juga
mempunyai
andil.
Penelitian
T.M
Hartnagel
membuktikan
bahwa
modernisasi menyebabkan meningkatnya
keterlibatan perempuan dan laki-laki pada
tindakan
seksual
(Sarwono
dalam
Kurniasari, 2007).
Pengetahuan tentang Seks dan Kesehatan
Reproduksi Responden

Dari hasil penelitian diketahui bahwa


pengetahuan responden tentang seks dan
kesehatan reproduksi lebih banyak yang
buruk. Pengetahuan tentang seks dan
kesehatan reproduksi yang buruk dapat
disebabkan oleh masih banyak orang tua
yang enggan memberikan pelajaran
reproduksi sehat kepada anaknya karena
dianggap masih tabu. Padahal pengetahuan
remaja tentang reproduksi sehat yang
sesuai usia masih sangat rendah. Pergaulan
dan lingkungan juga sangat besar
pengaruhnya terhadap pemahaman remaja
tentang seks. Pengetahuan remaja tentang
seks
yang
sangat
minim,
akan
menyebabkan
salah
persepsi
akan
informasi seks di mata remaja (Carles,
2008).
Meskipun banyak yang mempunyai
pengetahuan buruk, namun perilaku
seksual responden lebih banyak yang wajar
karena meskipun pengetahuan responden
tentang seks dan kesehatan reproduksi
lebih banyak yang buruk, responden
merasa belum cukup umur dan takut dosa
sehingga responden memutuskan untuk
tidak melakukan perilaku seksual yang
tidak wajar. Hal ini sesuai dengan
penelitian Asfriyati, Sanusi, dan Siregar
(2002) yang menyebutkan bahwa meskipun
pengetahuan responden banyak yang tidak
mengetahui tentang seksualitas tetapi
tindakan mereka yang baik karena merasa
tabu dengan peilaku seksual.

56

Sikap tumbuh diawali dari pengetahuan


yang dipersepsikan sebagai sesuatu hal
yang baik (positif) maupun tidak baik
(negatif), kemudian diinternalisasikan ke
dalam dirinya. Dari apa yang diketahui
tersebut
akan
berpengaruh
pada
perilakunya. Kalau apa yang dipersepsikan
tersebut bersifat positif, maka seseorang
cenderung berperilaku sesuai dengan
persepsinya. Sebab ia merasa setuju dengan
apa yang diketahuinya. Namun sebaliknya,
kalau ia mempersipkan secara negatif,
maka ia cenderung menghindari atau tidak
melakukan hal itu dalam perilakunya.
Tetapi
seringkali
dalam
kehidupan
realitasnya, ada banyak faktor lain yang
memperngaruhi seseorang, bukan hanya
sikap
dan
pengetahuan
seseorang,
melainkan bisa juga lingkungan sosial,
situasi, atau kesempatan. Akibatnya
perilakunya tidak konsisten dengan
pengetahuan dan sikapnya (Dariyo, 2004).
Maka dari itu, dalam penelitian ini tidak
ada pengaruh antara tingkat pengetahuan
responden
dengan
perilaku
seksual
responden. Belum tentu seseorang yang
berpengetahuan
tentang
seks
dan
kesehatan reproduksi yang buruk akan
berperilaku seksual tidak wajar, begitu juga
sebaliknya.
Motivasi
merupakan
penggerak
perilaku. Hubungan antar kedua konstruk
ini cukup kompleks, antara lain: motivasi
yang sama dapat saja menggerakkan
perilaku yang berbeda, demikian pula
perilaku yang sama dapat saja diarahkan
oleh motivasi yang berbeda, motivasi
mengarahkan
perilaku
pada
tujuan
tertentu, penguat positif menyebabkan
suatu perilaku tertentu cenderung untuk
diulamg kembali, kekuatan perilaku akan
melemah bila akibat dari perbuatan itu
bersifat tidak menyenangkan (Dhede, 2002).
Baik perilaku seksual wajar maupun tidak
wajar, dipengaruhi oleh motivasi yang
berbeda. Motivasi sama, namun belum
tentu mempunyai perilaku yang sama.
Dalam penelitian ini, motivasi perilaku
seksual yang mempunyai pengaruh
terhadap perilaku seksual responden yaitu
motivasi perilaku seksual eksternal. Hal ini
sesuai dengan Morgan dalam Notoatmodjo

