Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENGENAI PENATALAKSANAAN DIARE

PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CURUP


TAHUN 2015
Anita 1, Joni Sistro 2
Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Bengkulu Prodi Keperawatan Curup
INTISARI
Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh
Dunia. Kejadian diare di Dunia mencapai 1,731 milyar pada tahun 2010 pada anak usia
dibawah 5 tahun dan angka kematian diare di tahun 2011 mencapai sekitar 700.000 anak
balita. Penyebab utama kematian akibat diare adalah penatalaksanaan yang tidak tepat baik di
rumah maupun di sarana kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan
ibu mengenai penatalaksanaan diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Curup.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan sampel yang dipilih secara accidental
sampling dengan cara menyebarkan kuisioner. Hasil penelitian diketahui sebagian besar
responden berpengetahuan cukup 19 ibu(63,3%), sebagian kecil dari responden
berpengetahuan baik 7 ibu orang (23,3%) dan sebagian kecil responden berpengetahuan
kurang, 4 orang (13, 3%). Petugas kesehatan perlu untuk memberikan informasi yang benar
kepada ibu-ibu yang memiliki anak balita seperti dilakukan penyuluhan dan pendidikan
kesehatan tentang penatalaksanaan diare pada balita di rumah.
Kata Kunci : Pengetahuan ibu rumah tangga, penatalaksanaan diare
ABSTRACT
Diarrhea is one of the main cause of morbidity and mortality of children in the World. The
occasion of diarrhea in the world reach 1,731 billion on child age under 5 years old in 2010
and the death coused by diarrhea reach 700,000 toddlers. The main cause of this problem are
the bad management at home or at health facilities. This research objective is to know the
description of mothers knowledge about management diarrhea to toddlers at Puskesmas
Curup 2015. This research is descriptive research with samples are selected by using the
accidental sampling method and by spread the questionnaire. From the research known most
respondents knowledgeable enough, 19 people (63,3%). almost partially of respondents
knowledgeable good, 7 people (23,3%) and a small portion of respondents less
knowledgeable, 4 people (13, 3%). Health workers need to provide correct information to
mothers that have toddlers such as do counseling and health education about management
diarrhea on toddler at home.
Key words : Knowledge of houswife, management of diarrhea
Pendahuluan
Diare merupakan salah satu
penyebab utama morbiditas dan mortalitas
pada anak diseluruh Dunia. Organisasi

Dunia
tentang
anak
(UNICEF)
memperkirakan satu setengah juta bayi
meninggal setiap tahun sebagian besar
kematian tersebut terjadi akibat penyakit

Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Penatalaksanaan Diare Pada Anak


Balita
Page 1

diare (Alexander, 2000). Diare juga


merupakan masalah kesehatan yang penting
di Indonesia. Diare hingga kini masih
merupakan penyebab utama kesakitan dan
kematian pada bayi dan anak-anak.
Morbiditas (angka kesakitan) diare di
Indonesia saat ini mencapai 195 per 1000
penduduk dan angka ini merupakan yang
tertinggi di antara Negara-negara di Asean
(Husna, 2013).
Kejadian diare di Dunia mencapai
1,731 milyar pada tahun 2010 pada anak
usia dibawah 5 tahun dan angka kematian
diare di tahun 2011 mencapai sekitar
700.000 anak balita. Diare merupakan
penyebab kematian nomor satu di rumah
sakit dengan case fatality rate 1,45
(Herwindasari, 2013). Satu dari tujuh anak
balita di Indonesia menderita diare, bila
dilihat per kelompok umur prevalensi diare
tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4
tahun) yaitu 16,7% diikuti dengan
kelompok umur kurang dari satu tahun
yaitu sebesar 16,5% (Herwindasari, 2013).
Data tahun 2010 menunjukkan
bahwa angka morbiditas masih tinggi yaitu
sebanyak 411/1000 penduduk. Nusa
Tenggara Barat (NTB) merupakan salah
satu provinsi dengan prevalensi diare klinis
di atas 9% yaitu 13,2% menduduki
peringkat tertinggi ke tiga setelah NAD dan
Gorontalo (Wulandari, 2013).
Berdasarkan data yang didapatkan
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang
Lebong menunjukkan bahwa pada tahun
2012 ditemukan kasus diare sebanyak 5.
472 kasus, pada tahun 2013 kasus diare
ditemukan sebanyak 4. 783 kasus dan pada
tahun 2014 kasus diare ditemukan
sebanyak 2. 439 kasus, sedangkan
berdasarkan data dari Puskesmas Curup
tahun 2013 ditemukan kasus diare pada
balita sebanyak 274 kasus, pada tahun 2014
ditemukan kasus diare pada balita sebanyak
279 kasus, pada tahun 2015 bulan Januari
dan Februari ditemukan 63 kasus.

