Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.

Latar belakang
Kesehatan merupakan hal yang penting yang perlu diperhatikan terutama

dalam mengkonsumsi makanan, karena tanpa kesehatan yang baik maka akan
mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas dan bisa menimbulkan penyakit
salah satunya adalah kolesterol. Penderita kolesterol dipengaruhi oleh seringnya
mengkonsumsi makanan yang tinggi kolesterol atau berlemak.
Kolesterol telah dikenal sebagai penyebab utama terjadinya proses
aterosklerosis, yaitu proses pengapuran dan pengerasan dinding pembuluh darah.
Akibat proses ini saluran pembuluh darah, khususnya pembuluh darah koroner
menjadi sempit dan menghalangi aliran darah di dalamnya. Keadaan ini telah
terbukti dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner (PJK). Pada
usia produktif PJK sudah menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia
(Dalimartha, 2007).
Peningkatan kadar kolesterol yang merupakan resiko terhadap penyakit
jantung dan stroke mempunyai perkiraan angka kematian di Dunia sekitar 2,6
juta. Angka kematian tertinggi sekitar 54% terjadi di Eropa, kemudian Amerika
48%, wilayah Afrika dan Asia Tenggara menunjukan 22,6% untuk afrika dan 29%
untuk Asia Tenggara (World Health Organization (WHO), 2013).
Kolesterol adalah lemak yang terdapat didalam aliran darah yang berfungsi
sebagai pembentuk dinding sel dan sebagai bahan baku beberapa hormon
(Nayaka, 2010).
Kolesterol dalam tingkat normal memang sangat berguna untuk tubuh
tetapi apabila kolesterol berada pada tingkat tinggi maka kolesterol akan
membahayakan tubuh dan mengakibatkan penumpukan lemak dalam darah
(Milla, 2012).
Hiperkolesterol dan kadar serum LDL yang tinggi, merupakan faktor
utama penyebab jantung koroner. Hiperkolesterol dan LDL yang tinggi
merupakan suatu kondisi saat kadar plasma dari lipoprotein melebihi nilai normal.

Lipoprotein adalah alat pengangkut dan penyebar kolesterol di dalam


tubuh. Berdasarkan kepadatannya, lipoprotein dibedakan menjadi lipoprotein
berdensitas tinggi (HDL) dan berdensitas rendah (LDL). HDL mengangkut
kolesterol dari pembuluh darah dan berbagai organ tubuh menuju hati untuk
diproses. Dari sini kolesterol diangkut oleh LDL kembali ke jaringan-jaringan
perifer. Pada keadaan normal LDL tidak lebih dari 150mg/dl. Masalah timbul jika
kadar kolesterol total melebihi ambang batas. Kolesterol total seharusnya kurang
dari 200mg/dl. Melambungnhya kadar LDL menyebabkan jumlah kolesterol yang
diangkut dari hati ke pembuluh darah dan organ tubuh meningkat, akibatnya
pembuluh darah yang semula lentur menjadi tidak elastis.
Cara mengendalikan kadar kolesterol dilakukan dengan berbagai cara.
Pemberian golongan statin, dan ada juga produk makanan alami yang efektif
menurunkan hiperkolesterol. Keberadaan bahan alami yang dapat menurunkan
hiperkolesterol seperti ekstrak teh hijau, jeruk nipis, serat apel, ikan tuna, daun
salam (eugenia poliantha).
Daun salam (eugenia poliantha) adalah satu rempah pengharum makanan
yang sering terdapat di dapur penduduk Indonesia. Kandungan yang terdapat pada
daun salam (eugenia poliantha) seperti flavonoid, saponin, tannin, fenol, alkaloid
dipercaya dapat menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan kolesterol total.
Senyawa alkaloid pada daun salam (eugenia poliantha) kerjanya
menghambat aktivitas enzim lipase pankreas sehingga meningkatkan sekresi
lemak melalui feses. Akibatnya penyerapan lemak oleh hati terhambat sehingga
tidak mungkin diubah menjadi kolesterol.
Selain alkaloid yang terkandung pada daun salam (eugenia poliantha),
saponin juga membantu menurunkan kadar kolesterol serta mengurangi
penimbunan lemak dalam pembuluh darah. Flavonoid yang merupakan anti
oksidan juga terdapat dalam daun salam yang dapat mencegah terjadinya
peroksidasi lipid. Tanin yang juga ada di daun salam (eugenia poliantha) dapat
bekerja secara sinergis dalam memperbaiki profil lipid. Tanin menurunkan
penyimpanan lemak dan darah secara berlebihan.

