b. Jarak Personal Jauh (75 cm-1,2 m), adalah jarak yang digunakan oleh orang-orang
yang berteman tapi tidak saling akrab. Biasanya jika kita menjumpai dua orang yang
bercakap pada jarak ini maka hampir bisa dipastikan bahwa mereka adalah berteman
tapi tidak saling akrab,
3. Jarak Sosial
a. Jarak Sosial Dekat (1,2 2 m), terjadi pada situasi ketika kita diperkenalkan kepada
kawan ibu kita ketika bertemu di super market,
b. Jarak Sosial Jauh (2-3,5 m), umumnya terjadi ketika melakukan transaksi bisnis
resmi. Pada situasi ini sangat kecil atau sama sekali tidak ada suasana pertemanan,
karena biasanya masing-masing perusahaan mengutus wakil untuk berinteraksi,
4. Jarak Publik
a. Jarak Publik Dekat (3,5-7 m), biasanya digunakan oleh seorang dosen yang mengajar
kelas theater yang terdiri dari ratusan murid di mana jika berbicara harus dari jarak yang
tepat sehingga suaranya terdengar di seluruh penjuru ruangan. Jika kita berbicara
kepada 30-40 orang, kira-kira jarak inilah yang umum kita pakai agar suara kita bisa
terdengar jelas oleh masing-masing orang,
b. Jarak Publik Jauh (7 m atau lebih), biasanya jarak yang disediakan jika ada interaksi
masyarakat umum dengan seorang tokoh penting. Akan tetapi jika tokoh itu ingin
bercakap maka umumnya dia akan mendekat.
beberapa unsur yang mempengaruhi jarak Ruang Personal seseorang, yaitu:
1. Jenis Kelamin
Umumnya laki-laki memiliki ruang yang lebih besar, walaupun demikian faktor jenis
kelamin bukanlah faktor yang berdiri sendiri,
2. Umur
Makin bertambah usia seseorang, makin besar ruang personalnya, ini ada kaitannya
dengan kemandirian. Pada saat bayi, hampir tidak ada kemampuan untuk menetapkan
jarak karena tingkat ketergantungan yang makin tinggi. Pada usia 18 bulan, bayi sudah
mulai bisa memutuskan ruang personalnya tergantung pada orang dan situasi. Ketika
berumur 12 tahun, seorang anak sudah menerapkan RP seperti yang dilakukan orang
dewasa.
3. Kepribadian
Orang-orang yang berkepribadian terbuka, ramah atau cepat akrab biasanya memiliki RP
yang lebih kecil. Demikian halnya dengan orang-orang yang lebih mandiri lebih memilih
ruang personal yang lebih kecil. Sebaliknya si pencemas akan lebih mengambil jarak
dengan orang lain, demikian halnya dengan orang yang bersifat kompetitif dan terburuburu.
4. Gangguan Psikologi atau Kekerasan
Orang yang mempunyai masalah kejiwaan punya aturan sendiri tentang RP ini. Sebuah
penelitian pada pengidap skizoprenia memperlihatkan bahwa kadang-kadang mereka
membuat jarak yang besar dengan orang lain, tetapi di saat lain justru menjadi sangat
dekat
5. Kondisi Kecacatan
Beberapa penelitian memperlihatkan adanya hubungan antara kondisi kecatatan dengan
RP yang diterapkan. Beberapa anak autis memilih jarak lebih dekat ke orang tuanya,
sedangkan anak-anak dengan tipe autis tidak aktif, anak hiperaktif dan terbelakang
mental memilih untuk menjaga jarak dengan orang dewasa.
6. Ketertarikan
Ketertarikan, keakraban dan persahabatan membawa pada kondisi perasaan positif dan
negatif antara satu orang dengan orang lain. Namun yang paling umum adalah kita
biasanya akan mendekati sesuatu jika tertarik. Dua sahabat akan berdiri pada jarak
yang berdekatan dibanding dua orang yang saling asing. Sepasang suami istri akan
duduk saling berdekatan dibanding sepasang laki-laki dan perempuan yang kebetulan
menduduki bangku yang sama di sebuah taman.
