Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I
PENDAHULUAN
Bahan Baja walaupun dari jenis yang
paling rendah kekuatannya, tetap mempunyai
perbandingan kekuatan per volume lebih
tinggi bila dibandingkan dengan bahan-bahan
bangunan lainnya yang umum dipakai,
sehingga memungkinkan perencanaan sebuah
konstruksi baja bisa mempunyai beban mati
yang lebih kecil untuk bentang yang lebih
panjang. Sifat-sifat dari baja yang seragam
sebagai bahan bangunan maupun dalam
bentuk struktur dapat terkendali dengan baik
sekali sehingga dapat dihindari berbagai
ketidakpastian yang biasa terjadi dalam
perencanaan. Disamping itu Baja memiliki
sifat Duktilitas, yaitu sifat dari baja yang dapat
mengalami deformasi yang besar di bawah
pengaruh tegangan tarik yang tinggi tanpa
hancur atau putus, adanya sifat ini membuat
struktur baja mampu mencegah terjadinya
proses robohnya bangunan secara tiba-tiba.
(Amon, Knobloch, and Mazumder, 1999)
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembangunan gedung
bertingkat tinggi, salah satunya adalah gempa.
Berdasarkan hal ini setiap bangunanyang akan
dibuat baik yang berada baik yang berada di
atas permukaan tanah maupun yang berada di
bawah permukaan tanah harus memasukkan
resiko gempa di dalam perencanaannya. Syarat
dalam merencanakan bangunan tahan gempa
adalah stabil, kuat, dan kaku antar
sambungannya. Pada dasarnya beban gempa
adalah beban lateral yang bersifat siklik
(bolak-balik) sehingga struktur harus diberi
pengaku untuk menahannya. Bermacammacam pengaku dapat digunakan, antara lain
dinding struktur (DS), core (inti), dan pengaku
baja. Untuk menahan beban lateral pada
struktur baja umumnya digunakan pengaku
(bracing), dimana fungsi dari pengaku adalah
sebagai perkuatan struktur dan kestabilan. Ada
2 jenis sistem pengaku, yaitu Sistem Rangka
Bracing Eksentrik dan Sistem Rangka Bracing
Konsentrik.
Tujuan akhir dari Tugas Akhir ini
adalah menghasilkan perencanaan struktur
gedung baja yang rasional dan mengacu pada
berbagai peraturan yang berlaku diantaranya
SNI 03-1726-2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Bangunan Gedung, SNI 03-1729-2002 tentang
Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk

Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002 tentang


Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung, dan SNI 03-1727-1989
tentang Tata Cara Pembebanan Indonesia
Untuk Rumah dan Gedung.
1.2. Permasalahan
Permasalahan yang ditinjau dalam
Modifikasi dan Perencanaan Sistem Ganda
Untuk Gedung Kantor Pusat Departemen
Keuangan RI adalah :
1. Bagaimana merencanakan Gedung
Kantor Pusat Departemen Keuangan
Republik
Indonesia
dengan
menggunakan Konstruksi Baja untuk
struktur utama dan struktur sekunder.
2. Bagaimana merencanakan bracing
atau pengaku sebagai penerima gayagaya lateral bersama rangka.
3. Bagaimana
merencanakan
balok
dengan
menggunakan struktur komposit.
4. Bagaimana merencanakan pondasi
yang sesuai dengan besar beban yang
dipikul dan kondisi tanah di lapangan.
1.3. Maksud dan Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dari
perencanaan struktur gedung ini antara lain :
1. Merencanakan struktur gedung dengan
menggunakan struktur baja.
2. Merencanakan bracing atau pengaku
sebagai penerima gaya-gaya lateral
bersama rangka.
3. Merencanakan
balok
dengan
menggunakan struktur komposit.
4. Merencanakan pondasi yang sesuai
dengan besar beban yang dipikul dan
kondisi tanah di lapangan.
5. Mengaplikasikan hasil perhitungan
perencanaan dan gambar kedalam
bentuk gambar teknik.
1.4. Batasan Masalah
Pembatasan masalah ini dilakukan
agar pembahasan tidak melebar pada persoalan
lain, terdiri dari:
1. Perencanaan struktur utama bangunan,
yaitu perencanaan balok induk dan
kolom induk.
2. Perencanaan
struktur
sekunder
bangunan, yaitu perencanaan plat
lantai, tangga, dan balok anak.