J. Penelit. Din. Sos. Vol. 7, No. 1, April 2008: 54-60

(2005) yang mengambil kesimpulan bahwa


perilaku seksual manusia tidak dipengaruhi
oleh faktor biologis (internal), namun lebih
ditentukan oleh faktor eksternal seperti
kebiasaan dan sikap. Hal tersebut juga
sejalan dengan Ortner dan Whithead serta
Herdt dan Stoller dalam Emhade (2007)
yang berujar bahwa proses sosial budaya
berperan
sangat
mendasar
dalam
mempengaruhi persepsi seseorang akan
seksualitas dan bagaimana seseorang
mengkonstruksikan
dan
menafsirkan
fantasi dan pandangan-pandangan seksual
seseorang.
Faktor
biologi
hanya
berpengaruh kecil atas perilaku seksual.
Kontak Responden dengan Lokalisasi

Kontak responden dengan lokalisasi


dalam penelitian ini mempunyai pengaruh
terhadap perilaku seksual responden.
Hampir separuh responden mempunyai
kontak tinggi dengan lokalisasi. Dari
beberapa responden yang mengaku sering
berada di lokalisasi, alasan mereka ke
tempat tersebut paling banyak untuk
bermain, bersama teman, pada waktu sore
dan malam hari, dan dalam durasi waktu
13 jam per hari.
Menurut Retnowati (2007), faktor
kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat
atau rawan, dapat merupakan faktor yang
kondusif
bagi
anak/remaja
untuk
berperilaku tidak wajar. Faktor kutub
masyarakat ini dapat dibagi dalam 2
bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan
masyarakat dan kedua, faktor daerah
rawan (gangguan keamanan dan ketertiban
masyarakat).
Kriteria faktor kerawanan masyarakat
(lingkungan) antara lain : (a) Tempattempat hiburan yang buka larut malam
bahkan sampai dini hari. (b) Peredaran
alkohol, narkotika, obat-obatan terlarang
lainnya. (c) Pengangguran. (d) Anak-anak
putus sekolah/jalanan. (e) Pekerja Seks
Komersil (PSK). (f) Beredarnya bacaan,
tontonan, televisi, majalah, dan lain-lain
yang sifatnya pornografis dan kekerasan.
(g) Perumahan kumuh dan padat. (h)
Pencemaran
lingkungan.
(i)
Tindak
kekerasan dan kriminalitas. (j) Kesenjangan
sosial.

Kriteria faktor daerah rawan (gangguan


keamanan dan ketertiban masyarakat)
antara lain : (a) Penyalahgunaan alkohol,
narkotika, dan zat aditif lainnya. (b)
Perkelahian
perorangan
atau
kelompok/massal. (c) Kebut-kebutan. (d)
Pencurian,
perampasan,
penodongan,
pengompasan, perampokan. (e) Perkosaan.
(f) Pembunuhan. (g) Tindak kekerasan
lainnya. (h)Pengrusakan. (i) Coret-coret dan
lain sebagainya.
Lokalisasi Dolly dan Jarak bisa
dikategorikan sebagai faktor kerawanan
masyarakat (ling-kungan). Responden yang
memiliki kontak tinggi dengan lokalisasi,
cenderung akan berperilaku seksual tidak
wajar karena lokalisasi dapat menjadi
lingkungan
yang
kondusif
untuk
responden berperilaku seksual tidak wajar.
Hubungan Kekerabatan Responden dengan
Pelaku Kegiatan di Lokalisasi