Berdasarkan dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti


mengenai pengaruh rebusan daun salam (eugenia poliantha) terhadap penurunan
kadar kolesterol dan menggunakan manusia sebagai sampel, sehinggsa dapat di
aplikasikan langsung pada manusia.
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah
yaitu apakah ada pengaruh rebusan daun salam (eugenia poliantha) terhadap
penurunan kadar kolesterol.
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui penurunan serum kadar kolesterol total dan serum
kolesterol LDL dengan pemberian rebusan daun salam (eugenia poliantha).
1.3.2. Tujuan khusus
1. Untuk menghetahui pemberian rebusan daun salam (eugenia
poliantha) dapat menurunkan serum kolesterol total.
2. Untuk mengetahui pemberian rebusan daun salam (eugenia poliantha)
dapat menurunkan serum kolesterol LDL.
1.4.
Manfaat penelitian
1.4.1. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai obat alternatife bagi masyarakat
dalam proses penurunan kadar kolesterol dengan metode herbal menggunakan
tanaman daun salam.
1.4.2. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan untuk pengembangan wawasan ilmu
pengetahuan terkait proses penurunan kadar kolesterol dengan menggunakan
rebusan daun salam (eugenia poliantha).

1.4.3. Bagi peneliti


Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengalaman, pengetahuan, serta
wawasan dalam praktek perawatan penurunan kadar kolesterol dan untuk menguji
3

pengaruh rebusan daun salam (eugenia poliantha) terhadap penurunan kadar


kolesterol dan dapat memilih acuan pengobatan yang tepat dan efisien terhadap
pasien.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Salam


2.1.1 Pengertian Daun Salam (Eugenia Poliantha)
Indonesia perlu mendayagunakan potensi alam yang ada untuk dapat
mengatasi masalah kesehatan yang ada yaitu dengan pemanfaatan tanaman obat.
Salah satu dari sembilan tanaman obat unggulan Indonesia adalah daun salam
yang memiliki banyak manfaat, diantaranya sebagai agen anti hiperlipidemia.
Daun salam memiliki bahasa latin eugenia pholiantha adalah pohon tropis
gugur dengan cabangcabang menyebar dan daun sederhana, berasal dari
Indonesia, tetapi juga tumbuh subur di uriname. Daun salam Indonesia mencapai
ketinggian 90 kaki lebih umum. Bunganya merah muda dan agak wangi
sedangkan buah bulat, merah pada awalnya, kemudian coklat. Daun tunggal, letak
berhadapan, panjang rangkai daun 0,5-1 cm. Helaian daun berbentuk lonjong
sampai elips atau bundar telur. Pertulangan menyirip, permukaan atas licin,
berwarna hijau tua, permukaan bawah berwarna hijau muda, panjang 5-15 cm,
lebar 3-8cm, jika diremas berbau harum. Bunga majemuk tersusun dalam bentuk
malai yang keluar dari ujung ranting,berwarna putih,baunya harum. Salam di
tanam untuk diambil daunnya sebagai bumbu dapur, sedangkan kulit pohonnya
digunakan sebagai bahan pewarna jala atau anyaman bambu.

Gambar 2.1

Gambar 2.2 Daun Salam Yang Sudah di Keringkan


2.1.2 Kandungan Daun Salam

Alkaloid
Senyawa alkaloid pada daun salam kerjanya menghambat aktivitas enzim

lipase pankreas sehingga meningkatkan sekresi lemak melalui feses.


Saponin
Saponin juga membantu mengurangi penimbunan lemak dalam pembuluh

darah.
Flavonoid
merupakan anti oksidan juga yang terdapat dalam daun salam yang dapat

mencegah terjadinya peroksidasi lipid.