2
3. Perencanaan pondasi bangunan yang
terdiri dari perhitungan daya dukung
pondasi dan desain pondasi.
4. Analisa struktur dengan menggunakan
program Bantu ETABS V9.2.
5. Tidak membahas metode pelaksanaan
di lapangan.
6. Tidak meninjau analisa biaya dan
manajemen konstruksi.
7. Peraturan yang digunakan yaitu SNI
03-1726-2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Bangunan Gedung, SNI 03-1729-2002
tentang Tata Cara Perencanaan
Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung, SNI 03-2847-2002 tentang
Tata Cara Perencanaan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung, dan SNI
03-1727-1989 tentang Tata Cara
Pembebanan Indonesia Untuk Rumah
dan Gedung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Penggunaan baja sebagai bahan
struktur utama dimulai pada akhir abad ke-19
ketika metode pengolahan baja yang murah
dikembangkan dengan skala yang luas. Baja
merupakan bahan yang mempunyai sifat
struktur yang baik. Baja mempunyai kekuatan
yang tinggi dan sama kuat pada kekuatan tarik
maupun tekan sehingga baja adalah elemen
struktur yang memiliki batasan sempurna yang
akan menahan beban jenis tarik aksial, tekanan
aksial dan lentur dengan fasilitas yang hampir
sama. Berat jenis baja tinggi, tetapi
perbandingan antar kekuatan terhadap
beratnya juga tinggi sehingga komponen baja
tersebut tidak terlalu berat jika dihubungkan
dengan kapasitas muat bebannya, selama
bentuk-bentuk struktur yang digunakan
menjamin bahwa bahan tersebut digunakan
secara efisien. Oleh karena itu, pada bagian
dimana beban lentur dipikul, penggunaan
penampang melintang baja yang diperbaiki
dan penampang memanjang adalah penting.
(Salmon & Johnson, 1991)

2.1.1. Keuntungan Baja Sebagai Bahan


Konstruksi
Baja
memiliki
beberapa
sifat
yang
menguntungkan, yaitu :
1. Kekuatan Tinggi.
Bahan baja meskipun dari
jenis yang paling rendah kekuatannya,
tetap memiliki perbandingan per
volume
lebih
tinggi
apabila
dibandingkan dengan bahan-bahan
bangunan lainnya yang umum dipakai.
Hal ini memungkinkan perencanaan
sebuah
konstruksi
baja
bisa
mempunyai beban mati yang lebih
rendah untuk bentang yang panjang,
sehingga memberikan kelebihan ruang
dan volume yang dapat dimanfaatkan
akibat langsingnya profil-profil yang
dipakai. (Amon, Knobloch, and
Mazumder, 1999)
2. Kemudahan Pemasangan.
Semua bagian-bagian dari
konstruksi baja bisa dipersiapkan di
bengkel,
sehingga
satu-satunya
kegiatan yang dilakukan di lapangan
ialah kegiatan pemasangan bagianbagian
konstruksi
yang
telah
disiapkan. (Amon, Knobloch, and
Mazumder, 1999)
3. Daktilitas.
Sifat dari baja yang dapat
mengalami deformasi besar dibawah
pengaruh tegangan tarik yang tinggi
tanpa hancur atau putus, dengan
adanya sifat ini membuat struktur baja
mampu mencegah terrjadinya proses
robohnya bangunan secara tiba-tiba.
(Amon, Knobloch, and Mazumder,
1999)
4. Elastis.
Baja mengikuti hukum Hooke,
dimana sampai dengan tegangan
cukup tinggi Modulus Elastisitas dari
konstruksi baja dapat dihitung dengan
tepat tidak sebagaimana pada beton.
(Marwan & Isdarmanu, 2006)

3
BAB III
METODOLOGI

BAB IV
PERENCANAAN STRUKTUR
SEKUNDER

3.1 Diagram Alir Metodologi


Berikut ini adalah diagram alir
metodologi
pengerjaan
tugas
akhir
Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung
Kantor Pusat Departemen Keuangan Republik
Indonesia Dengan Menggunakan Struktur Baja
Sistem Ganda.
Mulai

Pengumpulan Data
-Shop drawing gedung
-Data Tanah

Sebagai bagian dari komponen


struktur secara keseluruhan, struktur sekunder
akan memberikan pengaruh terhadap struktur
utama sebagai beban. Dalam perencanaan
desain gempa, struktur sekunder merupakan
komponen struktur yang dikomposisikan
untuk menerima beban lateral akibat gempa,
sehingga dalam perhitungannya struktur
sekunder dapat direncanakan dan dianalisa
secara terpisah dari struktur sekunder. Di
dalam bab ini struktur sekunder yang di bahas
meliputi perencanaan tangga, perencanaan
pelat lantai, dan perencanaan lift.
4.1. Perencanaan Tangga
Direncanakan :
Lebar Injakan (i)
: 30 cm
Tinggi Injakan (t) : 15 cm
Jumlah Injakan
: 14 buah
Jumlah Tanjakan
: 14buah
Kemiringan Tangga : 25,5650

Studi Kepustakaan

Konsep Desain

Preliminary Design

Pembebanan

Desain Struktur
- Struktur sekunder
- Struktur utama
- Struktur bawah
NOT
OK
Kontrol Desain
OK
Penyusunan Laporan Tugas Akhir

Penggambaran Hasil Perhitungan

Selesai

Denah Tangga
Persyaratan perencanaan :
60cm 2t i 65cm

( 2 15) 30 60cm

(ok)

25 40 = 26,565

(ok)

