PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Kesehatan merupakan hal yang penting yang perlu diperhatikan terutama
dalam mengkonsumsi makanan, karena tanpa kesehatan yang baik maka akan
mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas dan bisa menimbulkan penyakit
salah satunya adalah kolesterol. Penderita kolesterol dipengaruhi oleh seringnya
mengkonsumsi makanan yang tinggi kolesterol atau berlemak.
Kolesterol telah dikenal sebagai penyebab utama terjadinya proses
aterosklerosis, yaitu proses pengapuran dan pengerasan dinding pembuluh darah.
Akibat proses ini saluran pembuluh darah, khususnya pembuluh darah koroner
menjadi sempit dan menghalangi aliran darah di dalamnya. Keadaan ini telah
terbukti dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung koroner (PJK). Pada
usia produktif PJK sudah menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia
(Dalimartha, 2007).
Peningkatan kadar kolesterol yang merupakan resiko terhadap penyakit
jantung dan stroke mempunyai perkiraan angka kematian di Dunia sekitar 2,6
juta. Angka kematian tertinggi sekitar 54% terjadi di Eropa, kemudian Amerika
48%, wilayah Afrika dan Asia Tenggara menunjukan 22,6% untuk afrika dan 29%
untuk Asia Tenggara (World Health Organization (WHO), 2013).
Kolesterol adalah lemak yang terdapat didalam aliran darah yang berfungsi
sebagai pembentuk dinding sel dan sebagai bahan baku beberapa hormon
(Nayaka, 2010).
Kolesterol dalam tingkat normal memang sangat berguna untuk tubuh
tetapi apabila kolesterol berada pada tingkat tinggi maka kolesterol akan
membahayakan tubuh dan mengakibatkan penumpukan lemak dalam darah
(Milla, 2012).
Hiperkolesterol dan kadar serum LDL yang tinggi, merupakan faktor
utama penyebab jantung koroner. Hiperkolesterol dan LDL yang tinggi
merupakan suatu kondisi saat kadar plasma dari lipoprotein melebihi nilai normal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1
Alkaloid
Senyawa alkaloid pada daun salam kerjanya menghambat aktivitas enzim
darah.
Flavonoid
merupakan anti oksidan juga yang terdapat dalam daun salam yang dapat
terdapat banyak senyawa berkhasiat yang dikandung dalam daun salam. Banyak
penelitian yang menunjukkan bahwa berbagai jenis flavonoid seperti kalkon,
flavanon, flavon, flavonol, isoflavon, katekin berkhasiat luas sebagai analgesic,
antibiotic, antihistamin, antiarthritis, anti inflamasi.
Daun salam juga berkhasiat sebagai anti hipertensi, diduga senyawa yang
bertanggung jawab adalah karena daun salam tersebut mengandung tannin dan
flavonoid. Kandungan kimia yang terkandung dalam daun salam meliputi
2.2 Kolesterol
2.2.1 Pengertian kolesterol
Kolesterol adalah suatu substansi yang berasal dari lemak, ditemukan pada
otak, hati, darah dan empedu. Kolesterol di produksi terutama di hati (Goldman
dan Klatz, 2007). Kolesterol merupakan komponen esensial struktur membran sel
dan merupakaan komponen utama sel otak dan saraf. Kolesterol juga sebagai
prekursor pembentukan sejumlah steroid penting, seperti asam empedu, hormon
adrenokortikal, estrogen progesteron dan testosteron .
Kolesterol di dalam tubuh terutama diperoleh dari hasil sintesis di dalam
hati. Bahan bakunya diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak. Jumlah yang
di sintesis tergantung pada kebutuhan tubuh dan jumlah yang diperoleh dari
makanan (Almtsier, 2009).
Pengendalian jumlah kolesterol dalam tubuh terjadi pada organ hati. Organ
ini merupakan pusat biosintesis dan degradasi kolesterol tubuh. Apabila asupan
kolesterol dan lemak dari makanan berlebih, maka hati sedemikian rupa akan
menjaga agar konsentrasi kolesterol tubuh tetap normal dengan cara mengurangi
laju biosintetis kolesterol dan meningkatkan sekresi kolesterol melalui cairan
empedu sehingga jumlah kolesterol berkurang. Dengan regulasi dari hati, maka
konsentrasi kolesterol tubuh dapat di pertahankan pada kondisi normal (Wahyudi,
2009).