Penyebab utama kematian akibat


diare adalah penatalaksanaan yang tidak
tepat baik di rumah maupun di sarana
kesehatan. 35% anak-anak dengan diare
tidak mendapatkan terapi rehidrasi oral
yang merupakan pengobatan utama
penyakit ini. Penatalaksanaan diare di
rumah tangga belum menunjukkan
perbaikan dan belum sesuai dengan
harapan, masih ada beberapa ibu yang
menghentikan pemberian ASI (Air Susu
Ibu) dan makanan padat saat anaknya diare,
bahkan ada pula ibu yang tidak
memberikan oralit saat anaknya diare.
Tindakan penanganan diare di rumah oleh
ibu dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
ibu, semakin baik pengetahuan ibu
mengenai diare semakin baik pula
tindakannya terhadap penanganan diare
(Herwindasari, 2013).
Menurut laporan hasil survei
morbiditas dan perilaku tatalaksana diare
oleh Depkes tahun 2000-2006 hingga 2010
diketahui lebih dari 90% ibu mengetahui
tentang paket oralit, hanya 1 dari 3 (35%)
anak yang menderita diare diberi oralit dan
hanya 22% yang diberi larutan gula dan
garam. Data juga menunjukkan bahwa
penatalaksanaan diare dengan cairan rumah
tangga mengalami penurunan dari 50%
pada tahun 2006 menjadi 27% pada tahun
2010 (Wulandari, 2013).
Penatalaksanaan diare akut (tanpa
darah) yang dapat dilakukan di rumah
tangga bertujuan mencegah dehidrasi dan
malnutrisi. Anak-anak tanpa tanda-tanda
dehidrasi memerlukan tambahan cairan dan
garam untuk mengganti kehilangan cairan
dan elektrolit akibat diare, jika ini tidak
diberikan tanda-tanda dehidrasi dapat
terjadi. Ibu atau keluarga harus diajarkan
cara-cara mencegah dehidrasi di rumah
dengan memberikan anak lebih banyak
cairan daripada biasanya, bagaimana
mencegah kekurangan gizi dengan terus
memberi makan anak dan mengapa

Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Penatalaksanaan Diare Pada Anak


Balita
Page 2

tindakan-tindakan ini penting. Para ibu juga


harus tahu apa tanda-tanda yang
menunjukkan bahwa anak harus dibawa ke
petugas kesehatan (Wulandari, 2013).
Selain itu penatalaksanaan diare dengan
obat tradisionai juga bisa digunakan seperti
; kunyit, daun jambu biji dan getah gambir.
Hasil penelitian Herwindasari
(2013) menunjukkan masih banyak
responden yang memiliki pengetahuan
yang kurang sebanyak 63%, hal ini dapat
berpengaruh terhadap tindakan seorang ibu
mengenai kesehatan anaknya karena
pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam
membentuk
tindakan
seseorang.
Pengetahuan akan menimbulkan kesadaran
dan akhirnya akan menyebabkan orang
berperilaku sesuai dengan pengetahuan
yang dimilikinya. Perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama
dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
Pengetahuan
juga
merupakan
parameter keadaan sosial yang dapat
menentukan
kesehatan
masyarakat.
Masyarakat dapat terhindar dari suatu
penyakit asalkan pengetahuan tentang
kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga
perilaku dan keadaan lingkungan sosialnya
menjadi sehat. Berdasarkan hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa masih ada ibu
yang memberikan penatalaksanaan awal
diare yang buruk kepada anak yaitu
sebanyak 27,4%. Hal ini menunjukkan
bahwa masih ada potensi seorang anak
untuk mengalami perburukan gejala /
komplikasi diare (Herwindasari, 2013).
Survey awal yang dilakukan di
Pasar Atas Curup tanggal 27 Oktober 2014
kepada 15 ibu yang mempunyai anak balita
yang memiliki riwayat diare, didapatkan
bahwa ada 7 orang ibu yang menggunakan
larutan garam gula (LGG) dan oralit, 5 ibu
yang menggunakan daun jambu biji, 2 ibu
yang menggunakan kunyit dan 1 ibu yang

