Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Komunikasi adalah aktivitas yang selalu dilakukan setiap manusia, dimanapun dan
kapanpun baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi merupakan penghubungan
antar individu dalam bersosialisasi. Dalam pembelajaran, komunikasi sangat dibutuhkan agar
ilmu yang diberikan pengajar/pendidik dapat terserap efektif oleh siswa/mahasiswa.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari interaksi antar individu atau
kelompok yang menyebabkan perlunya metode untuk menyampaikan info, pesan, atau ide
yaitu dengan melalui komunikasi agar tercipta kesamaan pendapat dan dapat bersosialisasi
dengan baik.
Komunikasi berperan penting dalam kehidupan manusia, karena komunikasi inilah
manusia dapat melakukan interaksi untuk menyampaikan informasi kepada individu lain
ataupun kelompok lainnya. Komunikasi juga berperan dalam edukasi efektif karena dalam
menyampaikan ilmu atau materi pembelajaran , dibutuhkan komunikasi efektif yang mudah
dipahami dan juga mudah diserap oleh peserta didik.

Komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan salah satu kompetensi
yang sangat penting dan harus dikuasai oleh dokter. Kompetensi komunikasi menentukan
keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Komunikasi yang
efektif dapat mengurangi keraguan pasien, serta menambah kepatuhan dari pasien. Dokter
dan pasien sama-sama memperoleh manfaat dari saling berbagi dalam hubungan yang erat.
Setiap pihak merasa dimengerti. Pasien merasa aman dan terlindungi jika dokter yang
menanganinya melakukan yang terbaik untuk pasiennya. Ketika saling terhubung, sang

dokter dapat mengerti dan bereaksi lebih baik pada perubahan perilaku dan perhatiannya
pada pasien setiap saat.
Komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien sangatlah diperlukan untuk
memperoleh hasil yang optimal, berupa masalah kesehatan yang dapat diselesaikan dan
kesembuhan pasien. Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara (tidak
superior- inferior) sangat diperlukan agar pasien mau/dapat menceritakan sakit/keluhan yang
dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi pasien
dalam pengambilan keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya, sedangkan komunikasi
tidak efektif akan mengundang masalah.

1.2 TUJUAN
1.
2.
3.
4.

Mahasisawa mampu mengetahui prinsip dasar komunikasi.


Mahasisawa mampu memahami komunikasi efektif.
Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan baik
Mahasiswa mampu mempresentasikan hasil DKK dengan baik

1.3 MANFAAT
2. Menjaga hubungan baik antara sesama
3. Mendapatkan informasi
4. Mengolah informasi dengan baik dan benar
5. Mengetahui cara berkomunikasi dengan baik dan benar
6. Mengetahui tujuan dan fungsi komunikasi

BAB 2
ISI DAN PEMBAHASAN
A. SKENARIO MODUL
KENAPA KOK BEGINI? KENAPA KOK BEGITU?
Dosen X menyampaikan keluhannya kepada saya bahwa pada waktu pelaksanaan
DKK 1 pada mahasiswa semester satu, dia menyatakan bahwa sasaran diskusinya tidak
tercapai mungkin karena mahasiswa kurang dapat berkomunikasi dengan baik dan benar.
Selain itu juga mahasiswa belum terampil berbicara, bertanya, menjawab, dan menjadi
pendengar yang baik. Dan pada waktu pleno mahasiswa dapat mempresentasikan hasil
diskusinya.
B. TUJUH LANGKAH PBL BERDASARKAN THE SEVEN JUMPS
1. IDENTIFIKASI ISTILAH
a. Diskusi : Bertukar pikiran, gagasan, pendapat antara dua orang atau lebih untuk
memperoleh suatu pengertian yang lebih tepat mengenai suatu masalah.
b. Komunikasi : proses penyampaian informasi, ide atau pikiran yang dilakukan
dua orang atau lebih dengan menggunakan symbol verbal maupun non-verbal
yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap/pemikiran orang lain.
c. Presentasi : Penyampaian atau pemaparan materi/informasi secara individu dan
kelompok kepada orang banyak.
d. Pleno: Sidang besar yang dihadiri oleh seluruh anggota.
e. Keterampilan: Kemampuan atau kecakapan yang dimiliki oleh seseorang atau
kelompok.
2. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa tujuan komunikasi ?
2. Apa saja komponen komunikasi ?
3. Apa saja jenis-jenis komunikasi ?
4. Bagaimana proses komunikasi ?
5. Bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan benar ?
6. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh dalam berkomunikasi ?
7. Bagaimana cara presentersi yang baik ?
8. Perlukah alat penyampaian dalam komunikasi ? mengapa alat tersebut sangat
diperlukan ?
9. Bagaimana cara agar mahasiswa bisa terampil berbicara, bertanya, menjawab, dan
menjadi pendengar yang baik?
10. Apa pentingnya memiliki sasaran dalam diskusi dan bagaimana caranya agar
sasaran tersebut dapatt tercapai?
3

3. ANALISIS MASALAH
1. Tujuan komunikasi
a. Menyampaikan informasi bagi penerima pesan agar penerima pesan mengerti.
b. Membangun hubungan baik antar individu maupun kelompok.
c. Menyampaikan dan menerima informasi.
d. Membangun hubungan sosial yang baik antara komunikator dan komunikan
e. Agar mendapatkan atau memberikan pesan atau informasi yang positif
2. Komponen komunikasi: pembicara atau sumber, pendengar, isi pesan, media, respon
a. Komunikator adalah seseorang yang biasanya menyampaikan pesan kepada
penerima pesan.
b. Komunikan adalah seseorang yang menerima pesan dari komunikator.
c. Pesan : suatu isi informasi, ide, gagasan yang biasa disampaikan dalam
berkomunikasi.
d. Media : alat yang biasa dipakai untuk membantu memperjelas penyampaian
pesan.
e. Efek.adalah hasil dari suatu komunikasi bisa berupa pengetahuan, perubahan
sikap dan tingkah laku.
3. Jenis-jenis komunikasi
a. Kominukasi intrapersonal : Komunikasi yang dilakukan individu terhadap diri
sendiri contohnya merenung.
b. Komunikasi interpersonal : Komunikasi individu dengan individu lain atau
lebih. Contoh :berdiskusi.
c. Komunikasi public
: Komunikasi public atau public speaking adalah
Komunikasi yang dilakukan dengan pendengar dalam jumlah banyak,.
Contoh:berpidato dilapangan, kampanye hidup sehat dilapangan,dll.
d. Komunikasi Media massa : Komunikasi melalui media baik dilakukan satu
arah maupun dua arah.Contoh :telepon, tv, surat, Koran, dll.
4. Proses komunikasi
Pengirim pesan/komunikator

menyampaikan informasi melalui media

penerima pesan/komunikan efek dari komunikasi( pengetahuan, perubahan sikap,


umpan

balik ).