Konsumsi lemak yang tinggi merupakan faktor penting terhadap kadar
kolesterol dalam plasma darah. Diet banyak mengandung asam lemak jenuh
menyebabkan konsentrasi kolesterol darah meningkat. (Yuniastuti, 2007). Bila
kadar kolesterol total dalam darah kurang dari 200 mg/dl maka di katagorikan
desirable, bila antara 200-239 mg/dl di kategorikan borderline high dan bila lebih
atau sama dengan 240 mg/dl dikategorikan high ( Grundy, 2004).
Hiperkolesterolemia terjadi bila kadar kolesterol dalam darah melebihi
batas normal ( 240 mg/dl). Hal ini dapat terjadi karena adanya kelainan genetik,
gangguan metabolisme, stres emosional, kurangnya aktifitas fisik, obesitas serta
diet tinggi kolesterol dan asam lemak jenuh. Hiperkolesterolemia juga dapat
terjadi pada wanita yang kekurangan hormon estrogen .
Kolesterol yang berlebihan di dalam darah dapat membentuk plak di
dalam pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan lumen yang
Pola makan
Obat atau zat kimia
Olah raga
Merokok
Alkohol
Obesitas
temukan pada hewan. Sterol yang serupa di temukan pada tumbuhan, tetapi sterol
tumbuhan normalnya tidak di absorbsi dari saluran cerna. Kebanyakan kolesterol
dalam diet terkandung di dalam kuning telur dan lemak hewan (Ganong, 2008).
Kolesterol diabsorbsi dari usus dan dimasukan ke dalam kilomikron yang
di bentuk di dalam mukosa usus. Setelah kilomikron melepaskan trigliseridanya di
jaringan adiposa, kilomikron sisanya menyerahkan kolesterolnya ke hati. Hati dan
jaringan lainnya juga menyintesis kolesterol. Sebagian kolesterol di hati di
ekskresi di empedu, baik dalam bentuk bebas maupun asam empedu. Sebagian
kolesterol empedu di reabsorpsi dari usus.
Kebanyakan kolesterol dihati digabungkan kedalam VLDL, dan semuanya
bersirkulasi dalam komplek lipoprotein. Biosintesis kolesterol dari asetat dan juga
kolesterol memberikan umpan balik untuk menghambat sintesisnya sendiri
dengan menghambat HMG-KoA reduktase enzim yang mengubah 3-hidroksi-3metilglutaril-koenzim A (HMG-KoA) menjadi asam mevalonat. Dengan
demikian, kalau asupan kolesterol dari makanan tinggi, sintesis kolesterol oleh
hati mennurun, dan demikian pula sebaliknya. Namun, kompensasi umpan balik
ini tidak sempurna, karena diet yang rendah kolesterol dan lemak jenuh hanya
menyebabkan penurunan kolesterol yang bersirkulasi dalam plasma darah dengan
jumlah sedang (Gannong, 2008).
Kadar kolesterol plasma menurun oleh hormon tiroid dan estrogen. Kedua
hormon ini meningkatkan jumlah reseptor LDL ( low density lipoprotein ) di hati.
Estrogen juga meningkatkan kadar HDL ( high density lipoprotein ) plasma.
Kolesterol plasma meningkat kalau ada obstruksi empedu pada diabetes melitus
yang tidak di obati. Jika reabsorpsi asam empedu di usus menurun akibat resin
seperti kolestipol, lebih banyak kolesterol di belokan untuk membentuk asam
empedu.
Namun, penurunan kolesterol plasma relatif kecil karena terjadi
kompensasi peningkatan sintesis kolesterol. Obat lain yang sering di gunakan
untukmenurunkan kolesterol plasma adalah vitamin niasis, yang dalam dosis besar
menghambat nmobilisasi asam lemak bebas dari simpanan lemak perifer sehingga
menurunkan pembentukan VLDL di hati. Namun, obat yang paling manjur dan
10
luas di gunakan untuk menurunkan kolesterol adalah lovaststin dan statin lainnya,
yang mengurangi pembentukan kolesterol dengan menghambat HMG-KoA
(Ganong, 2008).
2.2.5 Sintesis Kolesterol
Sintesis kolesterol dapat terjadi di semua jaringan yang mengandung inti
sel, khususnya hati, korteks adrenal, kulit, usus, testis, dan aorta. Organel
mikrosom dan sitoplasma merupakan tempat sintesis kolesterol (Mayes, 2009).