menggunakan getah gambir sebagai


perawatan awal diare di rumah.
Berdasarkan latar belakang tersebut
penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Gambaran
Pengetahuan
Ibu
mengenai
Penatalaksanaan Diare pada Anak Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Curup Tahun
2015.
Metode penelitian
Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif, menurut (Notoatmodjo, 2012),
penelitian deskriptif adalah penelitian yang
digunakan untuk membuat gambaran atau
deskripsi tentang keadaan atau fenomena
atau hasil pengetahuan Ibu mengenai
penatalaksanaan diare pada anak balita di
wilayah kerja Puskesmas Curup tahun
2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu-ibu yang mempunyai anak
balita yang mengalami diare dan dibawa
berobat ke Puskesmas Curup tahun 2015.
Sampel
yang
digunakan
dalam
penelitian ini sebanyak 30 ibu yang
memiliki anak balita dengan diare.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik Accidental sampling, yaitu
memilih pasien yang berobat ke Puskesmas
Curup yang secara kebetulan bertemu
dengan peneliti dijadikan sebagai sampel.
Hasil Penelitian
a. Tabel 4.1
Karakteristik Umur Ibu yang Memiliki Balita
dengan Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Curup
Tahun 2015
Mean

Median

Mode

Minimum

Maximum

30

30

37

18

45

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur ratarata responden adalah 30 tahun, paling
banyak responden berusia 37 tahun,
sedangkan usia tertinggi responden 45 tahun

Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Penatalaksanaan Diare Pada Anak


Balita
Page 3

dan usia terendah 18 tahun dengan umur


tengah responden 30 tahun.
b. Tabel 4.2
Karakteristik Pendidikan Ibu yang Memiliki
Balita dengan Diare di Wilayah Kerja
Puskesmas Curup Tahun 2015
No
2
3

Pendidikan
Tinggi
Menengah
Rendah
Jumlah

Responden
7
12
11
30

Presentase
23,3%
40,0%
36,7%
100%

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hampir


sebagian dari responden berpendidikan
menengah 12 ibu (40,0%) dan rendah 11
ibu (36,7%) dan sebagian kecil responden
berpendidikan tinggi 7 ibu (23,3%).
c. Tabel 4.3
Karakteristik Pekerjaan Ibu yang Memilik Balita
dengan Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Curup
Tahun 2015
No
1
2
3

Pekerjaan
Wiraswasta
PNS
IRT
Jumlah

Responden
4
5
21
30

Presentase
13,3 %
16,0 %
70,7 %
100 %

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian


besar dari responden yaitu 21 ibu (70,0%)
tidak bekerja atau ibu rumah tangga,
sebagian kecil dari responden yaitu 5 ibu
(16,0%) bekerja sebagai PNS dan 4 ibu
(13,3%) bekerja sebagai wiraswasta.
d. Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Pengetahuan Ibu Mengenai Penatalaksanaan Diare
pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Curup Tahun 2015
No
1
2
3

Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah

Responden
7
19
4
30

Presentase
23,3 %
63,3 %
13,3 %
100 %

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pengetahuan


ibu mengenai penatalaksanaan diare pada

anak balita di Wilayah Kerja Puskesmas


Curup tahun 2015, sebagian besar
responden dengan kriteria pengetahuan
cukup sebanyak 19 ibu (63,3%) .
Pembahasan
Karakteristik Responden
Analisa univariat menunjukkan
karakteristik umur responden rata-rata
adalah 30 tahun, paling banyak responden
berusia 37 tahun dan umur tengah
responden 30,50 tahun. Sejalan dengan
hasil penelitian Herwindasari (2013)
didapatkan hasil ibu dengan kelompok
umur 25 tahun lebih dominan dibandingkan
dengan ibu dengan kelompok umur 25
tahun.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
teori
Notoatmodjo (2007)
semakin
bertambah usia akan semakin berkembang
pula daya tangkap dan pola pikir seseorang,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin bagus. Usia mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Makin tua umur
seseorang maka proses perkembangan
mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada
umur tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat
seperti ketika berumur belasan tahun. Umur
seseorang
berpengaruh
terhadap
pengetahuan yang dimiliki, tetapi disisi lain
pengetahuan
yang
dimilki
sangat
dipengaruhi
oleh
faktor-faktor
lain
diantaranya pengalaman dan pendidikan
itu sendiri.
Hampir sebagian dari responden
berpendidikan menengah 12 ibu (40,0%)
dan rendah 11 ibu (36,7%) dan sebagian
kecil responden berpendidikan tinggi 7 ibu
(23,3%)
dimana
sebagian
besar
pengetahuannya cukup (63,3%). Sejalan
dengan penelitian Nur (2013) yang
menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berpendidikan rendah yaitu SMP
sebanyak 17 responden dimana sebagian
besar pengetahuannya cukup yaitu (47,1%).

Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Penatalaksanaan Diare Pada Anak


Balita
Page 4

Sesuai dengan teori Notoatmodjo (2007)


bahwa meskipun seseorang memiliki
pendidikan yang rendah tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik maka
pengetahuan seseorang akan meningkat.
Dilihat dari status pekerjaan,
sebagian besar dari responden yaitu 21 ibu
(70,0%) bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Sejalan dengan penelitian Nur (2013) yang
menunjukkan bahwa sebagian besar
proporsi responden yang tidak bekerja atau
ibu rumah tangga sebanyak 38 orang
(90,0%). Hal ini dapat terjadi karena
pengambilan sampel dilakukan pada jam
kerja Puskesmas Curup yaitu mulai dari
jam 08.00-12.00 WIB. Bagi ibu yang
bekerja, jam buka puskesmas sama dengan
jam kerja ibu. Oleh karena pengunjung
puskesmas kebanyakan adalah ibu rumah
tangga. Namun ada pula responden yang
bekerja sebagai PNS dan wiraswasta yang
saat ditanyakan ibu izin atau tidak dalam
jam kerja saat itu.
`
Penelitian ini mayoritas ibu rumah
tangga karena responden penelitian adalah
ibu-ibu rumah tangga yang memiliki balita
sehingga ibu-ibu ini cenderung lebih sibuk
mengurus anaknya yang masih balita
daripada bekerja di luar rumah, sedangkan
ada beberapa responden yang bekerja di
luar rumah tetapi ibu-ibu menitipkan
anaknya pada orang yang ada di rumah,
biasanya orang tua, kakek atau nenek anak
ini. Selain itu ibu-ibu ini juga lebih
mengutamakan suaminya untuk berkerja
mencari nafkah sedangkan ibu lebih
memilih untuk di rumah mengurus anakanak yang masih balita.
Hasil
penelitian
Nur
(2013)
pengetahuan cukup yang dimilki oleh
seorang ibu rumah tangga disebabkan
adanya faktor lain misalnya sumber
informasi yang tersedia, walaupun hanya
sebagai ibu rumah tangga yang hanya
mengurus anaknya di rumah tetapi
mendapatkan infomasi yang lengkap