5. Berkomunikasi yang baik dan benar


a. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti dan jelas.
b. Menjadi pendengar yang baik. Dengan mendengar yang baik kita dapat memahami
informasi yang kita terima.
4

c. Memberi perhatian terhadap informasi tersebut.


d. Melakukan umpan balik.
6. Faktor yang mempengaruhi komunikasi
a. Latar belakang budaya yang sama akan membuat komunikasi berjalan efektif.
b. Bahasa juga mempengaruhi komunikasi dalamhal penyampaian komunikasi.
c. Emosi atau psikologis yang mempengaruhi dalam nada bicara kita.
d. Rasa kepercayaan komunikan harus percaya terhadap komunikator agar terjadi
komunikasi yang lancar dan komunikasi dapat terbuka.
e. Pendidikan seseorang mempengaruhi pemahaman terhadap informasi yang
diberikan. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pemahaman
seseorang.
f. Kesenjangan social yang mempengaruhi tingkat mental dari seseorang. Biasanya
orang yang berstatus lebih tinggi akan lebih memilih berkomunikasi dengan yang
sama dengannya.
g. Media menjadi penunjang dalam berkomunikasi. Seperti telephone seluler.
h. Kesehatan yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berkomunikasi.
Pada saat sakit akan lebih sulit dalam berkomunikasi.
i. Kepercayaan diri
j.
Kredibilitas (tingkat kebenaran dari informasi)
k.
Isi pesan
l.
Kejelasan
m.
Saluran (media yang digunakan untuk menyalurkan informasi)
n.
Kapasitas sasaran
o.
Kesinambungan dan konsistensi (informasi yang diberikan harus konsisten)
7. Persentasi yang baik :
a. Presentasi yang disampaikan tidak monoton.
Komunikator dapat mengembangkan bahasa yang digunakan untuk menarik
perhatian audiens , sehingga pesan yang diberikan dapat dipahami dengan baik .
b. Bahasa yang digunakan mudah dimengerti.
Komunikator menggunakan bahasa yang dimengerti oleh audiens,seperti bahasa
sehari-hari.
c. Mempunyai pengetahuan sesuai isi presentasi.
Sebelum melaksanakan presentasi komunikator harus menguasai materi yang
akan dipresentasikan.
d. Memiliki kepercayaan diri yang baik.
Dengan memiliki kepercayaan diri yang baik akan lebih mudah untuk
mempresentasikan materi dan tidak akan terjadi demam panggung.
e. Memberi kesempatan pada orang lain untuk bertanya.

Presentasi yang baik akan menyajikan sesi tanya jawab,agar materi yang tidak
dipahami oleh audiens dapat dijelaskan ulang oleh komunikator.
Selain itu juga sebagai feedback bagi komunikator apakah presentasi yang
dipaparkan baik atau tidak.
f. Memakai media penunjang dari komunikasi, seperti lcd proyektor dll.
g. Pembicara melihat dan menyesuaikan keadaana udiens.
Sebagai komunikator/ pembicara yang baik harus dapat melihat keadaan audiens
dan dapat menyesuaikan diri.
8. Karena dengan alat bantu tersebut dapat mempermudah menyampaikan dan
menerima informasi kemudian membantu pemahaman komunikasi terhadap
informasi.
9. Cara agar mahasiswa bisa terampil berbicara, bertanya, menjawab, dan menjadi
pendengar yang baik :
a. Sering berlatih berbicara
b. Belajar dengan orang yang lebih ahli atau dari referensi buku
c. Bisa menjelaskan kembali apa yang disampaikan
10. Pentingnya memiliki sasaran dalam diskuksi :
Karena sasaran itu merupakan tujuan dari kita berkomunikasi. Cara agar sasaran
diskusi dapat tercapai adalah harus ada pokok bahasan dan tujuannya

4. PETA KONSEP
PRINSIP DASAR
KOMPONEN
JENIS-JENIS

KOMUNIKASI

TUJUAN
FAKTOR-FAKTOR

PROSES
Cara

5. LEARNING OBJECTIV
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang :
1. Komunikasi
a. Definisi
b. Tujuan
c. Manfaat
d. Jenis-Jenis
e. Bentuk
f. Komponen
g. Proses
h. Hambatan
i. Etika dalam berkomunikasi
2.
3.
4.
5.
6.

Cara komunikasi efektif


Terampil dalam berbicara, menjawab, bertanya dan mendengar dengan baik
Prinsip dasar komunikasi
Komunikasi Efektif Dokter Pasien
Komunikasi Interpersonal

7. BELAJAR MANDIRI
Pada tahap ini kami melakukan belajar mandiri sesuai dengan learning objective yang
ingin dicapai.
7

8. SINTESIS
KOMUNIKASI
a. Definisi Komunikasi
1. Komunikasi sebagai sebuah proses penyesuaian dan adaptasi yang dinamis
antara dua orang atau lebih dalam sebuah interaksi tatap muka yang pada saat
tersebut terjadi pertukaran ide, makna, perasaan dan perhatian (Battey, 2004).
2. Komunikasi adalah proses yang melibatkan seseorang untuk menggunakan
tanda-tanda berupa simbol-simbol verbal atau non-verbal yang disadari maupun
tidak disadari yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap orang lain (Liliweri,
2007).
3. Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu
penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku seseorang
(Wiryanto, 2004).
Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
adalah suatu proses penyesuaian adaptasi yang dinamis antara dua orang atau
lebih berupa ide, gagasan dan pikiran menggunakan simbol verbal maupun nonverbal yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap atau pikiran orang lainke arah
yang lebih positif dan maksimal.
b. Tujuan Komunikasi
1. Untuk mengevaluasi diri ke arah yang lebih baik.
2. Membina hubungan saling percaya anatar komunikan dengan komunikator.
3. Mengembangkan pendengar kearah yang lebih positif.
4. Untuk saling bertukar informasi.
5. Mempererat hubungan komunikan dan komunikator.
6. Mempengaruhi komunikan ke arah yang persuasif.
c. Manfaat Komunikasi
1. Sebagai hiburan.
2. Menambah pengetahuan.
3. Menjadi lebih termotivasi.
4. Merubah sikap ke arah lebih baik.
5. Komunikan dan komunikator lebih mendalami pribadi satu sama lain.
d. Jenis-Jenis Komunikasi
1. Verbal : Komunikasi yang menggunakan kata-kata yang dimana kata-kata
tersebut merupakan ide atau gagasan dari topik yang ingin dibicarakan secara
tersirat atau terucap (Stuart, 1998).
Komunikasi verbal meliputi :
8