Tanin
Tanin yang juga ada di daun salam dapat bekerja secara sinergis dalam
memperbaiki profil lipid. Tanin menurunkan penyimpanan lemak dan
darah secara berlebihan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukakan oleh banyak peneliti

terdapat banyak senyawa berkhasiat yang dikandung dalam daun salam. Banyak
penelitian yang menunjukkan bahwa berbagai jenis flavonoid seperti kalkon,
flavanon, flavon, flavonol, isoflavon, katekin berkhasiat luas sebagai analgesic,
antibiotic, antihistamin, antiarthritis, anti inflamasi.
Daun salam juga berkhasiat sebagai anti hipertensi, diduga senyawa yang
bertanggung jawab adalah karena daun salam tersebut mengandung tannin dan
flavonoid. Kandungan kimia yang terkandung dalam daun salam meliputi

flavonoid, saponin,triterpen,tannin, polifenol,alkaloid, dan minyak asiri. Saponin


menurunkan tingkat absorbsi kolesterol, meningkatkan ekskresi kolestrol sehingga
secara langsung dapat mengurangi kolesterol yang masuk kedalam tubuh (Wang,
2000).
Flavonoid yang ada di daun salam seperti katekin, isoflavon merupakan
antioksidan polifenol dari metabolit tumbuhan ( Wikipidea, 2010). Kerja katekins
adalah menurunkan absorpsi kolesterol di usus dan meningkatkan ekskresi pada
feces dengan meningkatkan regulasi reseptor LDL di hati (Lee et al,2008)
Cathechins menstimulasi AMPK dan fosforilasi Acetil CoEnzim A karboksilase
(Murase et al.2007). Catechin dapat membersihkan arteri dan vena yang dapat
menyebabkan semakin bertambahnya masukan O2 dalam darah sehingga akan
memberikan lebih banyak energi. Dengan ketersediaan energi akan lebih banyak
membakar lemak.
Kandungan niasin pada daun salam dapat meningkatkan kadar kolesterol
HDL, disebut juga sebagai HDL raiser, karena mampu menurunkan katabolisme
apoA-1 yang merupakan penyusun utama HDl.
Tanin pada daun salam yang merupakan salah satu kandungan fitokimia
yang berperan bekerja secara sinergis memperbaiki profil lipid. Tanin adalah suatu
nama deskriptif umum satu grup substansi fenolik polimer yang mampu
menyamak kulit atau mempresipitasi gelatin dari cairan. Tanin meupakan
campuran eter dari asam galat dengan glukosa . Tanin di bagi ke dalam 2 grup ,
tanin yang dapat terhidrolisis dan tanin kondensasi. Zat ini digunakan untuk
menurunkan kadar glukosa darah dengan metabolisme glukosa dan lemak
sehingga timbunan ke dua kalori dapat di hindari.

2.2 Kolesterol
2.2.1 Pengertian kolesterol

Kolesterol adalah suatu substansi yang berasal dari lemak, ditemukan pada
otak, hati, darah dan empedu. Kolesterol di produksi terutama di hati (Goldman
dan Klatz, 2007). Kolesterol merupakan komponen esensial struktur membran sel
dan merupakaan komponen utama sel otak dan saraf. Kolesterol juga sebagai
prekursor pembentukan sejumlah steroid penting, seperti asam empedu, hormon
adrenokortikal, estrogen progesteron dan testosteron .
Kolesterol di dalam tubuh terutama diperoleh dari hasil sintesis di dalam
hati. Bahan bakunya diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak. Jumlah yang
di sintesis tergantung pada kebutuhan tubuh dan jumlah yang diperoleh dari
makanan (Almtsier, 2009).
Pengendalian jumlah kolesterol dalam tubuh terjadi pada organ hati. Organ
ini merupakan pusat biosintesis dan degradasi kolesterol tubuh. Apabila asupan
kolesterol dan lemak dari makanan berlebih, maka hati sedemikian rupa akan
menjaga agar konsentrasi kolesterol tubuh tetap normal dengan cara mengurangi
laju biosintetis kolesterol dan meningkatkan sekresi kolesterol melalui cairan
empedu sehingga jumlah kolesterol berkurang. Dengan regulasi dari hati, maka
konsentrasi kolesterol tubuh dapat di pertahankan pada kondisi normal (Wahyudi,
2009).
Konsumsi lemak yang tinggi merupakan faktor penting terhadap kadar
kolesterol dalam plasma darah. Diet banyak mengandung asam lemak jenuh
menyebabkan konsentrasi kolesterol darah meningkat. (Yuniastuti, 2007). Bila
kadar kolesterol total dalam darah kurang dari 200 mg/dl maka di katagorikan
desirable, bila antara 200-239 mg/dl di kategorikan borderline high dan bila lebih
atau sama dengan 240 mg/dl dikategorikan high ( Grundy, 2004).
Hiperkolesterolemia terjadi bila kadar kolesterol dalam darah melebihi
batas normal ( 240 mg/dl). Hal ini dapat terjadi karena adanya kelainan genetik,
gangguan metabolisme, stres emosional, kurangnya aktifitas fisik, obesitas serta
diet tinggi kolesterol dan asam lemak jenuh. Hiperkolesterolemia juga dapat
terjadi pada wanita yang kekurangan hormon estrogen .
Kolesterol yang berlebihan di dalam darah dapat membentuk plak di
dalam pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan lumen yang