4
4.2. Perencanaan Pelat
Untuk Pelat Lantai Dengan Bentang Menerus :
- Berdasarkan Tabel 2. (Tabel Perencanaan
Praktis Brosur Lysaght BONDEX), tebal
pelat = 12 cm dan tulangan negatif = 4,99
cm2/m,
- Dipakai tulangan D 10, As = 0,7854 cm2
- Jumlah tulangan yang dibutuhkan tiap 1 m :
N = 4,99 / 0,7854 = 6,353 7 buah
- Jarak antar tulangan = 100 / 7 = 14,286
15 cm
- Jadi dipasang tulangan negatif D 10 150.
Untuk Pelat Atap Dengan Bentang Menerus :
- Berdasarkan Tabel 2. (Tabel Perencanaan
Praktis Brosur Lysaght BONDEX), tebal
pelat = 12 cm dan tulangan negatif = 3,59
cm2/m,
- Dipakai tulangan D 10, As = 0,7854 cm2
- Jumlah tulangan yang dibutuhkan tiap 1 m :
N = 3,59 / 0,7854 = 4,6 5 buah
- Jarak antar tulangan = 100 / 5 = 20 cm
- Jadi dipasang tulangan negatif D 10 200.
4.3. Perencanaan Balok Anak
Data Perencanaan :
Balok anak WF 350 x 175 x 6 x 9
BJ-41 : fy = 2500 kg/cm2
fu = 4100 kg/cm2
Panjang balok (span) L = 8000 mm = 8 m
Menghitung Momen Nominal
Menentukan gaya yang terjadi
C = 0,85.fc.tplat.beff
= 0,85.350.12.200 = 535500 kg
T = As.fy
=52,68.2500 = 131700 kg (menentukan)
Menentukan jarak-jarak dari centroid gayagaya yang bekerja:
As. fy
131700
a

2,2cm
0,85 . fc '.beff
0,85 .350 .200
Menghitung kekuatan nominal penampang
komposit

a
d
Mn As. fy ts
2
2
2, 2
35
131700 12

2
2
= 3740280 kgcm
Syarat :
Mu .Mn
2236928 kgcm 0,85 3740280 kgcm
2236928 kgcm 3179238 kgcm

Beton ditransformasikan ke baja


1, 5

Ec 0,041.wc . fc' =
0,041.24001,5. 35
= 28519 Mpa
Es 2.10 5 Mpa
beff = 200 cm (balok interior)

Es 2.10 5
=
=7
Ec 28519
beff
200
btr =
=
= 28,52 cm
n
7
n =

Atr = btr.t plat beton = 28,52 x 12 = 399,27 cm


Menentukan letak garis netral

Atr .t platbeton
Yna


d
As t platbeton
2

Atr As

399,27 12
35

52,6812
2
2

399,27 52,68
= 11,7 cm
b efektif
btr
ts
Yna
GN komposit
GN baja

yt

Penampang Balok Komposit


Kontrol Lendutan
Lendutan ijin :

L
800
=
= 2,222 cm
360 360
5.( q DL q LL ).l 4
=
ymaks
384 .E .Ix
f '=

5.(9,97 10).8004
384.2.106.80873,5
= 1,32 cm < f ' ..................ok

5
4.4. Perencanaan Balok Lift
Pada perencanaan Balok Lift ini
meliputi balok-balok yang berkaitan dengan
ruang mesin lift. Desain lift disini adalah
memperhitungkan balok penggantung lift yang
disesuaikan dengan ruang konstruksi yang
disesuaikan jenis lift. Pada bangunan ini
menggunakan lift penumpang dengan datadata sebagai berikut (untuk lebih jelasnya lihat
lampiran brosur) :
- tipe lift
: Passenger Elevator
- merk
: Young Jin
- kapasitas
: 11 orang / 750 kg
- kecepatan
: 60 m/min
- lebar pintu
: 800 mm
- dimensi hoistway : 1800 x 2000 mm2
- dimensi sangkar
inside
: 1400 x 1350 mm2
outside
: 1460 x 1505 mm2
- dimensi ruang mesin : 2000 x 3700 mm2
- beban reaksi ruang mesin
R1 = 4550 kg
R2 = 2800 kg
Data data Perencanaan
Digunakan profil WF 300 x 250 x 9 x 14
BJ-41 : fy = 2500 kg/cm
fu = 4100 kg/cm2
Panjang balok (span) L = 8000 mm = 8 m
BAB V
PEMBEBANAN
DAN ANALISA STRUKTUR
5.1 Analisa Struktur Utama
Pada perhitungan struktur utama
digunakan program Bantu ETABS V9.2.
Struktur utama ini dimodelkan sebagai rangka
terbuka karena dinding bata tidak diasumsikan
sebagai pemikul beban. Pemikul beban
struktur utama berupa balok dan kolom,
sedangkan struktur pelat dibebankan ke balok
anak dan beban balok anak menjadi beban
terpusat pada balok induk. Struktur tangga
sebagai beban terpusat yang bekerja pada
balok utama dimana tangga tersebut berada.
5.2 Pembebanan
Struktur utama dibebani oleh beban
hidup dan beban mati yang berasal dari lantai,
beban struktur sendiri, beban angin dan beban
gempa. Beban mati dan beban hidup
dimasukkan dalam beban gravitasi yang
dipikul oleh balok hasil penyaluran pelat lantai
maupun dari pelat atap yang selanjutnya beban
tersebut disalurkan ke kolom dan akhirnya