a. Kejelasan : komunikasi verbal harus dibuat sesederhana mungkin. makin


sedikit kata-kata yang digunakan semakin kecil kemungkinan terjadinya
kerancuan.
b. Perbendaharaan Kata : Komunikasi harus menggunakan kata-kata yang
dimengerti oleh komunikan. Komunikasi tidak akan berhasil jika komunikan
tidak mengerti apa yang dikatakan oleh komunikator.
c. Kecepatan Bicara : Saat melakukan komunikasi verbal komunikator harus
memperhatikan kecepatan bicara, karena jika komunikator berbicara terlalu
cepat komunikan akan susah untuk menangkap informasi yang disampaikan
oleh komunikator dan komunikasi terkesan terburu-buru.
2. Non-verbal : komunikasi yang menggunakan bahasa tubuh maupun bahasa
isyarat dan tanpa menggunakan kata-kata. Komunikasi non-verbal adalah cara
yang paling menyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada komunikan
(Antai-Otong, 1995).
a. Penampilan : Penampilan sangat perlu diperhatikan karena, penampilan sangat
berpengaruh pada kepercayaan komunikan terhadap komunikator.
b. Intonasi : Intonasi memiliki dampak yang besar terhadap suatu informasi.
Intonasi yang berbeda akan menimbulkan arti yang berbeda pula.
c. Ekspresi wajah : Ekspresi wajah seorang komunikator harus sesuai dengan
Informasi yang ia sampaikan , misalnya ketika menyampaikan berita duka
ekspresi yang ditunjukkan adalah ekspresi sedih. Ekspresi wajah juga sering
digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan respon komunikan atau
penerima pesan.
d. Sikap tubuh : Sikap tubuh menggambarkan sikap, emosi dan keadaan fisik
seseorang. Dengan mengamati sikap tubuh seseorang kita dapat mengetahui
apa yang dirasakan orang tersebut .
e. Jarak : Dalam berkomunikasi jarak menentukan kejelasan suatu informasi
yang sedang disampaikan. Jarak juga menggambarkan kedekatan psikologis
dan sosial dengan lawan bicara.
f. Sentuhan : Sentuhan merupakan alat komunikasi yang sangat berperan untuk
menimbulkan reaksi positif atau negatif . Sentuhan penting dilakukan saat
komunikan sedang sedih sebagai suatu perwujudan empati komunikator.
e. Bentuk Komunikasi

1. Intrapersonal : Komunikasi yang dilakukan oleh satu orang saja dengan tujuan
untuk mengevaluasi diri sehingga orang tersebut bisa lebih baik lagi dalam
bertindak.
2. Interpersonal : Komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
3. Kelompok Kecil : Komunikasi yang dilakukan oleh sekelompok orang tertentu.
Dengan jumlah komunikan yang tidak terlalu banyak. (ceramah & seminar).
4. Kelompok Besar : Komunikasi yang dilakukan oleh sekelompok komunikator
kepada sekelompok komunikan dengan jumlah yang terbilang banyak.
(kampanye).
5. Media : Komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan alat perantara.
(pamflet & brosur).
6. Massa : Komunikasi yang ditujukan kepada masyarakat luas yang
menggunakan alat peraga (Televisi & Radio).
(Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan:2000)
f. Komponen Komunikasi
1. Komunikator : Orang yang menyampaikan informasi dalam suatu komunikasi.
2. Komunikan : Orang yang menerima pesan atau informasi dalam suatu
komunikasi.
3. Pesan : Informasi yang diberikan komunikator kepada komunikan dalam suatu
komunikasi.
4. Media : Sarana yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan
kepada komunikan.
5. Efek : Dampak positif atau negatif yang dihasilkan dalam suatu komunikasi.
6. Feed back : Evaluasi yang diberikan komunikator kepada komunikan.
g. Proses Komunikasi
1. Persiapan : Proses mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
2. Perkenalan : Kegiatan yang dilakukan pada saat awal komunikasi dengan
tujuan untuk mengetahui satu sama lain.
3. Kerja : Proses saling bertukar informasi antara komunikator dan komunikan.
4. Terminasi : Akhir dari komunikasi yang berisi kesimpulan dari apa yang
disampaikan oleh komunikator
.
h. Hambatan Komunikasi
1. Komunikator tidak menguasai materi.
2. Komunikan tidak percaya kepada komunikator.
3. Komunikator berbicara terlalu cepat.
4. Media yang digunakan tidak sesuai/tidak layak.
10

5.
6.
7.
8.

Tingkat pengetahuan komunikan rendah.


Lingkungan yang tidak mendukung.
Komunikasi yang tidak terarah.
Kondisi fisik dan psikologis yang tidak mendukung.

i. Etika dalam Berkomunikasi


Hukum komunikasi efektif yang banyak dibahas diberbagai literatur
disingkat dalam satu kata, yaitu REACH, yang dalam bahasa Indonesia berarti
meraih ( Hanas, 2009; Prijosaksono, 2002; Rusoni, 2007; Toha, 2008).
1. Respect
Sikap menghargai mengacu pada proses menghargai setiap individu yang
menjadi sasaran pesan yang disampaikan oleh komunikator. Jika individu
membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan
menghormati, maka kerjasama yang menghasilkan sinergi dapat dibangun, yang
akan meningkatkan efektifitas kinerja, baik sebagai individu maupun secara
keseluruhan.
2. Humble
Sikap rendah hati mengacu pada sikap yang penuh melayani, sikap
menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan
memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan,
lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan
yang lebih besar.
3. Empathy
Empati adalah kemampuan individu untuk menempatkan diri pada situasi
atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam
memiliki sikap empati adalah kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti
terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati
membantu individu dalam menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang akan
memudahkan

penerima

pesan

menerimanya.

Jadi

sebelum membangun

komunikasi atau mengirimkan pesan, individu perlu mengerti dan memahami


dengan empati calon penerima pesan. Sehingga nantinya pesan dari komunikator
akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari
penerima.
11

4. Audible : Makna dari audible adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan
baik oleh penerima pesan.
5. Clarity
Kejelasan, terkait dengan kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak
menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan.
Kejelasan juga berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi,
individu perlu mengembangkan sikap terbuka, sehingga dapat menimbulkan rasa
percaya dari penerima pesan.
(Artikel Komunikasi yang Relevan dan Efektif Antara Dokter dan Pasien: 2012)

CARA KOMUNIKASI EFEKTIF


a. Menurut Atep Adya Barata, 2003 :
1) Semua pihak yang terlibat dalam komunikasi saling berpikir positif.
2) Komunikator memberikan kesempatan kepada komunikan untuk memahami isi
3)
4)
5)
6)

pesan.
Komunikan dapat memakai waktu secara efektif.
Komunikasi harus santun dan beretika.
Menyesuaikan diri dengan lingkungan dan materi yang disampaikan.
Menghindari pembicaraan yang menyimpang dari komunikasi.

b.
1)
2)
3)
4)
5)

Menurut Hafied Cangara :


Pengirim dan penerima pesan memiliki persepsi yang sama.
Dapat membuka percakapan selanjutnya.
Terjadinya hubungan yang hangat dan akrab.
Saling mengerti dan memahami.
Saling bekerja sama.