dinamakan aterosklerosis. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya penyakit


kardiovaskular (Doina, 2006).
2.2.2 faktor-faktor yang memicun terjadinya kolesterol
Faktor endogen :
1. Genetik
2. Umur
3. Hormonal
Faktor eksogen :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pola makan
Obat atau zat kimia
Olah raga
Merokok
Alkohol
Obesitas

2.2.3 Pembentukan kolesterol


Selain kolesterol yang diabsorbsi setiap hari dari saluran pencernaan, yang
disebut kolesterol eksogen, suatu jumlah yang bahkan lebih besar di bentuk dalam
sel tubuh, disebut kolesterol endogen. Pada dasarnya semua kolesterol endogen
yang beredar dalam lipoprotein plasma dibentuk oleh hati, tetapi semua sel tubuh
lain setidaknya membentuk sedikit kolesterol, yang sesuai kenyataan bahwa
banyak struktur membran dari seluruh sel, sebagian di susun dari zat ini (Guyton,
Hall, 2007).
Struktur dasar kolesterol adalah inti sterol seluruhnya dibentuk dari
mulekul asetil-KoA. Selanjutnya inti sterol dapat di modifikasi dengan berbagai
rantai samping untuk membentuk (1) kolesterol, (2) Asam kolat yang merupakan
dasar dari asam empedu yang di bentuk di hati, (3) beberapa hormon steroid
penting yang di sekresi oleh korteks adrenal, ovarium, dan testis (Guyton, Hall,
2007).
2.2.4 Metabolisme Kolesterol
Kolesterol adalah prekursor hormon steroid dan asam empedu dan
merupakan unsur pokok yang penting dalam membran sel. Zat ini hanya di
9

temukan pada hewan. Sterol yang serupa di temukan pada tumbuhan, tetapi sterol
tumbuhan normalnya tidak di absorbsi dari saluran cerna. Kebanyakan kolesterol
dalam diet terkandung di dalam kuning telur dan lemak hewan (Ganong, 2008).
Kolesterol diabsorbsi dari usus dan dimasukan ke dalam kilomikron yang
di bentuk di dalam mukosa usus. Setelah kilomikron melepaskan trigliseridanya di
jaringan adiposa, kilomikron sisanya menyerahkan kolesterolnya ke hati. Hati dan
jaringan lainnya juga menyintesis kolesterol. Sebagian kolesterol di hati di
ekskresi di empedu, baik dalam bentuk bebas maupun asam empedu. Sebagian
kolesterol empedu di reabsorpsi dari usus.
Kebanyakan kolesterol dihati digabungkan kedalam VLDL, dan semuanya
bersirkulasi dalam komplek lipoprotein. Biosintesis kolesterol dari asetat dan juga
kolesterol memberikan umpan balik untuk menghambat sintesisnya sendiri
dengan menghambat HMG-KoA reduktase enzim yang mengubah 3-hidroksi-3metilglutaril-koenzim A (HMG-KoA) menjadi asam mevalonat. Dengan
demikian, kalau asupan kolesterol dari makanan tinggi, sintesis kolesterol oleh
hati mennurun, dan demikian pula sebaliknya. Namun, kompensasi umpan balik
ini tidak sempurna, karena diet yang rendah kolesterol dan lemak jenuh hanya
menyebabkan penurunan kolesterol yang bersirkulasi dalam plasma darah dengan
jumlah sedang (Gannong, 2008).
Kadar kolesterol plasma menurun oleh hormon tiroid dan estrogen. Kedua
hormon ini meningkatkan jumlah reseptor LDL ( low density lipoprotein ) di hati.
Estrogen juga meningkatkan kadar HDL ( high density lipoprotein ) plasma.
Kolesterol plasma meningkat kalau ada obstruksi empedu pada diabetes melitus
yang tidak di obati. Jika reabsorpsi asam empedu di usus menurun akibat resin
seperti kolestipol, lebih banyak kolesterol di belokan untuk membentuk asam
empedu.
Namun, penurunan kolesterol plasma relatif kecil karena terjadi
kompensasi peningkatan sintesis kolesterol. Obat lain yang sering di gunakan
untukmenurunkan kolesterol plasma adalah vitamin niasis, yang dalam dosis besar
menghambat nmobilisasi asam lemak bebas dari simpanan lemak perifer sehingga
menurunkan pembentukan VLDL di hati. Namun, obat yang paling manjur dan

