Anda di halaman 1dari 13

Makalah Hiperemis Gravidarum

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil melahirkan atau dalam 42
hari sesudah berakhirnya kehamilan tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan
disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya tetapi
tidak secara kebetulan atau oleh penyebab lainnya(Sarwono, 2006: 22).
Berdasarkan definisi ini kematian maternal dapat digolongkan pada kematian
obstetrik langsung (direct obstetric death), kematian obstetrik tidak langsung (inderect
obstetric death), kematian yang terjadi bersamaan tetapi tidak berhubungan dengan
kehamilan dan persalinan misalnya kecelakaan. Kematian obstetrik langsung disebabkan oleh
komplikasi kehamilan, persalinan, nifas atau penanganannya. Di negara-negara sedang
berkembang sebagian besar penyebab ini adalah pendarahan, infeksi dan abortus. Kematian
tidak langsung disebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum
kehamilan atau persalinan, misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia,
malaria, dan lain-lain termasuk hiperemesis gravidarum. (Sarwono, 2006: 22)
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, perubahan-perubahan
anatomik pada anak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin.
Beberapa faktor predisposisi yang sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes
dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG, faktor organik karena masuknya villi
khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik, faktor psikologis keretakan
rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
memikul tanggung jawab dan faktor endoktrin lainnya. Gejala yang sering terjadi pada 60% 80% primigravida dan 40% - 60% multigravida. Mual biasanya terjadi pagi hari. Rasa mual
biasanya dimulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat,
namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalaminya hingga 9 bulan. (Khaidirmuhaj, 2009)
Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan obstetri, salah
satunya dengan melakukan pelayanan pemeriksaan ibu hamil untuk mengetahui keadaan ibu
dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap kelainan yang
ditemukan dengan tujuan agar ibu hamil dapat melewati masa kehamilan, persalinan dan
nifas dengan baik dan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Dalam melakukan pelayanan
Ante Natal Care (ANC) hendaknya selalu memberikan penjelasan dan motivasi mengenai
yang dirasakan ibu hamil termasuk didalamnya hiperemesis gravidarum, karena masih
banyak ibu hamil yang tidak mengetahui cara mengatasi mual dan muntah yang dialaminya,
maka dengan ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) akan
mengalami penurunan karena derajat kesehatan suatu bangsa ditentukan oleh derajat
kesehatan ibu dan anak.
Saya tertarik untuk membahas makalah ini karena banyak sekali penderita
hiperemesis
gravidarum
hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa anoreksia

memiliki persentase sebesar


gravidarum

55%

dari

seluruh

pasien

yang

mengalami hiperemesis

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi
(Rustam Mochtar, 1998).
Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea dan
vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek sistemik,
dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD, Hal:232).
Hiperemesis Gravidarum diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama
kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal:112).
Hiperemesis gravidarum adalah bertambahnya emesis yang dapat mengakibatkan
gangguan kehidupannya sehari-hari. Hiperemesia gravidarum yang berlangsung lama
(umumnya antara minggu 6-12) dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin.
(Manuaba, 2007).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama masa hamil.
Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sicknes normal yang umum dialami
wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester
pertama kehamilan. (Varney, 2007)
Hiperemesis gravidarum adalah mual berlangsung terus menerus dan muntah sering,
cepat mengalami dehidrasi dan asidoketotik. (Llwellyn, 2011)
Dari devenisi di atas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum adalah suatu
keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah
berat) dan terus menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas, jadi mualmuntah yang berlebihan disaat kehamilan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
B.

Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia.
Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh

1.

2.
3.
4.

1.

kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisasi. Beberapa faktor predesposisi dan
faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut:
Faktor predesposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan
kehamilan ganda. Frekuansi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormonal memegang peranan, karena pada kedua
keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta
resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah
satu faktor organik.
Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat
mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup.
Hubungan psikologik dengan hiperemesis gravidarum belum diketahui pasti. Tidak
jarang dengan memberikan suasana baru, sudah dapat membantu mengurangi frekuensi
muntah. (Wiknjosastro, 2005)
Diduga terdapat factor yang menyebabkan hiperemesis gravidarum :
Psikologis, bergantung pada: apakah si ibu menerima kehamilannya. Atau kehamilannya di
terima atau tidak.
2. Fisik
Terjadi peningkatan yang mencolok atau belum beradaptasi dengan kenaikan human
chorionic gonadothropin
Factor konsentrasi human chorionic gonadothropin yang tinggi :
Primigravida lebih sering dari multigravida.
emakin meningkat pada pola hidatidosa, hamil ganda dan hidramnion
Factor gizi / anemia meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum.

