Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMEN

Penentuan Kadar Tembaga pada Air Limbah Menggunakan Alat Spektroskopi


Serapan Atom
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Instrumen
Dosen Pengampu :

Tanggal Praktikum Awal : 6 April 2015


Tanggal Praktikum Akhir : 6 April 2015
Kelompok 09
disusun oleh :
Shella Septiani (1300098)
Rekan kerja :
Salma Zahra (1303993)
Salariah Anggraini (1301950)

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015

Penentuan Kadar Tembaga pada Air Limbah Menggunakan Alat Spektroskopi Serapan
Atom

Tanggal praktikum awal : 6 april 2015


Tanggal praktikum akhir : 6 april 2015

A. Tujuan
1. Mempreparasi sampel air limbah yang akan ditentukan kadar tembaganya dengan alat
spekroskopi serpan atom (AAS).
2. Menyiapkan larutan kerja dari larutan stock yang tersedia.
3. Memahami prinsip prinsip penentuan kadar logam dalam suatu sampel dengan alat
spektroskopi serapan atom (AAS).
B. Dasar Teori
Metode spektroskopi serapan atom (AAS) adalah metode spektroskopi yang didasari
oleh adanya serapan/absorpsi cahay ultra violet (UV) atau visible (VIS) oleh atom-atom suatu
unsur dalam keadaan dasar yang berada di dalam nyala api. Cahaya UV/VIS yang diserap
berasal dari energi yang diemisikan oleh sumber energi tertentu. Atom-atom menyerao cahaya
tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada
panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu
atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorbansi energi berarti
memperoleh lebih banyak energi. Suatu ataim pada keadaan dasar dnaikan tingkat energinya
ke tingkat eksitasi. Besarnya cahaya yang diserap oleh suatu atom dalam keadaan dasar
sebanding dengan konsentrasinya. Hal ini berdasarkan hukum Lambert Beer yang secara
sederhana dirumuskan :
A=

.b.c

keterangan :
A : absorbansi/daya serap
: absorfsivitas
b : tebal kuvet
c : konsentrasi
Dengan cara kurva kalibrasi, yaitu hubungan linear antara absorbansi (sumbu y) dan
konsentrasi (sumbu x), kita daoar menentukan konsetrasi suatu sampel. Ada tiga komponen
utama dalam AAS, 1.) unit atomisasi, berupa nyala api dari pembakaran bahan bakar tertentu
dengan oksidan 2.) sumber energi, berupa hollo cathode, 3.) unit pengukur fotometrik,
terutama berupa detektir yang daoat mendeteksi etensitas cahaya yang melaluinya. (Tim
Praktikum Kimia Instrumen, 2015 : 26)