10

luas di gunakan untuk menurunkan kolesterol adalah lovaststin dan statin lainnya,
yang mengurangi pembentukan kolesterol dengan menghambat HMG-KoA
(Ganong, 2008).
2.2.5 Sintesis Kolesterol
Sintesis kolesterol dapat terjadi di semua jaringan yang mengandung inti
sel, khususnya hati, korteks adrenal, kulit, usus, testis, dan aorta. Organel
mikrosom dan sitoplasma merupakan tempat sintesis kolesterol (Mayes, 2009).
Kolesterol di sintesis dari gugus asetat dua karbon yakni asetil-KoA yang
di proses melalui lima tahap utama :
1. Pembentukan HMG-KoA (3-hidroksi 3-metil glutari KoA) dan mevalonat dari
asetil-KoA
2. Pembentukan unit-unit isoprenoid dari mevalonat
3. Pembentukan skualen dari enam unit isoprenoid
4. Konversi skualen menjadi lanosterol
5. Konversi lanosterol menjadi kolesterol
Asetil-KoA yang digunakan dalam biosintesis kolesterol berasal dari
reaksi oksidasi asam lemak atau piruvat di dalam mitokondria yang kemudian di
transportasikan ke sitoplasma. Selain itu, Asetil-Koa juga dapat diperoleh dari
oksidasi etanol pada sitoplasma dengan bantuan enzim asetil-KoA sintetase.
Tahap I : terbentuk senyawa mevalonat dari asetil Ko-A. Dua molekul asetil Ko-A
akan mengalami kondensasi membentuk asetoasetil Ko-A dengan bantuan
enzimtiolase sebagai katalisnya. Asetoasetil Ko-A yang telah terbentuk akan
berkondensasi dengan molekul asetil Ko-A dengan membentuk HMG Ko-A akan
direduksi menjadi mevalonat d engan bantuan katalis enzim mikrosom HMG KoA reduktase.
Tahap II : terbentuk unit isoprenoid dari mevalonat. Mevalonat mengalami tiga
kali fosforilasi dan akhirnya membentuk mealonat 3-fosfat-5-pirifosfat. Senyawa
tersebut dengan bantuan enzim pirofosfat mevalonat dekarboksilase akan
mengalami dekarboksilasi membentuk unit isoprenoid yaitu isopentanil pirofosfat.

11

Tahap III : enam unit isoprenoid akan membentuk skualen. Tiga molekul
isopentanil pirofosfat dengan bantuan enzim cis-preniltransferase akan mengalami
dua kali kondensasi membentuk farnesil pirofosfat akan mengalami kondensasi
membentuk skualen dengan bantuan katalis enzim skualen transferase.
Tahap IV : terbentuk lanosterol dari skualen. Skualen yang terbentuk di ubah
menjadi skualen epoksid dengan bantuan enzim skualen epoksidase. Senyawa
tersebut akan mengalami siklikasi membentuk lanosterol. Reaksi ini dikatalis oleh
enzim oksidoskualen lanosterol siklase.
Tahap V : tahap terakhir ini lanosterol akan membuang tiga gugus metal dan
membentuk kolesterol (mayes, 2009).
2.2.6 Pengaturan sintesis kolesterol
Sintesis kolesterol diatur oleh asupan kolesterol dalam diet, asupan kalori,
hormon-hormon tertentu, dan asam-asam empedu. Kolesterol dalam diet sendiri
tidak menghambat sintesis kolesterol usus, namun ia memiliki pengaruh hambatan
umpan balik yang kuat terhadap sintesis kolesterol dalam hati.
Diketahui ada 3 hambatan umpan balik terhadap sintesis kolesterol, yaitu :
1. Berlangsung dalam hati, hal ini terutama lewat sisa kilomikron
2. Berlangsung dalam kelenjar endokrin yang mensintesis kolesterol, seperti
ovarium dan korteks adrenal, yang diperantai oleh HDL
3. Berlangsung dalam jaringan-jaringan selain hati dan kelenjar endokrin, yang
diperantai oleh HDL (Ganong, 2008).