Gejala Umum Hiperemesis Gravidarum antara lain:


Mual dan muntah berat terutama pada trimester I kehamilan
Muntah setelah makan atau minum
Kehilangan berat badan > 5% dari BB ibu hamil sebelum hamil, ( rata-rata kehilangan BB
10% )
Dehidrasi
Penurunan jumlah urine
Sakit kepala
Bingung
Pingsan

Jaundisen (warna kuning pada kulit, mata dan membrane mukosa )

C. Patofisiologi
Diawali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi,
tekanan darah turun, dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi ke jaringan
menurun untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi O2.
Oleh karena itu, dapat terjadi perubahan metabolisme menuju ke arah anaerobik yang
menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat menimbulkan
perubahan elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih tinggi.
Dampak dari semua masalah tersebut menimbulkan gangguan fungsi alat vital berikut
ini
1. Liver
Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun.
Gangguan fungsi sel liver dan terjadi ikterus.
Terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga mmenyebabkan gangguan fungsi umum.
2. Ginjal
Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun seperti asam laktat dan
benda keton
Terjadi perdarahan dan nekrosis sel ginjal
Diuresis berkurang bahkan dapat anuria
Mungkin terjadi albuminuria
3. Sistem saraf pusat
Terjadi nekrosis dan perdarahan otak diantaranya perdarahan ventrikel
Dehidrasi sistem jaringan otak dan adanya benda keton dapat merusak fungsi saraf pusat yang
menimbulkan kelainan ensefalopati Wernicke dengan gejala: nistagmus, gangguan kesadaran
dan mental serta diplopia
Perdarahan pada retina dapat mengaburkan penglihatan. (Manuaba, 2007)

1.

2.

D. Tanda dan Gejala


Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya
gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan
Tingkatan I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrum. Nadi
meningkat ssekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang,
lidah mengering dan mata cekung.
Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah
mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata

sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi,
oligouria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai
aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
3.

Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal
terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopatiwernicke, dengan gejala:
nistagmus diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat
makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.
(Wiknjosastro, 2005)
E.

Diagnosis
Diagnosis hiperemis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya
kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum.
Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis,
ulkus venntrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah. Hiperemesis
gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat
memepngaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan.
(Wiknjosastro, 2005)

F. Komplikasi
Bagi wanita hamil
Jika tidak
diobati,
HG dapat
menyebabkan
gagal ginjal, mielinolisis pontine pusat,koagulopati,
atrofi,
Mallory-Weiss sindrom,
hipoglikemia,
sakit
kuning,
kekurangan
gizi,ensefalopati Wernicke, pneumomediastinum, rhabdomyolysis, deconditioning, avulsion li
mpa,
dan vasospasms arteri serebral. Depresi merupakan
komplikasi sekunder umum HG. Pada kesempatan langka seorang wanita dapat meninggal
karena hiperemesis; Charlotte Bronteadalah korban diduga penyakit ini.
Bagi janin
Bayi dari wanita dengan hiperemesis berat yang mendapatkan kurang dari
7 kg (15,4lb) selama
kehamilan cenderung berat
lahir rendah,
kecil
untuk usia
kehamilan, dan lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Sebaliknya, bayi dari wanita
dengan hiperemesis yangmemiliki keuntungan kehamilan berat lebih dari 7 kg muncul
mirip sebagai bayi darikehamilan tanpa komplikasi. Tidak ada jangka panjang tindak lanjut
penelitian telah dilakukan pada anak dari ibu hiperemesis.

F. Penanganan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jelas
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologis, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih
sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk
makan roti kering atau biskuit denagn teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau
lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan
panas atau sangat dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan
kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan
yang banyak mengandung gula.
1.

Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak mengurang maka
diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen.
Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah B1 dan
B6. Anti histaminika juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat
diberikan antiemetik, seperti disiklominhidrokhlorid atau khlorpromasin. Penanganan
hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
2.

Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, terapi cerah dan peredaran udara
yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk
ke dalam kamar penderita, sanpai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan
makanan/minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan
konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4.

Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambah kalium, dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu
diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa
setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada
permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah

dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk memberikan minum dan dapat
ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan di atas, pada umumnya
gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.
5.

Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikistrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan,
takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam
keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk
melakukan abortus teraupetik sering sulit diambil, oleh karana itu di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala
ireversibel pada organ vital. (Wiknjosastro, 2005)
2.2 Filosofi Kebidanan
Pengertian filisofi secara umum adalah ilmu yang mengkaji tentang akal budi
mengenai hakikat yang ada.Filosofi Kebidanan adalah keyakinan atau pandangan hidup bidan
yang digunakan sebagai kerangka piker dalam memberikan asuhan kebidanan.
Filosofi Kebidanan menyatakan :
1. Profesi kebidanan secara nasional diakui Undang undang maupun Peraturan
pemerintah yang merupakan salah satu tenaga pelayanan kesehatan professional dan
secara internasional diakui dalam International Confederation Of Modwiferea (ICM),
International Federation of Gynaecologist and Obstetritian (FIGO) dan WHO.
2. Tugas, tanggung jawab, dan kewenangan profesi bidan diatur dalam Keputusan
Menteri Kesehatan ditujukan dalam rangka program penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI), Angka Kematian Perinatal (AKP), Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
Pelayanan Ibu hamil, melahirkan, nifas, Pelayanan Keluarga Berencana (KB),
Pelayanan kesehatan masyarakat, dan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
3. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu memperoleh pelayanan kesehatan aman
dan memuaskan dan kebutuhan serta perbedaan budaya.
4. Bidan meyakini bahwa menstruasi, kehamilan, menopause adalah proses fisiologis
dan sebagian kecil membutuhkan intervensi medik.
5. Persalinan merupakan proses alami, normal namun bila tidak dikelola dengan tepat
menjadi abnormal.
6. Setiap individu berhak dilahirkan secara sehat, untuk itu setiap WUS, bumil,
melahirkan, dan bayinya mendapat pelayanan berkualitas.

7. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga membutuhkan


persiapan mulai anak menginjak dewasa.
8. Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi perilaku ibu, lingkungan dan pelayanan
kshtan.
9. Intervensi Kebidanan bersifat komprehensif yaitu upaya promotif preventif, kuratif
dan rehabilitatif ditunjukkan kepada individu keluarga dan masyarakat
10. Manajemen Kebidanan diselenggarakan atas dasar pemecahan masalah dalam rangka
meningkatkan cakupan pelayanan bidan yang professional dan interaksi social serta
asas penelitian dan pengembangan yang dapat malendasi manajemen secara terpadu
11. Proses kependidikan kebidanan sbg upaya pengembangan kepribadian berlangsung
sepanjang hidup manusia perlu di kembangkan dan diupayakan berbagai strata alam.