tentang penatalaksanaan diare pada balita


dari berbagai media, teman atau saudara
atau melalui penyuluhan kesehatan maka
itu akan menambah pengetahuannya
walaupun hanya sedikit.
Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan
Diare
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang cukup, yaitu sebanyak
(63,3%). Hasil pengetahuan ini diukur
berdasarkan jawaban responden dari 15
item pertanyaan didapat : ada beberapa
pertanyaan yang dijawab salah oleh
responden seperti pertanyaan nomor 8
cairan yang boleh diberikan bila anak
menderita diare hampir seluruh responden
menjawab salah 25 ibu (83,3%), jawaban
benar 5 ibu (16,7%), pertanyaan nomor 2
cara pembuatan larutan gula garam (LGG)
hampir seluruh responden menjawab salah
23 ibu (76,7%), jawaban benar 7 ibu
(23,3%), pertanyaan nomor 1 tujuan dari
penatalaksanaan diare di rumah sebagian
besar responden menjawab salah 20 ibu
(66,7%) jawaban benar 10 ibu (33,3%) dan
pada pertanyaan nomor 5 cara pemberian
makanan yang tepat sebagian besar
responden menjawab salah 19 ibu (63,3%)
jawaban benar 11 ibu (36,7%). Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian kecil
responden pengetahuannya kurang yaitu
(13,3%). Secara keseluruhan didapatkan
hasil dari 30 responden sebagian kecil
responden 7 ibu (23,3%) kategori baik,
sebagian besar responden 19 ibu (63,3%)
dengan kategori cukup dan sebagian kecil
responden 4 ibu (13,3%) kategori kurang.
Hal ini dapat terjadi karena mereka
memang tidak mengetahui cairan apa saja
yang boleh diberikan pada saat anak diare
dan bagaimana cara pembuatan larutan gula
garam (LGG) yang seharusnya diberikan
pada saat anak mengalami diare. Masih
banyak responden yang tidak mengetahui
atau memilih jawaban salah pada tujuan

Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Penatalaksanaan Diare Pada Anak


Balita
Page 5

dari penatalaksanaan diare dan cara


pemberian makanan yang tepat yang
seharusnya diberikan pada saat anak
mengalami diare disebabkan kurangnya
informasi tentang penanganan diare di
rumah. Hal ini dapat berpengaruh terhadap
tindakan seorang ibu mengenai kesehatan
anaknya, karena pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang.
Hasil
penelitian
diperoleh
gambaran pengetahuan ibu mengenai
penatalaksanaan diare pada anak balita di
wilayah kerja Puskesmas Curup tahun 2015
sebagian besar dalam kategori cukup
(63,3%). Penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Nur (2013) yang mengemukakan
bahwa
pengetahuan
ibu
tentang
penatalaksanaan diare pada balita sebagian
besar memiliki pengetahuan yang cukup
sebesar (40,48%). Hasil ini didukung oleh
penelitian Purbasari (2009) mayoritas
tingkat pengetahuan ibu dalam penanganan
awal diare di rumah adalah cukup sebanyak
33 responden (48,0%). Pengetahuan ini
diukur berdasarkan jawaban dari semua
responden dengan kategori benar dan
salah, dari 12 pertanyaan yang diajukan
rata-rata (55%) yang menjawab benar dan
(45%) yang menjawab salah. Sehingga
diperoleh sebanyak 17 ibu (40%)
berpengetahuan cukup, 13 ibu (31%)
berpengetahuan kurang, dan 12 ibu (28,6%)
berpengetahuan baik.
Hasil penelitian Herwindasari (2013)
pengetahuan akan menimbulkan kesadaran
dan akhirnya akan menyebabkan orang
berperilaku sesuai dengan pengetahuan
yang dimilikinya. Perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan juga merupakan
parameter keadaan sosial yang dapat
menentukan
kesehatan
masyarakat.
Masyarakat dapat terhindar dari suatu
penyakit asalkan pengetahuan tentang

kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga


perilaku dan keadaan
lingkungan
sosialnya menjadi sehat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
teori Notoatmodjo (2007), pengetahuan
adalah merupakan hasil tahu terjadi
setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni
indera
penglihatan,
pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengalaman manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dikemukakan
sebelumnya dapat diambil kesimpulan
bahwa :
1. Umur rata-rata responden adalah 30
tahun, paling banyak responden berusia
37 tahun dengan nilai tengah umur
responden 30 tahun.
2. Hampir sebagian responden (40,0%)
yang memiliki anak balita dengan diare
berpendidikan menengah.
3. Sebagian besar responden (70,0%)
yang memiliki anak balita dengan diare
tidak bekerja atau ibu rumah tangga.
4. Pengetahuan
ibu
mengenai
penatalaksanaan diare pada anak balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Curup
tahun 2015 pada kategori cukup yaitu
(63,3%).
Saran
1. Bagi responden
Pengetahuan
ibu
mengenai
penatalaksanaan diare pada balita
khususnya di Puskesmas Curup masih
cukup,
dengan
demikian
dapat
menyebabkan
meningkatnya
angka
kejadian
diare,
oleh
sebab
itu
pengetahuan ibu harus ditingkatkan

Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Penatalaksanaan Diare Pada Anak


Balita
Page 6

menjadi baik. Ibu-ibu dapat menggunakan


media masa seperti TV, radio, majalah
dan buku-buku sebagai sumber informasi
untuk menambah pengetahuan.
2. Bagi tenaga kesehatan
Tenaga
kesehatan
perlu
untuk
memberikan informasi kepada ibu-ibu
yang memiliki anak balita dengan diare
seperti dilakukan penyuluhan dan
pendidikan
kesehatan
tentang
penatalaksanaan diare yang dapat ibu
lakukan di rumah dan berikan simulasi
pada ibu-ibu balita tentang cara membuat
larutan gula garam (LGG) karena masih
banyak ibu yang belum mengetahui cara
membuat larutan gula garam (LGG) yang
benar.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai data dasar untuk meneliti lebih
lanjut
yang
berkaitan
dengan
penatalaksanaan diare pada anak balita di
rumah, seperti pemanfaatan daun jambu
biji sebagai obat anti diare.
DAFTAR PUSTAKA
Addin,

A.
2009.
Pencegahandan
Penanggulangan Penyakit. Bandung :
PT. Puri Delco.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian


Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta.
Budiarto, Eko. 2005. Biostatistika untuk
kedokteran dan kesehatan masyarakat.
Jakarta: EGC
Herwindasari, Erisa. 2013. Hubungan Tingkat
Pengetahuan
Ibu
dengan
Penatalaksanaan Awal Diare pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas II
Pontianak tahun 2013. Diakses pada
tanggal 30 Oktober 2014 dari
http://4889-16018-1-PB.pdf

Hidayat,

A.A. 2005. Pengantar Ilmu


Keperawatan Anak 1. Surabaya :
Salemba Medika

Husna,

Ainul. 2013. Faktor-Faktor Yang


Berhubungan dengan Penanganan
Diare Pada Balita Tingkat Rumah
Tangga di Kampung Tan Saril
Kecamatan Bebesan Kabupaten Aceh
Tengah. Diakses pada tanggal 30
Oktober
2014
dari
http://AINUL_HUSNAskripsi_ainul_husna.pdf

Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak


dalam Kebidanan. Jakarta : Cv. Trans
Info Media
Ngastiyah. 2005. Perawatan anak Sakit. Jakarta
: EGC.
Notoatmodjo,
Soekidjo.
2012.
Metode
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo,
Soekidjo.
2007.
Metode
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nur, Jihan, S. 2013. Hubungan Pengetahuan
Dan
Sikap
Ibu
Dengan
Penatalaksanaan Diare Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tilote
Kecamatan
Tilango
Kabupaten
Gorontalo 2013. Diakses pada tanggal
30 Oktober 2014 dari http://2013-114201-841409024-abstraksi30072013123859
Sodikin. 2012. Keperawatan anak :Gangguan
Pencernaan. Jakarta : EGC
Sudoyo, A.W. Bambang,S. Idrus,A. Marcellus,
S.K. Siti, S. 2006. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat
PenerbitanDepartemen Ilmu Penyakit
Dalam
Fakultas
Kedokteran
Universitas Indonesia
Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan
Anak. Jakarta : EGC

Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Penatalaksanaan Diare Pada Anak


Balita
Page 7

Suraatmaja, S. 2007. Kapita Selekta


Gastroenterologi Anak. Jakarta : CV.
Agung Seto.
Suriadi & Rita, Y. 2006. Asuhan Keperawatan
pada Anak. Jakarta : CV. Agung Seto.

Wulandari, Ade. 2013. Penanganan diare di


rumah tangga merupakan upaya
penekanan angka kesakitan diare pada
anak balita. Diakses pada tanggal 30
Oktober 2014 dari ipi41420. pdf

Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Penatalaksanaan Diare Pada Anak


Balita
Page 8

Anda mungkin juga menyukai