Spektroskopi serapan atom (AAS) didasarkan pada interaksi materi dengan cahaya
melalu absorpsi cahaya materi atau senyawa. Ketika suatu atom pada keadaan dasar dikenai
sinar maka atom tersebut akan terwksitasi dari keadaan dasarnya ke tingkat energi yang lebih
tinggi, energi dari atom yang tereksitasi tersebut dijadikam sebagai dasar pengikiram untuk
AAS. (Panji Tri, 2004: 94)
Proses spektroskopi serapan atom meliputi : 1.) absorpsi atom, logam akan
mengabsorbsi energi cahaya. Cahaya yang diabsorpsi spesfik sekali untuk tiap unsur tersebut
2.) emisi atom, dalam atom proses eksitasi terjad setelah atim menerima energi. Sebagian
energinya tersebut digunakan untuk mengeksitasi terjadi setelah atom. Pada saat kembali pada
keadaan dasarnya, terjadi pelepasan energi yang terbentuk gelombang elektromagnetik. (Day
dan Underwood, 1998: 430)
Prinsip kerja instrume AAS, atom-atom dari sampel yang berbeda menyerao cahaya
dengan panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut.
Hal ini sesuai dengan hukum mekanika kuantum yang menyarakan bahwa atom tidak naik ke
tingkat energi yang lebih tinggi secar bertahap (tanpa harus menjadi intermedietnya). Dan
untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi, atom yang akan menyerap energi yang banyak. Saat
absorbansi ini dilewatkan pada sinar UV, beberapa dari sinar akan terserap. Serapan dari sinar
UV ini yang menimbulkan panjang gelombang yang spesifik. Dengan menyerap energi, atom
dalama keadaan dasar mengalami eksitasi dan keadaan ini bersifat labil, sehingga raim akan
kembali ke tingkat energi dasar sambil mengeluarkan energu yang berbentuk radiasi. Cara
kerja instrumen AAS, atom-atom dari unsur-unsur uamh nerneda ,emuerap cajaua uamh
nerasal dari lampu katoda. Analisis dari suatu sampel yang mengandung unsur tembaga
memancarkan berkas cahaya hasil emisi yang diserap oleh tembaga dari sampel. Kemudia
cahaya menuju ke copper dilewatkan ke dalam nyala api. Dalam AAS, sampel di atomisasi
menjadi atom-atom bebas dalam keadaan dasar dalam bentuk uapnya, dan sebuah cahaya
radiasi elektronikmagnetik dihasilkan dari emisi atom-atom tembaga yang tereksitasi pada
lampu yang diarahkan pada sampe yang diuapkan. Sebagian radiasi yang diserap oleh aton
pada sampel. Semakim banyak atom dalam keadaan bentuk uap semakin besar radiasi yang
diserap oleh atom pada sampel. Jumlah cahaya yang diserap sebanding dengan jumlah atomatom tembaga. Kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator. Dari
detektor menuju amplifier yang dipakai untuk membedakan kembali radiasi yang berasa dari
sumber radiasi dan radiasi yang berasal dari nyala api. Selanjutnya sinar masuk menuju read
out untuk mencatat hasil. Kurva kalibrasi sibentuk dari perjalanan sampel yang diketahui
konsentrasinya. (Hendrayana,S., 1994: 143-148)

Gambar 1.1
komponen alat AAS
Komponen instrumentasi AAS:
1. Sumber sinar

Gambar 1.2
Contoh hollow chatode lamp
Berfungsi memberikan radiasi sinar pada atom-atom netral hingga terjadi absorpsi, yang
diikuti peristiwa eksitasi atom. Energi eksitasi atom yang bersifat terkuantisasi, oleh karena
itu sumber sinar harus memberikan radiasi sinar yang sefisik pula. Energi sinar yang khas
dapat diperoleh dari peristiwa emisi sinar dari lampu katoda berongga (hollow cathode lamp).
Dengan melakukan sumber cahaya tunggal, monokromator konvensioanal dapat dipakai
untuk mengisolasi satu pita spektra saja yang biasanya disebut dengan pita resonansi. Pita
rensonansi ini yang menunjukan transisi atom dari keadaan dasar ke keadaan transisi pertama,
yang biasanya sangat sensitif untuk mendeteksi logam yang diukur. Pada umunya sumber
cahaya yang digunakan adalah hollow katoda yang memebrikan energi sinar khas untuk setiap
unsur.

2. Chooper

Gambar 1.3
chooper
Merupakan modulasi mekanik dengan tujuan mengubah sinar dari sumber sinar menjadi
berselang-seling (untuk membedakan sinar dari emisi atom dalam nyala yang bersifat
kontinyu). Isyarat sekang-seling oleh detektor diubah menjadi isyarat bolak-balik yang oleh
emplifier akan digandakan, sedangkan emisi kontinyu bersifat searah dan tidak digandakan
oleh emplifier.
3. Alat pembakar (proses atomisasi)

Gambar 1.4
Alat pembakar di AAS
Alat pembakar terdiri dari udara (
propana, butana, asetilena,

H2

O2

) campuran

O2

dan

N2O

, dan gas alam seperti

, dan asilen. Terdapat 3 cara atomisasi pada AAS : a.)

memakai nyala (pembakaran), fungsi nyala adalah untuk memproduksi atom-atom yang dapat
mengabsorpsi radiasi yang dipancarkan oleh lapu katoda tabung. Pada cara imi larutan
dikabutkan terlebuh dahuulu sebelum dimasukkan ke pembakar atau burner. Udara bertekanan
(kompresor) sebagai oksidan ditupkan ke dalam ruang pengkabut (nebulizer) sehingga akan
menghisap larutan sampel da membentuk aerosol kemudian dicampur dengan bahan bakar,
diteruskan ke pembakar sedangkan butir-butir yang besar akan mengalir keluar melalui
pembuangan. Keunggulannya, memberikan hasil yang bagus dan mudah kerjanya.
Kekurangannya, efisiensi rendah sehingga tingkat kepekaan sedikit, b.) tanpa nyala, tungku

