Di dalam sekolah menenga atas / kejuruan (sma/k) kita sudah mempelajari hal-hal tentang
pancasila, bahkan dari kita kecil, kita sudah menerapkan kehidupan berpancasila dalam
lingkungan keluarga, masyarakat, berbangsa & bernegara dan sekolah. Dari situ kita sudah
dapat menyimpulkan bahwa pentingnya mengamalkan pancasila dalam kehidupan sehari
hari agar mendapat kehidupan yang damai.
Dalam lingkungan sekolah, semua warga sekolah baik siswa, guru dan juga karyawan harus
mematuhi semua peraturan dan tata tertib sekolah sesuai dengan fungsi dan kedudukan
masing-masing warga sekolah. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang nyaman, dan
menjadi suasana kekeluargaan yang kedua setelah di rumah. Suasana aman dan tertib di
sekolah, serta kebersihan dari sekolah merupakan tanggung jawab bersama segenap warga
sekolah. Dan berikut adalah perilaku penerapan nilia-nilai pancasila dalam lingkungan
sekolah :
Pengamalan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa:
1. Menghormati teman yang berbeda agama
Segala suatu hal yang diperdebatkan langsung diselesaikan dengan cara musyawarah
Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral .
Mengutamakan kepentingan bersama
Tidak boleh memaksakan kehendak
Semangat Religius
Religius sebagai salah satu nilai karakter sebagai sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Karakter religius ini sangat dibutuhkan oleh
siswa dalam menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral, dalam hal ini siswa
diharapkan mampu memiliki dan berprilaku dengan ukuran baik dan buruk yang di dasarkan
pada ketentuan dan ketetapan agama.
Berdasarkan sila ke 1 yang berbunyi ketuhanan yang maha esa, mengandung pengertian
bahwa bangsa Indonesia mempunyai kebebasan untuk meng anut agama dan menjalankan
ibadah yang sesuai dengan ajaran agamanya. Sila pertama ini juga mengajak manusia
Indonesia untuk mewujudkan kehidupan yang selaras, serasi, dan seimbang antarsesama
manusia Indonesia, antarbangsa, maupun dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya.
Dengan demikian, di dalam jiwa bangsa Indonesia akan timbul rasa saling menyayangi,
saling menghargai, dan saling mengayomi.
bahwa kita sebagai warga negara indonesia mempunyai nilai ketuhanan yang maha esa yang
berarti pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam
semesta. Dengan nilai ini menyatakan bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius
bukan bangsa yang ateis. Nilai ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan akan
kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan
serta tidak berlaku diskriminatif antarumat beragama.
Dari sila ke 1 ini juga mengajarkan kita untuk bersikap toleransi antar umat yang berbeda
agama/keyakinan, Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup., tidak
memaksa seseorang untuk memilih keyakinannya.
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa pentingnya untuk mengamalkan sila
pertama dalam kehidupan sehari hari kita agar mendapat hidup yang bahagia, damai, tentram
dan menjaga kerukunan antar agama atau keyakinan masing masing
Semangat Humanis
Sila kedua yang berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung pengertian
bahwa bangsa Indonesia diakui dan diper-lakukan sesuai dengan harkat dan
martabatnya(bermartabat adalah manusia yang memiliki kedudukan, dan derajat yang lebih
tiinggi dan harus dipertahankan dengan kehidupan yang layak) selaku makhluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, sama hak dan kewajibannya, tanpa membedabedakan agama, suku, ras, adat dan keturunan di mana manusia memiliki daya cipta, rasa,
korsa, niat dan keinginan sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan.
Humanis atau kemanusiaan, dimana manusia memiliki rasa cinta sesama manusia,
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, mempunyai sikap tenggang rasa, dan menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan. Tanpa adanya rasa / semangat humanis, manusia bukanlah manusia,
melainkan tidak jauh seperti binatang yang tidak punya akal dan pikiran, Makna dari sila ini
diharapkan dapat mendorong seseorang untuk senantiasa menghormati harkat dan martabat
oranglain sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Dengan sikap ini diharapkan dapat
menyadarkan bahwa dirinya merupakan makhluk sosial yang mempunyai hak dan kewajiban
yang sama. Atas dasar sikap perikemanusiaan ini, maka bangsa Indonesia menghormati hak
hidup bangsa lain menurut aspirasinya masing-masing. Dan menolak segala bentuk
penjajahan di muka bumi ini. Hal itu dikarenakan berlawanan dengan nilai perikemanusiaan.
Sesuai dengan butir-butir sila ke-dua yang telah diuraikan pada pembahasan diatas, sila
perikemanusiaan ini memiliki makna yang sangat berarti sebagai landasan kehidupan
manusia. Sila ini dijadikan sebagai pedoman bertingkah laku dalam masyarakat. Selain itu
peri kemanusiaan adalah naluri manusia yang berkembang sejak lahir. Sama halnya dengan
naluri manusia yang lain, seperti naluri suka berkumpul, naluri berkeluarga, dan lain-lain.
Oleh karena peri kemanusiaan merupakan naluri, maka tidak mungkin manusia
menghapuskannya. Dengan perasaan peri kemanusiaan itulah manusia dapat membentuk
masyarakat yang penuh kasih sayang serta saling menghormati diantara anggota-anggotanya.