Meskipun rumah responden dekat


dengan lokalisasi, namun orang tua atau
keluarga mereka hanya sedikit yang bekerja
sebagai pelaku kegiatan di lokalisasi. Tetapi
walaupun sebagian besar orang tua atau
keluarga responden banyak yang berprofesi
lain (bukan pelaku kegiatan di lokalisasi),
namun angka responden yang berperilaku
seksual tidak wajar cukup besar. Hubungan
kekerabatan responden dengan pelaku
kegiatan di lokalisasi dalam penelitian ini
tidak berpengaruh terhadap perilaku
seksual responden. Hal ini disebabkan
karena walaupun mempunyai figur orang
tua yang berprofesi cukup ideal namun
kondisinya tidak harmonis atau rusak, akan
berdampak negatif pada masa depan anak.
Mungkin tidak langsung tampak, tapi pasti
terjadi bila tidak segera dipulihkan.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi
oleh lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini
yang paling berpengaruh adalah keluarga
inti. Rusak atau tidaknya masa depan juga
dipengaruhi oleh keluarga (Terry, 2008).
Perilaku seksual seseorang tidak
berkaitan dengan profesi orang tua atau
keluarga, namun lebih kepada gerak-gerik
ataupun perkataan orang tua yang menjadi
contoh nyata bagi anak. Jelas bahwa
tuntutan terbesar dalam pembentukan
akhlak anak adalah bagaimana orang tua
57

Perilaku Seksual Anak Usia Pra Remaja di Sekitar Lokalisasi (Yulita A, Nunik P)

atau
keluarga
mengarahkan
dan
membentuknya (Syarah, 2008). Pada
dasarnya proses tumbuh kembang seorang
anak sejak masa kehamilan dipengaruhi
oleh interaksi yang dinamis antara sifat
dasar/genetik (nature) dan pola asuh
(nurture). Suatu proses perkembangan yang
optimal amat tergantung dari kedua
modalitas tersebut, yaitu kombinasi dan
interaksi antara faktor organobiologis,
faktor pola asuh, dan faktor lingkungan
sosial (Frijanto, 2008).
Informasi tentang Seksual

Dalam penelitian ini, informasi seksual


ternyata mempunyai pengaruh terhadap
perilaku seksual responden. Responden
yang mempunyai pengalaman pernah
mendapat informasi tentang seks yang
tidak benar lebih banyak daripada yang
tidak pernah mendapat informasi tentang
seks. Hal ini disebabkan karena seiring
dengan perubahan/inovasi teknologi dan
komunikasi global, terjadi perkembangan
perilaku reproduksi atau perilaku seks
remaja (Laksmiwati, 2008).
Semakin tinggi intensitas remaja dalam
mengakses situs seks, semakin tinggi pula
permisivitas perilaku seksualnya. Menurut
Jufri dalam Pustaka Latansa (2007), faktor
yang paling berpengaruh terhadap perilaku
seksual yaitu sering menonton VCD porno,
membaca bacaan porno, dan sebagainya.
Sumber informasi seksual paling banyak
yang sering digunakan oleh responden
yaitu lebih dari satu macam media. Bisa
media elektronik, media cetak, maupun
secara langsung (tanpa media). Begitu
mudahnya media yang menonjolkan seks
diakses oleh siapa saja membuat peluang
responden untuk berperilaku seksual tidak
wajar lebih besar dibandingkan respoden
yang tidak pernah mendapat informasi
tentang seks yang tidak benar.
Perilaku Seksual Responden