7. Rasa Aman/Ketakutan
Kita tidak keberatan berdekatan dengan seseorang jika merasa aman dan sebaliknya.
Kadang ketakutan tersebut berasal dari stigma yang salah pada pihak-pihak
tertentu,misalnya kita sering kali menjauh ketika berpapasan dengan orang cacat, atau
orang yang terbelakang mental atau bahkan orang gemuk. Mungkin rasa tidak nyaman
tersebut muncul karena faktor ketidakbiasaan dan adanya sesuatu yang berbeda.
8. Persaingan/Kerjasama
Pada situasi berkompetisi, orang cenderung mengambil posisi saling berhadapan,
sedangkan pada kondisi bekerjasama kita cenderung mengambil posisi saling bersisian.
Tapi bisa juga sebaliknya, sepasang kekasih akan duduk berhadapan di ketika makan di
restoran yang romantis,sedangkan dua orang pria yang duduk berdampingan di meja
bar justru dalam kondisi saling bersaing mendapatkan perhatian seorang wanita yang
baru masuk.
9. Kekuasaan dan Status
Makin besar perbedaan status makin besar pula jarak antar personalnya.
10. Pengaruh Lingkungan Fisik
Ruang personal juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik. Di ruang dengan cahaya
redup orang akan nyaman jika posisinya lebih berdekatan, demikian halnya bila
ruangannya sempit atau kecil. Orang juga cenderung memilih duduk di bagian sudut
daripada di tengah ruangan.
11. Dan beberapa variasi lain seperti budaya, religi dan suku/etnis
B. Ruang Personal dan Perbedaan Budaya
Dalam studi lintas budaya yang berkaitan dengan ruang personal, Hall (dalam Altman,
1976) mengamati bahwa norma dan adapt istiadat dari kelompok budaya dan etrnik
yang berbeda akan tercemin dari penggunaan ruang (space)nya seperti susuanan
perbaot, konfigurasi tempat tinggal dan orientasi yang dijaga oleh individu satu dengan
individu lainnya. Hall menggambarkan secara kualitatif bagaimana anggota dari
bermacam macam kelompok budaya tersebut memiliki gelembung ruang personal yang
lebih besar dan lebih khawatir akan pemisahan fisik ketimbang orang Amerika.
Sementara itu, orang Inggris merupakan orang orang pribadi (private people). Akan
tertapi mereka mengatur jarak psikologis dengan orang lain dengan menggunakan
sarana sarana verbal dan nonverbal (seperti karakter suara dan kontak mata)
dibandingkan dengan sarana fisik atau lingkungan. Orang orang perancis berinteraksi
dengan keterlibatan yang lebih dalam. Kebiasaan mereka berupa rasa estetika terhadap
fashion merupakan bagian dari fungsi gaya hidup dan pengalaman.
Dalam eksperimen Waston dan Graves (dalam Grifford, 1987), yang mengadakan studi
perbedaan budaya secara terinci, mereka menggunakan sample kelompok siswa yang
terdiri dari empat orang yang diminta dating ke laboratorium. Siswa siswa ini diberitahu
bahwa mereka akan diamati, tetapi tanpa diberi petunjuk atau perintah. Kelompok
pertama terdiri dari orang orang Arab dan kelompok lainnya terdiri dari orang Amerika.
Rata rata jarak interpersonal yang diapakai orang Arab kira kira sepanjang dari
perpanjangan tangannya. Sedangkan jarak interpersonal orang Amerika terlihat lebih
jauh. Orang orang Arab menyentuh satu sama lain lebih sering dan orientasinya
langsung. Umumnya orang Arab lebih dekat daripada orang Amerika.
Privasi adalah salah satu konsep dari gejala persepsi manusia terhadap lingkungannya,
dimana konsep ini amat dekat dengan konsep ruang personal dan teritorialitas.