2.3 Wawancara Bidan


Nama
: Hj. Zaharommy
TTL
: Jambi, 27 April 1962
Anak
: 4 orang
Pekerjaan suami
: Bank Jambi
Alamat
: RT. 13 dr Suabesi kelurahan Buluran Kenali Jambi
Pertanyaan :
1. Menurut ibu Hiperemesis Gravidarum itu apa bu ?
Jawab
: Kehamilan yang terjadi dimana si ibu mengalami mual muntah yang berlebihan
2. Menurut ibu penyebab terjadinya hiperemesis ini apa bu ?
Jawab
: penyebabnya dapat terjadi karena hormon yang meningkat, dan emosional ibu yang tidak
seimbang. Biasanya itu terjadi pada anak pertama dan kedua, dapat pula terjadi karena si ibu
yang belum siap misalnya belum siap pada perubahan bentuk badan dsb. Dapat pula karena
anak yang dikandungnya itu anak emas yang telah ditunggu-tunggu selama berapa tahun
sehingga si ibu menjadi manja dan sebagainya.
3. Menurut ibu biasanya hiperemesis ini terjadi pada bulan keberapa bu?
Jawab
: biasanya terjadi pada triester pertama yaitu sekitar bulan keempat dan kelima.
4. Menurut ibu dalam sehari itu berapa kali muntah sehingga ibu dapat dikatakan hiperemesis
gravidarum?
Jawab
: menurut ibu pasien yang dikatakan hiperemesis gravidarum itu saat setiap apapun yang
dimakannya selalu keluar.
5. Dampaknya buat anak apa bu?
Jawab
: anaknya dapat terjadi kekurangan gizi, anak kecil,dan tumbuh kembang bayi tidak sesuai
kehamilan.
6. Ibu pernah berapa kali melihat kasus seperti ini bu dala setahunnya?

Jawab

: dalam tahun 2011 ibu melihat satu orang tapi itu hanya di daerah buluran ini saja tidak tahu
ibu kalau didaerah lain.
7. Bagaimana keadaan seorang ibu yang hiperemesis gravidarum ini bu ?
Jawab
: kalau menurut ibu apabila dilihat dari keadaan fisik ibu tersebut lemas, biasanya berat
badannya dapat turun sampai dengan 5 kg.
8. Bagaimana cara penangannya bu?
Jawab
: yang pertama kita sebagai seorang bidan harus memberikan nasehat dan support bahwa kita
harus dapat terima keadaan, yang kedua suami dan keluarga juga harus mendukung dan
anjurkan pasien untuk makan sedikit demi sedikit namun sering.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Normal and natural chilbird
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering
kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula
timbul setiap saat dan malam hari. Gejala gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah
hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah
terjadi pada 60 80% primi gravida dan 40 60% multi gravida. Satu diantara seribu
kehamilan, gejala gejala ini menjadi lebih berat.
Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan
HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon
ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung lambung yang
berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun
demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan
sehari hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang
disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat
ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2002)
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada
kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama.
Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual- mual dan 44%
mengalami muntah muntah. Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan
diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan
timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di
rumah sakit. Perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum 4 : 1000 kehamilan.
(Sastrawinata, 2004)
Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan muntah dan kira kira 5%
dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan dan koreksi
ketidakseimbangan elektrolit. Mual dan muntah khas kehamilan terjadi selama trimester

pertama dan paling mudah disebabkan oleh peningkatan jumlah HCG. Mual juga
dihubungkan dengan perubahan dalam indra penciuman dan perasaan pada awal kehamilan.
(Walsh, 2007)
Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak
terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit,
atu defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000
kelahiran. Walaupun kebanyakan kasus hilang dan hilang seiring perjalanan waktu, satu dari
setiap 1000 wanita hamil akanmenjalani rawat inap. Hiperemesis gravidarum umumnya
hilang dengan sendirinya (self-limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps
sering umum terjadi. Kondisi sering terjadi diantara wanita primigravida dan cenderung
terjadi lagi pada kehamilan berikutnya. (Lowdermilk, 2004)
3.2. Contuinity Of Care
Setiap wanita hamil memiliki akses perawatan yang berkesinambungan oleh bidan
dikenal mulai kehamilan, persalinan dan periode pasca kelahiran awal. Dalam hal ini bidan
harus mampu untuk menjalin kerjasama dengan ibu untuk melakukan perawatan akibat
Hiperemesis Gravidarum.
Perawatan Hiperemisis Gravidarum seperti sebagai berikut :
Menganjurkan mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan dalam porsi kecil tetapi
sering.
Waktu bangun dari tempat tidur pagi jangan segera turun dari tempat tidur tapi sebaiknya
makan roti atau biskuit dengan teh hangat manis.
Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
Makanan dan minuman sebaiknya dihidangkan dalam keadaan panas atau dingin sekali.
Usahakan agar dapat BAB setiap hari karena dapat menjamin menghindarkan kekurangan
karbohidrat.
Menganjurkan banyak makan makanan yang mengandung gula.
Menganjurkan kepada ibu untuk dapat menerima kehamilannya dengan baik, menghilangkan
perasaan kuatir / takut terhadap kehamilan.
Kurangi pekerjaan yang dapat menggangu kehamilan.
Hilangakan / hindari masalah dan konfilik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit
ini.
Menganjurkan kepada ibu agar istirahat yang cukup.
Hubungan seksual boleh dilakukan asal tidak menggangu kehamilan dan ibu merasa nyaman
melakukannya.
Berikan dukungan / support dari orang sekitarnya.
Pencegahan terhadap hypremisis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan
penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik,
memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala fisiologik pada kehamilan
muda dan akan hilang setelah umur kehamilan 4 bulan.