Perilaku
seksual
responden
berdasarkan hasil penelitian ini memang
lebih banyak responden yang berperilaku
seksual wajar. Namun responden yang
berperilaku seksual tidak wajar jumlahnya
tidak jauh beda dengan responden yang
berperilaku seksual wajar. Melihat dari usia
58

responden yang masih tergolong pra


remaja (10 12 tahun), kenyataan ini cukup
mengejutkan. Di mana pada usia tersebut,
secara fisik maupun psikologis mereka
sedang
menyongsong
pubertas.
Perkembangan aspek fisik, kognitif,
emosional, mental, dan sosial mereka
membutuhkan penyampaian dan intensitas
pengetahuan tentang seks dan kesehatan
reproduksi yang berbeda dengan tahap usia
lainnya (Kriswanto, 2006).
Informasi tentang seks dan lingkungan
yang negatif dapat menimbulkan perilaku
seksual yang tidak wajar karena mereka
masih dalam tahap ingin tahu sehingga
dibutuhkan informasi tentang seks yang
baik dari sumber yang benar dan hati-hati
terhadap lingkungan sekitar yang dapat
mempengaruhi perilaku seksual anak.
Lingkungan
yang
negatif
ternyata
berpengaruh buruk pada perilaku remaja
karena mereka belum punya proteksi
terhadap
perilaku
orang-orang
di
sekelilingnya (Pena Pendidikan, 2008).
SIMPULAN

Faktor
internal
yang
dapat
mempengaruhi perilaku seksual responden
adalah jenis kelamin (responden laki-laki
lebih
banyak
daripada
responden
perempuan), pengetahuan tentang seks dan
kesehatan
reproduksi
responden
(responden berpengetahuan buruk lebih
banyak
daripada
responden
berpengetahuan baik), serta motivasi
perilaku seksual responden (responden
yang memiliki motivasi perilaku seksual
eksternal lebih banyak daripada responden
yang memiliki motivasi perilaku seksual
internal maupun internal dan eksternal).
Faktor
eksternal
yang
dapat
mempengaruhi perilaku seksual responden
adalah kontak responden dengan lokalisasi
(responden yang mempunyai kontak tinggi
dengan lokalisasi memiliki angka sedikit
lebih rendah dari responden yang
mempunyai
kontak
rendah
dengan
lokalisasi),
hubungan
kekerabatan
responden dengan pelaku kegiatan di
lokalsiasi (hampir semua responden tidak
mempunyai hubungan kekerabatan dengan
pelaku kegiatan di lokalisasi), dan
informasi tentang seksual responden

J. Penelit. Din. Sos. Vol. 7, No. 1, April 2008: 54-60

(responden
yang
pernah
mendapat
informasi tentang seksual lebih banyak
daripada responden yang tidak pernah
mendapat informasi seksual).
Responden yang berperilaku seksual
tidak wajar memiliki angka sedikit lebih
rendah dari responden yang berperilaku
seksual wajar. Pada usia pra remaja (1012
tahun), mereka telah berperilaku seksual
tidak wajar seperti berkata jorok, melihat
dengan sengaja sesuatu yang berbau seks,
sengaja berfantasi seksual, berciuman,
berpelukan, memegang bagian sensitif
orang lain, dan menggesekkan alat kelamin
ke tubuh orang lain.
Dari faktor internal dan eksternal
tersebut yang berpengaruh terhadap
perilaku seksual responden adalah motivasi
perilaku
seksual
eksternal,
kontak
responden dengan lokalisasi, dan media
informasi tentang seksual responden.
Besar pengaruh motivasi perilaku
seksual eksternal terhadap perilaku seksual
responden yaitu kemungkinan responden
yang memiliki motivasi perilaku seksual
eksternal akan berperilaku seksual tidak
wajar 0,031 kali lebih besar jika
dibandingkan dengan responden yang
memiliki motivasi perilaku seksual internal
dan eksternal.
Besar pengaruh kontak responden
dengan lokalisasi terhadap perilaku seksual
responden yaitu kemungkinan responden
yang mempunyai kontak tinggi dengan
lokalisasi akan berperilaku seksual tidak
wajar 3,545 kali lebih besar jika
dibandingkan dengan responden yang
mempunyai
kontak
rendah
dengan
lokalisasi.
Besar pengaruh media informasi tentang
seksual
terhadap
perilaku
seksual
responden yaitu kemungkinan responden
yang pernah memperoleh informasi tentang
seksual akan berperilaku seksual tidak
wajar 4,424 kali lebih besar jika
dibandingkan dengan responden yang
tidak pernah memperoleh informasi
tentang seksual.
DAFTAR PUSTAKA

Asfriyati, S.R.S, dan Fazidah A Siregar,


2004. Perilaku Seksual Remaja santri di
Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan

Serta Faktor yang Mempengaruhinya.