12

TERAMPIL BERBICARA, MENJAWAB, BERTANYA, MENDENGAR


Cara agar terampil dalam berbicara, menjawab, bertanya dan mendengar dengan baik.
a. Terampil berbicara
Dalam hal ini trampil berbicara sangat penting bagi seorang mahasiswa guna
mempersiapkan saat nantinya akan terjun langsung dalam masyarakat, dan berguna juga
dalam aktif belajar. Kiat-kiat berbicara antara lain,
1) menggunakan bahasa yang mudah mengerti,
2) Memiliki kepercayaan diri yang baik,
3) Mempersiapkan bahan yang kita bicarakan,
4) Berbicara menggunakan etika,
5) Intonasi cara berbicara,
6) Memposisikan diri dengan lawan bicara.
b. Terampil menjawab
Trampil menjawab sangat diperlukan bagi seorang mahasiswa, karena dengan trampil
menjawab maka akan menjadi tolak ukur kemampuan kita dalam belajar.Kiat-kiat
menjawab antara lain
1) Memahami isi pertanyaan.
2) Menjawab sesuai pertanyaan.
c. Terampil bertanya
Dengan bertanya itu artinya kita sangat kooperatif dalam proses belajar, karena bertanya
adalah salah satucara untuk menggali informasi lebih dalam. Kiat-kiat bertanya antara
lain,
1) Pertanyaan terbuka : agar tidak timbul satu jawaban saja & komunikasi bisa menjadi
lebih hidup.
2) Pertanyaan eksplorasi : dengan menggali lebih dalam pertanyaan.
3) Pertanyaan tertutup : mengklarifikasikan pertanyaan.
d. Terampil mendengar
Mendengar adalah salah satu dasar dari komunikasi, dengan mendengar itu artina kita
dapat memahami isi dari pesan saat berkomunikasi. Kiat-kiat mendengar antara lain,
1) Melakukan konsentrasi pada isi pesan yang disampaikan,
2) Melakukan kontak mata agar lawan bicara kita merasa diperhatikan,
3) Sikap tubuh menunjukan minat kita terhadap isi pesan tersebut,
4) Menanyakan hal jika ada yang belum jelas,
5) Memberikan umpan balik,
6) Melakukan pharapharase artinya menyimpulkan sendiri dari hasil yang di dengar.
(Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan:2007)

13

PRINSIP DASAR KOMUNIKASI


a. Pembukaan diri
Pembukaan diri berrti adalah mengenali diri sendiri dan mencoba terbuka kepada orang
lain. Membuka diri dalam hal informasi, ide, atau gagasan.
b. Mendengar
Mendengar disini sangat dibutuhkan agar komunikasi dapat berjalan dengan baik.
c. Bertanya
Bertanya dibutuhkan apabila terdapat bagian informasi yang kurang jelas. Bertanya
disini sangat dibutuhkan agar komunikasi berjalan dengan efektif dan tercipta
harmonisasi.
d. Mengekspresikan
Dengan mengekspresikan pikiran, perasaan dan keinginan kita maka akan tercipta
komunikasi yang efektif. (Blundel,2004)
(Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan:2007)

14

KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER PASIEN

Hippocrates
The best physician is the one who has providence to tell to the patients
according to his knowledge the present situation, what has happened before
and what efektif
is goingdiharapkan
to happen in
the future.
Komunikasi
dapat
mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh
kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan
komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus
diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif
dengan pasiennya, banyak hal-hal negative dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui
dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada
dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya.
Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan
petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk
kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu
menyelesaikan masalah kesehatannya.
Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan
waktu lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter
terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh). Dalam pemberian
pelayanan medis, adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan
kondisi yang diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan
masalah kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien.
Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk
mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih
memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi
keduanya (Kurtz, 1998).
Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang
digunakan:

15

1. Disease centered communication style atau doctor centered communication style.


Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis,
termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.
2. Illness centered communication style atau patient centered communication style.
Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara
individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien,
kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang
dipikirkannya.
Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan, serta
kebutuhan pasien, patient centered communication style sebenarnya tidak memerlukan
waktu lebih lama dari pada doctor centered communication style.
Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan
kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata
tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu sendiri dapat dikembangkan apabila
dokter memiliki ketrampilan mendengar dan berbicara yang keduanya dapat dipelajari
dan dilatih.
Carma L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic
Communication in Physician-Patient Encounter (2002), menyatakan betapa pentingnya
empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan definisi
berikut:
(1) kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien (a physician
cognitive capacity to understand patients needs),
(2) menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien (an affective
sensitivity to patients feelings),
(3) kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya kepada
pasien (a behavioral ability to convey empathy to patient).

16

Sementara, Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 tingkat empati yang


dikodekan dalam suatu sistem (The Empathy Communication Coding System (ECCS)
Levels). Berikut adalah contoh aplikasi empati tersebut:
1. Level 0: Dokter menolak sudut pandang pasien
Mengacuhkan pendapat pasien
Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti Kalau stress
ya, mengapa datang ke sini? Atau Ya, lebih baik operasi saja sekarang.
2. Level 1: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu
A ha, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan badan, menyiapkan
alat, dan lain-lain
3. Level 2: Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit
Pasien, Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja
Dokter, Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini?
4. Level 3: Dokter menghargai pendapat pasien
Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau menceritakan lebih
jauh apa yang membuat Anda stres?
5. Level 4: Dokter mengkonfirmasi kepada pasien
Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha Anda untuk
menyempatkan berolah raga
6. Level 5: Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and experience)
dengan pasien.
Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua. Beberapa pasien
pernah mengalami aborsi spontan, kemudian setelah kehamilan berikutnya mereka
sangat, sangat, khawatir
Empati pada level 3 sampai 5 merupakan pengenalan dokter terhadap sudut pandang
pasien tentang penyakitnya, secara eksplisit.
A. Tujuan dan Manfaat Komunikasi Dokter Pasien
Tujuan
Dari sekian banyak tujuan komunikasi maka yang relevan dengan profesi dokter adalah:
(1) Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan pasien).
17

(2) Membantu pengembangan rencana perawatan pasien bersama pasien, untuk


kepentingan pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk kemampuan
finansial.
(3) Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan pasien.
(4)

Membimbing

pasien

sampai

pada

pengertian

yang

sebenarnya

tentang

penyakit/masalah yang dihadapinya.


(5) Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-langkah atau hal-hal
yang telah disetujui pasien.
Manfaat
Berdasarkan hari penelitian, manfaat komunikasi efektif dokter-pasien diantaranya:
(1) Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter atau
institusi pelayanan medis.
(2) Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar hubungan
dokter-pasien yang baik.
(3) Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.
(4) Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam
menghadapi penyakitnya.

Whitcomb, M.E.( 2000)


Dalam kurikulum tradisional pendidikan dokter, keterampilan komunikasi ditujukan
untuk menggali riwayat penyakit. Kita harus mengajarkan kepada mahasiswa untuk
mengerti bahwa hal itu merupakan bagian yang termudah.
Kita harus mengajarkan kepada mereka tentang berkomunikasi dengan pasien,
terutama dalam hal mendengarkan secara aktif. Benar-benar mendengarkan! Tidak
hanya yang sudah diucapkan pasien, melainkan hal-hal yang tidak terucapkan oleh
pasien.
(Manual Komunikasi : Konsil Kedokteran Indonesia)