Oleh karena itu tepatlah rumusan sila kemanusiaan yang adil dan beradab masuk dalam
falsafah Pancasila. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam sila ini membentuk watak
bangsa kita menjadi bangsa yang lemah lembut, sopan santun, tengang rasa, saling
mencintai, bergotong royong dalam kebaikan, dan lain sebagainya.
Semangat Nasionalisme
Makna Persatuan Indonesia dalam sila ketiga Pancasila adalah suatu wujud kebulatan yang
utuh dari berbagai aspek kehidupan, yang meliputi ideologi, politik, sosial, budaya, dan
pertahanan keamanan yang semuanya terwujud dalam suatu wadah, yaitu Indonesia.
Dalam mewujudkan cita cita dan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka
diperlukan pemahaman yang mendalam tentang nasionalisme. Nasionalisme adalah paham
kebangsaan, dengan nasionalisme dapat melahirkan kesadaran warga Indonesia. Sehingga
Nasionalisme dapat membentuk identitas nasional, ciri khas yang membedakan dengan
negara tertentu.
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila ketiga, antara lain sebagai berikut.
Sekolah merupakan suatu organisasi, layaknya masyarakat yang memiliki warga dan
peraturan. Sekolah adalah unit sosial yang sengaja dibentuk oleh beberapa orang yang satu
sama lain berkoordinasi dalam melaksanakan tujuannya untuk mencapai tujuan bersama.
Tujuannya yaitu mendidik anak-anak dan mengantarkan mereka menuju fase kedewasaan,
agar mereka mandiri baik secara psikologis, biologis, maupun sosial. Dalam pendidikan
demokrasi menekankan pada pengembangan ketrampilan intelektual, ketrampilan pribadi dan
sosial.
Secara prinsip demokrasi tercipta karena adanya saling menghormati dan menghargai satu
sama lain. Keadaan ini menciptakan suasana kesetaraan tanpa sekat-sekat kesukuan, agama,
derajat atau status ekonomi. Dengan demikian manusia mempunyai ruang untuk
mengekspresikan diri secara bertanggung jawab. Situasi seperti inilah yang seharusnya
dibangun dalam dunia pendidikan, anak diajak untuk mengembangkan potensi diri.
Kelas merupakan forum yang strategis bagi guru dan murid untuk sama-sama belajar
menegakkan pilar-pilar demokrasi. Prinsip kebebasan berpendapat, kesamaan hak dan
kewajiban, misalnya siswa dan guru mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam
menjaga kebersihan kelas, kenyamanan kelas, terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang
kondusif. Tumbuhnya semangat persaudaraan antara siswa dan guru harus menjadi iklim
pembelajaran di kelas dalam mata pelajaran apapun. Interaksi guru dan siwa bukan sebagai
subjek-objek, melainkan subjek-subjek yang sama-sama membangun karakter dan jatidiri.
Profil guru yang demokratis tidak bisa terwujud dengan sendirinya tetapi membutuhkan
proses pembelajaran. Kelas merupakan forum yang strategis bagi guru dan murid untuk
sama-sama belajar menegakkan pilar-pilar demokrasi.
Bapak pendidikanIndonesia, Ki Hajar Dewantara mewariskan semangat ing madya mangun
karsa yang intinya berporos pada proses pemberdayaan. Di sekolah guru senantiasa
membangkitkan semangat bereksplorasi, berkreasi dan berprakarsa di kalangan siwa agar
kelak tidak menjadi manusia-manusia yang hanya tunduk pada komando. Dengan cara
demikian, kelas akan menjadi magnet demokrasi yang mampu menggerakkan gairah siswa
untuk menginternalisasi nilai-nilai demokrasi dan keluhuran budi secara riil dalam kehidupan
sehari-hari.
Prinsip Demokrasi Pancasila adalah persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia, keseimbangan
antara hak dan kewajiban, pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, dan orang lain, mewujudkan rasa keadilan sosial,
Upaya untuk mencapai ke arah itu memerlukan nilai keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan, yang menyangkut hak dan kewajiban yang dimiliki oleh seluruh warga negara
Indonesia tanpa membedakan agama, suku, bahasa, dan status sosial ekonominya. Setiap
warga negara Indonesia harus diperlakukan adil sesuai dengan hak dan kewajibannya sebagai
warga negara.
Adapun nilai-nilai yang tercermin dalam sila kelima, antara lain sebagai berikut.
Dalam Pancasila, terkandung nilai-nilai yang lengkap dan har-monis, baik nilai material, nilai
vital, nilai kebenaran/kenyataan, nilai estetis, nilai etis atau moral maupun nilai religius, yang
ter cermin dalam sila-sila Pancasila yang bersifat sistematis-hierarkis. Nilai-nilai Pancasila
mempunyai sifat objektif, subjektif, dan kedua-duanya. Sifat objektif karena sesuai dengan
objeknya/kenyataannya dan bersifat umum/universal. Adapun sifat subjektif karena sebagai
hasil pemikiran seluruh bangsa Indonesia.
Melihat fungsi dasar Pancasila sebagai dasar negara, segala tindak tanduk atau perbuatan
semua warga negara harus mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Pancasila merupakan sumber nilai yang menuntun sikap, perilaku atau perbuatan manusia
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
-saran