disalurkan ke pondasi. Sedangkan untuk beban


angin dan beban gempa berupa beban
horizontal yang diterima oleh kolom pada
masing-masing tingkat yang kemudian
diteruskan ke pondasi.
Beban pada struktur utama didapatkan
dari reaksi-reaksi struktur pendukung maupun
beban langsung yang bekerja pada struktur
tersebut. Beban yang bekerja pada struktur
utama umumnya berupa beban merata,
sedangkan beban yang berasal dari struktur
pendukung berupa beban terpusat.
5.3 Distribusi gaya yang diterima bracing
dan rangka
Dari hasil analisis ETABS berupa gaya gaya
pada bracing dan base shear, dapat diperoleh
distribusi gaya geser dasar pada system rangka
sebagai berikut :
Bracing :
Rangka :
Fx = 171743,21 Kg Fx = 85035,2 kg
Fy = 196827,94 Kg Fy = 68529,96 kg
Distribusi arah x :
171743,21
Bracing:
x100%=66,9%
171743,21 85035,2
85035, 2
Rangka :
x 100=33,1%
171743,21 85035,2
. . . OK
Distribusi arah Y :
196827,94
Bracing:
x100=74,2%
196827,94 68529,26
68529,26
Rangka:
x100=25,8%
196827,94 68529,26
. . . OK
BAB VI
PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA
6.1 Perhitungan Kontrol Dimensi Pengaku
Diambil gaya-gaya maksimum yang terjadi
pada pengaku pada strory 1, elemen D23 dan
D24.
Pu = 35521,82 kg ( tarik )
Pu = - 41948,77 kg ( tekan )
Pengaku menggunakan profil
WF 200 x 200 x 12 x 12
r
= 4,88 cm
Fy = 250 Mpa ; Fu = 410 Mpa
Ag = 35,77 cm2
L = 447,214 cm

6
6.1.1

Kontrol Penampang Profil :


bf
200
=
=
= 8,33
2.12
2.t f
p =

170

170

= 10,752
250
< p 8,33 < 10,752 , penampang kompak
h
200
=
=
= 16,67
12
tw
p =

fy

1680

1680

= 106,253
250
< p 16,67<106,253, penampang kompak

fy

6.1.2 Kontrol Kelangsingan :


1900
447,214
L

1900

4
,
88
r
250
Fy
91,64 120,167 OK
6.1.3 Kontrol Kekuatan pengaku :
Kuat tarik rencana :
Pn = x Fy x Ag
= 0,9 x 2500 x 35,77
= 80482,5 kg ( menentukan )
Misal An = 0,85 x Ag
U = 0,9
Ae = U x An
Pn = x Fu x Ae ; Ae = U x An
= 0,75x 4100 x ( 0,9 x (0,85 x 35,77))
= 84144,5 kg
Pn = 80482,5 kg Pu = 35521,82 kg
Kuat tekan rencana :
k
L
Fy
c = c
=
r
E

1 447,214
2500

= 1,031

4,88
2 x10 6
0,25 < 1,031 < 1,2
Untuk 0,25 < c < 1,2, maka

1,43
1,6
1,6 0,67 c

2500
= 1589,6 kg/cm2
1,6
Pn = x Ag x fcr
= 0,85 x 35,77 x 1586,6
= 48329,9 kg
Pn = 48329,9 kg Pu = 41948,77 kg

fcr

6.2 Perhitungan Dimensi Balok Induk


6.2.1 Perhitungan Dimensi Balok Induk
Kondisi Balok Utama Sebelum Komposit
Dari hasil output ETABS v9.2.0 untuk
batang B-52, didapatkan :
Mmax (-) = 1560293,4 Kgcm
Vu
(-) = 18254,93 Kg
L
= 800 cm
Persyaratan :
Mu Mn
1560293,4 Kgcm 0,9. 3215000 kgcm
1560293,4 Kgcm < 893500 kgcm............OK
Jadi Penampang profil baja sebelum komposit
mampu menahan beban yang terjadi.
Kontrol Geser
Kontrol geser balok tergantung pada
perbandingan antara tinggi bersih pelat badan
(h) dengan tebal pelat badan (tw).

k .E
h
1,1 n
tw
fy
5
Dimana, kn = 5
, untuk balok dengan
2
a
h

pengaku vertikal
kn =5, untuk balok tanpa pengaku
vertikal pelat badan.
Sehingga,
342
5(2.106 )
1,1
8
2500
42,75 69,57.............................. OK
Vn = 0,6.fy.Aw
= 0,6.2500 kg/cm (34,2.0,8) cm2
= 41040 kg
Persyaratan :
Vu Vn
18254,93 Kg 0,9. 41040 Kg
18254,93 Kg < 36936 kg
Kondisi Balok Utama Setelah Komposit
Zona momen Positif
Dari hasil output ETABS v9.2.0 didapatkan
momen positif
adalah Mmaks = 2127400,4 Kgcm (batang
B-52).