18

B. Sikap Profesional Dokter


Sikap profesional seorang dokter ditunjukkan ketika dokter berhadapan dengan
tugasnya (dealing with task), yang berarti mampu menyelesaikan tugastugasnya sesuai
peran dan fungsinya; mampu mengatur diri sendiri seperti ketepatan waktu, pembagian
tugas profesi dengan tugas-tugas pribadi yang lain (dealing with one-self); dan mampu
menghadapi berbagai macam tipe pasien serta mampu bekerja sama dengan profesi
kesehatan yang lain (dealing with others). Di dalam proses komunikasi dokter-pasien,
sikap profesional ini penting untuk membangun rasa nyaman, aman, dan percaya pada
dokter, yang merupakan landasan bagi berlangsungnya komunikasi secara efektif
(Silverman, 1998). Sikap profesional ini hendaknya dijalin terus-menerus sejak awal
konsultasi, selama proses konsultasi berlangsung, dan di akhir konsultasi.
Contoh sikap dokter ketika menerima pasien:
o Menyilakan masuk dan mengucapkan salam.
o Memanggil/menyapa pasien dengan namanya.
o Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup waktu, menganggap
penting informasi yang akan diberikan, menghindari tampak lelah).
o Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter umum, spesialis,
dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi, konsultan tumbuh kembang, dan lainlain).
o Menilai suasana hati lawan bicara
o Memperhatikan sikap non-verbal (raut wajah/mimik, gerak/bahasa tubuh) pasien
o Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan makna menunjukkan
perhatian dan kesungguhan mendengarkan.
o Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi yang tidak perlu.
o Apabila pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka dokter tetap menunjukkan
raut wajah dan sikap yang tenang.
o Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau pengambilan
keputusan.
o Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua belah pihak.
o Melakukan negosiasi atas segala sesuatu berdasarkan kepentingan kedua belah pihak.
o Membukakan pintu, atau berdiri ketika pasien hendak pulang.
19

c. Sesi Pengumpulan Informasi


Di dalam komunikasi dokter-pasien, ada dua sesi yang penting, yaitu sesi
pengumpulan informasi yang di dalamnya terdapat proses anamnesis, dan sesi
penyampaian informasi. Tanpa penggalian informasi yang akurat, dokter dapat terjerumus
ke dalam sesi penyampaian informasi (termasuk nasihat, sugesti atau motivasi dan
konseling) secara prematur. Akibatnya pasien tidak melakukan sesuai anjuran dokter.
Dalam dunia kedokteran, model proses komunikasi pada sesi penggalian
informasi telah dikembangkan oleh Van Dalen (2005) dan digambarkan dalam sebuah
model yang sangat sederhana dan aplikatif.
1

3
2

Kotak 1 : Pasien memimpin pembicaraan melalui pertanyaan terbuka yang dikemukakan


oleh dokter (Patient takes the lead through open ended question by the doctor)
Kotak 2 : Dokter memimpin pembicaraan melalui pertanyaan tertutup/terstruktur yang
telah disusunnya sendiri (Doctors takes the lead through closed question by the doctor).
Kotak 3 : Kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan berdasarkan negosiasi kedua
belah pihak (Negotiating agenda by both).
Sesi penggalian informasi terdiri dari:
1. Mengenali alasan kedatangan pasien, dimana belum tentu keluhan utama secara
medis (Silverman, 1998). Inilah yang disebut dalam kotak pertama model Van Dalen
(2005). Pasien menceritakan keluhan atau apa yang dirasakan sesuai sudut
pandangnya (illness perspective). Pasien berada pada posisi sebagai orang yang
paling tahu tentang dirinya karena mengalaminya sendiri. Sesi ini akan berhasil
apabila dokter mampu menjadi pendengar yang aktif (active listerner). Pendengar
yang aktif adalah fasilitator yang baik sehingga pasien dapat mengungkapkan
kepentingan, harapan, kecemasannya secara terbuka dan jujur. Hal ini akan
membantu dokter dalam menggali riwayat kesehatannya yang merupakan data-data
penting untuk menegakkan diagnosis.
20

2. Penggalian riwayat penyakit (Van Thiel, 2000) Penggalian riwayat penyakit


(anamnesis) dapat dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka dahulu, yang
kemudian diikuti pertanyaan tertutup yang membutuhkan jawaban ya atau tidak.
Inilah yang dimaksud dalam kotak kedua dalam model Van Dalen (2005). Dokter
sebagai seorang yang ahli, akan menggali riwayat kesehatan pasien sesuai
kepentingan medis (disease perspective). Selama proses ini, fasilitasi terus dilakukan
agar pasien mengungkapkan keluhannya dengan terbuka, serta proses negosiasi saat
dokter hendak melakukan komunikasi satu arah maupun rencana tindakan medis.
Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dapat ditanyakan:
1. Bagaimana pusing tersebut Anda rasakan, dapat diceritakan lebih jauh?
2. Menurut Anda pusing tersebut reda bila Anda melakukan sesuatu, meminum obat
tertentu, atau bagaimana menurut Anda?
Sedangkan pertanyaan tertutup yang merupakan inti dari anamnesis meliputi
1. Eksplorasi terhadap riwayat penyakit dahulu
2. Eksplorasi terhadap riwayat penyakit keluarga
3. Eksplorasi terhadap riwayat penyakit sekarang, contoh menggunakan pedoman
Macleods clinical examination seperti disebutkan dalam Kurtz (1998)
Macleods Clinical Examination
1. Di mana dirasakan? (site)
2. Sampai di bagian tubuh mana hal tersebut dirasakan? (radiation)
3. Bagaimana karakteristik dari nyerinya, berdenyut-denyut? Hilang timbul?
Nyeri terus menerus? (character)
4. Nyeri? Amat nyeri? Sampai tidak dapat melakukan kegiatan mengajar? (severity)
5. Berapa lama nyeri berlangsung? Sebentar? Berjam-jam? Berhari-hari? (duration)
6. Setiap waktu tertentu nyeri tersebut dirasakan? Berulang-ulang? Tidak tentu?
(frequency)
7. Apa yang membuatnya reda? Apa yang membuatnya kumat? Saat istirahat?
8. Ketika kerja? Sewaktu minum obat tertentu? (aggravating and relieving factors)
9. Adakah keluhan lain yang menyertainya? (associated phenomenon)

21

d. Sesi Penyampaian Informasi


Setelah sesi sebelumnya dilakukan dengan akurat, maka dokter dapat sampai
kepada sesi memberikan penjelasan. Tanpa informasi yang akurat di sesi sebelumnya,
dokter dapat terjebak kedalam kecurigaan yang tidak beralasan. Secara ringkas ada 6
(enam) hal yang penting diperhatikan agar efektif dalam berkomunikasi dengan pasien,
yaitu:
1. Materi Informasi apa yang disampaikan
a. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak nyaman/sakit saat
pemeriksaan).
b. Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.
c. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis,
termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek samping/komplikasi.
d. Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk menegakkan
diagnosis.
e. Diagnosis, jenis atau tipe.
f. Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan masingmasing cara).
g. Prognosis.
h. Dukungan (support) yang tersedia.
2. Siapa yang diberi informasi
a. Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan.
b. Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.
c. Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan bertanggung jawab
atas pasien kalau kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri
secara langsung
3. Berapa banyak atau sejauh mana
a. Untuk pasien: sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa perlu untuk
disampaikan, dengan memerhatikan kesiapan mental pasien.
b. Untuk keluarga: sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan sebanyak yang dokter
perlukan agar dapat menentukan tindakan selanjutnya.
22

4. Kapan menyampaikan informasi


Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan.
5. Di mana menyampaikannya
a. Di ruang praktik dokter.
b. Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat.
c. Di ruang diskusi.
d. Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga dan dokter.
6. Bagaimana menyampaikannya
a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui telpon,
juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos, faksimile, sms,
internet.
b. Persiapan meliputi:
o Materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis, prognosis sudah
disepakati oleh tim);
o Ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu orang lalu lalang,
suara gaduh dari tv/radio, telepon;
o Waktu yang cukup;
o Mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh
keluarga/orang yang ditunjuk; bila hanya keluarga yang hadir sebaiknya lebih dari
satu orang).
c. Jajaki sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang akan dibicarakan.
d.Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana informasi yang diinginkan dan amati
kesiapan pasien/keluarga menerima informasi yang akan diberikan.