Konsep privacy dalam arsitektur bisa diartikan sebagai suatu kebutuhan manusia untuk
menikmati sebagian dari kehidupan sehari-harinya tanpa ada gangguan baik langsung
maupun tidak langsung oleh subjek lain. Hal ini dinyatakan dalam suatu ruang yang tertutup
dari jangkauan pandangan maupun fisik dari pihak luar. Jadi jelas ada batasan-batasan fisik
untuk mencapainya.
Pengertian Privasi sendiri antara lain adalah :
Privasi adalah kemampuan satu atau sekelompok individu untuk mempertahankan
kehidupan dan urusan personalnya dari publik, atau untuk mengontrol arus informasi
mengenai
diri
mereka.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Privasi)
Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang pada
suatu kondisi atau situasi tertentu. Tingkatan privasi yang diinginkan menyangkut
keterbukaan atau ketertutupan , yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi dengan orang
lain atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar di capai orang lain. (Dibyo
Hartono,
1986)
Psikologi mengartikan privacy sebagai kebebasan pribadi untuk memilih apa yang akan di
sampaikan. Dengan perkataan lain, privacy dalam psikologi belum tentusampaikan atau
dikomunikasikan tentang dirinya sendiri dan kepada siapa akan disampaikan akan tercipta
hanya dengan adanya batasan-batasan fisik saja. Psikologipun mengklasifikasikan privacy
ini menjadi: solitude yang berarti kesunyian, intimacy atau keintiman, anonymity atau
tanpa
identitas,
dan
reserve
yang
berarti
kesendirian.
Privacy
memiliki
2
jenis
penggolongan,
1.
Golongan
yang
berkeinginan
untuk
tidak
diganggu
secara
fisik.
a.
Keinginan
untuk
menyendiri
(solitude)
Misalnya ketika seseorang sedang dalam keadaan sedih dia tidak ingin di ganggu oleh
siapapun.
Ruang pribadi Seseorang (dan sesuai zona kenyamanan ) adalah sangat bervariasi dan sulit
untuk mengukur secara akurat. Perkiraan tempat itu sekitar 24,5 inci (60 cm) di kedua
sisinya, 27,5 inci (70 cm) di depan dan 15,75 inci (40 cm) di belakang untuk orang Barat
rata-rata.
Ruang pribadi adalah sangat bervariasi. Mereka tinggal di sebuah tempat yang berpenduduk
padat cenderung memiliki ruang pribadi yang lebih kecil.Warga India cenderung memiliki
ruang pribadi lebih kecil daripada di Mongolia padang rumput, baik dalam hal rumah dan
individu. Untuk contoh yang lebih rinci, lihat kontak Tubuh dan ruang pribadi di Amerika
Serikat.
Ruang pribadi telah berubah historis bersama dengan batas-batas publik dan swasta dalam
budaya Eropa sejak Kekaisaran Romawi. Topik ini telah dieksplorasi dalam A History of
Private Life, di bawah redaktur umum Philippe Aries dan Georges Duby, diterbitkan dalam
bahasa
Inggris
oleh
Belknap
Press.
ruang pribadi adalah juga dipengaruhi oleh posisi seseorang dalam masyarakat dengan
individu-individu lebih makmur menuntut ruang pribadi yang lebih besar. Orang membuat
pengecualian terhadap, dan memodifikasi persyaratan ruang mereka. Misalnya dalam
pertemuan romantis tegangan dari jarak dekat yang memungkinkan ruang pribadi dapat
ditafsirkan kembali ke semangat emosional. Selain itu, sejumlah hubungan memungkinkan
untuk ruang pribadi untuk dimodifikasi dan ini termasuk hubungan keluarga, mitra
romantis, persahabatan dan kenalan dekat di mana tingkat yang lebih besar dari
kepercayaan dan pengetahuan seseorang memungkinkan ruang pribadi harus dimodifikasi.