Menentukan gaya tekan yang terjadi pada


pelat
C1 = As.fy = 84,12.2500 = 210300 kg
C2 = 0,85.fc.tplat.beff
= 0,85.350.12.200
= 714000 kg
N

C3 =

Qn ( C

tidak menentukan )

n1

Jadi, C = C1 ( terkecil) = 210300 kg

Menentukan jarak-jarak dari centroid


gaya-gaya yang bekerja:
a

C
210300
= 3,542

0,85. fc '.beff 0,85.350.200

cm
b eff

Jumlah tulangan yang dibutuhkan tiap 1m


N = 4,99 / 0,7854 = 6,353 7 buah/m
Asr = 7.2.0,784 = 10,996 m2
Tc = Asr . fyr
= 10,996. 2400
= 26389,44 Kg
Gaya tekan nominal maksimum dalam
penampang baja
Pyc = As . fy
d1 = 84,12.2500
d2 = 0 = 210300 kg

d3

Py

Potongan balok Induk Interior

a
3,542
= 12 10,23 cm
2
2
d2 = 0 profil baja tidak mengalami
tekan
d 40
d3 =
20 cm
2 2

Menghitung
kekuatan
nominal
penampang komposit
Mn C .(d 1 d 2 ) Py (d 3 d 2 )
C = 210300 kg
Py = As.fy = 84,3.2500 = 210300 kg
Mn = 56357369 kgcm
Syarat :
Mu .Mn
2127400,4 kgcm 0,85.56357369 kgcm
2127400,4 kgcm 5403763,7 kgcm.
Kekuatan nominal penampang komposit
lebih besar daripada momen akibat beban
berfaktor, sehingga penampang mampu
menahan beban yang terjadi.
Zona momen negatif
Dari hasil output program ETABS v9.2.0
didapatkan momen negatif Mmaks = 3254740,3 Kgcm (batang B-52).
L = 800 cm
beff .L = .800 cm = 200 cm
tbondex = 0,75 mm
fyr = 240 Mpa
Menentukan Lokasi Gaya Tarik pada
Balok Baja
Batang tulangan menambah kekuatan
tarik nominal pada pelat beton. Dipasang
tulangan negatif D 10 - 150.
d1 = tb -

Distribusi tegangan negatif


Karena Pyc > Tc, maka PNA pada web,
berlaku persamaan.
Pyc Tc 210300 26389,44

2
2
= 92180,3 Kg
Gaya pada sayap, Tf = bf . tf . fy
= 20 . 1,3 . 2500
= 65000 Kg
Ts

Gaya pada badan, Tw =

Pyc Tc
Tf
2

= 92180,3 65000
= 27180,3 Kg
Jarak garis netral dari tepi bawah sayap :
aw

Tw
27180,3
= 13,6 cm

fy.tw 2500.0,8

Menenentukan Jarak Gaya yang Bekerja


dari Centroid
(Tf .0,5.tf ) (Tw(tf 0,5.aw))
d2 =
Tf Tw
= 2,85 cm
d3 = D/2 =40/2
= 20 cm
d1 = ts c
= 12 2,5 = 9,5 cm
Perhitungan Momen Nominal Negatif
Mn = Tc (d1+ d2) + Pyc(d3 d2)
= 3932554,6 Kgcm
Persayaratan :
Mu Mn
3254740,3 Kgcm 3342671,4 Kgcm

8
6.2.1.1 Perencanaan Penghubung Geser
Untuk penghubung geser yang dipakai adalah
tipe stud dengan:
ds = 16 mm
Asc = 201,062 mm2
fu = 550 Mpa = 55 kg/mm2
Ec = w1, 5 .0,041. fc' 24001,5.0,041 35
= 28519,03 Mpa
Qn = 0,5.Asc. fc'.Ec = 100438,8 N/stud
= 10043,88 kg/stud
Syarat :
Qn Asc.fu
10043,88 kg/stud 201,062 x 55 kg/stud
10043,88 kg/stud 11058,4 kg/stud
Jumlah stud untuk setengah bentang
N