2.2.7 Ekskresi Kolesterol


Sekitar 1 gram kolesterol dikeluarkan dari tubuh setiap hari. Kurang lebih
setengahnya diekskresikan dalam feses setelah dikonfersi menjadi asam empedu,
sisanya diekskresikan sebagai kolesterol. Sebagian besar kolesterol yang di
ekskresikan tersebut diserap kembali, sehingga diyakini bahwa sebagian
kolesterol yang merupakan zat bakal senyawa sterol feses di bentuk dari kolesterol

12

oleh bakteri di dalam usus besar. Sebagian besar ekskresi asam empedu akan di
serap kembali ke dalam sirkulasi porta, dibawa ke hati dan kembali ke dalam
empedu (sirkulasi enterohepatika). Garam empedu yang tidak di serap dan
derivatnya di ekskresikan bersama feses (Mayes, 2009).
Asma empedu merupakan produk akhir dari kolesterol dan disintesis di
dalam hati. Sintesis asam empedu ini adalah salah satu mekanisme untuk
mengeluarkan kelebihan kolesterol dalam tubuh. Asam empedu utama pada usus
manusia adalah asam senodeoksikolat (45%) dan asam kolat, kemudian dalam
usus oleh kerja bakteri akan di konversi menjadi asam empedu sekunder yaitu
deoksi kolat dari asam kolat dan litokolat dari senodeoksikolat (Mayes, 2009).
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas di tetapkan hipotesis
penelitian sebagai berikut :
Pemberian rebusan air daun salam ( Eugenia polyantha ) dapat
menurunkan Kadar kolesterol.

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Berpikir

13

Peningkatan total kolesterol dan serum LDL merupakan salah satu faktor
yang dapat mempercepat aterosklerosis sehingga proses penuaan menjadi cepat.
Dalam proses terjadinya aterosklerosis semua berperan penting.
Meningkatnya gaya hidup dan status sosio ekonomi termasuk di dalamnya
asupan lemak jenuh meningkat. Di ikuti aktifitas fisik berkurang, dengan
meningkatnya fasilitas yang nyaman. Dengan meningkatnya intake lemak secara
progresif sehingga mempengaruhi metabolisme tubuh.
Peningkata kadar kolesterol total dan serum LDL darah dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal meliputi obesitas, makanan yang
dikonsumsi, kurangnya olahraga/aktifitas, penggunaan alkohol, merokok,
penyakit diabetes militus, dan obat-obatan terentu yang dapat mengganggu
metabolisme lemak. Faktor internal meliputi genetik, riwayat keluarga, usia, jenis
kelamin, hormonal.
Prinsip utama pada pengobatan hiperkolesterol dan kadar serum kolesterol
LDL yang tinggi adalah diet yang bertujuan untuk menurunkan intake lemak total,
asam lemak jenuh, dan kolesterol secara progresif dan untuk mencapai berat
badan yang diinginkan, dan memperbaiki gaya hidup. Gaya hidup dengan
mengatur pola makan, penurunan berat badan, dan peningkatan aktifitas fisik. Jika
semua intervensi non farmakologis tidak berhasil, maka disamping usaha
nonfarmakologi dapat di mulai dengan obat-obat antidislipidemik. Obat sintesis
untuk memperbaiki profil lipid yang ada sekarang seperti lovastatin, klofibrat,
gemfibrosil harganya mahal dan memiliki efek samping. Efek samping dari obat
ini seperti miositis, merusak fungsi hati,dll. Oleh karena itu upaya pengobatan
alamiah yang bisa memperbaiki profil lipid sangat penting di lakukan. Selain
murah dan didapat, memiliki risiko efek samping yang kecil sehingga relatif aman
jika dibandingkan dengan obat-obat sintesis.
Daun salam merupakan obat alami yang memiliki aktifitas biologis
sebagai obat yang dapat menurunkan kolesterol dan LDL. Daun salam diduga
mengurangi kadar kolestrol total, kolestrol LDL. Zat aktif yang ada direbusan
daun salam seperti saponin, tanin, alkaloid, niacin yang berperan dalam
mengurangi kadar kolestrol dalam darah.