E. Teritorialitas
Pembentukan kawasan teritotial adalah mekanisme perilaku untuk mencapai privasi
tertentu. Kalau mekanisme ruang personal tidak memperlihatkan dengan jelas batasbatasan antar diri dengan orang lain, maka pada teritorialitas batas-batas tersebut nyata
dengan tempat yang relative tetap.
Tinjauan teori teritorialitas
Sebagai awal teori teritori yang digunakan dalam desain ruang publik, pertama kali teori
dikembangkan oleh Altman seorang pakar masalah perilaku. Awalnya dia mengembangkan
teori Behaviour Constraint atau yang biasa disebut dengan teori hambatan perilaku.
Premis asal teori ini adalah stimulasi yang berlebih atau yang tidak diinginkan, mendorong
terjadinya arousal atau hambatan dalam kapasitas pemrosesan informasi. Akibatnya
seseorang atau kelompok merasa kehilangan kontrol terhadap situasi yang sedang terjadi.
Hal tersebut menjadi awal terbentuknya teori dan konsep teritori pada desain lingkungan.
perbedaan tanggapan ini antara lain jenis kelamin, daya juang, budaya, ego state, status
sosial, lingkungan, dan derajat kekerabatan (affinity) sebagai sub system perilaku. Lebih
jauh hal ini akan menentukan kualitas dan keluasan personal space yang dimiliki tiap
individu ( disamping tentu saja
adanya pengaruh schemata, afeksi, perilaku nyata, pilihan tiap individu).
Seperti yang telah dikemukan, bahwa pada konsep pendekatan perilaku dalam desain ruang
publik, teritorialitas merupakan hal yang sangat mempengaruhi perilaku pada ruang publik,
karena pembentukan teritori yang lebih luas dari individu atau kelompok akan menyangkut
pula pada hak teritorial individu atau kelompok lainnya. Hal tersebut sering kali membuat
terjadinya masalah diruang publik, hingga dalam desain ruang publik harus betul-betul
memperhatikan dan menekankan desain pada perilaku teritorialitas.
Teritori interaksi ditujukan untuk sebuah daerah yang secara temporer dikendalikan oleh
sekelompok orang yang berinteraksi. Sementara teritori badan dibatasi oleh badan manusia
namun berbeda dengan ruang personal yang batasnya bukanlah ruang maya melainkan kulit
manusia.
1. Pelanggaran dan pertahanan teritori
Bentuk pelanggaran teritori dapat diindikasikan adalah sebagai suatu invasi ruang. Secara
fisik seseorang memasuki teritori orang lain biasanya dengan maksud mengambil kendali
atas teritori tersebut.
Bentuk kedua adalah kekerasan sebagai sebuah bentuk pelanggaran yang bersifat temporer
atas teritori orang lain, biasanya hal ini bukan untuk menguasai teritori orang lain
melainkan suatu bentuk gangguan, seperti gangguan terhadap fasilitas publik.
Bentuk ketiga adalah kontaminasi, yaitu seseorang mengganggu teritori orang lain dengan
meninggalkan sesuatu yang tidak menyenangkan seperti sampah, coretan atau merusaknya.
Pertahanan yang dapat dilakukan untuk mencegah pelanggaran teritori antara lain; 1)
Pencegahan seperti memberi lapisan pelindung, memberi rambu-rambu atau pagar batas
sebagai antisipasi terhadap bentuk pelanggaran.2) Reaksi sebagai respon terhadap
terjadinya pelanggaran, seprti menindak si pelanggar.