23

e. SAJI, Langkah-langkah Komunikasi


Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan
komunikasi, yaitu SAJI (Poernomo, Ieda SS, Program Family Health Nutrition,
Depkes RI, 1999).
S = Salam
A = Ajak Bicara
J = Jelaskan
I = Ingatkan
Salam: Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk
berbicara dengannya.
Ajak Bicara: Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong
agar pasien mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa
dokter menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti
perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam
usaha menggali informasi.
Jelaskan: Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin
diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya
sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau
apapun secara jelas dan detil.
Ingatkan: Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan
berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir
percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang
keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun
klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta
mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting.
(Manual Komunikasi : Konsil Kedokteran Indonesia)

24

KOMUNIKASI INTERPROFESIONAL
Pertumbuhan pengetahuan ilmiah yang berkembang pesat disertai aplikasi
klinisnya membuat pengobatan menjadi kompleks. Dokter secara individu tidak bisa
menjadi ahli untuk semua penyakit yang diderita oleh pasiennya, sedangkan perawatan
tetap harus diberikan sehingga membutuhkan bantuan dokter spesialis lain dan profesi
kesehatan yang memiliki keterampilan khusus seperti perawat, ahli farmasi, fisioterapis,
teknisi laboratorium, pekerja social dan lainnya. Seorang dokter sebagai anggota profesi
kesehatan, diharapkan memperlakukan profesi kesehatan lain lebih sebagai anggota
keluarga dibandingkan sebagai orang lain, bahkan sebagai teman.
Sebagai balasan atas kehormatan yang diberikan masyarakat dan kepercayaan
yang diberikan oleh pasien, maka profesi kesehatan harus membangun standar perilaku
yang tinggi untuk anggotanya dan prosedur pendisiplinan dalam menyelidiki tuduhan
adanya tindakan yang tidak benar dan jika perlu menghukum yang berbuat salah.
Kewajiban untuk melaporkan kolega yang melakukan tindakan yang tidak kompeten,
mencelakakan, perbuatan tidak senonoh ditekankan dalam Kode Etik Kedokteran
Internasional yang dikeluarkan oleh WMA menyatakan: Dokter harus berusaha keras
untuk menyatakan kekurangan karakter dan kompetensi dokter ataupun yang terlibat
dalam penipuan atau kecurangan. Penerapan prinsip ini tidaklah mudah, di satu sisi
seorang dokter mungkin menyerang reputasi koleganya karena motif yang tidak benar
seperti karena rasa iri atau terhina oleh koleganya. Dokter juga merasa sungkan atau ragu
untuk melaporkan tindakan koleganya yang tidak benar karena simpati atau persahabatan.
Konsekuensi pelaporan tersebut dapat berakibat kurang baik bagi yang melapor, yang
tertuduh atau bahkan dari kolega lain.
Hubungan ini dijalin bertujuan untuk memelihara hubungan kerjasama, memupuk
kesetiakawanan, menjaga martabat dan nama baik, saling menghargai teman sejawat dan
saling mengingatkan teman sejawat. Namun perlu diperhatikan dalam kerjasama dokter
dengan non medis harus memperhatikan aspek etika berupa mengutamakan kejujuran,
patuh terhadap etika yang ada serta mampu mengatasi hambatan komunikasi yang
mungkin terjadi.

25

Interaksi dokter dengan tenaga kesehatan dan profesi lain.


1. Tenaga medis
a. Dokter dengan perawat : Dokter tidak mungkin merawat semua pasien dalam waktu
yang bersamaan. Oleh karena itu, dokter membutuhkan perawat untuk menjaga,
merawat dan melindungi pasien.
b. Dokter umum dengan dokter spesialis : Dokter umum membutuhkan dokter spesialis
agar pasien mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
2. Tenaga non medis
a. Dokter dengan ahli informasi dan komuikasi : Dalam radiologi seorang dokter
membutuhkan ahli informasi dan komunkasi. Bentuk kerjasama dengan non
medis misalnya
-

Pemerintah : mengadakan penyuluhan kesehatan dan promosi kesehatan pada


masyarakat dalam rangka peningkatan taraf kesehatan masyarakat

Guru

: mengadakan sosialisasi pada seluruh warga sekolah terutama

siswa
-

Kepolisian terlibat dalam pengungkapan masalah kriminal, terutama pada


bidang medis. Seperti pemeriksaan forensic dan autopsy.

Kerjasama Dokter Dengan Sejawat Menurut KKI


1. Merujuk Pasien
Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan keterbatasan
fasilitas pelayanan, dokter yang merawat harus merujuk pasien pada sejawat lain
untuk mendapatkan saran, pemeriksaan atau tindakan lanjutan. Bagi dokter yang
menerima rujukan, sesuai dengan etika profesi, wajib menjawab/memberikan advis
tindakan akan terapi dan mengembalikannya kepada dokter yang merujuk. Dalam
keadaan tertentu dokter penerima rujukan dapat melakukan tindakan atau perawatan

26

lanjutan dengan persetujuan dokter yang merujuk dan pasien. Setelah selesai perawatan
dokter rujukan mengirim kembali kepada dokter yang merujuk.
Pada pasien rawat inap, sejak awal pengambilan kesimpulan sementara, dokter
dapat menyampaikan kepada pasien kemungkinan untuk dirujuk kepada sejawat lain
karena alasan kompetensi. Rujukan dimaksud dapat bersifat advis, rawat bersama atau
alih rawat. Pada saat meminta persetujuan pasien untuk dirujuk, dokter harus memberi
penjelasan tentang alasan, tujuan dan konsekuensi rujukan termasuk biaya, seluruh
usaha ditujukan untuk kepentingan pasien. Pasien berhak memilih dokter rujukan, dan
dalam

rawat

bersama

harus

ditetapkan

dokter

penanggung

jawab

utama.

Dokter yang merujuk dan dokter penerima rujukan, harus mengungkapkan segala
informasi tentang kondisi pasien yang relevan dan disampaikan secara tertulis serta
bersifat rahasia.
Jika dokter memberi pengobatan dan nasihat kepada seorang pasien yang
diketahui sedang dalam perawatan dokter lain, maka dokter yang memeriksa harus
menginformasikan kepada dokter pasien tersebut tentang hasil pemeriksaan,
pengobatan, dan tindakan penting lainnya demi kepentingan pasien.
2. Bekerjasama dengan Sejawat
Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membedakan jenis kelamin,
ras, kecacatan, agama/kepercayaan, usia, status social atau perbedaan kompetensi yang
dapat merugikan hubungan profesional antar sejawat. Seorang dokter tidak dibenarkan
mengkritik teman sejawat melalui pasien yang mengakibatkan turunnya kredibilitas
sejawat tersebut. Selain itu tidak dibenarkan seorang dokter memberi komentar tentang
suatu kasus, bila tidak pernah memeriksa atau merawat secara langsung.