Vh 210300 kg

20,96 21buah
Qn
10043,88

Jadi, dibutuhkan 42 buah stud untuk seluruh


bentang.
Jarak (P) dengan 2 stud pada masing-masing
lokasi :
L 800
P

20cm
N
42
Jarak maksimum (Pmaks)
=8(tplatbeton) ... SNI 03-1729-2002
= 8 x 12 cm = 96 cm
Jarak minimum
= 6(diameter) ... SNI 03-1729-2002
= 6 x 1,6 cm = 9,6 cm
Jadi, shear connector dipasang sejarak 20 cm
sebanyak 40 buah untuk masing-masing
bentang.
6.3 Perhitungan Dimensi Kolom
6.3.1 Perhitungan Kolom Lantai 1 - 4
Pada perencanaan ini, ditunjukkan
contoh perhitungan kolom Story 1 element
C68. Pada perhitungan berikut Kolom
direncanakan
dengan
profil
WF
400x400x45x70. Panjang kolom (L) = 400 cm.
Dari hasil output ETABS v9.2.0 untuk Story 1
element C68 :
Pu
= - 824142,65 kg
Mux
= - 1051349 kgcm
Muy
= - 589077 kgcm
Kontrol Penampang :
Terhadap Tekan :
170
665
r =
=
= 42,06
fy
250
=

bf
400
=
= 2,9 < r .. Ok
2t f
2(70)

216
h
=
= 4,8
< r .. Ok
tw
45
Terhadap Lentur :
bf
400
=
=
= 2,9 < p .. Kompak
2t f
2(70)
=

p =

170
fy

170

= 10,752

250

216
h
=
= 4,8
< p .. Kompak
tw
45
1680
1680
p =
=
= 106,253
fy
250
Karena penampang kompak, maka Mnx =
Mny = Mp :
Mx
= Sx.fy = 30000000 kgcm
1,5Mx = 1,5(30000000) = 45000000 kgcm
Mnx = Mpx = Zx.fy = (14385)(2500)
= 35962500 kgcm
= 35962500 kgcm 1,5Mx
= 45000000 kgcm ... O.K
My
= Sy.fy = 11825000 kgcm
1,5My = 1,5(11825000) = 17737500 kgcm
Mny = Mpy = Zy.fy = (6713)(2500)
= 16782500 kgcm
= 16782500 kgcm 1,5My
= 17737500 kgcm .. OK
Jadi diperoleh : Mnx = 35962500 kgcm
Mny = 16782500 kgcm
=

Ix = 298000cm4
Iy = 94400cm4

Ix = 23700 cm4

Ix = 23700 cm4

Ix = 298000cm4
Iy = 94400cm4

Pemodelan Letak Kolom Lantai 1 - 4


Kontrol Tekuk Lateral
Lb = 400 cm
Dari tabel diperoleh
Lp = 552,562 cm
Lb Lp Bentang pendek

9
Terhadap sumbu x :
Kontrol kekakuan portal :

Ic

G=

L
c

Ib

L
b

2(298000 400)
= 25,14
2( 23700 / 800)
GB = 1 (Ujung kolom dianggap jepit)
Diperoleh : kc = 0,87 (berpengaku)
k L
0,87 x 400
x= c =
= 17,67
ix
19,7
Terhadap sumbu y:
Kontrol kekakuan portal :

GA =

Ic
Lc
G=
Ib
Lb

kc L
= = 30,63
iy

Rumus Interaksi :
terbesar = y = 30,63

WF 350 X 175 X 6 X 9

L 60 X 60 X 6
20 MM

WF 350 X 175 X 7 X 11

2(94400 400)
=8
2(23700 / 800)
GB = 1 (Ujung kolom dianggap jepit)
Diperoleh : kc = 0,85 (berpengaku)

c =

7.1. Sambungan Balok Anak (Atap) dengan


Balok induk
Eksterior
Sambungan yang digunakan adalah
sambungan baut karena Balok anak
terletak pada 2 tumpuan sederhana.
Vu = 7025,92 kg
Balok anak : 350 x 175 x 6 x 9
Balok induk eksterior : 350 x 175 x 7 x 11

60
30

GA =

y=

BAB VII
PERENCANAAN SAMBUNGAN

fy
30,63 2500
=
= 0,33

E
2 10 6

0,25 < c < 1,2 =

Sambungan Balok Anak dengan Balok Induk


Eksterior (Atap)
7.2. Sambungan Balok Anak dengan Balok
induk Eksterior (Lantai)
Sambungan yang digunakan adalah
sambungan baut karena balok anak
terletak pada 2 tumpuan sederhana.
Vu = 11184,64 kg
Balok anak : 350 x 175 x 6 x 9
Balok induk eksterior : 350 x 175 x 7 x 11
WF 350 X 175 X 6 X 9

1,43
= 1,04
1,6 0,67. c

L 60 X 60 X 6
20 MM

fy

2500
Pn = Ag. = 770,1.
= 1850358,92 kg

1,04
Pu
824142,65
=
= 0,52 0,2
.Pn 0,85.1850358,92
RUMUS 1
Kontrol Tekan-Lentur
Pu
0,51 0,2
Pn

Pu 8 Mux
Muy

1,0

Pn 9 bMnx bMny
8 1051349
589077
0,52

1,0
9 0,9 x 35962500 0,9 x16782500
0,61 1 .. OK

60
30

WF 350 X 175 X 7 X 11

Sambungan Balok Anak dengan Balok induk


Eksterior (Lantai)
7.3. Sambungan Balok Anak dengan Balok
induk Interior (Atap)
Sambungan yang digunakan adalah
sambungan baut karena balok anak
terletak pada 2 tumpuan sederhana.
2Vu = 14051,84 kg ; Vu = 7025,92 kg
Balok anak : 350 x 175 x 6 x 9
Balok induk interior : 400 x 200 x 8 x 13