1. Pengaruh pada teritorialitas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keanekaan teritori adalah karakteristik personal
seseorang, perbedaan situasional dan faktor budaya.
a). Faktor Personal
Faktor personal yang mempengaruhi karakteristik seseorang yaitu jenis kelamin, usia dan
kepribadian yang diyakini mempunyai pengaruh terhadap sikap teritorialitas.
b). Faktor Situasi
Perbedaan situasi berpengaruh pada teritorialitas, ada dua aspek situasi yaitu tatanan fisik
dan sosial budaya yang mempunyai peran dalam menentukan sikap teritorialitas.
c). Faktor budaya
Faktor budaya mempengaruhi sikap teritorialitas. Secara budaya terdapat perbedaan sikap
teritori hal ini dilatar belakangi oleh budaya seseorang yang sangat beragam. Apabila
seseorang mengunjungi ruang publik yang jauh berada diluar kultur budayanya pasti akan
sangat berbeda sikap teritorinya. Sebagai contoh seorang Eropa datang dan berkunjung ke
Asia dan dia melakukan interaksi sosial di ruang publik negara yang dikunjungi, ini akan
sangat berbeda sikap teritorinya.
2. Teritorialitas dan agresi
Salah satu aspek yang paling menarik dari teritorialitas adalah hubungan antara teritori dan
agresi. Walaupun tidak selalu disadari, teritori berfungsi sebagai pemucu agresi dan
sekaligus sebagai stabilisator untuk mencegah terjadinya agresi. Salah satu faktor yang
mempengaruhi hubungan antara teritorialitas dan agresi adalah status dari teritori tertentu (
apakah teritori tersebut belum terbentuk secara nyata atau dalam perebutan, atau sudah
tertata dengan baik ). Ketika teritori belum terbentuk secara nyata, atau masih dalam
perebutan agresi lebih sering terjadi.
Apa akibatnya jika terjadi invasi teritori ?, Altman (1975), mengatakan bahwa atribusi yang
kita pergunakan untuk menilai suatu tindakan akan menentukan respon terhadap invasi
teritori tersebut hingga kita hanya akan merasakan suatu tindakan agresi pada saat kita
merasakan tidak orang lain yang kita anggap mengancam. Kemudian secara umum kita
memakai respon verbal, kemudian memakai cara-cara fisik seperti memasang papan atau
tanda peringatan.
Teritorialitas berfungsi sebagai proses sentral dalam personalisasi, agresi, dominasi,
koordinasi dan kontrol.
a). Personalisasi dan penandaan.
Personalisasi dan penandaan seperti memberi nama, tanda atau menempatkan di lokasi
strategis, bisa terjadi tanpa kesadaran teritorialitas. Seperti membuat pagar batas, memberi
nama kepemilikan. Penandaan juga dipakai untuk mempertahankan haknya di teritori
publik, seperti kursi di ruang publik atau naungan.
b). Agresi.
Pertahanan dengan kekerasan yang dilakukan seseorang akan semakin keras bila terjadi
pelanggaran di teritori primernya dibandingkan dengan pelanggaran yang terjadi diruang
publik. Agresi bisa terjadi disebabkan karena batas teritori tidak jelas.
c). Dominasi dan Kontrol.
Dominasi dan kontrol umumnya banyak terjadi di teritori primer. Kemampuan suatu
tatanan ruang untuk menawarkan privasi melalui kontrol teritori menjadi penting.
3. Teritori sebagai perisai perlindungan.
Banyak individu atau kelompok rela melakukan tindakan agresi demi melindungi
teritorinya, maka kelihatannya teritori tersebut memiliki beberapa keuntungan atau hal yang
dianggap penting. Kebenaran dari kalimat Home Sweet Home, telah diuji dalam berbagai
eksperimen. Penelitian mengenai teritori primer, skunder, dan publik menunjukkan, bahwa
orang cenderung merasa memiliki kontrol terbesar pada teritori primer, dibanding dengan
teritori sekunder maupun teritori publik. Ketika individu mempresepsikan daerah
teritorinya sebagai daerah kekuasaannya, itu berarti mempunyai kemungkinan untuk
mencegah segala kondisi ketidak nyamanan terhadap teritorinya.
Seringkali desain ruang publik tidak memperhatikan kebutuhan penghuninya untuk
memanfaatkan teritori yang dimilikinya.