grafit dipanaskan dengan listrik (suhu dapat diprogram), sehingga pemanasan larutan bertahap
(pengeringan pengabuan pendinginan atomisasi). Keunggulan sensitivitas
lebih baik, suhu dapat diatur, jumlahsampel sedikit, c.) tanpa panas, digunakan untuk
menetapkan raksa (Hg) karena raksa pada suhu biasa mudah menguap dan berada dalam
keadaan atom bebas.
4. Nebulizer
Berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol (butir-butir kabut dengan ukuran partikel
15-20 m ) dengan cara menarik larutan melalui kapiler dengan penghisapan gas bahan
bakar dan oksidan, disemprotkan ke ruang pengabut. Partikel-partikel kabut yang halus
kemudian bersama-sama aliran campuran gas bahan bakar, masuk ke dalam nyala, sedangkan
titik kabut yang
besar dialirkan ke
saluran pembuangan.
5. Spray chamber

Gambar 1.5
Spray chamber
Berfungsi untuk membuat campuran yang homogen antara gas oksidan, bahan bakar, dan
aerosol yang mengandung sampel sebelum memasuki burner.
6. Ducting

Gambar 1.6
ducting
Merupakan bagian cerobong asap atau sisia pembakaran AAS, yang langsung dihubuungkan
pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS
tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar.
7. Kompresor

Gambar 1.7
kompresor
Merupakan alat yang terpisah dari main unit, karena alat ini berfungsi untuk mensuplai
kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS pada waktu pembakaaran atom.
8. Burner
Merupakan sistem tempat terjadi atomisasi yaitu pengubahan kabut/uap garam yang akan
dianalisis menjadi atom-atom normal dalam nyala. Meruapakan bagian paling penting dalam
main unit, karena berfungsi sebagai tempat pencampuran gas asetialn dan aquabides agar
temperatur merata. Lubang yang berada pada burner merupakan lubang pematik api, dimana
pada lubang inilah awal dari proses pengatomisasi nyala api. Warna api yang dihasilkan
berbeda-beda tergantung pada konsentrasi logam yang diukur.

9. Monokromator

Gambar 1.8
Sistem monokromator
Pemilihan atau pemisahan radiasi dilakukan oleh monokromator. Berkas cahaya dari lampu
katoda berongga akan dilewatkan melalui celah sempit dan difokuskan menggunakan cermin
menuju monokromator. Monokromator dalam alat AAS akan memisahkan, mengisolasi, dan
mengontrol intensitas energi yang diteruskan ke detektor.
10. Detektor
Berfungsi untuk menentukan intensitas radiasi foton dari gas resonansi yang keluar dari
monokromator dan mengubahnya mejadi arus listrik. Detektor yang paling banyak digunakan
adalah photo multifier tube. Terdiri dari katoda yang dilapisi senyawa yang bersifat peka
cahaya dari suatu anoda yang mampu mengumpulkan elektron. Ketika foton menumbuk
katoda maka elektron akan dipancarkan dan bergerak menuju anoda. Antar katoda dan anoda
terdapat dianoda-dianoda yang mampu menggandakan elektron. Sehingga intensitas elektron
yang sampai menuju anoda besar dan akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik.
11. Rekorder
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang dapat menggambarkan
secara otomatis kurva absorpsi.
12. Buangan pada AAS
Buangan pada AAS disimpan didalam drigen dan diletakan terpisah pada Aas. Buangan
dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa
buangan sebelumnya tidak naik keatas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses
pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel sehingga kurva yang dihasilkan akan
terlihat buruk.
(Exleben,A., 2009: 180-199)

DAFTAR PUSTAKA

Day dan Underwood. (1998). Anilisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.


Exleben, A. (2009). Atomic Absorption Spectroscopy. E_Book.
Hendayana, S. (2008). Kimia Pemisahan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Panji, T. (2012). Teknik Spektroskopi untuk Eludasi Struktur Molekul. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Tim Praktikum Kimia Instrumen. (2015). Panduan Praktikum Kimia Instrumen. Bandung :
FPMIPA UPI Jurusan Pendidikan Kimia.

Anda mungkin juga menyukai