Kolesterol di sintesis dari gugus asetat dua karbon yakni asetil-KoA yang
di proses melalui lima tahap utama :
1. Pembentukan HMG-KoA (3-hidroksi 3-metil glutari KoA) dan mevalonat dari
asetil-KoA
2. Pembentukan unit-unit isoprenoid dari mevalonat
3. Pembentukan skualen dari enam unit isoprenoid
4. Konversi skualen menjadi lanosterol
5. Konversi lanosterol menjadi kolesterol
Asetil-KoA yang digunakan dalam biosintesis kolesterol berasal dari
reaksi oksidasi asam lemak atau piruvat di dalam mitokondria yang kemudian di
transportasikan ke sitoplasma. Selain itu, Asetil-Koa juga dapat diperoleh dari
oksidasi etanol pada sitoplasma dengan bantuan enzim asetil-KoA sintetase.
Tahap I : terbentuk senyawa mevalonat dari asetil Ko-A. Dua molekul asetil Ko-A
akan mengalami kondensasi membentuk asetoasetil Ko-A dengan bantuan
enzimtiolase sebagai katalisnya. Asetoasetil Ko-A yang telah terbentuk akan
berkondensasi dengan molekul asetil Ko-A dengan membentuk HMG Ko-A akan
direduksi menjadi mevalonat d engan bantuan katalis enzim mikrosom HMG KoA reduktase.
Tahap II : terbentuk unit isoprenoid dari mevalonat. Mevalonat mengalami tiga
kali fosforilasi dan akhirnya membentuk mealonat 3-fosfat-5-pirifosfat. Senyawa
tersebut dengan bantuan enzim pirofosfat mevalonat dekarboksilase akan
mengalami dekarboksilasi membentuk unit isoprenoid yaitu isopentanil pirofosfat.
11
Tahap III : enam unit isoprenoid akan membentuk skualen. Tiga molekul
isopentanil pirofosfat dengan bantuan enzim cis-preniltransferase akan mengalami
dua kali kondensasi membentuk farnesil pirofosfat akan mengalami kondensasi
membentuk skualen dengan bantuan katalis enzim skualen transferase.
Tahap IV : terbentuk lanosterol dari skualen. Skualen yang terbentuk di ubah
menjadi skualen epoksid dengan bantuan enzim skualen epoksidase. Senyawa
tersebut akan mengalami siklikasi membentuk lanosterol. Reaksi ini dikatalis oleh
enzim oksidoskualen lanosterol siklase.
Tahap V : tahap terakhir ini lanosterol akan membuang tiga gugus metal dan
membentuk kolesterol (mayes, 2009).
2.2.6 Pengaturan sintesis kolesterol
Sintesis kolesterol diatur oleh asupan kolesterol dalam diet, asupan kalori,
hormon-hormon tertentu, dan asam-asam empedu. Kolesterol dalam diet sendiri
tidak menghambat sintesis kolesterol usus, namun ia memiliki pengaruh hambatan
umpan balik yang kuat terhadap sintesis kolesterol dalam hati.
Diketahui ada 3 hambatan umpan balik terhadap sintesis kolesterol, yaitu :
1. Berlangsung dalam hati, hal ini terutama lewat sisa kilomikron
2. Berlangsung dalam kelenjar endokrin yang mensintesis kolesterol, seperti
ovarium dan korteks adrenal, yang diperantai oleh HDL
3. Berlangsung dalam jaringan-jaringan selain hati dan kelenjar endokrin, yang
diperantai oleh HDL (Ganong, 2008).
12
oleh bakteri di dalam usus besar. Sebagian besar ekskresi asam empedu akan di
serap kembali ke dalam sirkulasi porta, dibawa ke hati dan kembali ke dalam
empedu (sirkulasi enterohepatika). Garam empedu yang tidak di serap dan
derivatnya di ekskresikan bersama feses (Mayes, 2009).
Asma empedu merupakan produk akhir dari kolesterol dan disintesis di
dalam hati. Sintesis asam empedu ini adalah salah satu mekanisme untuk
mengeluarkan kelebihan kolesterol dalam tubuh. Asam empedu utama pada usus
manusia adalah asam senodeoksikolat (45%) dan asam kolat, kemudian dalam
usus oleh kerja bakteri akan di konversi menjadi asam empedu sekunder yaitu
deoksi kolat dari asam kolat dan litokolat dari senodeoksikolat (Mayes, 2009).