3. Bekerjasama dalam Tim


Asuhan kesehatan selalu ditingkatkan melalui kerjasama dalam tim multidisiplin.
Apabila bekerja dalam sebuah tim, dokter harus :
a. Menunjuk ketua tim selaku penanggung jawab

27

b. Tidak boleh mengubah akuntabilitas pribadi dalam perilaku keprofesian dan asuhan
yang diberikan
c. Menghargai kompetensi dan kontribusi anggota tim
d. Memelihara hubungan profesional dengan pasien
e. Berkomunikasi secara efektif dengan anggota tim di dalam dan di luar tim
f. Memastikan agar pasien dan anggota tim mengetahui dan memahami siapa yang
bertanggung jawab untuk setiap aspek pelayanan pasien
g. Berpartisipasi dalam review secara teratur, audit dari standar dan kinerja tim, serta
menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk

memperbaiki kinerja dan

kekurangan tim
h. Menghadapi masalah kinerja dalam pelaksanaan kerja tim dilakukan secara terbuka
dan sportif.
4. Memimpin Tim
Dalam memimpin sebuah tim, seorang dokter harus memastikan bahwa :
a.Anggota tim telah mengacu pada seluruh acuan yang berkaitan dengan pelaksanaan
dan pelayanan kedokteran
b.Anggota tim telah memenuhi kebutuhan pelayanan pasien
c. Anggota tim telah memahami tanggung jawab individu dan tanggung jawab tim
untuk keselamatan pasien. Selanjutnya, secara terbuka dan bijak mencatat serta
mendiskusikan permasalahan yang dihadapi
d. Acuan dari profesi lain dipertimbangkan untuk kepentingan pasien
e. Setiap asuhan pasien telah terkoordinasi secara benar, dan setiap pasien harus tahu
siapa yang harus dihubungi apabila ada pertanyaan atau kekhawatiran
f. Pengaturan dan pertanggungjawaban pembiayaan sudah tersedia
g. Pemantauan dan evaluasi serta tindak lanjut dari audit standar pelayanan
kedokteran dan audit pelaksanaan tim dijalankan secara berkala dan setiap
kekurangan harus diselesaikan segera
h. Sistem sudah disiapkan agar koordinasi untuk mengatasi setiap permasalahan dalam
kinerja, perilaku atau keselamatan anggota tim dapat tercapai
i. Selalu mempertahankan dan meningkatkan praktek kedokteran yang benar dan baik.

28

5. Mengatur Dokter Pengganti


Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus menentukan dokter
pengganti serta mengatur proses pengalihan yang efektif dan komunikatif dengan dokter
pengganti. Dokter pengganti harus diinformasikan kepada pasien. Dokter harus
memastikan

bahwa

dokter

pengganti

mempunyai

kemampuan,

pengalaman,

pengetahuan, dan keahlian untuk mengerjakan tugasnya sebagai dokter pengganti. Dokter
pengganti harus tetap bertanggung jawab kepada dokter yang digantikan atau ketua tim
dalam asuhan medis.
6. Mematuhi Tugas
Seorang dokter yang bekerja pada institusi pelayanan/ pendidikan kedokteran
harus mematuhi tugas yang digariskan pimpinan institusi, termasuk sebagai dokter
pengganti. Dokter penanggung jawab tim harus memastikan bahwa pasien atau keluarga
pasien mengetahui informasi tentang diri pasien akan disampaikan kepada seluruh
anggota tim yang akan memberi perawatan. Jika pasien menolak penyampaian informasi
tersebut, dokter penanggung jawab tim harus menjelaskan kepada pasien keuntungan
bertukar informasi dalam pelayanan kedokteran.
7. Pendelegasian Wewenang
Pendelegasian wewenang kepada perawat, mahasiswa kedokteran, peserta
program pendidikan dokter spesialis, atau dokter pengganti dalam hal pengobatan atau
perawatan atas nama dokter yang merawat, harus disesuaikan dengan kompetensi dalam
melaksanakan prosedur dan pemberian terapi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dokter yang mendelegasikan tetap menjadi penanggung jawab atas penanganan pasien
secara keseluruhan.

29

Hubungan dan Kinerja Teman Sejawat


Seorang dokter harus melindungi pasien dari risiko diciderai oleh teman sejawat
lain, kinerja maupun kesehatan. Keselamatan pasien harus diutamakan setiap saat.
Jika seorang dokter memiliki kekhawatiran bahwa teman sejawatnya tidak dalam
keadaan fit untuk praktek, dokter tersebut harus mengambil langkah yang tepat tanpa
penundaan, kemudian kekhawatiran tersebut ditelaah dan pasien terlindungi bila
diperlukan. Hal ini berarti seorang dokter harus memberikan penjelasan yang jujur
mengenai kekhawatiran terhadap seseorang dari tempat ia bekerja dan mengikuti
prosedur yang berlaku.
Jika sistem setempat tidak memadai atau sistem setempat tidak dapat
menyelesaikan masalah dan seorang dokter masih mengkhawatirkan mengenai
keselamatan pasien, maka dokter harus menginformasikan badan pengatur terkait.
A. Komunikasi antara Perawat dengan Dokter
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang
telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat
bekerja sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di
lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada instruksi
medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang
telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri. Perawat
dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.
Contoh dari hubungan perawatan dengan dokter. Ketika perawat
menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang kerumah, perawat
dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga begaimana perawatan
diabetes di rumah. Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat
terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat adalah
memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari
pasien, dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat
mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien. Pada saat perawat

30

berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis,


disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi
kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta
mencapai tujuan yang diinginkan.
Selain contoh di atas masih banyak interaksi yang memungkinkan
terjadinya komunikasi antara perawat dan dokter. Contoh lainnya ketika visite
dokter spesialis anak terhadap salah seorang pasien anak, maka perawat wajib
mendampingi dan perawat akan melaporkan segala bentuk kondisi, tindakan dan
perkembangan keaadaan pasien kepada dokter tersebut. Bila dokter belum jelas
mengenai laporan tersebut seperti kondisi tanda vital pasien tersebut maka dokter
akan berkomunikasi dan bertanya dengan perawat mengenai kondisi pasien
tersebut.
Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik
apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan
tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis
yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam
memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan
bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan
penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik
berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.
B. Komunikasi antara Dokter dengan Dokter
Dalam memberikan pelayanan kedokteran pada klien komunikasi antar
tenaga kesehatan terutama sesamadoktert sangatlah penting. Kesinambungan
informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan
dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar
dokter berjalan dengan baik.
Hubungan dokter dengan dokter dalam memberikan pelayanan kedokteran
dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan
hubungan intrapersonal.
31

Hubungan profesional antara dolter dengan dokter merupakan hubungan


yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam
memberikan pelayanan kedokteran. Contohnya komunikasi yang terjadi pada saat
koordinasi antara dokter A dengan dokter B pada saat menerima pasien baru dari
IGD untuk di berikan perawatan lebih lanjut di ruang rawat inap. Maka antara
dokter A dan dokter B akan menjalin komunikasi.
Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan
jabatan atau struktur masing - masing dokter dalam menjalankan tugas
berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan
kedokteran. Laporan dokter pelaksana tentang kondisi klien kepada dokter primer,
laporan dokter primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan
kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada dokter pelaksana
merupakan contoh hubungan struktural.
Hubungan interpersonal dokter dengan dokter merupakan hubungan yang
lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini
adalah hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh
dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya. Contohnya dokter di suatu ruangan
membicarakan mengenai kondisi keluarganya di rumah. Mereka saling
mencurahkan isi hati dan bertukar pikiran, secara otomatis hal ini memerlukan
yang namanya proses komunikasi.
C. Komunikasi antara Dokter dengan Ahli Terapi Respiratorik
Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang
dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien. dokter bekerja
dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai oleh
ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh dokter. Dokter
dan

fisioterapis

menilai

kemajuan

klien

secara

bersama-sama

dan

mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien dan keluarga.
Selain itu, dokter merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih jauh.