3.3 Empowering Women


Sebagai seorang bidan harus memberikan kekuatan kepada seorang ibu terutama ibu
yang menderita hiperemesis gravidarum sebab seorang ibu dapat lebih tenang ketika ada yang
memotivasinya perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah
dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
3.4 Informed Choice
Pada sebagian kecil kasus keadan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikistrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan,
takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam
keadaan demikian seorang bidan harus mampu memberikan pertimbangkan apakah ibu
tersebut harus mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus teraupetik sering
sulit diambil, oleh karena itu disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat harus ada
pemikiran yang matang, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala
ireversibel pada organ vital. (Wiknjosastro, 2005)
Pada beberapa kasus, pengobatan hyperemesis gravidarum tidak berhasil malah
terjadi kemunduran dan keadaan semakin menurun sehingga diperlukan pertimbangan untuk
melakukan gugur kandung. Keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung yaitu :
1) Gangguan kejiwaan
2) Gangguan penglihatan
Bidan harus mapu membimbing ibu tersebut dalam mengambil keputusannya, seorang
bidan harus dapat memberikan informasi baik kepada ibu maupun keluarganya agar tidak ada
kata penyesalan dikemudian harinya.
3.5 Woman and Family Patnership
Bidan dan keluarga harus bekerjasama dengan baik demi menjaga kesehatan ibu,
contohnya bidan dapat memberikan saran pada ibu yang menderita Hiperemesis Gravidarum
bahwa berdasarkan data yang telah didapat dan informasi dari pihak rumah sakit bahwa
hiperemesis gravidarum sering terjadi pada ibu hamil yang tidak bekerja karena adanya
kesukaran hidup yang hanya mengandalkan pendapatan suami atau karena rutinitas ibu di
rumah yang membosankan berkaitan dengan faktor psikologis sebagai faktor pemicu
terjadinya hiperemesis gravidarum. Untuk itu bidan dan keluarga harus memberikan
perhatian yang lebih bagaimana semestinya hal yang harus dilakukan ketika hamil.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum adalah suatu
keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah
berat) dan terus menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas, jadi mualmuntah yang berlebihan disaat kehamilan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jelas
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih
sering.
4.2 Saran
Saran untuk ibu yang menderita Hiperemesis Gravidarum agar leebih memperhatikan
pola makan dan keadaan fisik ibu, dan sran untuk bidan agar dapat meberikan asuhan dan
pandangan tentang Hioeremesis gravudarum dengan cara menginformasikannya kepada
seorang ibu dengan baik, agar kedepannya seorang ibu dapat menjadi ibu yang tidap lagi
menjadi penderita hiperemesis gravidarum.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Bayu. 2012. Materi Tentang Homoestasi (Onlie)
http://bayuajuzt.blogspot.com/2012/05/materi-tentang-hemostatis.html
Llwellyn Jones, Derek.(2011). Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta. EGC
Manuaba, IBG. (2007). Pengantar kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Varney, Helen. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Walsh, Linda. (2007). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
http://gayahidup.inilah.com/read/detail/1933896/hiperemesis-gravidarum-bahayakan-ibujanin
Prawirohardjo,Sarwono.Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta.EGC.2008
Leveno,Kenneth J.dkk. Obstetri Williams.Edisi 21. Jakarta.EGC.2009
Manuaba.Pengantar kuliah obstetric. Jakarta. EGC.200

Anda mungkin juga menyukai