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas di tetapkan hipotesis
penelitian sebagai berikut :
Pemberian rebusan air daun salam ( Eugenia polyantha ) dapat
menurunkan Kadar kolesterol.
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Berpikir
13
Peningkatan total kolesterol dan serum LDL merupakan salah satu faktor
yang dapat mempercepat aterosklerosis sehingga proses penuaan menjadi cepat.
Dalam proses terjadinya aterosklerosis semua berperan penting.
Meningkatnya gaya hidup dan status sosio ekonomi termasuk di dalamnya
asupan lemak jenuh meningkat. Di ikuti aktifitas fisik berkurang, dengan
meningkatnya fasilitas yang nyaman. Dengan meningkatnya intake lemak secara
progresif sehingga mempengaruhi metabolisme tubuh.
Peningkata kadar kolesterol total dan serum LDL darah dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal meliputi obesitas, makanan yang
dikonsumsi, kurangnya olahraga/aktifitas, penggunaan alkohol, merokok,
penyakit diabetes militus, dan obat-obatan terentu yang dapat mengganggu
metabolisme lemak. Faktor internal meliputi genetik, riwayat keluarga, usia, jenis
kelamin, hormonal.
Prinsip utama pada pengobatan hiperkolesterol dan kadar serum kolesterol
LDL yang tinggi adalah diet yang bertujuan untuk menurunkan intake lemak total,
asam lemak jenuh, dan kolesterol secara progresif dan untuk mencapai berat
badan yang diinginkan, dan memperbaiki gaya hidup. Gaya hidup dengan
mengatur pola makan, penurunan berat badan, dan peningkatan aktifitas fisik. Jika
semua intervensi non farmakologis tidak berhasil, maka disamping usaha
nonfarmakologi dapat di mulai dengan obat-obat antidislipidemik. Obat sintesis
untuk memperbaiki profil lipid yang ada sekarang seperti lovastatin, klofibrat,
gemfibrosil harganya mahal dan memiliki efek samping. Efek samping dari obat
ini seperti miositis, merusak fungsi hati,dll. Oleh karena itu upaya pengobatan
alamiah yang bisa memperbaiki profil lipid sangat penting di lakukan. Selain
murah dan didapat, memiliki risiko efek samping yang kecil sehingga relatif aman
jika dibandingkan dengan obat-obat sintesis.
Daun salam merupakan obat alami yang memiliki aktifitas biologis
sebagai obat yang dapat menurunkan kolesterol dan LDL. Daun salam diduga
mengurangi kadar kolestrol total, kolestrol LDL. Zat aktif yang ada direbusan
daun salam seperti saponin, tanin, alkaloid, niacin yang berperan dalam
mengurangi kadar kolestrol dalam darah.
14
Faktor Eksogen
. Genitik
. pola makan
... Umur
. Hormonal
. olah raga
Total Kolestrol
LDL
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
15
16
17
Informed consent
Purposive sampling
Rebusan air daun salam
200ml
Evaluasi kolestrol
setelah 7 hari
4.9 Analisis Data
Data akan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut (Dahlan,
2008)
1
2
Analisis deskriptif.
Analisis deskritif dilakukan sebagai dasar untuk statistic analitis (uji
hipotesis) untuk mengetahui karakteristik data yang dimiliki. Pemilihan
penyajian data dan uji hipotesis tergantung dari normal tidaknya distribusi
data.
Uji normalitas dengan Uji Shapiro-Wilk , sehingga didapatkan distribusi
data normal.
Uji homogenitas varian dengan Uji Levene Test Hasil dari uji Levene Test
19
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, T.B. 2004. Dislipedemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung
Koroner. Universitas sumatera utara.
Dalimartha, S. 2007. 36 Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan Kadar
Kolesterol. PT Penebar Swadaya : Bogor
Asiamaya.2007. Kandungan nutrisi daun salam. ( online)2007. Cited 2007 des 9.
Adam, J.M.F.2006. Dislipidemia. In:sudoyo,A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
simadibrata, M.,Setiati, S., editors.Buku Ajar Penyakit Dalam. Ed 4.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemaen Ilmu penyakit dalam fakultas
Kedokteran universitas Indaonesia. hal.1948-1954.
Andaka, D.2010.Pemberian ekstrak kelopak bunga Rosella memperbaiki profil
lipid pada wanita dislipidemia.(Tesis).Denpasar : Universitas Udayana
20