14

3.2 Kerangka Konsep


Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka , maka dapat di susun
kerangka konsep sebagai berikut :
a. Kolesterol Total dan kolesterol LDL suatu individu dipengaruhi oleh faktor
endogen dan faktor eksogen.
b. Faktor endogen merupakan factor internal yang meliputi genetik, hormonal,
dan umur.
c. Faktor eksogen yang berasal dari luar (eksternal) meliputi faktor pola makan,
olahraga, dan bahan kimia atau obat-obatan.
d. Rebusan daun salam ( Eugenia polyantha ) mengandung antioksidan flavonoid,
tannin, alkaloid, saponin merupakan obyek perlakuan dalam penelitian ini.

Ekstrak daun salam


Faktor Endogen

Faktor Eksogen

. Genitik

. pola makan

... Umur

. obat atau zat


kimia

. Hormonal

. olah raga
Total Kolestrol
LDL

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian

15

Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi eksperimen atau


eksperimen semu. Desain ini di harapkan mampu untuk menguji pengaruh dalam
ke dua variabel dalam penelitian ini, yaitu pemberian rebusan daun salam dan
kadar kolesterol pada penderita kolesterol di posyandu lansia rasau jaya dusun III
rejo agung kubu raya. Penelitian ini menggunakan pretest-posttes with control,
yaitu sebuah desain yang melaksanakan perlakuan pada dua atau lebih kelompok
kemudian di observasi sebelum dan sesudah implementasi (Riyanto, 2010).
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Posyandu lansia desa rasau jaya. Penelitian ini
dilakukan 7 hari pada bulan maret 2016.
4.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian meliputi :
1. Variabel bebas
2. Variabel terikat

: Rebusan daun salam


: Kadar kolesterol

4.4 Definisi Operasional Variabel


1. Rebusan daun salam adalah rebusan yang di olah dengan cara 10 lembar daun
salam yang telah di cuci bersih dan di rebus dengan air 400ml yang di masak
hingga mendidih dan hingga tersisa 200ml, dan di berikan pada kelompok
intervensi untuk di konsumsi setiap pagi dan sore, pemberian rebusan daun salam
ini di berikan selama, 7 hari, yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas
pengaruh pemberian rebusan air daun salam terhadap kadar kolesterol.
2. Kolesterol adalah kadar penggabungan dari HDL, kolestrol LDL, dan VLDL
dalam darah . Dinukur dengan metode CHOD-PAP. Diukur sebelum dan sesudah
perlakuan. Darah diambil dari vena cubiti. Kolestrol total di katakana tidak normal
bila lebih besar 200 mg/dl.
4.5 Alat dan Bahan Penelitian
4.5.1 Alat Penelitian

16

1. Lembar pemantauan untuk mengetahui perubahan kadar kolesterol


sebelum dan sesudah pemberian air rebusan daun salam.
2. Alat Glucose Urid Acid (GU) dengan merk easy touch, untuk mengukur
kadar kolesterol sebelum dan sesudah pemberian air rebusan daun salam.
3. Daun salam, daun salam 10 lembar yang masih segar dan langsung dipetik
dari pohonnya sebagai media untuk perlakuan.
4. wadah untuk merebus , wadah , wadah yang digunakan untuk merebus air
daun salam adalah wadah yang terbuat dari tanah liat yaitu kwali.
Tujuannya agar tidak terjadi reaksi kimiawi antara rebusan daun salam dan
hasil ekstrasi tidak beracun. Wadah yang baik digunakan adalah wadah
yang terbuat dari tanah liat, atau berbahan email, keramik, atau gelas tahan
panas.
5. Lembar pengontrol diisi oleh peneliti dengan menunggui responden untuk
minum air rebuasan daun salam tujuannya untuk mengetahui kepatuhan
dalam meminum air rebusan daun salam.
6. Lembar identitas, di isi oleh responden untuk mengetahui identitas
responden dan untuk mengetahui adanya variabel pengganggu.
4.5.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air rebusan daun salam
yang telah disiapkan oleh peneliti.
4.6 Prosedur Pembuatan Rebusan Daun Salam
1. 10 lembar daun salam yang sudah dicuci bersih
2. Rebus dengan air 400ml sampai mendidih dan hingga tersisa 200ml
3. Setelah dingin air di saring lalu di minum.
4.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data antara lain :
1. Survey : untuk mengetahui penderita kolesterol di posyandu lansia Rasau
Jaya Dusun III Rejo Agung Kubu Raya.
2. Wawancara, untuk mengumpulkan data-data responden seperti frekuensi
pengukuran kadar kolesterol pada setiap bulannya. Konsumsi obat yang
terkait penyakit kolesterol, pencegahan terkait peningkatan kadar
kolesterol.