10
WF 350 X 175 X 6 X 9

L 60 X 60 X 6
D 20 MM

7.6 Sambungan Balok Induk Eksterior


dengan Kolom
Balok induk eksterior: WF 350x175x7 x11
Kolom : WF 400 x 400 x 45 x 70
WF 400 X 400 X 45 X 70

60
30

T 400 X 400 X 30 X 50

90
L 70 X 70 X 7

20 MM

60
30
30 MM

Sambungan Balok Anak dengan Balok induk


Interior (Atap)
7.4 Sambungan Balok Anak dengan Balok
induk Interior (Lantai)
Sambungan yang digunakan adalah
sambungan baut karena balok anak
terletak pada 2 tumpuan sederhana.
2Vu = 22369,28 kg ; Vu = 11184,64 kg
Balok anak : 350 x 175 x 6 x 9
Balok induk interior : 400 x 200 x 8 x 13

WF 350 X 175 X 7 X 11

T 350 X 175 X 7 X 11

Sambungan Balok Induk Eksterior dengan


Kolom
7.7 Sambungan Bracing untuk batang
tekan
(WF 200 x 200 x 12 x 12)
Dari hasil analisa ETABS diperoleh :
Pu = - 41948,77 kg (tekan)

WF 350 X 175 X 6 X 9

WF 400 X 400 X 45 X 70

D 30 MM

L 70 X 70 X 7
WF 200 X 200 X 12 X 12
60
PELAT 1,2 CM

L 60 X 60 X 6

30

D 20 MM
60
30

WF 350 X 175 X 7 X 11
D 20 MM
L 70 X 70 X 7
60
30

T 350 X 175 X 7 X 11
90
T 400 X 400 X 30 X 50

Sambungan Balok Anak dengan Balok induk Interior


(Lantai)
7.5 Sambungan Balok Induk Interior
dengan Kolom
Balok induk interior : WF 400 x 200 x 8 x
13
Kolom : WF 400 x 400 x 45 x 70

Sambungan Bracing Untuk Batang Tekan


7.8 Sambungan Bracing untuk batang tarik
(WF 200 x 200 x 12 x 12)
Dari hasil analisa ETABS, diperoleh :
Pu = 35521,82 kg (tarik)
WF 400 X 400 X 45 X 70

L 70 X 70 X 7

D 30 mm
WF 200 X 200 X 12 X 12

90

WF 400 X 400 X 45 X 70

PELAT 1,2 CM

45

T 400 X 400 X 30 X 50
D30 MM

60

30

WF 350 X 175 X 7 X 11

L 70 X 70 X 7
60

90

30

L 70 X 70 X 7

D 20 MM
T 350 X 175 X 7 X 11

60

90

30
D 30 MM
WF 400 X 200 X 8 X 13

T 400 X 200 X 8 X 13

Sambungan Balok Induk Interior dengan


Kolom

T 400 X 400 X 30 X 50

Sambungan Bracing Untuk Batang Tarik

11
7.9 Sambungan Bracing pada Balok
Eksterior
Dari hasil analisa ETABS diperoleh :
Pu = 35521,82 kg ( tarik )
Pu = - 41948,77 kg ( tekan )

TEBAL EFEKTIF LAS = 2 CM

TEBAL PELAT 7 CM

WF 400 X 400 X 45 X 70

WF 375 X 175 X 7 X 11

D 30 MM

D 30 MM

PELAT 1,2 CM

45

60

45

Sambungan Las pada Base Plate


BAB VIII
PERENCANAAN PONDASI

D 30 MM

WF 200 X 200 X 12 X 12

Sambungan Bracing pada Balok Eksterior


7.10 Sambungan antar Kolom
Dari hasil analisa ETABS diperoleh :
Pu = 824142,65 kg
Mux
= 1351349,3 kgcm
Muy
= 1089076,6 kgcm
Vux
= 3378,87 kg
Vuy
= 6821,23 kg

8.1 Perencanaan Pondasi interior


Pondasi pada umumnya berlaku
sebagai komponen struktur pendukung
bangunan yang terbawah dan berfungsi
sebagai elemen terakhir yang meneruskan
beban ke tanah.