Tersedia
di:
http://library.usu.ac.id/download/fkm
/04015289.pdf. Sitasi tanggal 20 Mei
2008.
Bachtiar, R dan Edy Purnomo, 2007. Bisnis
Prostitusi Profesi yang Menguntungkan.
Yogyakarta: Pinus.
Carles. Case/ Faktor Pendukung Serta
Akibat
Seks
Bebas.
http://www.univrab.ac.id/index2.php?
option=com_content&do_pdf=1&id=46
(sitasi 1 Juni 2008).
Dariyo, A., 2004. Psikologi Perkembangan
Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.
Dhede. Case/ Perilaku Seks Pra Nikah pada
Remaja.
http://www.e-psikologi.com
/remaja/ comment.htm (sitasi 25 Mei
2008).
Emhade.
Case/
Mari
Bicara
Seks.
http://woconan.
blogspot.com/
2007/07/mari-bicara-seks.html (sitasi 20
Mei 2008).
Frijanto, A. Case/ Anakku Nakal, Anakku
Malang. http://pdskjijaya.com/index.
php?option=com_content&task=view&i
d=118&Itemid=1 (sitasi tanggal 21 Juni
2008).
Kriswanto, C., 2006. Seks, Es Krim dan Kopi
Susu. Jakarta: Jagadnita Publishing.
Kurniasari, D.M., 2007. Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Seksual Di
Kalangan Mahasiswa. Skripsi. Surabaya:
Universitas Airlangga.
Laksmiwati, I.A.A. Case/ Transformasi
Sosial dan Perilaku Reproduksi Remaja.
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/
transpormasi%20sosial.doc
(sitasi
tanggal 20 Mei 2008).
Nazir, M., 2003. Metode Penelitian. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Notoatmodjo, S., 2005. Promosi Kesehatan
Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Pena Pendidikan. Case/ Situs Porno
Ditangkal, Rekaman Mesum Pelajar Masih
Marak.
http://www.penapendidikan.
com/situs-porno-ditangkal-rekamanmesum-pelajar-masih-marak/ (sitasi 20
Mei 2008).
Pustaka Latansa. Case/ 29,24 Persen
Mahasiswa Setuju Seks Pra Nikah.
59

Perilaku Seksual Anak Usia Pra Remaja di Sekitar Lokalisasi (Yulita A, Nunik P)

http://pakeko.multiply.com/journal/
item/15 (sitasi 20 Mei 2008).
Retnowati,
S.
Case/
Remaja
dan
Permasalahannya.
http://sofiapsy.staff.ugm.ac.id/files/re
maja_dan_permasalahannya.doc (sitasi
20 Mei 2008).
Rongrong, L.D. Case/ Masa Depan Ankaanak Di Kawasan Lokalisasi Terancam.
http://jjfm.wordpress.com/2007/11/22
/masa-depan-anak-anak-di-kawasanlokalisasi-terancam/
(sitasi
29
November 2007).

60

Rongrong, L.D. Case/ Pro Kontra Wacana


Relokasi Dolly yang Digagas Pemkot
Surabaya.
http://www.pdssurabaya.com/index.p
hp?option=com_content&
task=view&id=622&ltemid=27 (sitasi 3
Maret 2008).
Terry. Case/ Pengaruh Perilaku Orang Tua
Terhadap
Gambar
Diri
Anak.
http://speedytown.com/terry/?p=21.
(sitasi 21 Juni 2008).

Anda mungkin juga menyukai