17

3. Pemeriksaan kadar kolesterol, memeriksa kadar kolesterol hari ke 0


sebelum diberikan perlakuan rebusan daun salam pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol, memberikan perlakuan pada kelompok
intervensi dengan rebusan air daun salam sebanyak 200ml untuk di minum
pagi dan sore selama 7 hari, pada hari ke 8 dilakukan lagi pemeriksaan
kadar kolesterol pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
4.8 Alur Penelitian
1. Populasi adalah 80 orang untuk hasil penderita kolesterol di posyandu
lansia dusun III rejo agung kubu raya sebanyak 50 orang yang akitf datang
ke posyandu untuk memeriksakan penyakit kolesterol yang di deritanya.
2. Dari populasi tersebut,di pilih 30 orang sebagai sampel penelitian. Sample
di berikan penjelasan ( informed consent ) mengenai prosedur penelitian.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu
pengambilan responden dari populasi yang dilakukan dengan ketentuan
tertentu dan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi. Sample terdiri
atas semua penderita kolesterol yang berusia >60 tahun yang
memeriksakan diri di posyandu lansia dusun III rejo agung rasau jaya
kubu raya yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :
1. Kadar kolesterol tinggi 200mg/dl
2. Tidak mengkonsumsi obat penurunan kadar kolesterol
3. Bersedia menjadi responden.
Kriteria eksklusi :
1. Menggunakan sediaan obat-obatan golongan fibrat dan statin
2. Memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus atau kadar glukosa darah
puasa 100 mg/dl, hipertiroid, hipotiroid,kehamilan, , menopause,
3. Setelah 7 hari kadar kolesterol diperiksa kembali.
4.8.1 Tabel Alur Penelitian
Semua lansia berusia >60 tahun

Kolesterol di atas 200mg/dl


18

Dipilih menjadi sampel


penelitian 30 orang

Informed consent

Purposive sampling
Rebusan air daun salam
200ml

Evaluasi kolestrol
setelah 7 hari
4.9 Analisis Data
Data akan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut (Dahlan,
2008)
1
2

Analisis deskriptif.
Analisis deskritif dilakukan sebagai dasar untuk statistic analitis (uji
hipotesis) untuk mengetahui karakteristik data yang dimiliki. Pemilihan
penyajian data dan uji hipotesis tergantung dari normal tidaknya distribusi

data.
Uji normalitas dengan Uji Shapiro-Wilk , sehingga didapatkan distribusi

data normal.
Uji homogenitas varian dengan Uji Levene Test Hasil dari uji Levene Test

tersebut menunjukkan bahwa data homogen(p>0,05).


Analisis komparasi. Data menyebar normal dan homogen maka digunakan
Uji T-Test untuk menguji perbedaan antar kelompok sebelum dan sesudah
pemberian perlakuan.

19

6. Uji Efek Perlakuan Karena data menyebar normal dan homogen


digunakan Uji T-Independent untuk mengetahui penurunan kadar

kolesterol total dan LDL sebelum dan sesudah perlakuan.


Uji Paired t-test untuk mengetahui penurunan kolesterol total dan LDL

pada masing-masing kelompok bila distribusi data normal.


Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95% atau dinyatakan

berbeda bila p<0,05.


9. Data diolah dengan program SPSS Version 20 for windows.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, T.B. 2004. Dislipedemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung
Koroner. Universitas sumatera utara.
Dalimartha, S. 2007. 36 Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan Kadar
Kolesterol. PT Penebar Swadaya : Bogor
Asiamaya.2007. Kandungan nutrisi daun salam. ( online)2007. Cited 2007 des 9.
Adam, J.M.F.2006. Dislipidemia. In:sudoyo,A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
simadibrata, M.,Setiati, S., editors.Buku Ajar Penyakit Dalam. Ed 4.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemaen Ilmu penyakit dalam fakultas
Kedokteran universitas Indaonesia. hal.1948-1954.
Andaka, D.2010.Pemberian ekstrak kelopak bunga Rosella memperbaiki profil
lipid pada wanita dislipidemia.(Tesis).Denpasar : Universitas Udayana

20

Anda mungkin juga menyukai