32

Contoh komunikasi antar dokter dengan ahli terapi respiratorik misalnya :


Dokter merawat seseorang yang mengalamai PPOK dan merujuk klien tersebut
pada ahli terapis respiratorik untuk belajar latihan untuk menguatkaan otot-otot
lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat energi dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik untuk mempertahankan bersihan jalan
nafas.
D. Komunikasi antara Dokter dengan Ahli Farmasi
Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk
merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya
di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien
atau dalam pengembangan sistem pemberian obat.
Dokter

memiliki

peran

yang

utama

dalam

meningkatkan

dan

mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan


pengobatan. Dengan demikian, dokter membantu klien membangun pengertian
yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang
dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang
pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya.
Dokter harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat
dan efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak
tersedia dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit,
maka dokter harus berkonsultasi pada ahli farmasi.
Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang
obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan
secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik
dokter dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan. Dokter dapat
melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila terdapat keraguan dengan
kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan pada dokter
tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang
diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasi ini dapat
33

dimasukkan dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang
profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obatobatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga
terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem
pemberian obat.
Contoh, ketika dokter mengamprah obat di apotek maka antara dokter
dengan apoteker akan menjalin komunikasi. Dokter akan meminta obat sesuai
dengan kebutuhan pasien. Sedangkan apoteker akan memberikan obat beserta
penjelasan terkait obat tersebut. Dokter mendengarkan dengan baik lalu memilah
dan mengeceknya.
E. Komunikasi antara Dokter dengan Ahli Gizi
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS
merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan
yang bermutu.
Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka
dokter harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang obatan yang digunakan
pasien, jika dokter tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi pemilihan
makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat tersebut.
Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara dokter dengan ahli gizi.
(Komunikasi Antar Petugas Kesehatan:2008)

34

Menghormati Teman Sejawat


Seorang dokter harus memperlakukan teman sejawatnya dengan adil dan rasa
hormat. Seorang dokter tidak boleh mempermainkan atau mempermalukan teman
sejawatnya, atau mendiskriminasikan teman sejawatnya dengan tidak adil.
Seorang dokter harus tidak memberikan kritik yang tidak wajar atau tidak berdasar
kepada teman sejawatnya yang dapat mempengaruhi kepercayaan pasien dalam
perawatan atau terapi yang sedang dijalankan, atau dalam keputusan terapi pasien.
Berbagi Informasi dengan Teman Sejawat
Berbagi informasi dengan teman sejawat lain sangatlah penting untuk
keselamatan dan keefektifan perawatan pasien. Ketika seorang dokter merujuk
pasien, dokter tersebut harus memberikan semua informasi yang relevan mengenai
pasiennya, termasuk riwayat medis dan kondisi saat itu. Jika seorang dokter spesialis
memberikan terapi atau saran untuk seorang pasien kepada dokter umum, maka ia
harus memberitahu hasil pemeriksaan, terapi yang diberikan dan informasi penting
lainnya kepada dokter yang ditunjuk untuk kelangsungan perawatan pasien, kecuali
pasien tersebut menolak.
Jika seorang pasien belum dirujuk dari dokter umum kepada dokter spesialis,
dokter spesialis tersebut harus menanyakan kepastian pasien tersebut untuk
memberitahu dokter umumnya sebelum memulai terapi, kecuali dalam keadaan gawat
darurat atau saat keadaan yang tidak memungkinkan. Jika dokter spesialis tersebut
tidak memberitahu dokter umum yang merawat pasien tersebut, dokter spesialis
tersebut harus bertanggung jawab untuk menyediakan atau merencanakan semua
kebutuhan perawatan.

35

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi maka dapat dapat disimpulkan bahwa komunikasi
adalah suatu interaksi antara dua orang atau lebih dengan tujuan memberikan informasi.
Jenis komunikasi terbagi menjadi dua yaitu verbal dan non verbal. Bentuk komunikasi
antara lain interapersonal, interpersonal, kelompok kecil, kelompok besar, media, dan
massa. Proses komunikasi antara lain persiapan, perkenalan, kerja, dan teminasi.
Komponen komunikasi antara lain komunikator, komunikan, pesan, media, efek, dan
umpan balik. Etika dalam berkomunikasi antara lain respect, empati, audible, clarity,
humble. Dalam berkomunikasi kita harus mengetahui cara menjadi pembicara,
pendengar, dan penanya yang baik agar komunikasi berjalan secara efektif.
Komunikasi sangat penting bagi setiap individu. Khususnya bagi mahasiswa
dalam terciptanya kesuksesan. Dalam komunikasi terdapat dasar-dasar komunikasi yaitu,
membuka diri, mendengar, bertanya, mengekspresikan. Tetapi dalam praktiknya terdapat
gangguan dalam berkomunikasi seperti penggunaan bahasa yang tidak tepat, serta
ketidaksepahaman.

Seperti halnya komunikasi yang dilakukan antar dokter dengan

pasien bertujuan untuk mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya dari pasien. Dan
komunikasi interpersonal sangat dibutuhkan guna meningkatkan pelayanan kesehatan tim
medis pada pasien.
3.2 Saran
Sebagai seorang calon dokter gigi dan seorang mahasiswa kita harus trampil
dalam berkomunikasi, karena itu merupakan modal awal kita dalam menghadapi dunia
profesi dokter gigi dan sangat cocok dengan model pembelajaran dengan sistem PBL
yang mengharuskan memiliki ketrampilan dalam berkomunikasi.

36

DAFTAR PUSTAKA
1. Kurtz, S., Silverman, J. & Drapper, J. 1998. Teaching and Learning Communication
Skills in Medicine. Oxon: Radcliffe Medical Press.
2. Ellis, R. B., Gates, R. J., & Kenworthy, N. 2000. Komunikasi Interpersonal dalam
Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Liliweri, A. 2007. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
4. Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik Teori dan Praktek. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
5. Fourianalistyawati, E. 2012. Komunikasi yang Relevan dan Efektif Antara Dokter dan
Pasien. Fakultas Psikologi Universitas YARSI.

Jurnal Psikogenesis. Vol. 1, No. 1/

Desember 2012.
6. Basuki. 2008. Komunikasi Antar Petugas Kesehatan. PDF File.
7. Sumber : http://pustaka.uns.ac.id/?menu=news&option=detail&nid=150
8. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Manual Komunikasi : Komunikasi Efektif Dokter
Pasien. Jakarta.

37

Anda mungkin juga menyukai