WF 400 X 400 X 45 X 70

120
PELAT 3 CM

D 40 MM

60

D 20 MM
PELAT 1 CM

Sambungan antar Kolom


7.11 Sambungan antar Kolom dengan Base
Plate
Profil kolom WF 400 x 400 x 45 x 70
Dari hasil analisis ETABSV9.2, gaya yang
bekerja pada dasar kolom C70 (Comb 1,2
D + L + E)
Pu = 155242,8 kg
Mux
= 1960535,4 kgcm
Muy
= 1142289,419 kgcm
Vux
= 10940,09 kg
Vuy
= 8660,1 kg
Direncanakan :
fc = 30 MPa = 300 kg/cm2
fy = 250 MPa = 2500 kg/cm2

Pondasi
interior
pada
gedung
Departemen Keuangan RI ini direncanakan
memakai pondasi tiang pancang jenis pencil
pile shoe produk dari PT. WIKA Beton.
Spesifikasi tiang pancang yang akan
digunakan adalah sebagai berikut:
Diameter
: 450 mm
Tebal
: 80 mm
Type
: A1
Allowable axial
: 139,23 ton
Bending Momen crack
: 7,5 ton m
Bending Momen ultimate : 11,25 ton m
Dari hasil analisa struktur dengan
menggunakan program bantu ETABS, diambil
output reaksi perletakan yang terbesar (dengan
kombinasi 1D + 1L), hasilnya adalah sebagai
berikut :

12
Pondasi Interior :
Pu
: 738530,53 kg
Mx
: 3919,232 kgm
My
: 319,882 kgm
Hx
: 587,21 kg
Hy
: 2986,13 kg

4. Dilakukan kontrol kekuatan bracing


meliputi
kontrol
kelangsingan,
perhitungan kuat tekan dan kuat tarik.
5. Dilakukan kontrol terhadap balok
utama dengan anggapan balok adalah
balok baja dianggap sebagai struktur
komposit dengan pelat pada saat
komposit. Dimana balok menerima
beban dari struktur sekunder yang
harus dilakukan kontrol meliputi :
kontrol lendutan, kontrol penampang
(local buckling), kontrol lateral
buckling dan kontrol geser.
6. Dilakukan kontrol kekuatan struktur
kolom baja yang meliputi kontrol
perhitungan kuat tekan aksial kolom,
perhitungan kuat lentur kolom, dan
kontrol kombinasi aksial dan lentur.
7. Rigid
connection
adalah
tipe
sambungan yang cocok untuk jenis
bangunan baja seperti ini. Selain
memiliki kekakuan yang lebih stabil
juga lebih mudah dalam pelaksanaan
di lapangan.
8. Dari hasil pehitungan didapatkan datadata perencanaan sebagai berikut :
Tebal pelat bondek : 12 cm
balok (eksterior) : WF 350x175x7x11
balok (interior) : WF 400x200x8x13
balok anak : WF 350x175x6x9
Profil kolom
Lantai 1 - 4: WF 400 x 400 x 45 x 70
Lantai 5 - 8: WF 400 x 400 x 30 x 50
Lantai 9 - 12: WF 400 x 400 x 20 x 35
Lantai 13-16: WF 400 x 400 x 18 x 28
Lantai 17-20: WF 400 x 400 x 16 x 24
Pengaku : WF 200 x 200 x 12 x 12
9. Struktur
bawah
bangunan
menggunakan tiang pancang pracetak
dengan diameter 45 cm.

8.2 Perencanaan Pondasi Eksterior


Pondasi eksterior pada gedung
Departemen Keuangan RI ini direncanakan
memakai pondasi tiang pancang jenis pencil
pile shoe produk dari PT. WIKA Beton.
Spesifikasi tiang pancang yang akan
digunakan adalah sebagai berikut:
Diameter
: 450 mm
Tebal
: 80 mm
Type
: A1
Allowable axial
: 139,23 ton
Bending Momen crack
: 7,5 ton m
Bending Momen ultimate : 11,25 ton m
Dari hasil analisa struktur dengan
menggunakan program bantu ETABS, diambil
output reaksi perletakan yang terbesar (dengan
kombinasi 1D + 1L), hasilnya adalah sebagai
berikut :
Pondasi Eksterior :
Pu
: 337539,55 kg
Mx
: 1547,031 kgm
My
: 319,882 kgm
Hx
: 587,21kg
Hy
: 1160,27 kg
BAB IX
PENUTUP
9.1

Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan analisa yang
telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan antara lain :
1. Dilakukan
perhitungan
struktur
sekunder terlebih dahulu seperti
perhitungan tangga, pelat lantai, dan
balok anak terhadap beban-beban
yang bekerja baik beban mati, beban
hidup maupun beban terpusat.
2. Analisa balok dihitung terhadap
kontrol lendutan, kontrol penampang
(local buckling), kontrol lateral
buckling dan kontrol geser.
3. Prinsip dasar bahwa struktur sekunder
menjadi beban pada struktur utama,
dan setelah itu dilakukan analisa
struktur utama dengan bantuan
program yaitu ETABS V9.2.

9.2

Saran
Perlu dilakukan studi yang lebih
mendalam untuk menghasilkan perencanaan
struktur dengan mempertimbangkan aspek
teknis, ekonomi, dan estetika. Sehingga
diharapkan perencanaan dapat dilaksanakan
mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan
dan hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan
perencanaan yaitu kuat, ekonomi, dan tepat
waktu dalam pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai